Kelompok 2 - Permintaan, Penawaran Dan Kesejahteraan Pasar
Kelompok 2 - Permintaan, Penawaran Dan Kesejahteraan Pasar
Kelompok 2 - Permintaan, Penawaran Dan Kesejahteraan Pasar
MAKALAH
Dosen Pengampu: Sarpini M.E.Sy.
Disusun oleh:
1. Haris Immanudin (2017201197)
2. Istifaiyatul Awaliyah (2017201198)
3. Galuh Dwi Rachmasari (2017201199)
4. Dede Isfatkhurohmah (2017201201)
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Surplus konsumen adalah kerelaan pembeli untuk membayar dikurangi dengan jumlah
yang sebenarnya ingin dibayar pembeli. Kerelaan untuk membayar yakni jumlah maksimum
yang akan dibayar oleh seorang pembeli untuk sebuah barang. Surplus konsumen mengukur
seberapa besar keuntungan yang diterima oleh pembeli suatu barang dari sudut pandang
pembeli sendiri. Surplus produsen adalah jumlah yang dibayarkan oleh penjual untuk sebuah
barang dikurangi dengan biaya produksi barang tersebut. Biaya yakni nilai segala sesuatu yang
harus dikorbankan oleh penjual untuk memproduksi suatu barang.
Apabila terjadi kesepakatan tentang harga dan kualitas antara penjual dan pembeli maka
keseimbangan akan terjadi pada harga keseimbangan menggambarkan harga yang disetujui
oleh produsen maupun konsumen. Daerah yang menggambarkan kesediaan produsen
melepaskan barangnya disebut dengan surplus produsen, sedangkan daerah yang
menggambarkan kesediaan konsumen untuk membeli disebut surplus konsumen.
Segala sesuatu di dalam Islam memiliki aturannya sendiri-sendiri seperti aturan
penetapan harga dalam Islam (Tas’ir). Tas’ir adalah keharusan para pedagang agar tidak
menjual atau tidak membeli kecuali dengan harga pasar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan surplus konsumen dan produsen?
2. Bagimana teknik menentukan surplus konsumen dan produsen?
3. Apa yang dimaksud dengan pengendalian harga (Floor price and Celling Price)?
4. Bagaimana cara menentukan pengendalian harga (Floor price and Celling Price)?
5. Bagaimana pengaruh pasar setelah adanya pajak dan subsidi terhadap keseimbangan
pasar?
6. Bagaimana Tas’ir (Penetapan harga dalam Islam)?
1
BAB II
PEMBAHASAN
Konsumen mendapatkan surplus bila harga yang diperkirakannya lebih tinggi dari
harga keseimbangan pasar. Besarnya surplus bergantung pada berapa banyak jumlah
kuantitas yang akan dibeli di kalikan dengan selisih harga. Produsen akan mendapatkan
surplus jika harga jual produknya lebih rendah dari harga yang mampu dibeli oleh
konsumen dalam kondisi keseimbangan pasar.
B. Teknik Menentukan Surplus Konsumen dan Surplus Produsen Secara Matematika dan
Grafik
1. Surplus Konsumen
Contoh : Fungsi permintaan dari suatu produk adalah Pd = 120 – 2Q, dimana P adalah
harga per unit produk dan Q adalah jumlah produknya.
a. Hitunglah besarnya surplus konsumen jika harga pasarnya adalah Rp. 80 harga
perunit!
b. Jika harga pasarnya turun dari Rp. 80 menjadi Rp. 60 per unit hitunglah surplus
konsumen yang baru!
Penyelesaian :
Persamaan Pd = 120 – 2Q bila di gunakan akan menjadi seperti pada gambar di bawah
ini. Jika harga produk Rp 80, maka jumlah yang diminta 10 unit dan bila harganya
turun Rp. 60, maka jumlah diminta menjadi 15 unit.
3
a. Besarnya surplus konsumen jika harga pasar Rp. 80 adalah luas area segitiga di
bawah kurva permintaan dan di atas garis harga Rp. 80 yaitu sebesar {(120 – 80) x
(10)}/2 =Rp200.
b. Jika harga pasar turun menjadi Rp 60, maka besarnya surplus konsumen adalah luas
area segitiga di bawah kurva permintaan dan di atas garis harga Rp 60
yaitusebesar{(120 – 60) x (15)}/2 = Rp 450
2. Surplus Produsen
b. Jika harga pasarnya naik dari Rp 60 menjadi Rp75 per unit. Hitunglah surplus
produsen yang baru!
