Laporan PKP Dan Draft Karya Ilmiah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN HASIL BELAJAR

DENGAN MENGGUNAKAN METODE JARIMATIKA


DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA
KELAS II SDN NO. 190/V KUALA TUNGKAL

SITI ROPIAH1
NIM 835763096
[email protected]

Abstrak
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan hasil belajar dengan menggunakan metode jarimatika dalam
pembelajaran matematika siswa kelas II SDN. No. 190/V Kuala Tungkal. Masalah yang
dihadapi guru dan siswa saat ini berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar siswa.
Seperti halnya di SDN. NO. 190/V KUALA TUNGKAL, yaitu (1) saat guru menjelaskan
siswa tidak memperhatikan (2) banyak siswa yang  mengobrol di luar topik pelajaran (3)
banyak siswa yang mencontek hasil teman saat mengerjakan. Cara Menghitung
menggunakan jari adalah menjadi salah satu solusi alternatif untuk masalah tersebut.
Berdasarkan dari analisis tersebut, maka peneliti akan memaparkan hasil belajar siswa
kelas II SDN. NO. 190/V KUALA TUNGKAL mulai dari paparan sebelum siklus atau
lebih sering kita sebut dengan pra siklus sampai dengan paparan data siklus I. Sehingga
peneliti mengambil judul “Meningkatkan Kemampuan dan Hasil Belajar dengan
Menggunakan Metode Jarimatika dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas II SDN.
NO. 190/V KUALA TUNGKAL”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika melalui penerapan metode jarimatika telah dilaksanakan guru
dengan baik.Hal ini dapat dilihat dari aktifitas penganjaran yang komunikatif dan atraktif
akan berdampak kepada aktifnya belajar siswa, serta dalam pelaksanaan pembelajaran
sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Dengan itu penggunaan metode
jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Hasil Belajar, metode jarimatika, pembelajaran matematika, siswa kelas II

1
Mahasiswa Bidang Ilmu Pendidikan Program S1 PGSD, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Terbuka. Email : [email protected]
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
            Pelajaran yang di ajarkan di sekolah dengan frekuensi yang lebih banyak adalah
pelajaran matematika di bandingkan dengan mata pelajaran lainnya.Banyak yang
beranggapan bahwa mata pelajaran ini sangat menyeramkan,pelajaran yang paling
rumit,dan sangat membosankan.
            Saat proses belajar berlangsung, siswa berperan penting sebagai subjek dan objek
dari kegiatan,sehingga saat kegiatan berlangsung inti dari proses belajar adalah mencapai
suatu tujuan yang sama.terlaksana dan tidaknya tujuan tersebut dapat di lihat dari proses
yang di dapat siswa setelah proses belajar selesai.
Tinggi dan rendah nya hasil siswa di pengaruhi oleh kemampuan siswa yang efektif saat
proses pembelajaran.
Menurut Nana Sudjana (2008: 147) dalam proses pembelajaran di sekolah, guru
hendaknya memilih dan menggunakan pendekatan, metode, strategi dan teknik yang
dapat melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, maupun sosial.
            Untuk saat ini ada berbagai macam cara untuk berhitung. semua cara yang di
gunakan adalah baik, semua anak berhak untuk mempelajari cara-cara yang ada, sehingga
mereka dapat memilih teknik suatu mengerjakan nya. Berhitung adalah satu cara yang
sudah berkembang untuk pelajaran matematika yang dapat menggunakan jari untuk
menghitung nya.
Septi Peni (2008: 17) Jarimatika adalah teknik berhitung mudah dan
menyenagkan dengan menggunakan jari-jari tangan. Metode hitung dengan jari tangan
yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengoperasikan aritmatika terutama dalam
berhitung penjumlahan dan pengurangan.
Masalah yang dihadapi guru dan siswa saat ini berpengaruh terhadap rendahnya
hasil belajar siswa. Seperti halnya di SDN. No. 190/V Kuala Tungkal, yaitu (1) saat guru
menjelaskan siswa tidak memperhatikan (2) banyak siswa yang  mengobrol di luar topik
pelajaran (3) banyak siswa yang mencontek hasil teman saat mengerjakan.
Dari identifikasi tersebut maka dapat dianalisis permasalahan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut(1) saat menyampaikan materi guru kurang memperhatikan siswa,
(2) tidak adanya tugas Mandiri yang di berikan Guru, (3) tidak efektif nya guru saat
menjelaskan materi.
Cara Menghitung menggunakan jari adalah menjadi salah satu solusi alternatif
untuk masalah tersebut. Berdasarkan dari analisis tersebut, maka peneliti akan
memaparkan hasil belajar siswa kelas II SDN. No. 190/V Kuala Tungkal mulai dari
paparan sebelum siklus atau lebih sering kita sebut dengan pra siklus sampai dengan
paparan data siklus I. Sehingga peneliti mengambil judul “Meningkatkan Kemampuan
dan Hasil Belajar dengan Menggunakan Metode Jarimatika dalam Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas II SDN. NO. 190/V KUALA TUNGKAL”.
 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang timbul dalam penelitian
ini adalah apakah menggunakan cara menghitung dengan jari dapat mempermudah siswa
dalam proses pembelajaran matematika? 

