Referat FORENSIK FINAL
Referat FORENSIK FINAL
Referat FORENSIK FINAL
MALPRAKTEK
DISUSUN OLEH
MUHAMMAD HAFIZO DISTRA S. H1AP14056
AULIA DHIYA ALMAS H1AP20035
MUTIARA ANANDA HARFIYANI H1AP20049
PEMBIMBING
dr. MARLIS TARMIZI, Sp. FM
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK III BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
PERIODE 20 DESEMBER 2021-30 JANUARI 2022
HALAMAN PENGESAHAN
Nama NPM
Muhammad Hafizo Distra S. H1AP14056
Aulia Dhiya Almas H1AP20035
Mutiara Ananda Harfiyani H1AP20049
Telah disetujui oleh pembimbing referat dari :
Fakultas : Kedokteran
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Table of Contents
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Definisi Malpraktek........................................................................................3
2.2 Jenis Malpraktek.............................................................................................3
2.3 Usaha Menghindari Malpraktek.....................................................................5
2.4 Sengketa Medik............................................................................................16
2.5 Pemahaman masyarakat tentang malpraktek...............................................19
2.6 Unsur malpraktek........................................................................................20
2.7 Sanksi malpraktek........................................................................................27
2.8 Sanksi Pelanggaran Disiplin.........................................................................28
2.9 Standar Profesi Dokter.................................................................................33
2.10 Contoh Kasus............................................................................................35
BAB III PENUTUP................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................39
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
tidak semua kegagalan medis adalah akibat malpraktik medis. Suatu peristiwa
buruk yang tidak dapat diduga sebelumnya yang terjadi saat dilakukan tindakan
medis yang sesuai standar tetapi mengakibatkan cedera pada pasien tidak
termasuk dalam pengertian malpraktik atau kelalaian medik2.
Sejak 2006 hingga 2012, tercatat ada 182 kasus malpraktek yang terbukti
dilakukan dokter di seluruh Indonesia. Malpraktek ini terbukti dilakukan dokter
setelah melalui sidang yang dilakukan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia (MKDKI). Akibat dari malpraktek yang terjadi selama ini, sudah ada 29
dokter yang ijin prakteknya dicabut sementara3.
Oleh karena itu pengetahuan mengenai malpraktek penting untuk
dipahami bagi tenaga kesehatan dalam melaksanakan praktiknya, khususnya
penyedia pelayanan kesehatan primer seperti dokter umum.
2
World Medical Association. World medical association statement on medical malpractice.
http://www.wma.net/en/30publications/10policies/20archives/m2/index.html , 2 Desember 2013
3
Tempo.Kasus Malpraktek.2012 . https://nasional.tempo.co/read/469172/sampai-akhir-2012-
terjadi-182-kasus-malpraktek
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Aflanie I, Nirmalasari N, Arizal MH. Ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. Ed 1. Jakarta :
Rajawali pers 2017.
3
4
malpraktek yuridis sudah pasti malpraktek etik, tetapi tidak semua malpraktek etik
merupakan malpraktek yuridis5.
1. Malpraktek etika (Ethical malpractice)
Malpraktek etik adalah tenaga kesehatan melakukan tindakan yang
bertentangan dengan etika profesinya sebagai tenaga kesehatan. Misalnya seorang
dokter yang melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika kedokteran.
5
Dr. Anny Isfanyarie Sp. An. SH, Malpraktek Dan Resiko Medik Dalam Kajian Huk Malpraktek
Dan Resiko Medik Dalam Kajian Hukum Pidana, Prestasi Pustaka. Jakarta. hal. 31.
5
6
Dr. Anny Isfanyarie Sp. An. SH, Malpraktek Dan Resiko Medik Dalam Kajian Huk Malpraktek
Dan Resiko Medik Dalam Kajian Hukum Pidana, Prestasi Pustaka. Jakarta. hal. 31.
