Minggu 9 - KB IUD - Siti Suwarsih
Minggu 9 - KB IUD - Siti Suwarsih
Minggu 9 - KB IUD - Siti Suwarsih
Di Susun Oleh :
Siti Suwarsih
161211027
A. Latar Belakang
Pelayanan Kontrasepsi adalah serangkaian kegiatan meliputi pemberian KIE,
konseling, penapisan kelayakan medis, pemberian kontrasepsi, pemasangan atau
pencabutan, dan penanganan efek samping atau komplikasi dalam upaya mencegah
kehamilan. Pelayanan kontrasepsi yang diberikan meliputi kondom, pil, suntik,
pemasangan atau pencabutan implan, pemasangan atau pencabutan alat kontrasepsi
dalam rahim, pelayanan tubektomi, dan pelayanan vasektomi (Profil Kesehatan
Indonesia, 2019).
KB Pasca persalinan (KBPP) adalah upaya pencegahan kehamilan dengan
menggunakan metode/alat/obat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai dengan 42
hari/6 minggu setelah melahirkan. Beberapa studi menunjukkan pelayanan KB (termasuk
KBPP) yang efektif dapat mengurangi kematian ibu dengan cara mengurangi kehamilan
dan mengurangi kelahiran risiko tinggi. Salah satu faktor memberikan dampak pada
peningkatan Angka Kematian Ibu adalah risiko 4 Terlalu (Terlalu muda melahirkan di
bawah usia 21 tahun, Terlalu tua melahirkan di atas 35 tahun, Terlalu dekat jarak
kelahiran kurang dari 3 tahun dan Terlalu banyak jumlah anak lebih dari 2 (dua).
Persentase ibu meninggal yang melahirkan berusia di bawah 20 tahun dan di atas 35
tahun adalah 33% dari seluruh kematian ibu, sehingga apabila program KB dapat
dilaksanakan dengan baik lagi, kemungkinan 33% kematian ibu dapat dicegah melalui
pemakaian kontrasepsi (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam terdiri dari plastik (polyethiline), ada yang dililiti tembaga (CU), ada
pula yang tidak, ada yang dililiti tembaga bercampur perak (Ag), selain itu ada pula
dibatangnya yang berisi hormon progesteron (Suratun, 2017).
Menurut BKKBN, peserta KB aktif di antara Pasangan Usia Subur (PUS) tahun
2020 sebesar 67,6%. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 63,31%
berdasarkan data Profil Keluarga Indonesia,Tahun 2019. Pola pemilihan jenis alat
kontrasepsi pada tahun 2020 menunjukkan bahwa sebagian besar akseptor memilih
menggunakan metode suntik sebesar 72,9%, diikuti oleh pil sebesar 19,4%. Jika dilihat
dari efektivitas, kedua jenis alat ini termasuk metode kontrasepsi jangka pendek sehingga
tingkat efektifitas dalam pengendalian kehamilan lebih rendah dibandingkan jenis
kontrasepsi lainnya. Pola ini terjadi setiap tahun, dimana peserta lebih banyak memilih
metode kontrasepsi jangka pendek dibandingkan metode kontrasepsi jangka panjang
(IUD, implan, MOW dan MOP).
Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan
kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk keluarga
berencana. Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk
pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang
sehat dan cerdas. Pasangan Usia Subur bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di
tempat-tempat yang melayani program KB (Profil Kesehatan Indonesia, 2019).
Berdasarkan data dari buku laporan poli KB RST Bhakti Wiratamtama pada
tanggal 14 Januari – 31 Januari 2022 di dapatkan sebanyak 7 ibu dengan kb IUD. Dari
uraian tersebut penulis tertarik melakukan asuhan kebidanan pada Ny. M umur 34 tahun
P2A0 di RST Bhakti Wiratamtama.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk melaksanakan dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan asuhan
kebidanan pada keluarga berencana pada Ny. M umur 34 tahun P2A0 akseptor kb
IUD di ruang poliklinik KB RST Bhakti Wiratamtama.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny. M umur 34 P2A0 akseptor kb IUD di Poliklinik
KB RST Bhakti Wiratamtama.
b. Menginterprestasikan data meliputi diagnose, masalah dan kebutuhan pada Ny. M
umur 34 tahun P2A0 akseptor kb IUD di poliklinik KB RST Bhakti Wira
Tamtama.
c. Merumuskan diagnose pada Ny. M umur 34 tahun P2A0 akseptor kb IUD di
poliklinik KB RST Bhakti Wira Tamtama.
d. Mengidentifikasi masalah yang memerlukan penanganan segera dan melakukan
tindakan antisipasi pada Ny. M umur 34 tahun P2A0 akseptor kb IUD di
poliklinik KB RST Bhakti Wira Tamtama.