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas, penelitian ini ini bertujuan
untuk.mendeskripsikan penggunaan metode jari matika untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian dari tindakan kelas ini diharapkan memberi manfaat antara lain :
1) Bagi Siswa
a. Meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa dalam berhitung
penjumlahan dan pengurangan menggunakan cara berhitung dengan jari.
b. Agar prestsi siswa dapat meningkat.
1) Bagi Guru
a. Meningkatkan keakraban dan keaktifan saat pembelajaran.
b. Agar saat melaksanakan pembelajaran dapat mengoktimalkan
menggunakan media pembelajaran matematika.
2) Bagi Sekolah
a. Dapat meningkatkan siswa yang bermutu khusus nya mata pelajaran
matematika. 
b. Memberikan inovasi baru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran
yang dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman.

KAJIAN PUSTAKA
Kajian Kemampuan Belajar
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1996: 628) Menurut Poerwadarminta
kata kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, berada, kaya.Menurut Nur
Kasanah dan Didik Tuminto dalam kamus bergambar (2007: 423) kemampuan adalah
kesanggupan, kecakapan atau kekuatan.
Menurut pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa  kemampuan
merupakan kesanggupan, keterampilan atau energi untuk melalap atau mengusahakan kan
sesuatu.
a.        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Belajar
Pada proses belajar mengajar di sekolah, guru dan orang tua selalu mengharapkan
supaya siswanya bisa mendapat hasil yang sebaik-baiknya, sesuai dengan tujuan
pendidikan yang dijelaskan dalam tujuan instruksional.Tapi dalam kenyataannya tidak
semua siswa dapat mencapai hasil belajar seperti yang diinginkan.
Masalah ini ditimbulkan akibat siswa kerap menjumpai kesulitan belajar yakni
adanya faktor internal dan faktor eksternal, dimana kedua faktor tersebut saling pengaruh
mempengaruhi. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dijelaskan satu persatu tentang
faktor-faktor tersebut.
 1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri manusia itu sendiri yang
membawa pengaruh akan hasil belajar.Faktor internal ini terdiri dari faktor psikologis.
Adapun faktor psikologis yang dapat mempengaruhi kemampuan belajar terdiri dari :
a.  Bakat dan Intelegensi
Adalah faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya kemampuan belajar
seseorang. Bakat merupakan kemampuan tertentu yang dimiliki seseorang sebagai
keterampilan pembawaan, sesuai dengan yang dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto
(1986:28) menyebutkan : “Bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata
aptitude yang berarti kecakapan pembawaan yaitu mengenai kesanggupan (potensi-
potensi) yang tertentu”.
Kemampuan bawaan pada diri seseorang merupakan penafsiran dari intelegensi.
M. Ngalim Purwanto (1986:28) mengatakan : “Kemampuan yang dibawa sejak lahir yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu”.
Andaikan siswa berbakat di mata pelajaran matematika dan mempunyai
intelegensi tinggi, bisa diharapkan siswa tersebut akan mempunyai kemampuan yang
tinggi. Sebab persoalan-persoalan yang ada di mata pelajaran matematika lebih mudah
dipahami oleh siswa itu,misalnya konsep-konsep abstrak lebih mudah dipahami.
Sebaliknya kelambatan dalam belajar akan dialami oleh siswa yang tidak memiliki bakat
dan intelegasi yang tinggi.
Hal ini dapat menyebabkan kurangnya keinginan belajar siswa yang lambat dan
akan merasa sungguh sukar materi matematika, sehingga akan menimbulkan rasa bosan
pada diri siswa itu, akhirnya yang diharapkan jauh dari hasil yang diperoleh.
b.      Minat
kemampuan belajar tinggi berawal dari minat yang tinggi, maksudnya apabila
siswa belajar dengan sangat minat akan membantu pemusatan pikiran dan kegembiraan
dalam belajar.Sesuai Seperti hal nya yang dikemukakan oleh Slameto (1995:180) adalah
sebagai berikut : “Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk
mencapai beberapa tujuan yang dianggap penting dan bila siswa melihat banyak hasil dari
pengalaman belajar akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar siswa
akan berminat untuk mempelajarinya.
Seperti itu pula bila siswa kurang berminat maka kegiatan belajar yang
dilaksanakan yang bersangkutan dengan pelajaran tersebut dengan sendirinya akan
berkurang pula sehingga akan mencapai kemampuan yang rendah pula. Mengenai minat
The Liang Gie (1975:12) mengemukakan : “Minat selain memungkinkan pemusatan
pemikiran, juga akan menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar”. Untuk
memperoleh kemampuan belajar harus dengan perasaan senang, karena belajar dengan
perasaan yang tidak gembira akan membuat pelajaran itu terasa sangat berat.
Minat erat hubungannya dengan kebutuhan, dalam hal ini kebutuhan sangat
dipengaruhi oleh minat.bila seseorang perlu sesuatu, maka dirinya sendiri akan
mempengaruhi minat untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat memenuhi dirinya
tanpa perlu dorongan orang lain.
Bila memiliki minat maka suatu kegiatan dapat terlaksanakan dengan baik
tanpa ada rasa desakan bagi dirinya. Seperti yang dikemukakan oleh Kartini (1985:63)
menjelaskan bahwa : “Bila belajar tidak sesuai dengan minat anak, maka anak tidak
belajar dengan sebaik-baiknya”.