7
Suharto G. 2008. Aspek Medikolegal Praktek Kedokteran. Semarang: ABH Associates.
6
3) Tenaga Kesehatan memiliki surat ijin praktek (SIP) dan Surat Tugas dari
Direktur Rumah Sakit, Dinas Tenaga Kesehatan, Dekan (Pimpinan
Pendidik), dan dari Pemerintah yang lainnya.
4) Tiap menangani pasien harus ada ijin atau persetujuan tertulis atau lisan
dari pihak pasien dan keluarganya.
5) Dalam pelayanan kesehatan harus menerapkan standar pelayanan dan
protap pelayanan kesehatan profesi yang dibuat oleh tenaga profesi. Ini
biasanya dibuat SK oleh Direktur Rumah Sakit atau pimpinan Rumah
Sakit setempat.
6) Hasil pemeriksaan / pelayanan atau tindakan ditulis dicatat secara khusus
oleh dokter yang melakukan tindakan atau pemeriksaan atau singkatnya
ditulis yang disebut sebagai rekam medis / rekam rumah sakit. Untuk
bidan dan perawat tertuang dalam Asuhan Keperawatan atau kebidanan.
7) Point 4,5, dan 6 di atas harus dirahasiakan sesuai dengan peraturan PP
No.10 tahun 1966 dan Undang-undang kesehatan yang lain.
8) Dalam menangani pasien atau tindakan harus berdasarkan indikasi medis
dan kontra indikasi medis.
9) Dalam menangani pasien harus menerangkan mengenai resiko, antara lain
resiko keadaan pasien, resiko penyakitnya, dan resiko tindakan.
10) Dalam komunikasi dengan pasien dan keluarga serta masyarakat harus
menerapkan etika umum dan etika profesi dimana tenaga kesehatan
tersebut bekerja.
11) Kemungkinan dalam menangani pasien memperoleh kesulitan karena tidak
kompetensinya sehingga harus dirujuk/dikirim/ dikonsultasikan kepada
tenaga kesehatan yang kompeten atau dirujuk/dikirim ke rumah sakit
sesuai dengan tingkat pelayanan yang lebih prima.
12) Dalam pelayanan atau upaya kesehatan terjadi sesuatu yang menimbulkan
sengketa atau tuntutan pasien dan keluarganya harus diselesaikan secara
komunikasi yang sehat, secara kemanusiaan dan berdasarkan rambu-
rambu aturan hukum kesehatan. Jangan menerapkan Undang-Undang
diluar Undang-Undang Hukum Kesehatan.
7
2) Standar sarana
Meliputi segala sarana yang diperlukan untuk berhasilnya profesi dokter
dalam melayani penderita dan pada dasarnya dibagi 2 bagian, yakni :
a. Sarana Medis; meliputi sarana alat-alat medis dan obat-obatan.
8
Konsil Kedokteran Indonesia. Indonesian Medical Council Jakarta 2012
http://www.kki.go.id/assets/data/menu/Standar_Pendidikan_Profesi_Dokter_Indonesia.pdf
8
b. Sarana Non Medis; meliputi tempat dan peralatan lainnya yang diperlukan
oleh seorang dokter dalam menjalankan profesinya.
3) Standar perilaku
Standar perilaku didasarkan pada sumpah dokter dan pedoman Kode Etik
Kedokteran Indonesia, meliputi perilaku dokter dalam hubungannya dengan
penderita dan hubungannya dengan dokter lainnya, yaitu :
a. Pasien harus diperlakukan secara manusiawi.
b. Semua pasien diperlakukan sama.
c. Semua keluhan pasien diusahakan agar dapat diperiksa secara menyeluruh.
d. Pada pemeriksaan pertama diusahakan untuk memeriksa secara menyeluruh.
e. Pada pemeriksaan ulangan diperiksa menurut indikasinya.
f. Penentuan uang jasa dokter diusahakan agar tidak memberatkan pasien.
g. Dalam ruang praktek tidak boleh ditulis tarif dokter.
h. Untuk pemeriksaan pasien wanita sebaiknya agar keluarganya disuruh masuk
kedalam ruang praktek atau disaksikan oleh perawat, kecuali bila dokternya
wanita.
i. Dokter tidak boleh melakukan perzinahan didalam ruang praktek, melakukan
abortus, kecanduan dan alkoholisme.