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Ny. M umur 34 tahun P2A0 akseptor
kb IUD di poliklinik KB RST Bhakti Wira Tamtama.
f. Melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny. M umur 34 tahun
P2A0 akseptor kb IUD di poliklinik KB RST Bhakti Wira Tamtama.
g. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada Ny. M umur 34 tahun P2A0 akseptor
kb IUD di poliklinik KB RST Bhakti Wira Tamtama.
C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Menambah pengalaman nyata dalam mengaplikasikan teori dan evidence based
practice pemberian asuhan kebidanan pada ibu keluarga berencana.
2. Bagi lahan praktik
Manfaat asuhan ini bagi lahan praktik sebagai bahan untuk memberikan gambaran
dan masukan bagi tenaga kesehatan yang ada di lahan praktik dalam memberikan
asuhan kebidanan
3. Bagi klien
Mendapatkan pelayanan asuhan kebidanan yang bermutu sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan dan evidence based practice
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Keluarga Berencana
1. Pengertian
Menurut Noviawati (2011), keluarga berencana adalah upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui :
a. Pendewasaan usia perkawinan (PUP)
b. Pengaturan kelahiran
c. Pembinaan kesehatan keluarga
d. Peningkatan kesejahteraan keluarga, dan bahagia
2. Tujuan program KB
Menurut Handayani (2010), tujuan program KB adalah:
a. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pengendalian
pertumbuhan penduduk Indonesia.
b. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga.
B. Kontrasepsi
1. Pengertian
Menurut Rusmini dkk (2017), kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan
sel sperma tersebut.
2. Syarat kontrasepsi
Menurut Handayani (2010), syarat kontrasepsi adalah :
a. Aman pemakaiannya dan dipercaya.
b. Tidak ada efek samping yang merugikan.
c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
e. Tidak memerlukan bantuan medis atau control yang ketat selama pemakaian
f. Cara penggunaan sederhana atau tidak rumit.
g. Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
h. Dapat diterima oleh pasangan suami istri
3. Efektifitas Kontrasepsi
Efektifitas kontrasepsi yang digunakan bergantung pada kesesuaian pengguna dengan
intruksi. Perbedaan keberhasilan juga tergantung pada tipikal penggunaan (yang
terkadang tidak konsisten) dan penggunaan sempurna yang mengikuti semua intruksi
dengan benar dan tepat. (Nugraha dan Utama, 2014)
4. Macam-macam Kontrasepsi
Menurut Rusmini dkk (2017), macam-macam kontrasepsi adalah sebagai berikut :
a. Metodekontrasepsi sederhana tanpa alat
1) Senggama terputus
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana traditional, dimana pria
mengeluarkan alat kelaminya dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi
sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.
2) Pantang berkala
Pantang berkala adalah tidak melakukan senggama pada masa subur seorang
wanita yaitu waktu terjadinya ovulasi (waktu dimana sel telur siap untuk
dibuahi).
b. Metode kontrasepsi sederhana dengan alat
1) Kondom
Adalah suatu selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan
diantaranya lateks(karet), plastic(vinil), atau bahan alami(produksi hewani)
yang dipasang pada penis (kondom pria) atau vagina (kondom wanita) pada
saat berhubungan seksual.
2) Diafragma
Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung terbuat dari karet yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual dan
menutup serviks.
c. Metode kontasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal (pil KB, suntik, implant).
d. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau yang biasa disebut dengan Intra
Uterin Device (IUD) adalah alat kontrasepsi yang dimasukan ke dalam rahim
yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik.
e. Metode kontrasepsi mantap (Kontap)
1) Pada wanita : Tubektomi, pemotongan atau pengikatan saluran pembawa sel
telur ke rahim
2) Pada pria : Vasektomi, mengikat atau memotong saluran mani.
C. Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
1. Pengertian AKDR/IUD
AKDR adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan yang efektif, aman dan
refersible yang terbuat dari plastik atau logam kecil yang dimasukkan dalam uterus
melalui kanalis servikalis (Imelda, 2018).