2.  Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah segala sesuatu dari luar diri seseorang yang dapat
mempengaruhi kemampuan. Menurut Slameto (1995:60) mengungkapkan “Faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi kemampuan belajar seseorang salah satunya faktor
keluarga dan faktor sekolah.
a. Faktor Keluarga
keberhasilan belajar seseorang di pengaruhi factor keluarga, karena pengaruh
orangtua sangat besar. anak-anak akan sukses dalam belajarnya apabila orang tuanya
dapat mendidik anaknya dengan cara memberikan Pendidikan yang baik. Sebaliknya
anak-anak yang memiliki orang tua yang tidak menginginkan pendidikannya, tidak
peduli, bahkan tidak memperhatikan sama sekali, tentu tidak akan berhasil dengan baik.
pengaruh orang tua terhadap anak-anaknya sangat dominan seperti halnya peran
keluarga dalam pendidikan, cara didikan orang tua, hubungan antar anggota-anggota
keluarga, suasana keluarga dan keadaan ekonomi keluarga.
  3.  Faktor Sekolah dan Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan adalah pusat pengembangan ilmu, lembaga pendidikan juga
mempengaruhi kemampuan belajar anak.
Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi proses belajar dari faktor ini adalah sebagai
berikut :
a.       Guru
Guru yang efektif adalah guru yang berhasil menggapai kemampuan berdasarkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki dalam proses belajar mengajar, guru
yang dapat mendukung kemampuan anak didik merupakan guru yang efektif, sebagai
pendidik sikap dan penampilan yang dimiliki oleh guru harus dapat memotivasi siswa,
membangkitkan minat siswa dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar.
b.      Metode Mengajar
Metode belajar dalam mengajar merupakan faktor yang harus dipelajari dalam
menentukan bagaimana proses belajar itu terjadi dan dapat menentukan hasil seperti yang
diharapkan. Oleh karena itu Belajar sangat dipengaruhi oleh bahan
mengajar .Menyampaikan bahan pelajaran dengan peragaan,percobaan,tanya
jawab,diskusi dan sebagainya lebih efektif. latihan, ringkasan dan hafalan juga lebih
disukai. Guru harus menguasai teknik mengajar, bahan pelajaran dan cara memotivasi
siswa.
c. Kurikulum Sekolah
pula. Kegiatan itu berwujud pemaparan bahan pelajaran diharapkan siswa
menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran.
a. Fasilitas Belajar
Fasilitas belajar sekolah yang mendukung mempengaruhi proses pembelajaran.
Perlengkapan ini tidak boleh disepelekan karena untuk proses pembelajaran
membutuhkan perlengkepan atau fasilitas pendidikan yang memadai yang bisa membantu
proses pembelajaran. terkait hal ini Kartini Kartono (1995:6) berargumen bahwa :
“Lengkap dan tidaknya peralatan belajar, baik yang dimiliki siswa itu sendiri maupun
yang dimiliki sekolah dapat menimbulkan akibat tertentu terhadap kemampuan siswa.
Kekurangan peralatan belajar dapat membawa akibat yang negatif”.
selain tersedianya fasilitas-fasilitas belajar mengajar yang wajib dimiliki oleh
siswa itu sendiri yaitu penguasaan menggunakan fasilitas serta perlengkapan sangat
ditekankan dalam pembelajaran.