9
Solichin S. Persetujuan tindakan medik (informed consent). Departemen/instalasi ilmu kedokteran forensik
dan medikolegal. Cited from : http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/matkul/Forensik/PERSETUJUAN
%20TINDAKA N%20KEDOKTERAN.pdf
10
Dalam keadaan gawat darurat informed consent tetap merupakan hal yang
paling penting walaupun prioritasnya diakui paling bawah. Prioritas yang paling
utama adalah tindakan menyelamatkan nyawa. Walaupun tetap penting, namun
informed consent tidak boleh menjadi penghalang atau penghambat bagi
pelaksanaan emergency care sebab dalam keadaan kritis dimana dokter berpacu
dengan maut, ia tidak mempunyai cukup waktu untuk menjelaskan sampai pasien
benar-benar menyadari kondisi dan kebutuhannya serta memberikan
keputusannya. Dokter juga tidak mempunyai banyak waktu untuk menunggu
kedatangan keluarga pasien. Kalaupun keluarga pasien telah hadir dan kemudian
tidak menyetujui tindakan dokter, maka berdasarkan doctrine of necessity, dokter
tetap harus melakukan tindakan medik. Hal ini dijabarkan dalam PerMenKes
Nomor 585/PerMenKes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medik, bahwa
dalam keadaan emergensi tidak diperlukan informed consent.
Ketiadaan informed consent dapat menyebabkan tindakan malpraktek
dokter, khususnya bila terjadi kerugian atau intervensi terhadap tubuh pasiennya.
Hukum yang umum diberbagai negara menyatakan bahwa akibat dari ketiadaan
informed consent setara dengan kelalaian atau keteledoran. Akan tetapi, dalam
beberapa hal, ketiadaan informed consent tersebut setara dengan perbuatan
kesengajaan, sehingga derajat kesalahan dokter pelaku tindakan tersebut lebih
tinggi. Tindakan malpraktek dokter yang dianggap setara dengan kesengajaan
adalah sebagai berikut :
1) Pasien sebelumnya menyatakan tidak setuju terhadap tindakan dokter, tetapi
dokter tetap melakukan tindakan tersebut.
2) Jika dokter dengan sengaja melakukan tindakan misleading tentang risiko dan
akibat dari tindakan medis yang diambilnya.
3) Jika dokter dengan sengaja menyembunyikan risiko dan akibat dari tindakan
medis yang diambilnya.
4) Informed consent diberikan terhadap prosedur medis yang berbeda secara
substansial dengan yang dilakukan oleh dokter.
12
1. Semua diagnosis ditulis dengan benar pada lembaran masuk dan keluar, sesuai
dengan istilah terminologi yang dipergunakan, semua diagnosa serta tindakan
16 pembedahan yang dilakukan harus dicatat Simbol dan singkatan jangan
dipergunakan.
2. Dokter yang merawat menulis tanggal dan tanda tangannya pada sebuah
catatan, serta telah menandatangani juga catatan yang ditulis oleh dokter lain
Pada rumah Sakit Pendidikan, yaitu : Riwayat Penyakit, Pemeriksaan fisik dan
resume Lembaran lingkaran masuk dan keluar tidak cukup apabila hanya
ditanda tangani oleh seorang dokter.
3. Bahwa laporan riwayat penyakit, dan pemeriksaan fisik dalam keadaan lengkap
dan berisi semua data penemuan baik yang positif maupun negative.