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang bentuknya
bermacam-macam terdiri dari plastik (polyethiline), ada yang dililiti tembaga (CU),
ada pula yang tidak, ada yang dililiti tembaga bercampur perak (Ag), selain itu ada
pula dibatangnya yang berisi hormon progesteron (Suratun, 2017).
2. Jenis –jenis AKDR
AKDR yang sering digunakan adalah Coper T Cu T 380 A. IUD Copper T Cu
380 A memiliki panjang 36mm, lebar 32mm, 314mm2 . Kawat Cu dari bahan
vertikal, dua selubung Cu seluas masing- masing 33mm2 pada masing-masing lengan
horisontal.
Daya kerjanya delapan tahun. (Hanafi, 2004; h. 213). IUD CuT-380 A merupakan
jenis IUD generasi ketiga berbentuk kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel,
bebentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (CU).
Tersedia di Indonesia dan terdapat di mana – mana (BKKBN, 2009 h. 153).
IUD merupakan alat berukuran kecil jenis IUD Copper T Cu 380A berbentuk
seperti huruf T yang dimasukkan ke dalam rahim dan memiliki manfaat kontraseptif
karena menghalangi sperma masuk ke dalam tuba falopi.
3. Cara kerja
IUD adalah alat berukuran kecil yang ditempatkan di dalam rongga endometrium,
IUD berlapis tembaga mengubah cairan endometrium dan cairan tuba, menghambat
transport telur, pembuahan, motilitas sperma, dan integritasnya. Reaksi peradangan
benda asing lokal mengganggu endometrium dan miometrium, yang pada akhirnya
mempengaruhi oviduk, dan sekaligus serviks. IUD berisi progesteron sehingga
menyebabkan endometrium tidak cocok untuk implantasi, mempertebal mucus
serviks, dan dapat menghambat ovulasi (Sinclair, 2010)
Mekanisme kerja IUD adalah mencegah kehamilan dan ion-ion Copper yang
berasal dari IUD tembaga mengubah isi saluran telur dan cairan endometrium
sehingga dapat mempengaruhi jalan sel telur di dalam saluran telur serta fungsi
sperma (Varney, 2017). IUD merupakan metode hormonal dengan kontra indikasi,
keuntungan, dan efek samping yang sama dengan alat kontrasepsi hormonal yang
hanya berisi progestin, Alat ini merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif.
Tetapi menyebabkan pola perdarahan menstruasi berubah dan tidak teratur, selama
tiga sampai enam bulan pertama, jumlah hari perdarahan dan bercak darah dapat
meningkat, selama enam bulan kedua, jumlah hari perdarahan dan bercak darah
masih tidak teratur, tetapi berkurang. Amenore dapat dialami oleh kurang lebih 20%
wanita pada akhir tahun pertama penggunaan alat kontrasepsi IUD. Seorang wanita
dapat kembali subur jika IUD dilepas, tetapi alat ini tidak melindungi wanita dari
penyakit menular seksual atau infeksi HIV (Varney, 2017).
4. Macam-macam IUD
a. IUD non- hormonal
Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke empat, IUD telah dikembangkan
mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang sutra dan logam sampai
generasi plastik (polyetilen) baik yang ditambah obat maupun tidak.
Menurutnya bentuknya IUD dibagi menjadi dua :
1) Bentuk terbuka (oven device) Misalnya : Lippes loop, CUT, Cu-7, Margules,
Spring Coil, Multiload, Nova-T.
2) Bentuk tertutup (closed device) Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten berg
ring.
Menurut tambahan atau metal :
1) Medicated IUD
Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun) Cu T
300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T
(daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated
IUD angka yang tertera di belakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus
tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah
200mm2.
2) Un Medicated IUD
Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
b. IUD yang mengandung hormonal
1) Progestasert-T=Alza T
a) Panjang 36mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
b) Mengandung 38mg progesterone dan barium sulfat, melepaskan 65 mcg
progesteron per hari.
c) Tabung insersinya berbentuk lengkung, dan memiliki daya kerja 18
bulan.
d) Tekhnik insersi plunging (modified withdrawal).
2) LNG-20
a) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20 mcg er hari
b) Angka kegagalan atau kehamilan, angka terendah kurang dari 0,5 per
100 wanita per tahun.
c) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan
ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami
amenore atau perdarahan haid yang sangat sedikit (Handayani, 2010).
