4485 15574 3 PB
4485 15574 3 PB
4485 15574 3 PB
Abstrak
Dengan adanya gangguan berbahasa dapat menghambat terjadinya pada proses komunikasi pada seseorang.
Disatria atau bisa dikatakan gangguan cadel yaitu gangguan berbahasa fonetis yang dapat membuat penderita
mengalami rendahnya tingkat percaya diri. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi gangguan cadel dan
penyebab cadel pada usia remaja. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan adanya wawancara
via Whatsapp dan metode simak melalui via voice notes. Pada hasil penelitian ini terdapat gangguan berbicara
tentang fonem (bunyi) yang tidak sempurna kepada anak remaja yang berusia 17 tahun, sehingga gangguan yang
dialami oleh anak remaja ini biasa dikarenakan oleh faktor psikologis dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan
serta faktor bawaan ketika bayi. Fonem (bunyi) tersebut lebih mendominasi kepada “R” bila berada di akhir suku
kata, sehingga hal ini menyebabkan posisi lidah yang terlalu pendek.
Abstract
With language disruption it can hamper the implementation of the communication process for someone. Disatria
or it can be said that slurred disorder is a language disorder sufferer that can make sufferers experience a low
level of self-confidence. The purpose of this study was to identify lisp disorders and causes of lisp in adolescence.
Data collection in this study was carried out by interview via WhatsApp and the listening method through voice
notes. In this study, there is a disorder that talks about imperfect phonemes (sounds) to adolescents aged 17 years,
so that the disturbance produced by these teenagers is due to psychological factors and psychological factors and
environmental factors as well as congenital factors when they were babies. This phoneme (sound) dominates the
"R" when it is at the end of the syllable, so this results in a too short tongue position.
Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk.v7i2.4485 35
Konfiks: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajaran
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal.35-43 Vol. 7 No. 2, 2020 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks
makna secara konsisten dan tidak berubah- dalam berkomunikasi. Mengetahui pola tutur
ubah. Meski demikian, ada yang bertentangan fonemis dan penyebabnya, memungkinkan
dengan kelompok nativis dan empiris. dapat mempermudah proses komunikasi
Pemerolehan bahasa anak pada usia balita dengan orang yang bergangguan berbicara
alat berbicara tersebut belum dibentuk (cadel). Penelitian memfokuskan pada cara
sempurna yang menghasilkan bunyi bahasa berbicara penderita gangguan berbicara (cadel)
yang tidak sempurna. Sehingga adanya serta mengetahui penyebab atau faktor
gangguan fonetis, fonetis sendiri merupakan terjadinya gangguan bahasa (cadel).
hal wajar bagi usia anak-anak yang dimana Ada beberapa penelitian yang telah ditulis
pembentukan alat ucap belum sempurna. terkait dengan penelitian yang penulis lakukan
Pengucapan fonem yang kurang sempurna ini. Diantaranya adalah Pertama, penelitian
tidak dapat ditolerir jika terjadi di usia dewasa. yang dilakukan Tiara Janella Julananda (2019)
Gangguan pengucapan fonem dorso velar pada dalam jurnal daring “Kajian Psikolinguistik
orang dewasa disebut “cadel”. Gangguan Terhadap Gangguan Mekanisme Berbicara
tersebut mengakibatkan menurunnya rasa (Studi Kasus Raisya dan Athaya)”. Ia meneliti
percaya diri pada penderita. Gangguan fonetis tentang gangguan berbahasa pada anak
pada penderita gangguan bahasa (cadel) tidak penderita cadel dalam proses bahasa reseptif
hanya sebatas fonem /r/ saja, tetapi juga dapat dan ekspresif (produktif), yang pada dasarnya
dimungkinkan pada fonem-fonem lain semisal melibatkan aspek linguistik dan nonlinguistik.
fonem /f/ menjadi /p/ dan lain sebagainya. Aspek linguistik meliputi semantik, morfologi,
Penyebab terjadinya gangguan bahasa ini sintaksis dan fonologi. Sedangkan aspek
atau kita sebut cadel mempunyai 2 faktor, yaitu nonlinguistik meliputi pola ujaran seseorang,
faktor fisiologis (anatomi organ tubuh) yang unsur supra segmental, jarak dan gerak-gerik
dimana disebabkan ankyloglossia (lidah tubuh dan rabaan. Sumber data dalam
pendek), untuk faktor kedua disebut faktor penelitian ini adalah Raisya Zhafira
neurologis (gangguan syaraf otak) yang Aqilatunnisa dan Muhammad Athaya yang
disebabkan trauma (cidera pada kepala). Pada masing-masing berusia 5 tahun.