4. Catatan perkembangan, memberikan gambaran kronologis dan analisa klinis
keadaan pasien Frekwensi catatan ditentukan oleh keadaan pasien.
5. Hasil Laboratorium dan X-Ray dicatat dicantumkan tanggalnya serta ditanda
tangani oleh pemeriksa.
6. Semua tindakan pengobatan medik ataupun tindakan pembedahan harus itulis
dicantumkan tanggal, serta ditanda tangani oleh dokter.
7. Semua konsultasi yang dilaksanakan harus sesuai dengan peraturan staf medik
harus dicatat secara lengkap serta ditanda tangani Hasil konsultasi, mencakup
penemuan konsulen pada pemeriksaan fisik terhadap pasien termasuk juga
pendapat dan rekomendasinya.
8. Pada kasus observasi, catatan prenatal dan persalinan dicatat secara lengkap,
mencakup hasil tes dan semua pemeriksaaan pada saat prenatal sampai masuk
rumah sakit Jalannya persalinan dan kelahirannya sejak pasien masuk rumah
sakit, juga harus dicatat secara lengkap.
9. Catatan perawat dan catatan prenatal rumah sakityang lain tentang Observasi &
Pengobatan yang diberikan harus lengkap catatan ini harus diberi cap dan
tandatangan.
10. Resume telah ditulis pada saat pasien pulang Resume harus berisi ringkasan
tentang penemuan, dan kejadian penting selama pasien dirawat, keadaan waktu
pulang saran dan rencana pengobatan selanjutnya.
14
11. Bila otopsi dilakukan, diagnosa sementara / diagnosa anatomi, dicatat segera
( dalam waktu kurang dari 72 jam ) : keterangan yang lengkap harus dibuat dan
digabungkan dengan rekam medis
12. Analisa kualitatif oleh personel medis untuk mengevaluasi kualitas pencatatan
yang dilakukan oleh dokter untuk mengevaluasi mutu pelayanan medik
Pertanggung jawaban untuk mengevaluasi mutu pelayanan medik terletak pada
dokter yang bertanggung jawab.
11
Dasar Hukum Penyelenggaraan Rekam Medis. Cited from :
http://permatakakilangit.files.wordpress.com/2010/12/dasar-hukum-penyelenggaraan.rm.pdf
15
dan perawatan kepada pasien dan konsulen dapat memberikan pendapat yang
tepat setelah dia memeriksanya ataupun dokter yang bersangkutan dapat
memperkirakan kembali keadaan pasien yang akan datang dari prosedur yang
telah dilaksanakan.
12
Ali MM, Sidi IPS, Hadad T. Komunikasi efektif dokter pasien. November 2006. Cited from :
http://inamc.or.id/download/Manual%20Komunikasi%20Efektif.pdf
16
2. Krisis waktu
Kurangnya perhatian dalam hal komunikasi ini sedikit banyak dipengaruhi
oleh alokasi waktu yang diberikan tenaga kesehatan kepada pasiennya. Tenaga
13
Ali MM, Sidi IPS, Hadad T. Komunikasi efektif dokter pasien. November 2006. Cited from :
http://inamc.or.id/download/Manual%20Komunikasi%20Efektif.pdf
14
Nasser M. Sengketa Medis dalam Pelayanan Kesehatan. Maret 2011. Cited from :
http://kebijakankesehatanindonesia.net/sites/default/files/file/2011/M%20Nasser.pdf
18
Berbagai konflik antara pasien dan SPK hampir selalu diawali oleh
komunikasi yang buruk dan kurangnya rasa percaya di antara keduanya. Baik
pasien maupun SPK harus saling terbuka dan mau menerima masukan agar
pengobatan dapat dilaksanakan dengan baik.Ada berbagai cara lain yang dapat
dipilih, seperti penyelesaian secara kekeluargaan atau dengan bantuan
penengah/mediator yang dipercayai dan dihormati oleh kedua pihak.