Metode
Rahyubi (2012: 236) mendefinisikan “metode adalah suatu model cara yang
dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar berjalan dengan baik”. 
Darmadi (2010: 42) berargumen bahwa “metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui
untuk mencapai suatu tujuan”. Sehingga di dapatkan metode adalah cara yang bisa
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan secara baik.

Jarimatika
Selain penguasaan membaca, keterampilan berhitung termasuk ketrampilan dasar
yang penting untuk dikuasai anak. Jika penguasaan membaca dapat memperbesar
cakrawala anak, maka berhitung pun mempunyai banyak kegunaan bagi anak, seperti:
Agar anak bisa lebih mengerti alam semesta dan hukum-hukum yang berlaku di
dalamnya, agar anak bisa melakukan perencanaan dan evaluasi secara baik saat dewasa
nanti, agar anak-anak kita dapat membuat rancangan dan konstruksi secara benar. Dan
juga tidak kalah penting yaitu agar anak bisa bersikap adil. Selanjutnya agar mereka dapat
berbelanja secara baik. Dan juga agar mereka tidak mudah tertipu. Serta tentu masih
banyak lagi nilai pentingnya bagi kehidupan anak. sangat penting ketrampilan berhitung
ini, sehingga terkadangorang tua seringkali ‘memaksa’ anak agar segera menguasai
berhitung dengan baik. Kerna terlalu bersemangat oran tua kemudian sering menjadi
kurang sesuai dalam mengarkan. Orang tua akan panik kalau anaknya dianggap terlambat
menguasai ketrampilan berhitung. Terlebih orang tua melihat teman anaknya sudah
banyak yang menguasai ketrampilan berhitung secara baik, kepanikan bisa berkembang
menjadi kekesalan, kemarahan, dsb. namun seperti halnya ketrampilan yang lain, untuk
dapat berhitung secara baik dibutuhkan proses: 1. Anak perlu untuk memahami bilangan
dan proses membilang 2. Kemudian mulai dikenalkan dengan lambang bilangan 3.Setelah
itu diajarkan konsep operasi hitung. Baru kemudian dikenalkan aneka cara dan metode
melakukan penghitungan.
Menurut Bruner (dalam Ukhana,2011:31) belajar matematika meliputi belajar
konsep-konsep dan struktur matematika yang terdapat didalam materi yang dipelajari
serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu.
Pembelajaran matematika diharapkan dimulai dari mengenalkan masalah yang mirip
dengan situasi (contextual problem). Dengan menggunakan masalah kontekstual,
diharapkan murid secara berkelanjutan untuk menguasai konsep matematika. Dalam
proses belajar, anak lebih bsik diberi kesempatan menggunakan benda-benda atau alat
peraga yang dirancang secara khusus dan bisa diotak atik oleh siswa dalam memahami
suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang digunakannya anak akan melihat
bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang
diperhatikannya. Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti
proses belajar secara optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dalam 3 bentuk yaitu :
1. Model Tahap Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan dengan tindakan anak langsung
ikut dalam mengotak-atik objek.
2. Model Tahap Ikonik
Di tahap ini kegiatan penyajian dilaksanakan berdasarkan pada pikiran
internal dimana pengetahuan disajikan dengan serangkaian gambar-gambar atau grafik
yang dikerjakan anak, terkain dengan mental yang ialah gambaran dari objek-objek
yang dimanipulasinya.
3. Model Tahap Simbolis
Dalam tahap isimbolis bahasa ialah pola dasar simbolik, anak mengotak
atik simbol-simbol dan lambang-lambang objek tertentu. Menurut Skemp,