hal ini takut adanya kekhawatiran faktor cadel Kedua, penelitian yang dilakukan oleh
tersebut dengan kesehatan akan tetapi tidak Bekty Tandanintyas Sundoro, Dinari Oktaria,
adanya pengaruh terhadap kesehatan mereka dan Rosinawati Dewi (2019) dalam jurnal
dan keadaan tubuh mereka. Sehingga gangguan daring “Pola Tutur Penderita Cadel dan
ini menghambat komunikasi penderita, Penyebabnya: Kajian Psikolinguistik”.
sehingga penyampain pesan yang disampaikan Pembahasan tentang penelitian ini lebih
pada penderita tidak mudah ditanggkapi dengan memfokuskan pada pola tutur penderita cadel
jelas terutama pada penderita akut. Sehingga serta penyebab terjadinya cadel. Metode yang
komunikasi bisa terhambat dan sulit dipahami digunakan adalah metode deskriptif kualitatif.
oleh lawan tutur Terdapat empat informan penderita cadel
Untuk itu alasan peneliti tertarik untuk sebagai sumber data. Teknik pengumpulan data
menyelidiki gangguan berbicara pada anak pada penelitian ini menggunakan wawancara
penderita cadel pada studi kasus Pamela dan tes fonem (diskret). Teknik analisis yang
Lusinda karena penelitian ingin mengulik digunakan adalah teknik analisis kritis dan
mengenai gangguan berbicara khususnya pada telaah pustaka. Subjek penelitian ini ialah 4
anak penderita cadel. Analisa dalam pola tutur sumber data yaitu Pandu Aditya Pratama yang
fonemis penderita dengan gangguan berbicara berusia 23 tahun dengan kasus gangguan
(cadel) menjadi hal terpenting untuk pelafalan berbicara (cadel), Aulia Risky
mengetahui proses dalam berkomunikasi Damayanti dengan usia 19 tahun dengan kasus
dengan orang yang gangguan berbicara (cadel) gangguan pelafalan berbicara (cadel), Ayu
berbeda dengan pola berbicara orang normal Amardika dengan usia 19 tahun dengan kasus
Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk.v7i2.4485 36
Konfiks: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajaran
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal.35-43 Vol. 7 No. 2, 2020 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks
gangguan pelafalan berbicara (cadel), dan pada manusia, yang dikenal dengan gangguan
terakhir Ika Yulia Ratna Sari dengan usia 18 berbahasa (language disorders).
tahun dengan kasus gangguan pelafalan Ketidak mampuan berbahasa pada
berbicara (cadel). seseorang terdiri dari:
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Cica 1) Bahasa Pada Kondisi Khusus
Elida Hanum Matondang (2019) dalam jurnal Pada gangguan berbahasa ini ialah
daringnya “Analisis Gangguan Berbicara Anak gangguan yang diakibatkan pada ketidak
Cadel (Kajian Pada Perspektif Psikologi dan sempurnaan suatu organ pendengaran, pada
Neurologi)”. Peneliti ini meneliti tentang kasus kajian gangguan berbahasa menyebabkan
anak yang mengalami gangguan berbicara keterbatasan kemampuan pada kognitif dan
(cadel) untuk mengetahui kemampuan juga gangguan psikogenik, juga tentang kajian
berbicara melalui beberapa perspektif psikologi gangguan berbahasa yang disebabkan oleh
dan perspektif neurologi. Pengumpulan data di ketidak mampuan mengolah informasi
penelitian ini melalui pengamatan (observasi) linguistic
dan metode simak. Partisipan dalam penelitian 2) Gangguan Berbahasa Secara Biologis
ini adalah berusia 27 tahun (dewasa). Gangguan ini biasa adanya ketidak
sempurnaan organ pada seseorang. Contoh
2. KAJIAN LITERATUR yang dialami oleh tuna rugu, tunanetra, dan
penyandang gangguan mekanisme berbicara
a. Gangguan Berbahasa lainnya. Gangguan ini biasa disebabkan dua
Sejak kecil setiap orang pasti sudah dibekali faktor yang mendasar yaitu (a) gangguan akibat
ketidaksempurnaan organ; dan (b) gangguan
dengan kemampuan untuk berbahasa. Bahasa
pada mekanisme bicara. Gangguan
adalah suatu proses mengeluarkan pikiran atau ketidaksempurnaan organ pada penderita
opini manusia yaitu berada di dalam otak tunarugu, bisa mendekatkan dengan
melalui lisan, dalam bentuk kata atau dalam pendekatan modern untuk mendidik pada
bentuk kalimat. Pada proses berbahasa ini pengajaran bahasa isyarat. Rohmani
secara normal maka alat produksi bahasa menyebutkan pendekatan bahasa isyarat
manusia mulai dari otak hingga artikulator akan sebagai bahasa ibu, tunarungu kemudian
memahami bahasa lisan dan tulis sebagai
dapat dengan mudah menjalankan fungsi
bahasa kedua (Rohmani Nur Indah, 2017).