Penyelesaian :
4
Persamaan P s = 15 + 2Q bila di gambarkan akan menjadi seperti pada gambar di
bawah ini. Jika harga produk Rp 60 maka jumlah yang di minta 15 unit, dan bila
harganya naik Rp 75 maka jumlah yang diminta menjadi 20 unit.
a. Besarnya surplus produsen (PS) jika harga pasar Rp 60 adalah luas area segitiga atau
kurva penawaran dan di bawah garis harga Rp 60 {(60 – 15) x 15}/2 = Rp337,50.
b. Besarnya surplus produsen (PS) jika harga pasar naik menjadi Rp 75 adalah luas area
segitiga di atas kurva penawaran di bawah garis harga Rp 75 yaitu sebesar {(75 -15) x
20}/2 = Rp550.
3. Surplus Total
Surplus total adalah penjumlahan antara surplus konsumen dan surplus
produsen. Berdasarkan definisidi atas maka secara matematika surplus total rumusnya
dapat di tulis menjadi,
TS = CS + PS
Surplus Total = Nilai manfaat bagi pembeli – Nilai biaya bagi penjual
Contoh : Fungsi permintaan dari suatu produk adalah P d = 120 – 4Q dan fungsi
penawaranya adalah Ps = 15 + 3Q, di mana P adalah harga per unit produk dan
Q adalah jumlah produk yang dibeli dan dijual. Hitunglah besarnya surplus
totalnya!
Penyelesaiannya:
120 – 4Q = 15 + 3Q
-4Q – 3Q = 15 – 120
-7Q = -105
Q = 105/7 = 15
6
c. Menjumlahkan nilai surplus konsumen dan surplus produsen. Jadi, nilai dari
totalsurplus, TS = Rp 450 + Rp 337,50 = Rp787,50.
Contoh dari penetapan harga batas minimum ini misalnya pada produk-produk
pertanian atau Upah Minimun Provinsi (UMP) yang di lakukan oleh pemerintah Indonesia
2. Ceiling Price
Kebijakan harga maksimum atau kebijakan harga tertinggi (ceiling price) yaitu
kebijakan yang dilakukan pemerintah agar produsen tidak semena-mena menaikkan harga
jual komoditinya meskipun jumlah produksinya sedikit.23 Alasan yang umum dalam
mengambil kebijakan ini adalah untuk melindungi konsumen dari harga yang terlalu
tinggi.24 Ceiling Price adalah batas maksimum harga penjualan oleh produsen. Tujuan
penetapan harga tertinggi adalah agar harga produk dapat terjangkau oleh konsumen yang
daya belinya kurang.
Contoh dari penetapan harga batas maksimum ini misalnya pada produk bahan bakar
minyak yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
3. Teknik Menentukan Floor Price dan Celling Price Secara Matematika dan Grafik
a. Floor Price
Jika diketahui fungsi permintaan dan penawaran dari suatu produk tertentu
adalah Pd = 120 – 4Q dan Ps = 30 +2Q. jika pemerintah mengenakan harga batas
minimum (Floor Price) sebesar Rp80 dari produk tersebut.
1) Berapakah jumlah yang diminta oleh konsumen dan jumlah yang di tawarkan oleh
7
produsen dipasar?
a) Hitunglah besarnya kelebihan penawaran (Excess Suply) yang terjadi di pasar!
b) Hitunglah besarnya perubahan pada surplus konsumen dan surplus produsen1
c) Hitunglah besarnya perubahan pada bebanpemerintah!
d) Hitunglah besarnya perubahan pada kesejahteraantotal!
e) Hitunglah besarnya kerugian bobotmati!
Penyelesaian :
120 – 4Q = 30 +2Q
-4Q – 2Q = 30-120
-6Q = -90
Q = -90/-6 = 15
b. Celling Price
Jika diketahui fungsi permintaan dan penawaran dari suatu produk tertentu adalah Pd =
120 - 4Q, Ps = 30+5Q jika pemerintah mengenakan harga batas maksimum (celling
price) sebesar Rp 60 dari produk tersebut
1) Berapakah jumlah yang diminta oleh konsumen dan jumlah yang ditawarkan oleh
8
produsendipasar?
a) Hitunglah besarnya kelebihan permintaan (excess demand) yang terjadi sipasar!
b) Hitunglah besarnya pada surplus konsumen dan surplusprodusen!
c) Hirtunglah besarnya perubahan pada kesejahteraantotal!
d) Hitunglah besarnya kerugian bobot mati!