mempelajari matematika melalui dua tahap, yaitu konkret dan abstrak. Dalam tahap
konkret, anak mengotak atik objek konkret untuk memahami ide-ide abstrak. Guru
diharapkan memberi aktifitas agar anak bisa menyusun struktur matematika dengan
jelas sebelum mereka dapat menggunakan pengetahuan awalnya sebagai dasar belajar
di tahap berikutnya. (Pitajeng, 2006:36). Sering di jumpai murid yang tidak suka
matematika, susah memahami angka dan bilangan serta malas belajar berhitung, kita
juga pernah mengalami hal yang serupa, padahal kita pun tahu bahwa berhitung dan
matematika merupakan hal penting untuk dikuasai. Maka masalahan yang seringkali
muncul adalah : ketidak-sabaran (pada anak dan orangtua) dan proses memaksa
terpaksa (yang sangat tidak menyenangkan kedua belah pihak). Matematika ialah ilmu
pengetahuan yang mempelajari hal abstrak yang berupa fakta, konsep, prinsip. Peserta
didik SD akan mengalami tahap berpikir pra operasional dan operasional konkret.
Dengan itu perlu adanya kemampuan khusus guru untuk menghubungkan antara dunia
anak yang konkret dengan karakteristik matematika yang abstrak. Pembelajaran akan
efektif jika dilakukan dalam suasana menyenangkan. Guru harus senantiasa
mengusahakan situasi dan kondisi yang tidak membosankan apalagi menakutkan bagi
peserta didik. Salah satu upaya yang bisa ditempuh guru ialah dengan menerapkan trik
berhitung yang memudahkan dan menyenangkan bagi peserta didik untuk
melakukannya. Salah satu trik berhitung yang menjadi tren kini adalah teknik
jarimatika. Jarimatika memperkenalkan kepada anak bahwa matematika (khususnya
berhitung) itu menyenangkan. Didalam proses yang sudah-sudah kegembiraan anak
dibimbing untuk mampu dan terampil berhitung dengan benar. Jarimatika memberikan
solusi dari permasalahan tersebut, karena jarimatika memenuhi syarat pembelajaran
matematika yang dapat peserta didik merasakan dengan pembelajaran sangat
menyenangkan dan menantang.  
Prasetyono (2008:28) memaparkan bahwa jarimatika ialah gabungan dari kata
” jari” dan ”aritmatika” yang diartikan sebagai cara proses hitung dengan mengunakan
fungsi jari sebagai alat bantu mengoperasikan operasi hitung. Sedangkan menurut
Wulandani (2007:2) mengemukakan jarimatika ialah sebuah cara sederhana serta
menyenangkan mengajarkan berhitung dasar kepada anak-anak menurut kaidah.
Dimulai dengan mengajarkan secara benar terlebih dahulu tentang konsep bilangan,
lambang bilangan, dan operasi hitung dasar, kemudian mengajarkan cara berhitung
dengan jari-jari tangan. serta diawali, dilakukan dan diakhiri dengan gembira. konsep
ini ditemukan oleh Septi Peni Wulandari.  Jadi Jarimatika adalah suatu cara untuk
berhitung dengan menggunakan jari tangan, menggunakan jari tangan kanan maupun
jari tangan kiri.
       
PELAKSANAAN PENELITIAN
Subjek Penelitian

Lokasi dilaksanakannya penelitian ini adalah SDN. No. 190/V Kuala Tungkal.
Penelitian ini diterapkan dengan 2 kali siklus dalam alokasi waktu 2 x 35 menit dengan
menggunakan model jarimatika. Mata pelajaran yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah matematika dengan sub pokok bahasan “Penjumlahan dan
Pengurangan Bilangan”. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di kelas II dengan jumlah
siswa sebanyak 20 siswa. Penelitian ini dilakuakan pada bulan Oktober – November
2021.

Deskripsi Per Siklus


Arikunto (2009: 16) menyatakan bahwa terdapat 4 fase dalam melakukan studi
kegiatan, yakni: perencanaan, penerapan, pengamatan, serta refleksi.