5. Keuntungan dan Kerugian KB IUD
a. Menurut Saifudin (2013) keuntungan kb IUD adalah :
1) Efektifitasnya tinggi
2) IUD sangat efektif segera setelah pemasangan
3) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat kapan harus ber KB
4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil
6) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
7) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
8) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).
9) kehamilan ektopik
b. Kerugian :
1) Perubahan siklus haid (pada tiga bulan pertama dan akan berkurang setelah
tiga bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
5) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
berganti-ganti pasangan
6. Kontraindikasi, Indikasi dan Efek Samping
a. Kontraindikasi
1) Wanita hamil atau diduga hamil, misalnya jika seorang wanita melakukan
senggama tanpa menggunakan metode kontrasepsi yang valid sejak periode
menstruasi normal yang terakhir.
2) Penyakit inflamasi pelfik (PID) diantaranya : riwayat PID kronis, riwayat
PID akut atau subakut, riwayat PID dalam tiga bulan terakhir, termasuk
endometritis pasca melahirkan atau aborsi terinfeksi.
3) Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat mempermudah ektopik.
4) Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde uterus) berada diluar batas yang
telah ditetapkan yaitu ukuran uterus yang normal 6 sampai 9cm.
5) IUD sudah ada dalam uterus dan belum dikeluarkan (Varney Helen, 2017).
b. Indikasi
1) Usia reproduksi.
2) Keadaan nullipara.
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
4) Wanita yang sedang menyusui.
5) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi.
6) Tidak mengehendaki metode kontrasepsi hormonal (Handayani, 2010).
c. Efek samping
1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan
penyebab terjadinya anemia.
3) Penyakit radang panggul dapat terjadi pada wanita dengan IMS jika memakai
IUD, penyakit radang panggul dapat memicu terjadinya infertilitas.
4) Sedikit nyeri dan perdarahan (spooting) terjadi segera setelah pemasangan
IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari (Saifuddin, 2016).
7. Cara pemasangan
Menurut BKKBN (2017), cara pemasangan IUD adalah :
a. Menjelaskan cara kerja KB IUD
b. Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD
c. Menjelaskan cara pemasangan KB IUD
d. Menjelaskan jadwal kunjungan ulang pra pemasangan atau setelah pemasangan
yaitu satu minggu setelah pemasangan, enam bulan setelah pemasangan, satu
tahun setelah pemasangan.
e. Sedang hamil (diketahui hamil atau sedang hamil).
f. Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya
g. Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servitis)
h. Diketahui menderitaTBC pelvic
i. Kanker alat genital
j. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
8. Pemasangan
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
b. Masukan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali sarung tangan
yang baru.
c. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
d. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan serviks
e. Jepit bibir serviks dengan tenakulum
f. Masukan IUD ke kanalis servikalis dengan tekhnik tanpa sentuh, kemudian
dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai fundus.
g. Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga
lengan IUD bebas
h. Setelah pendorong ditarik ke luar, baru keluarkan selubung.
i. Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan spekulum dengan hatihati.
j. Dekontaminasi dan pencegahan pasca Tindakan
9. Konseling dan Instruksi Pasca Insersi
a. Buat rekam medik.
b. Mengkaji perasaan akseptor pasca pemasangan IUD Copper T Cu380A.
c. Menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pasca pemasangan IUD Copper T
Cu-380A (Sakit dan kejang selama 3-5 hari pasca pemasangan, perdarahan berat
waktu haid atau diantarnya yang mungkin penyebab anemia, perforasi uterus).
d. Ajarkan klien cara pemeriksaan mandiri benang IUD.
e. Mencucui tangan.
f. Ibu jongkok kemudian memasukkan jari tengah ke dalam vagina ke arah bawah
dan ke dalam sehingga dapat menemukan lokasi serviks.
g. Merasakan benang IUD pada ujung serviks, jangan menarik benang tersebut.
h. Memeriksa IUD pada setiap akhir menstruasi dan sesering mungkin di antara
bulan-bulan kunjungan ulang.
i. Menjelaskan kemungkinan IUD keluar atau ekspulsi.
j. Menjelaskan bahwa IUD Copper T Cu380A segera efektif setelah pemasangan.
k. Menjelaskan waktu kunjungan ulang (control pertama 1minggu pasca
pemasangan, selanjutnya 4-6minggu, saat menstruasi yang akan datang, atau jika
ada keluhan).
l. Menjelaskan bahwa akseptor dapat melepas IUD 10 tahun atau apabila klien
menghendaki.
m. Lakukan observasi selam 15menit sebelum memperbolehkan klien pulang
(Prawiroharjo, 2016).