9
Gambar 2.1 Harga Batas Maksimum Rp 60 yang Meningkat
10
lebih sedikit. Hal ini juga akan menyebabkan adanya pergeseran pada kurva penawaran.
Pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang menyebabakan harga jual
barang tersebut naik, sebab setelah produsen membayar pajak penjualan, ia akan berusaha
mengalihkan (sebagian) beban pajak tersebut ke konsumen, yaitu dengan jalan
menawarkan harga jual yang lebih tinggi. Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta di
pasar menjadi lebih tinggi daripada harga keseimbangan sebelum pajak, di lain pihak
jumlah keseimbangannya menjadi lebih sedikit.
Pengenaan pajak sebesar t atas setiap unit barang yang dijual menyebabkan kurva
penawaran bergeser ke atas, jika fungsi penawaran sebelum pajak (t) adalah Ps = a+bQ
maka sesudah adanya pajak, fungsi penawarannya menjadi Ps = a+bQ+t dengan kurva
penawaran yang lebih tinggi, ceteris paribus, titik keseimbangan pun akan bergeser ke
posisi yang lebih tinggi.
Pengaruh pajak terhadap keseimbangan pasar dapat diselesaikan dengan dua
pendekatan sebagai berikut :
Fungsi Permintaan : Q d =30-6P
Fungsi penawaran : Q s = -10+4P
Pendekatan Pertama
Keseimbangan awal
30-6P = -10+4p
10P = 40
P=4
Q = 30-6P
=30-6(4)
= 6 unit
Keseimbangan awal terdapat pada saat jumlah outpuy 6 unit pada harga jual 4 perunit.
1
Jika pemerintah menetapkan pajak penjualan kepada produsen sebesar 1 4 peruni, maka
Pt = ( 1
4
𝑄+2
1
2
)+1 1
4
1 3
Pt = 4 𝑄 + 3 4
Q = -15+4P
Keseimbangan baru akan tercapai jika permintaan = penawaran
30-6P = -15+4P
10P = 45
P = 4,5
Q = 30-6P
= 30-6 (4,5)
= 3 unit
Keseimbangan setelah pajak tercapai pada saat jumlah output 3 unit pada harga jual 4,5
perunit. Besarnya pajak yang diterima pemerintah adalah jumlah output x pajak perunit.
2. Subsidi
Subsidi adalah pengeluaran pemerintah yang ditujukan kepada masyarakat tanpa
mengharapkan balas jasa apapun atas pengeluarannya tersebut dan ditujukan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya subsisdi pemerintah kepada petani,
subsisdi pendidikan, mendirikan sekolah-sekolah, panti-panti jompo dll. Subsidi secra
tidak langsung akan menambah pendapatan disposibel. Dalam mekanisme demand
supply, subsidi akan mengurangi tingkat harga pada fungsi penawaran.
1
Sebagai contoh, jika pemerintah menetapkan subsidi sebesar 14 perunit yang
diberikan pada sisi penawaran, keseimbangan setelah subsidi dapat dicari dengan dua
pendekatan sebagai berikut :
Pendekatan Pertama
Mengurangi subsidi pada harga penawaran, maka harga penawaran setelah subsidi
menjadi :
13
Ps = P-S
1 1 1
Ps = (4 𝑄 + 2 2) − 1 4
1 3
Pt = 4Q+3 4
Q = -5+4P
Keseimbangan baru akan tercapai jika permintaan = penawaran
30-6P = -5 +4P
10P = 35
P = 3,5
Q = 30-6P
= 30-6 (3,5)
= 9 unit
Keseimbangan setelah subsidi tercapai pada saat jumlah output 9 unit pada harga jual 3,5
perunit.
Besarnya subsidi yang harus disediakan pemerintahadalah jumlah output x subsidi
perunit.