Selain cara-cara penyelesaian masalah di atas, terdapat pula Majelis
Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK) jika pasien merasa dokter berlaku tidak
sesuai etika. Untuk masalah yang berkaitan dengan kinerja/tindakan dokter di
dalam praktiknya, pasien dapat mengadukannya ke Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia (MKDKI) yang anggotanya terdiri atas tokoh masyarakat,
sarjana hukum, dan dokter. Pasien bisa mengadu ke kedua lembaga tersebut
sekaligus dengan meminta bantuan kantor cabang organisasi profesi dokter atau
dinas kesehatan setempat. Hubungan pasien dan SPK memang dinamis sehingga
masalah pun akan selalu timbul. Dengan cara penyelesaian masalah yang tepat,
diharapkan hubungan di antara keduanya dapat terus terjalin dengan baik sehingga
dunia pelayanan kesehatan di Indonesia dapat lebih berkualitas.16
1. Menahan-nahan pasien
Tindak pidana ini menurut pasal 333 KUHP, yaitu “barang siapa dengan
sengaja dan melawan hukum merampas kemerdekaan (menahan) orang atau
meneruskan tahanan itu dengan melawan hak”.
Istilah dari kata “menahan” dan “meneruskan penahanan” dari pasal di atas,
adalah:
a. Menahan; menunjukkan aflopende-delicten (delik yang sekilas atau
sekejap).
b. Meneruskan penahanan; menunjukkan voor tdurende delicten (delik yang
selalu/ terus menerus diperbuat).
Unsur-unsur dari pasal 333, yaitu:
a. Perbuatan “menahan/ merampas kemerdekaan”.
b. Yang ditahan “orang”.
c. Penahanan terhadap orang itu untuk melawan hak.
d. Adanya unsur kesengajaan dan melawan hukum.
Pasal 333 KUHP ini hanya melindungi kemerdekaan badan seseorang, bukan
kemerdekaan jiwa. Jadi, harus adanya perbuatan yang menyentuh badan seseorang
yang ditahan, misalnya diikat tangannya sehingga sulit bergerak.18
17
Apriani D. Malpraktik. Mei 2013. Cited from :
http://deniaprianichan.wordpress.com/type/quote/
18
Sukmana BI. Malpraktek (MP). http://elearning.unlam.ac.id/course/info.php?id=43
21
3. Aborsi ilegal
Naluri yang terkuat pada setiap makhluk bernyawa termasuk manusia
adalah mempertahankan hidupnya. Untuk itu manusia diberi akal, kemampuan
berpikir dan mengumpulkan pengalamannya, sehingga dapat mengembangkan
ilmupengetahuan dan usaha untuk menghindarkan diri dari bahaya maut. Semua
usaha tersebut merupakan tugas seorang dokter. Ia harus berusaha memelihara dan
mempertahankan hidup makhluk insani.
Banyak pendapat mengenai abortus provocatus yang disampaikan oleh
berbagai ahli dalam berbagai macam bidang seperti agama, kedokteran, sosial,
hukum, eugenetika, dan sebagainya. Pada umumnya setiap Negara mempunyai
undang-undang yang melarang abortus provocatus (pengguguran kandungan).
Abortus provocatus dapat dibenarkan sebagai pengobatan, apabila merupakan
satu-satunya jalan untuk menolong jiwa ibu dari bahaya maut (abortus provocatus
therapeuticus). Dalam undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
diperjelas mengenai hal ini. Indikasi medic ini dapat berubah-ubah sesuai
perkembangan ilmu kedokteran. Beberapa penyakit seperti hipertensi,
tuberkulosis dan sebagainya.