10. Cara Melepas IUD
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
b. Akseptor dipersilahkan untuk buang air kecil (BAK) terlebih dahulu dan
membersihkan daerah genitalnya, kemudian dipersilahkan berbaring di tempat
periksa dalam posisi litotomi.
c. Gunakan sarung tangan steril, lakukan vulva hygiene.
d. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan menentukan besar, bentuk, dan
posisi rahim.
e. Masukan spekulum ke dalam liang senggama posisikan sedemikian rupa
sehingga mulut rahim terlihat dengan baik.
f. Bersihkan serviks dengan dengan larutan antiseptik 3 kali secara merata pada
daerah serviks dan vagina.
g. Identifikasi benang IUD, jika terlihat, jepit benang dengan forsep, tarik benang
IUD perlahan-lahan ke arah bawah hingga keluar dari liang senggama. Bila
terasa ada tahanan terlalu kuat, cobalah lakukan manuver dengan menarik-narik
secara halus benang tersebut.
h. Apabila benang tidak terlihat, masukan sonde sesuai dengan posisi rahim pada
pemeriksaan dalam. Ukur dalam rahim dan putar gagang sonde secara perlahan-
lahan dalam bentuk lingkaran, benturan sonde dengan IUD akan terasa bila IUD
terdapat di dalam rahim. Tarik IUD keluar dengan memakai IUD
removel/pengait IUD.
i. Lepaskan spekulum, kemudian lakukan disinfeksi daerah vagina.
j. Lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang dengan bahan klorin
0,5%.
11. Komplikasi pasca pemasangan IUD
a. Infeksi
IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim yang berada didalam vagina, tidak
menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan dan tekhnik
pemasangan dilakukan secara steril, jika terjdi infeksi hal ini 13 mungkin
disebabkan sudah terdapat infeksi yang subakut pada traktus genitalis sebelum
pemasangan IUD (Prawirohardjo, 20017).
b. Perforasi
Umumnya perforasi terjadi saat pemasangan IUD, pada permulaan hanya ujung
IUD saja yang menembus dinding uterus, tetapi jika uterus berkontraksi IUD
dapat terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai
ke rongga perut. Kemungkinan adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada
pemeriksaan dengan spekulum benang IUD tidak terlihat (Prawirohardjo,2017).
c. Kehamilan
Seorang klien yang mengalami kehamilan dengan IUD masih terpasang perlu di
berikan konseling tentang resiko yang akan terjadi jika kehamilan dilanjutkan
dengan IUD tetap terpasang. Resiko yang dapat terjadi antara lain infeksi
intrauterus, sepsis, aborsi spontan, aborsi sepsis spontan, plasenta previa, dan
persalinan prematur. Apabila benang IUD tidak terlihat pada tulang serviks atau
tidak teraba pada saluran serviks, maka perlu dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi atau USG untuk memastikan apakah IUD masih berada didalam
uterus. (Varney, 2017).
BAB III
TINJAUAN KASUS
DS :
- Ibu mengatakan ingin kb IUD setelah melahirkan anak kedua ini
- Ibu mengatakan tidak ada keluhan, ibu mengatakan saat ini sedang haid
hari ke 5.
DO :
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 125/70 mmHg Rr : 20x/m
S : 36,2°C Nd : 80 x/m
BB : 59 Kg TB : 157 cm
2. Masalah
Tidak ada
3. Kebutuhan
Tidak ada
V. PERENCANAAN
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
2. Jelaskan tentang kontrasepsi IUD
3. Jelaskan efek samping KB IUD
4. Informed consent pemasangan KB IUD
5. Lakukan pemasangan KB IUD
6. Konseling pasca pemasangan
7. Anjurkan ibu control 1 bulan
VI. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa hasilnya dalam batas normal dan ibu
bisa dilakukan pemasangan kb IUD.