Penerimaan pajak = 9 14 ( )= 11
1 3
4
Pendekatan Kedua
Fungsi permintaan : Qd = 30-6P
Fungsi penawaran : Qs = -10+4P
Keseimbangan baru setelah subsidi
Qs = -10+4(P+S)
5
Qs = -10+4(P+4)
Qs = -10+4P+5
Qs = -5+4P
Keseimbangan baru akan tercapai jika permintaan = penawaran
30-6P = -5+4P
10P =35
P = 3’5
Q = 30-6P
= 30-6(3,5)
14
= 9 unit
Di dalam buku Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq yang ditulis oleh Syaikh Sulaiman
Ahmad Yahya Al-Faifi, di terbitkan oleh Daarul Fath Lil I’Lamil Arabi, dan di
terjemahkan oleh Ahmad Tirmidzi, Lc, Futuhal Arifin, Lc, dan Farhan Kurniawan Lc
bahwa Tas’ir adalah penetapan harga baru bagi barang yang akan di jual (komoditi)
dengan ketentuan bahwa si pemilik barang tidak merasa terzhalimi dan si pembeli tidak
merasa keberatan.
Dan didalam buku Fiqih Muamalah yang di tulis oleh DR. H. Nasrun Haroen,
MA, yang di terbitkan oleh Gaya Media Pratama Jakarta bahwa pengertian Tas’ir secara
etimologi kata at-tas ir seakar dengan kata as-sir’r yang bearti penetapan harga.
Sedangkan al- jabari bearti secara paksa. Dalam fiqih islam , ada dua istilah yang berbeda
yang menyangkut harga suatu barang, yaituats-tsaman dan as-si’r. ats-tsaman, menurut
para ulama figh dalam patokan harga satuan barang, sedangkan as-si’r adalah harga yang
berlaku secara actual di pasar. Lebih lanjut, ulama figh menyatakan bahwa fluktuasi
harga suatu komoditi berkaitan erat dengan as-si’r, bukanats-tsaman.
Para ulama fiqh membagi as-sir itu kepada dua macam, yaitu:
a. Harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan dan ulah para pedagang.
Dalam harga seperti itu, para pedagang bebas menjual barangnya sesuai dengan
harga yang wajar, dengan mempertimbangkan keuntungannya. Pemerintah, dalam
harga yang berlaku secara alami ini, tidak boleh campur tangan, karena campur
tangan pemerintah dalam kasus seperti ini boleh membatasi hak parapedagang.
b. Harga suatu komoditi yang di tetapkan pemerintah setelah mempertrimbangkan
modal dan keuntungan bagi pedagang dan keadaan ekonomi masyarakat.
Penetapan harga dari pemerintah ini di sebut dengan at-tas’iral-jabari.
Menurut Abd al-karim Usman, pakar Fiqh dari Mesir, dalam perilaku ekonomi,
harga suatu komoditi akan stabil apabila stock barang tersedia barang di pasar, karena
15
antara penyediaan barang dan dengan permintaan konsumen terdapat keseimbangan.
Akan tetapi, apabila barang yang tersedia sedikit, sedangkan permintaaan konsumen
banyak, maka dalam hal ini akan terjadi fluktuasi harga. Dalam keadaan yang di sebutkan
terakhir ini, menurutnya, pihak pemerintah tidak boleh ikut campur dalam masalah harga
itu. Cara yang boleh menstabilkan harga itu adalah pemerintah berupaya menyediakan
komoditi di maksud dan menyesuaikannya dengan permintaan pasar. Sebaliknya, apabila
stock barang banyak di pasar, tetapi harga tetap melonjak naik, maka pihak pemerintah
perlu melakukan pengawasan yang ketat. Apabila kenaikan harga ini di sebabkan ulah
para pedagang. Misalnya dengan melakukan penimbunan barang dengan tujuan
menjualnya setelah melonjaknya harga (ikhtikar), maka dalam kasus seperti ini
pemerintah berhak untuk menetapkan harga penetapan harga ini, dan fiqh, di sebut
dengan at-tas’ir al-jabari.
Konsep harga islam juga banyak menjadi daya tarik bagi para pemikir Islam
dengan menggunakan kondisi ekonomi di sekitarnya dan pada massanya, pemikir
tersebut adalah sebagai berikut ;
Abu Yusuf adalah seorang mufti pada kekhalifahan Harun al- Rasyid. Ia menulis
buku pertama tentang sistem perpajakan dalam Islam yang berjudul Kitab al-Kharaj. Dan
Abu Yusuf tercatat sebagai ulama terawal yang mulai menyinggung mekanisme pasar.