sebagai produktor bahasa. Akan tetapi, hal Gangguan mekanisme bicara dapat
tersebut tidaklah berlaku bagi seseorang yang menghambat kemampuan seseorang dalam
memiliki kerusakan pada alat produksi memproduksi ucapan (perkataan) yang
bahasanya. dihasilkan dari pita suara, lidah, otot-otot yang
Proses berbahasa pada manusia dapat yang membentuk organ mulut, kerongkongan,
dikatakan sebuah proses yang sangat rumit.
dan paru-paru. Berdasarkan mekanismenya
Secara sederhana, Pada dasarnya proses
berbahasa diumpamakan seperti halnya proses gangguan ini terjadi akibat kelainan pada paru-
komputer, mulanya dengan menyimpan bentuk paru (pulmonal), pita suara (laringal), lidah
sandi-sandi elektronik, lalu diangkatnya (lingual), dan rongga mulut atau kerongkongan
kembali pada saat diperlukan. Gudang (resonental)
penyimpanan sandi-sandi kata dan tempat (a) Gangguan Akibat Faktor Pulmonal
pengolahannya terdapat dia area Borca. Gangguan ini biasanya dialami oleh
Sementara itu, gudang temat penyimpanan
penderita penyakit paru-paru. Ciri-ciri yang
sandi komprehensi kata-kata adalah di area
Wernicke. dialami penderita biasanya bernapas yang
Dalam proses berbahasa diperlukan sangat kurang, sehingga nada bicaranya sangat
koneksi di antara bagian-bagian tersebut. monoton, volume suara kecil, dan juga
Apabila tidak terjadi koneksi ataupun terjadi terputus-putus saat mengeluarkan suara,
gangguan pada salah satu atau semua pada meskipun dari segi sintaksis dan segi semantic
bagian tersebut akan mengakibatkan gangguan tidak bermasalah.
Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk.v7i2.4485 37
Konfiks: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajaran
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal.35-43 Vol. 7 No. 2, 2020 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks
Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk.v7i2.4485 38
Konfiks: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajaran
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal.35-43 Vol. 7 No. 2, 2020 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks
Pada dunia medis, gangguan berbahasa untuk mengerti kata-kata orang lain hal ini
cadel ini sering disebut disartia yang berarti adanya kerusakan pada area wernicke atau
tidak mampu mengucapkan fonem-fonem disebut sensori aphasia.
tertentu saat berkomunikasi. Disartia yang Pada usia 3-5 tahun sering kali kesulitan
merupakan gangguan berbahasa disebabkan mendeteksi kemampuan anak yang masih
oleh beberapa faktor terutama faktor medis. berkembang. Artinya ada usia ini anak masih
Faktor medis yang melatar belakangi terjadinya ditahap penyesuaian. Pada fase ini anak mulai
disartia pada seseorang yang dapat disebabkan menyesuaikan berbedaan kata, meningkatkan
dari dalam diri penderita atau faktor dari luar pemahaman bahasa dan perkembangan makna
penderita disartia. Selain faktor medis juga ada kata. Termasuk juga penguasaan konsonan.