Sebaliknya ada pula negara yang membenarkann indikasi sosial,
humaniter, dan eugenetik, seperti misalnya di Swedia dan Swiss yaitu bukan
semata-mata untuk menolong ibu, melainkan juga mempertimbangkan demi
keselamatan anak, baik jasmaniah maupun rohaniah. Keputusan untuk melakukan
abortus provocatus therapeuticus harus dibuat oleh sekurang-kurangnya dua
dokter dengan persetujuan tertulis dari wanita hamil yang bersangkutan, suaminya
dan atau keluarhanya yang terdekat. Hendaknya dilakukan dalam suatu rumah
21
UU No.29 tentang Praktek Kedokteran
24
4. Euthanasia
Euthanasia memiliki tiga arti, yaitu :
a. Berpindah ke alam baka dengan tenang dan aman tanpa penderitaan dan bagi
yang beriman dengan nama Allah di bibir.
b. Waktu hidup akan berakhir penderitaan pasien diperingan dengan memberi
obat penenang.
c. Mengakhiri penderitaan dan hidup pasien dengan sengaja atas permintaan
pasien sendiri dan keluarganya.
Di beberapa Negara Eropa dan Amerika sudah banya terdengar suara yang
pro-euthanasia. mereka mengadakan gerakan yang mengukuhkannya dalam
undang-undang. Sebaliknya, bagi mereka yang kotraeuthanasia berpendirian
bahwa tindakan demikian sama dengan pembunuhan.
Di Indonesia sebagai umat yang beragama dan berfalsafah atau berazazkan
Pancasila percaya pada kekuasaan mutlak dari Tuhan Yang Maha Esa. segala
sesuatu yang diciptakannya serta penderitaan yang dibebankan kepada
makhlukNya mengandung makna dan maksud terentu. dokter harus mengerahkan
segala kepandaianannya dan kemampuannya untuk meringankan penderitaan dan
memelihara hidup akan tetapi tidak untuk mengakhirinya.
22
Suharto G. 2008. Aspek Medikolegal Praktek Kedokteran. Semarang: ABH Associates.
25
23
13 Kode etik kedokteran Indonesia.http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/Kode-
EtikKedokteran.pdf
24
26
Suatu perbuatan atau sikap tenaga medis dianggap lalai apabila memenuhi empat
unsur, yaitu
Duty atau kewajiban tenaga medis untuk melakukan sesuatu tindakan atau
tidak melakukan sesuatu tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada
suatu kondisi medis tertentu
Dereliction of the duty / penyimpangan kewajiban tersebut
Damage/kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai
kerugian akibat layanan dari kesehatan/kedokteran yang diberikan oleh
pemberi layanan
Indirect causal relationship / hubungan sebab akibat yang nyata. Dalam
hal ini harus terdapat hubungan sebab-akibat antara penyimpangan
kewajiban dengan kerugian yang setidak-tidaknya merupakan “proximate
cause”.25
25
World Medical Association. World medical association statement on medical malpractice.
http://www.wma.net/en/30publications/10policies/20archives/m2/index.html , 2 Desember 2013.
27
26
UU No.29 tentang Praktek Kedokteran.
27
Perkonsil No.16 tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin
Dokter dan Dokter Gigi oleh Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia. Konsil
Kedokteran Indonesia
29
28
Perkonsil No.15 tentang Organisasi dan Tata Kerja Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia di Tingkat Provinsi. Konsil
Kedokteran Indonesia.
30
29
Perkonsil No.2 tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin
Dokter dan Dokter Gigi. Konsil Kedokteran Indonesia.
31
30
Konsil Kedokteran Indonesia. Indonesian Medical Council Jakarta 2012
http://www.kki.go.id/assets/data/menu/Standar_Pendidikan_Profesi_Dokter_Indonesia.pdf
33
4. Pengelolaan informasi
5. Landasan ilmiah ilmu kedokteran
6. Keterampilan klinis
7. Pengelolaan masalah kesehatan
Standar pelayanan medis disusun oleh ikatan dokter indonesia sebagai salah
satu upaya penertiban dan peningkatan manajemen rumah sakit dengan
memanfaatkan pendayagunaan segala sumber daya yang ada di rumah sakit.
Pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional
serta kebutuhan medis pasien yang meliputi jenis penyakit, penegakan diagnosis,
lama rawat inap, pemeriksaan penunjang yg diperlukan, dan terapi yg diberikan.
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan Indonesia dilakukan dengan
meningkatkan mutu dan kuantitas sumber daya, tenaga, peralatan, pelengkapan
dan mateial yang diperlukan dengan menggunakan teknologi tinggi atau dengan
kata lain meningkatkan input dan struktur, serta memperbaiki metode atau
penerapan teknologi yang dipergunkan dala kegiatan pelayanan, hal ini berarti
memperbaiki pelayanan kesehatan.Pelayanan medis di rumah sakit wajib
mempunyai standar pelayanan medis yang merupakan standar operasional
prosedur(SOP).
operasi kondisi pasien semakin memburuk dan sekitar 20 menit kemudian, pasien
dinyatakan meninggal dunia 40
18 September 2012
Dr. Dewa Ayu dan dua dokter lainnya yakni dr Hendry Simanjuntak dan
dr Hendy Siagian akhirnya masuk daftar pencarian orang (DPO).
11 Februari 2013
Keberatan atas keputusan tersebut, PB POGI melayangkan surat ke
Mahkamah Agung dan dinyatakan akan diajukan upaya Peninjauan Kembali
(PK). Dalam surat keberatan tersebut, POGI menyatakan bahwa putusan PN
Manado menyebutkan ketiga terdakwa tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
kalau ketiga dokter tidak bersalah melakukan tindak pidana. Sementara itu,
Majelis Kehormatan dan Etika Profesi Kedokteran (MKEK) menyatakan tidak
ditemukan adanya kesalahan atau kelalaian para terdakwa dalam melakukan
operasi pada pasien.
8 November 2013
Dr Ayu diputuskan bersalah oleh Mahkamah Agung dengan putusan 10
bulan penjara. Pada kasus ini terdapat beberapa tuntutan yang ditujukan oleh
dokter, yaitu:
1. Menurut ibu kandung Ny.F, anaknya ditelantarkan dan tidak segera
37
Analisa kasus:
1. Di RS Dr Kandau Manado, Ny.F tidak ditelantarkan oleh dokter namun
dilakukan observasi inpartu dan telah diberikan antibiotik profilaksis untuk
penatalaksanaan ketuban pecah dini.
2. Emboli udara yang terjadi merupakan hal yang tidak dapat diprediksi oleh
dokter sebelumnya.
3. Dokter tidak menyampaikan informed consent ke pasien atau keluarganya
dengan baik sehingga keluarga merasa tidak diberikan penjelasan mengenai
tindakan operasi caesar yang akan dilakukan terhadap Ny.F
4. Pada operasi cito sectio saecaria tidak memungkinkan dilakukan
pemeriksaan penunjang (jantung)31.
31
Kompasiana. Malpraktek Dewa Ayu, Mitos Dokter dan Momentum Penyadaran Publik.