2. Menjelaskan kepada ibu mengenai kb IUD atau alat kontrasepsi yang dimasukkan
kedalam Rahim yaitu alat berukuran kecil yang ditempatkan di dalam rongga
endometrium, IUD berlapis tembaga mengubah cairan endometrium dan cairan
tuba, menghambat transport telur, pembuahan, motilitas sperma, dan
integritasnya. Mekanisme kerja IUD adalah mencegah kehamilan dan ion-ion
Copper yang berasal dari IUD tembaga mengubah isi saluran telur dan cairan
endometrium sehingga dapat mempengaruhi jalan sel telur di dalam saluran telur
serta fungsi sperma.
3. Mejelaskan ibu efek samping kb IUD adalah merasakan sakit selama 3 -5 hari
setelah pemasangan kb IUD, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya
yang memungkinkn penyebab terjadinya anemia, Sedikit nyeri dan perdarahan
(spooting) terjadi segera setelah pemasangan IUD, biasanya menghilang dalam 1-
2 hari.
4. Melakukan informed consent kepada ibu tindakan pemasangan IUD
5. Melakukan pemasangan kb IUD Mencuci tangan sebelum tindakan, masukan
lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali sarung tangan yang baru,
pasang spekulum vagina untuk melihat serviks, makukan tindakan aseptik dan
antiseptik pada vagina dan serviks, jepit bibir serviks dengan tenakulum, masukan
IUD ke kanalis servikalis dengan tekhnik tanpa sentuh, kemudian dorong ke
dalam kavum uteri hingga mencapai fundus, tahan pendorong (plunger) dan tarik
selubung (inserter) ke bawah sehingga lengan IUD bebas, setelah pendorong
ditarik ke luar, baru keluarkan selubung, gunting benang IUD, keluarkan
tenakulum dan spekulum dengan hatihati, dekontaminasi dan pencegahan pasca
Tindakan.
6. Melakukan konseling pasca tindakan yaitu mengkaji perasaan ibu setelah diasang
IUD, mengajarkan ibu cara memeriksa benang IUD dengan ibu jongkok kemudian
memasukkan jari tengah ke dalam vagina ke arah bawah dan ke dalam sehingga
dapat menemukan lokasi serviks, merasakan benang IUD pada ujung serviks,
jangan menarik benang tersebut, memeriksa IUD pada setiap akhir menstruasi dan
sesering mungkin di antara bulan-bulan kunjungan ulang, menjelaskan
kemungkinan IUD keluar atau ekspulsi, menjelaskan bahwa IUD segera efektif
setelah pemasangan. Memberitahu ibu untuk tidak pulang dulu selama 15 menit
karena akan di observasi dahulu.
7. Menganjurkan ibu control 1 minggu setelah pemasangan, kemudian 1 bulan atau
jika ada keluhan.
VII. EVALUASI
1. Ibu mengetahui keadaanya
2. Ibu mengerti apa yang dijelaskan
3. Ibu mengerti efek samping kb IUD
4. Ibu bersedia dilakukan pemasangan kb IUD
5. Telah dilakukan pemasangan kb IUD
6. Telah dilakukan konseling pasca pemasangan kb IUD
7. Ibu bersedia control ulang
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menguraikan pembahasan tentang asuhan kebidanan intranatal pada Ny. M
dalam pembahasan ini akan diuraikan secara narasi berdasarkan pendekatan asuham kebidanan.
1. Pengkajian
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan data dengan wawancara,
observasi, dan pemeriksaan. Secara garis besar diklasifikasikan sebagai data subjektif dan
objektif. Maka dari itu dibutuhkan anamnesa terhadap klien seperti melakukan tanya jawab
kepada ibu untuk memperoleh data meliputi riwayat kesehatan, riwayat reproduksi, riwayat
haid, riwayat obstetrik, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, riwayat ginekologi,
riwayat KB, riwayat pemenuhan kebutuhan dasar.
Berdasarkan anamnesa didapatkan data subyektif pada Ny. M yaitu ibu mengatakan
tidak ada keluhan, ibu ingin kb IUD dan saat ini ibu sedang haid hari ke 5.
Data obyektif yang didapatkan bahwa keadaan umum kesadaran composmentis tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,2 oC dan pernapasan 20 x/menit.
2. Interprestasi Data
Interprestasi data meliputi diagnose kebidanan, masalah yang mungkin timbul.
Berdasarkan pengkajian diperoleh diagnose kebidanan Ny. M umur 34 tahun akseptor kb
IUD. Sedangkan masalahnya adalah tidak ada.kebutuhan tidak ada karena maslah tidak
ditemukan. Dalam kasus Ny. M tidak ditemukan diagnose potensial.