beberapa faktor lainnya yaitu. Penyebab anak Dengan demikian sebagikan orang tua tidak
menjadi cadel yaitu terdapat dua faktor yang membiarkan anaknya berbicara cadel karena
mempengaruhi, yakni: faktor psikologi dan hal itu dapat membuat anak semakin susah
faktor neurologi. untuk membiasakan kembali berbicara yang
Faktor psikologi biasanya ada pada benar. Gangguan cadel pada anak tidak akan
kehadiran sosok adik di keluarganya, untuk secara otomatis hilang dengan waktu yang
menunjukan kehadirannya ia akan melakukan cepat. Jadi, berilah dorongan pada anak agar tak
sesuatu untuk dapat perhatian dari orang berkelanjutan. Jika anak dibiarkan terus-
tuannya. Cara mengatasinya, sosok orang tua menueruh berbicara cadel, maka ia akan merasa
harus menunjukan perhatiannya yang cukup berbeda dari teman-temanya. Akibatnya anak
kepada anak-anaknya. Selain itu, orang tua juga menjadi malu dan merasa asing dihadapan
wajib mengajarkan cara bicara kepada anak lingkungannya. Bisa jadi ia akan malu dan tidak
dengan baik dan benar, justru jangan mau berbicara di depan umum karena takut
membiarkan anak mengucapkan kata yang ditertawakan oleh teman-temanya. Hal ini
tidak sesuai pada gaya bicara adik bayinya. cara mengakibatkan anak menjadi minder dan
mengatasinya, orang tua wajib mencontohkan menjahi dari orang-orang. Hal ini harus segera
perhatiannya pada anak, dan tidak akan dicegah agar anak tidak lagi mengalami
berkurang sedikitpun karena kehadiran adik. penurunan mental pada dirinya akibat
Pada dasarnya usia anak saat mengawali gangguan cadel.
sekolah, sudah mahir mengucapkan konsonan c. Penyebab Gangguan Cadel
dengan baik. Namun saat usia 3-4 tahun, otot- Gangguan berbicara cadel dapat disebabkan
otot lidah anak mulai matang. Hanya saja setiap oleh rusaknya sistem syaraf. Syaraf yang
perkembangan anak berbeda. Meski seperti itu menghasilkan bahasa pada otak penderita cadel
wajar bila anak masih mengalami cadel. Namun mengalami gangguan kerusakan sehingga
sangat disayangkan cukup sulit untuk penderita tidak dapat melafalkan bunyi bahasa
membedakan kecadelan anak saat berusia 3-5 secara sempurna. Ketika orang normal
tahun yang terus berlanjut atau tidak. Karena mengucapkan kata-kata dalam berkomunikasi
menyangkut sistem saraf otak yang mengatur memiliki artikulasi yang jelas sehingga
semua fungsi bahasa., tepatnya pada area broca pengucapan bahasa yang didengar dapat
yang mengatur koordinasi alat-alat vokal dan ditangkap dengan jelas dan setiap suku kata
area wernicke untuk pemahaman terhadap kata- dapat terdengar secara detail, dengan itu maka
kata. Keterlambatan bicara pada anak dan mulut, lidah, bibir, plataum mol dan pita suara
pengucapan yang tidak sempurna itu adanya serta otot-otot pernafasan harus melakukan
kerusakan pada area borca yang juga disebut gerakan tangkas.
motor aphasiam sehingga anak susah Orang normal pada alat produksi bahasanya
dimengerti pada saat berbicara. Sedangkan dapat dilafalkan bermacam-macam
ketika anak berkata-kata namun sulit untuk artikulasinya. Ketika artikulasi tersebut
dipahami oleh orang lain dan anak juga sulit
Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk.v7i2.4485 39
Konfiks: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajaran
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal.35-43 Vol. 7 No. 2, 2020 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks
diuraikan dalam bagian pembentukan bunyi- hemisfer kanan juga dapat menimbulkan
bunyi ujar. Bunyi ujar dapat digolongkan gangguan berbahasa.
menjadi dua golongan besar, yaitu vokoid dan Afasia ini terjadi karena adanya gangguan
kontoid. Chaer menyatakan (dalam Sundoro, pada otak yang disebabkan oleh kelainan pada
2020) vokoid adalah jenis bunyi bahasa yang saraf otak yang berfungsi mengatur alat bicara.