Beliau memperhatikan peningkatan dan penurunan produksi dalam kaitannya dengan
perubahan harga. Beliau juga yang mengajukan pertama kali tentang teori permintaan dan
persediaan (demandand supplay) dan pengaruhnya terhadap harga. Fenomena yang
terjadi pada masa Abu Yusuf adalah, ketika terjadi kelangkaan barang maka harga
cenderung akan tinggi, sedangkan pada saat barang tersebut melimpah, maka harga
cenderung untuk turun atau lebih rendah. Abu Yusuf mengatakan: “Tidak ada batasan
tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan. Hal tersebut ada yang
mengaturnya. Prisipnya tidak bisa diketahui. Murah bukan karena melimpahnya
makanan, demikian juga dengan mahal tidak disebabkan karena kelangkaan makanan.
Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah. Kadangkadang makanan sangat sedikit
tetapi murah.”
16
Pandangan Abu Yusuf di atas menunjukkan adanya hubungan negatif antara
persediaan (supply) dengan harga. Hal ini adalah benar bahwa harga itu tidak tergantung
pada supply itu sendiri, oleh karena itu berkurangnya atau bertambahnya harga semata-
mata tidak berhubungan dengan bertambah atau berkurangnya dalam penawaran Dalam
hal ini, Abu Yusuf tampaknya menyangkal pendapat umum mengenai hubungan terbalik
antara permintaan dengan harga. Pada kenyataannya harga tidak tergantung pada
penawaran saja tetapi juga permintaan. Abu Yusuf menegaskan bahwa ada variabel lain
yang mempengaruhi akan tetapi beliau tidak menjelaskan secara rinci.
Dalam analisis ekonomi pada masalah pengendalian harga (tas’ir). Abu Yusuf
menentang penguasa yang menetapkan harga. Menurutnya harga merupakan ketentuan
Allah. Maksudnya adalah harga akan terbentuk sesuai dengan hukum alam yang berlaku
disuatu tempat dan waktu tertentu sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga
itu sendiri. Pendapat Abu Yusuf ini relevan pada pasar persaingan sempurna dimana
banyak penjual dan banyak pembeli sehingga harga ditentukan olehpasar.
Al Ghazali dengan nama lengkapnya Abu Hamid Al Ghazali sebagai ahli tasawuf
mengajukan pandangan dan mulai berpikir tentang pasar. Pandangannya ia jabarkan
dengan rinci, bahwa peran aktivitas perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya
bergerak sesuai kekuatan permintaan dan penawaran. Bagi Al Ghazali merupakan bagian
dari “keteraturan alami” (natural order). Menurut Al-Ghazali hukum alam adalah segala
sesuatu, yakni sebuah ekspresi berbagai hasrat yang timbul dari diri sendiri untuk saling
memuaskan kebutuhan ekonomi. Begitu pula dengan pendapat Al Ghazali mengenai
17
pasar merupakan keteraturan alami(naturalorder), yaitu harga di pasar akan terbentuk
secara alami sesuai dengan faktor- faktor yang mempengaruhi harga, dan pendapat Al
Ghazali ini lebih cocok pada pasar persaingan sempurna.
Sementara untuk kurva permintaan yang ”turun dari kiri atas ke kanan bawah”
dijelaskan sebagai “harga dapat diturunkan dengan mengurangi permintaan” Seperti
halnya pemikir lain pada masanya, Al Ghazali juga berbicara tentang harga yang
biasanya langsung dihubungkan dengan keuntungan. Keuntungan belum secara jelas
dikaitkan dengan pendapatan dan biaya. Bagi Al Ghazali keuntungan adalah kompensasi
dari kepayahan perjalanan, risiko bisnis, dan ancaman diri keselamatan si pedagang.
Walaupun ia tidak setuju dengan keuntungan yang berlebih untuk menjadi motivasi
pedagang bagi Al Ghazali keuntungan sesungguhnya adalah keuntungan di akhirat kelak.
18
Adapun keuntungan normal merutnya adalah berkisar antara 5 sampai 10 persen dari
hargabarang.
Dalam karyanya yang berjudul al muqoddimah pada bab yang berjudul “harga di
kota-kota” ia membagi jenis barang menjadi barang kebutuhan pokok dan mewah.
Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan selanjutnya populasinya akan bertambah
banyak, maka harga-harg kebutuhan pokok akan mendapatkan prioritas pengadaannya.