Antisipasi/penanganan segera juga tidak dilakukan karena diagnose potensial tidak
ditemukan.
3. Perencanaan
Pada kasus Ny. M akseptor kb IUD dilakukan perencanaan beritahu ibu, jelaskan kepada
ibu mengenai kb IUD, beritahu efek samping kb IUD, lakukan informed consent tindakan
pemasangan, lakukan pemasangan kb IUD, konseling pasca pemasangan kb IUD, anjurkan
control pasca pemasangan kb IUD.
4. Penatalaksanaan
a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa hasilnya dalam batas normal dan ibu bisa
dilakukan pemasangan kb IUD.
b. Menjelaskan kepada ibu mengenai kb IUD atau alat kontrasepsi yang dimasukkan
kedalam Rahim yaitu alat berukuran kecil yang ditempatkan di dalam rongga
endometrium, IUD berlapis tembaga mengubah cairan endometrium dan cairan tuba,
menghambat transport telur, pembuahan, motilitas sperma, dan integritasnya.
Mekanisme kerja IUD adalah mencegah kehamilan dan ion-ion Copper yang berasal
dari IUD tembaga mengubah isi saluran telur dan cairan endometrium sehingga dapat
mempengaruhi jalan sel telur di dalam saluran telur serta fungsi sperma.
Menurut teori Imelda (2018) AKDR adalah suatu alat untuk mencegah kehamilan
yang efektif, aman dan refersible yang terbuat dari plastik atau logam kecil yang
dimasukkan dalam uterus melalui kanalis servikalis.
Menurut Sinclair (2010), IUD adalah alat berukuran kecil yang ditempatkan di
dalam rongga endometrium, IUD berlapis tembaga mengubah cairan endometrium dan
cairan tuba, menghambat transport telur, pembuahan, motilitas sperma, dan
integritasnya. Reaksi peradangan benda asing lokal mengganggu endometrium dan
miometrium, yang pada akhirnya mempengaruhi oviduk, dan sekaligus serviks. IUD
berisi progesteron sehingga menyebabkan endometrium tidak cocok untuk implantasi,
mempertebal mucus serviks, dan dapat menghambat ovulasi.
c. Mejelaskan ibu efek samping kb IUD adalah merasakan sakit selama 3 -5 hari setelah
pemasangan kb IUD, perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkn penyebab terjadinya anemia, Sedikit nyeri dan perdarahan (spooting)
terjadi segera setelah pemasangan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
Menurut teori Saifudin, 2016 efek samping dari IUD adalah Merasakan sakit dan
kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan., Perdarahan berat pada waktu haid
atau diantaranya yang memungkinkan penyebab terjadinya anemia, penyakit radang
panggul dapat terjadi pada wanita dengan IMS jika memakai IUD, penyakit radang
panggul dapat memicu terjadinya infertilitas, sedikit nyeri dan perdarahan (spooting)
terjadi segera setelah pemasangan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
d. Melakukan informed consent kepada ibu tindakan pemasangan IUD
e. Melakukan pemasangan kb IUD Mencuci tangan sebelum tindakan, masukan lengan
IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali sarung tangan yang baru, pasang
spekulum vagina untuk melihat serviks, makukan tindakan aseptik dan antiseptik pada
vagina dan serviks, jepit bibir serviks dengan tenakulum, masukan IUD ke kanalis
servikalis dengan tekhnik tanpa sentuh, kemudian dorong ke dalam kavum uteri
hingga mencapai fundus, tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke
bawah sehingga lengan IUD bebas, setelah pendorong ditarik ke luar, baru keluarkan
selubung, gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan spekulum dengan hatihati,
dekontaminasi dan pencegahan pasca Tindakan.
Menurut BKKBN (2017), cara pemasangan IUD adalah :
a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
b. Masukan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali sarung tangan
yang baru.
c. Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.
d. Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan serviks
e. Jepit bibir serviks dengan tenakulum
f. Masukan IUD ke kanalis servikalis dengan tekhnik tanpa sentuh, kemudian
dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai fundus.
g. Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga
lengan IUD bebas
h. Setelah pendorong ditarik ke luar, baru keluarkan selubung.
i. Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan spekulum dengan hatihati.