http://hukum.kompasiana.com/2013/11/23/malpraktek-dewa-ayu-mitos-dokter-danmomentum-
penyadaran-publik-613370.html
38
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan
standar profesi atau standar prosedur operasional. Kelalaian dalam praktek medik
jika memenuhi beberapa unsur (1) duty atau kewajiban tenaga medis untuk
melakukan sesuatu tindakan atau untuk tidak melakukan suatu tindakan tertentu
terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi yang sama, (2) dereliction of the
duty atau penyimpangan kewajiban tersebut, (3) damage atau kerugian yaitu
segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai kerugian akibat dari pelayanan
kesehatan / kedokteran yang diberikan oleh pemberi layanan, (4) direct causal
relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata. Sedangkan unsur
pelanggaran displin yaitu pelanggaran meliputi negligence, malfeasance,
misfeasance, lack of skill.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya menghindari malpraktek
seperti semua tindakan sesuai indikasi medis, bertindak secara hati-hati dan teliti,
bekerja sesuai standar profesi, membuat informed consent, mencatat semua
tindakan yang dilakukan (rekam medik), apabila ragu-ragu konsultasikan dengan
senior, memperlakukan pasien secara manusiawi, menjalin komunikasi yang baik
dengan pasien, keluarga, dan masyarakat sekitar. Selain itu juga diperlukan
upaya-upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yaitu meningkatkan
kualitas sumber daya, tenaga, peralatan, pelengkapan dan mateial yang
diperlukan dengan menggunakan teknologi tinggi atau dengan kata lain
meningkatkan input dan struktur, memperbaiki metode atau penerapan teknologi
yang dipergunakan dalam kegiatan pelayanan, hal ini berarti memperbaiki
pelayanan kesehatan.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
40
12. Ali MM, Sidi IPS, Hadad T. Komunikasi efektif dokter pasien. November 2006.
Cited from :http://inamc.or.id/download/Manual%20Komunikasi%20Efektif.pdf
13. Ali MM, Sidi IPS, Hadad T. Komunikasi efektif dokter pasien. November 2006.
Cited from http://inamc.or.id/download/Manual%20Komunikasi%20Efektif.pdf
14. Nasser M. Sengketa Medis dalam Pelayanan Kesehatan. Maret 2011. Cited from :
http://kebijakankesehatanindonesia.net/sites/default/files/file/2011/M
%20Nasser.pdf
15. Hariyani, Safitri, 2005, SengketaMedik: Alternatif Penyelesaian Perselisihan
Antara Dokter Dengan Pasien, Jakarta: PT. Diadit Media.
16. Apriani D. Malpraktik. Mei 2013. Cited from :
http://deniaprianichan.wordpress.com/type/quote/
17. Sukmana BI. Malpraktek (MP). http://elearning.unlam.ac.id/course/info.php?
id=43
18. Informasi rekam medis dan bidang kesehatan. Gatot kaca. Februari 2009. Cited
from : http://rekamkesehatan.wordpress.com/2009/02/25/definisi-dan-isi-rekam-
medis-sesuaipermenkes-no-269menkesperiii2008/
19. Dasar Hukum Penyelenggaraan Rekam Medis. Cited from :
http://permatakakilangit.files.wordpress.com/2010/12/dasar-hukum-
penyelenggaraanrm.pdf
20. UU No.29 tentang Praktek Kedokteran
21. Suharto G. 2008. Aspek Medikolegal Praktek Kedokteran. Semarang: ABH
Associates13 Kode etik kedokteran
Indonesia.http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/Kode-EtikKedokteran.pdf
22. World Medical Association. World medical association statement on medical
malpractice.http://www.wma.net/en/30publications/10policies/20archives/m2/
index.html , 2 Desember 2013.
23. UU No.29 tentang Praktek Kedokteran.
24. Perkonsil No.16 tahun 2006 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan
Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi oleh Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia. Konsil Kedokteran Indonesia
25. Perkonsil No.15 tentang Organisasi dan Tata Kerja Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia dan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia di
Tingkat Provinsi. Konsil Kedokteran Indonesia.
41
26. Perkonsil No.2 tahun 2011 tentang Tata Cara Penanganan Kasus Dugaan
Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter Gigi. Konsil Kedokteran Indonesia.
27. Konsil Kedokteran Indonesia. Indonesian Medical Council Jakarta 2012
http://www.kki.go.id/assets/data/menu/Standar_Pendidikan_Profesi_Dokter_Indo
nesia.pdf
28. Kompasiana. Malpraktek Dewa Ayu, Mitos Dokter dan Momentum Penyadaran
Publik. http://hukum.kompasiana.com/2013/11/23/malpraktek-dewa-ayu-mitos-
dokter-danmomentum-penyadaran-publik-613370.html