Akibatnya penawaran meningkat dan ini berarti turunnya harga. Sedangkan untuk
barang-barang mewah, permintaannya akan menigkat sejalan dengan berkembangnya
kota dan berubahnya gaya hidup. Akibatnya harga barang mewah akan meningkat. Bagi
Ibnu Khaldun, harga adalah hasil dari hukum permintaan dan penawaran. Pengecualian
satu-satunya dari hukum ini adalah harga emas dan perak, yang merupakan standar
moneter. Semua barang-barang lain terkena fluktuasi harga yang tergantung pada pasar.
Bila suatu barang langka dan banyak diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang
berlimpah maka harganya akan rendah. Mekanisme penawaran dan permintaan dalam
menentukan harga keseimbangan menrut Ibnu Khaldun, ia menjabarkan pengaruh
persaingan diantara konsumen untuk mendapatkan barang pada sisi permintaan. Setelah
itu pada sisi penawaran, ia menjelaskan pula pangaruh meningkatnya biaya produksi
karena pajak dan pungutan- pungutan lainnya di kota tersebut. Hal ini menunjukkan
bahwa Ibnu Khaldun, sebagaimana Ibnu Taimiyah telah mengidentifikasi kekuatan
permintaan dan penawaran sebagai penentu harga keseimbangan. Ibnu Khaldun
kemudian mengatakan bahwa keuntungan yang wajar akan mendorong tumbuhnya
perdagangan, sedangkan keuntungan yang sangat rendah akan membuat lesu perdagangan
karena pedagang kehilangan motivasi. Sebaliknya, jika pedagang mengambil keuntungan
sangat tinggi, juga akan membuat lesu perdagangan karena lemahnya permintaan
konsumen. Pendapat Ibnu Khaldun juga sama dengan pendapat tokoh-tokoh di atas,
hanya yang membedakan dengan tokoh di atas adalah sudut pandang. Karena secara
eksplisit Ibnu Khaldun menjelaskan jenis-jenis biaya yang membentuk penawaran dan
Ibnu Khaldun lebih fokus menjelaskan fenomena yangterjadi.
Harga hanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang di relakan dalam akad, baik
19
lebih sedikt, lebih besar, atau sama dengan nilai barang. Biasanya, harga di jadikan
penukar barang yang di ridhai oleh kedua bilah pihak yang akad.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsumen mendapatkan surplus bila harga yang diperkirakannya lebih tinggi dari
harga keseimbangan pasar. Besarnya surplus bergantung pada berapa banyak jumlah
kuantitas yang akan dibeli di kalikan dengan selisih harga. Produsen akan mendapatkan
surplus jika harga jual produknya lebih rendah dari harga yang mampu dibeli oleh
konsumen dalam kondisi keseimbangan pasar.
Kebijakan harga terendah disebut kebijakan harga minimum (floor price) yaitu
kebijakan harga terendah bagi suatu komoditi yang dijual produsen. Ceiling Price adalah
batas maksimum harga penjualan oleh produsen. Tujuan penetapan harga tertinggi adalah
agar harga produk dapat terjangkau oleh konsumen yang daya belinya kurang.
Penjualan atas suatu produk biasanya di kenakan pajak oleh pemerintah. Jika produk
tersebut di kenakan pajak t per unit, maka akan terjadi perubahan keseimbangan pasar atas
21
produk tersebut, baik harga maupun jumlah keseimbangan. Hal ini dikarenakan bahwa
podusen biasanya mengalihkan tanggungan pajaknya sebagian kepada konsumen yang akan
membeli produk tersebut.
Jika pemerintah memberikan subsidi atas suatu produk tertentu, harga yang di bayar
oleh konsumen akan turun, sedangkan jumlah yang diminta atas produk tersebut akan
bertambah. Secara geometri, penurunan harga ini adalah pergeseran kurva penawaran
sejauh s per unit.
Tas’ir secara etimologi kata at-tas ir seakar dengan kata as-sir’r yang bearti
penetapan harga. Para ulama fiqh membagi as-sir itu kepada dua macam, yaitu Harga yang
berlaku secara alami, tanpa campur tangan dan ulah para pedagang dan Harga suatu
komoditi yang di tetapkan pemerintah setelah mempertimbangkan modal dan keuntungan
bagi pedagang dan keadaan ekonomi masyarakat
22
DAFTAR PUSTAKA
23