Dekontaminasi dan pencegahan pasca Tindakan
f. Melakukan konseling pasca tindakan yaitu mengkaji perasaan ibu setelah diasang
IUD, mengajarkan ibu cara memeriksa benang IUD dengan ibu jongkok kemudian
memasukkan jari tengah ke dalam vagina ke arah bawah dan ke dalam sehingga dapat
menemukan lokasi serviks, merasakan benang IUD pada ujung serviks, jangan
menarik benang tersebut, memeriksa IUD pada setiap akhir menstruasi dan sesering
mungkin di antara bulan-bulan kunjungan ulang, menjelaskan kemungkinan IUD
keluar atau ekspulsi, menjelaskan bahwa IUD segera efektif setelah pemasangan.
Memberitahu ibu untuk tidak pulang dulu selama 15 menit karena akan di observasi
dahulu.
g. Menganjurkan ibu control 1 minggu setelah pemasangan, kemudian 1 bulan atau jika
ada keluhan.
5. Evaluasi
Setelah dilakukan penjelasan kepada ibu, ibu mengerti apa yang telah dijelaskan, bersedia
dilakukan pemasangan kb IUD, dan ibu bersedia melakukan apa yang di anjurkan oleh
bidan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkanyang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan pada
asuhan kebidanan pada Ny. M umur 34 tahun P2A0 akseptor kb IUD di RST Bhakti
Wiratamtama, maka penulis mampu mengambil kesimpulan yaitu :
a. Pada pengkajian data diperoleh data subyektif ibu mengatakan tidak ada
keluhan, ibu ingin kb IUD, dan ibu sedang haid hari ke 5. Data obyektif pada
Ny. M diperoleh hasil TD:125/70, Rr : 20x/m, S : 36,2°C , Nd : 80 x/m, BB : 61
Kg, TB : 156 cm.
b. Interprestasi data dari hasil pengkajian diperoleh diagnose kebidanan Ny. M
umur 34 tahun P2A0 akseptor kb IUD. Dengan masalah tidak ada. Dan tidak ada
kebutuhan karena tidak ditemukan masalah.
c. Diagnose potensial Ny. M adalah tidak terjadi karena mendapatkan perawatan
langsung.
d. Antisipasi / penanganan segera pada Ny. M juga tidak dilakukan karena
diagnose potensial tidak ditemukan.
e. Perencanaan yang diberikan pada kasus ini yaitu beritahu ibu hasil pemeriksaan,
jelaskan kepada ibu mengenai kb IUD, beritahu efek samping kb IUD, lakukan
informed consent tindakan pemasangan, lakukan pemasangan kb IUD, konseling
pasca pemasangan kb IUD, anjurkan control pasca pemasangan kb IUD.
f. Pelaksanaan pada Ny.M adalah menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan
bahwa semuanya dalam batas normal, menjelaskan kepada ibu mengenai kb
IUD, menjelaskan kepada ibu efekk samping dari kb IUD, melakukan
pemasangan kb IUD, melakukan konseling pasca pemasangan kb IUD,
menganjurkan ibu untuk control 1 minggu pasca pemasangan .
g. Evaluasi dari kasus ini setelah dilakukan perawatan yaitu mengerti apa yang
dijelaskan oleh bidan, dan bersedia melakukan apa yang di anjurkan oleh bidan.
A. Saran
Dari kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi pasien
Pasien mendapatkan perawatan sesuai evidence based dan dapat mempraktikkan
untuk kontrasepsi selanjutnya nanti
2. Bagi tenaga kesehatan
Bidan sebagai tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan sesui
asuhannya.
3. Bagi institusi
Dapat dijadikan bahan referensi dalam melakukan asuhan kebidanan selanjutnya
yang berhubungan dengan kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA
Imelda, 2018. Nifas, Kontrasepsi Terkini dan Keluaraga Berencana. Jakarta : Gosyen Publishing
Kementrian Kesehatan RI. Permenkes No. 28 tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta 2014.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC. Jakarta.
Suratun, dkk. 2017. Pelayanan Keluarga Berencana dan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Transinfomedia
Syafrudin,dkk. 2019. Praktek Klinik Lapangan Dengan Pendekatan PKMD. Jakarta. TIM.
Varney, H.dkk. 2018. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 1 Edisi 4. Jakarta: EGC. . 2008.
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume 2 Edisi 4. Jakarta: EGC.
Walyani, E. S. W dan Purwoastuti, E. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta. Pustakabarupress