dihasilkan oleh arus ujar dan ke luar dari glotis Menurut (Dardjowidjojo, 2003) afasia adalah
tidak mendapat hambatan dari alat ucap, penyakit wicara karena adanya gangguan atau
melainkan hanya diganggu oleh posisi lidah. penyakit pada otak. Gangguan ini muncul
Selain itu, Samsuri (dalam Sawahlunto & ketika orang tersebut mengalami stroke. Stroke
Sumatera, 2014) mengartikan kontoid adalah adalah sebagian otak yang mengalami
sebagai bunyi yang dihambat ketika kekurangan oksigen sehingga otak mengalami
pengucapannya, sehingga menyebabkan cacat dan gagal berfungsi. Lalu gangguan
bergetarnya salah satu alat-alat supra glottal. bicara pada penderita cadel itu adanya
Jadi hal ini, penderita gangguan cadel secara kerusakan sistem syaraf pada bagian kiri yaitu
otomatis mengalami gangguan yang otak bagian produksi bahasa. Selain itu adapun
berhubungan dengan pengucapan bunyi faktor-faktor lain yang bisa mengakibatkan
kontoid, khususnya bunyi yang melibatkan seseorang mengalami gangguan berbahasa
langsung pada lidah sehingga adanya cadel.
penghambatan bunyi. Bunyi-bunyi tersebut Ada 3 faktor yang menyebabkan cadel yaitu:
merupakan fonem-fonem dengan mekanisme 1) Faktor Lingkungan
artikulasi apiko velar. Pada faktor ini bisa di akibatkan karena
Subyantoro mengatakan (dalam Sundoro, semasa anak mempelajari bahasa pertamanya
2020) bahwa apabila seseorang mengalami anak dibiasakan untuk mengucapkan dengan
gangguan berbicara (speech) yang disebut cadel. Tidak di ajarkan dengan berbicara yang
disatria (gangguan artikulasi, gangguan fonasi, baik dan benar. Kebiasan ini bisa jadi salah satu
gangguan fluensi, dan sebagainya). Disatria faktor anak menjadi cadel permanen.
dipakai secara umum untuk menjabarkan 2) Faktor Psikologis
semua gangguan yang disebabkan oleh Faktor ini juga bisa mengakibatkan
kelainan saraf dan organ lain yang mengatur terjadinya gangguan cadel. Disaat anak
fungsi berbicara. memiliki adik kecil yang baru belajar berbahasa
Sama halnya Seperti yang sudah diketahui dan meniru cara berbicara adiknya ini bisa
bahwa hemisfer kiri merupakan bagian otak menyebakan cadel karena kebiasaan meniru
yang memiliki peranan penting dalam peran yang membuat anak ini menjadi terbiasa
bahasa. Menurut (Dardjowidjojo, 2003) bahwa mengucapkan kalimat dengan cadel. Selain itu
baik hemisfer kanan maupun kiri memiliki faktor psikologis ini juga bisa dikarenakan
fungsi kebahasaan, namun hemisfer kiri lebih meniru di lingkungan sekitar anak. Misalnya
memiliki peranan penting. Jadi jika pada anak dibiarkan berbicara cadel demi mendapat
hemisfer ini ada yang mengalami kelainan, perhatian oleh sekelilingnya.
maka dari itu akan mengalami gangguan pada 3) Faktor Kesehatan
alat bicara. Fakto kesehatan juga dapat menyebabkan
Adanya kelainan otak, baik yang berada seseorang menjadi cadel. Biasanya
pada hemisfer kiri maupun hemisfer kanan ketrlambatan berbicara seseorang di waktu
yang dapat menimbulkan gangguan berbahasa. kecil atau pendengaran. Penyebab cadel ini bisa
Kelainan yang berada pada bagian hemisfer kiri juga disebabkan oleh keturunan atau gen ke
maka gangguan ini disebut sebagai afasia. anak.
Sedangkan kelainan yang terletak di bagian
hemisfer kanan yang menimbulkan deficit
Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk.v7i2.4485 40
Konfiks: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajaran
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal.35-43 Vol. 7 No. 2, 2020 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks
Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk.v7i2.4485 41
Konfiks: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajaran
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal.35-43 Vol. 7 No. 2, 2020 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks
Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk.v7i2.4485 42
Konfiks: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajaran
p-ISSN: 2355-2638, e-ISSN: 2746-1866, Hal.35-43 Vol. 7 No. 2, 2020 https://journal.unismuh.ac.id/index.php/konfiks
5. KESIMPULAN
6. REFERENSI
Permalink/DOI: https://doi.org/10.26618/jk.v7i2.4485 43