1. Perencanaan
Sebelum melakukan suatu kegiatan maka perencanaan haruslah disusun
agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Dalam tahap perencanaan ini, peneliti menentukan titik atau fokus
peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian
membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta
yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam sesi perencanaan pengamat
melaksanakan prosedur :

1) Pemeriksaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)


serta penetapan penanda untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas II.
2) Menyelidiki modul persekolahan mata pelajaran bahasa Indonesia kelas
II.
3) Siapkan rencana latihan sesuai penanda yang telah dimulai dan situasi
instruktif menggunakan model gambar kata induktif.
4) Mempersiapkan sumber, perlengkapan peraga ataupun media pendidikan
berbentuk situasi muncul dalam gambar kata instruksi model induktif.
5) Mengirim keperluan penilaian yang berbentuk uji tertulis serta lembar
kerja siswa.
6) Siapkan lembar persepsi untuk memperhatikan latihan pendidik, latihan
murid, serta hasil catatan lapangan selama pelatihan bahasa Indonesia.

2. Pelaksanaan Tindakan
Skenario ataupun rancangan kegiatan yang hendak dicoba, sebaiknya
digambarkan sedetail apa pun yang dapat diharapkan direkam sebagai salinan
cetak. Kehalusan kegiatan ini memaparkan sesi demi sesi aktifitas yang hendak
dilakukan, latihan yang harus dilakukan oleh pengajar, latihan yang diharapkan
siswa, seluk-beluk pemanfaatan media pembelajaran, serta tipe instrumen apa
yang digunakan buat mengumpulkan informasi (Suhardjono, 2009: 77).

Peneliti merencanakan pelaksanakan tindakan dalam II siklus, tiap siklus


satu kali pertemuan. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan pada saat pembelajaran
berlangsung sesuai dengan pengembangan RPP dan skenario perencanaan
pembelajaran dengan model induktif kata bergambar.Observasi

3. Observasi
Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Pengumpulan data
ini dilakukan dengan menggunakan format observasi penilaian yang telah
disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario
tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar
siswa. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal
yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keterampilan
guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
menulis deskripsi dengan model induktif kata bergambar. Observasi dilaksanakan
dengan bantuan dari guru kolaborator dan teman sejawat untuk mengamati
keterampilan guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan observasi dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi
berupa lembar pengamatan yang telah disiapkan dalam tahap perencanaan.
4. Refleksi
Tahap ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang
telah dilakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan
evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi dalam PTK
mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas
tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dari proses refleksi maka
dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya (Suhardjono,
2009:80).
Pada tahap ini peneliti mengkaji proses pembelajaran yaitu keterampilan
guru, aktivitas dan hasil belajarsiswa berupa keterampilan menulis deskripsi
menggunakan model induktif kata bergambar serta melihat ketercapaian
indikator penelitian pada setiap siklus. Melalui refleksi ini, dinilai efektivitas
model yang digunakan dengan mengacu pada indikator yang telah ditetapkan.
Tindak lanjut untuk siklus berikutnya ditentukan berdasarkan atas masalah yang
muncul pada pelaksanaan tindakan siklus sebelumnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pelaksanaan Per Siklus
1. Siklus 1
Dalam kegiatan pra siklus perlu melakukan kegiatan observasi sebelum
melakukan penelitian, yaitu dengan melakukan wawancara terhadap guru dan siswa
kelas II di SDN. NO. 190/V Kuala Tungkal. Serta melaksanakan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Kegiatan awal
a. Apersepsi/motivasi
b. Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a. Guru menjelaskan materi penjumlahan dan pengurangan bilangan.
b. Guru menunjuk salah satu siswa untuk maju ke depan kelas untuk menjawab satu
soal yang diberikan.
c. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) yang telah dibagikan.
d. Siswa bersama guru membahas Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah
dikerjakan.
3) Kegiatan Penutup
a. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang
jelas
b. Guru bersama siswa bertanya jawab, memberikan penguatan dan
penyimpulan.
c. Guru menutup pelajaran.
Adapun hasil belajar dari siklus pertama dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 1
Hasil Belajar Siklus 1
No Nama Nilai Keterangan
1 Siswa 1 60 Tidak paham
2 Siswa 2 75 Paham
3 Siswa 3 75 Paham
4 Siswa 4 75 Paham
5 Siswa 5 75 Paham
6 Siswa 6 70 Paham
7 Siswa 7 70 Paham
8 Siswa 8 65 Tidak paham
9 Siswa 9 65 Tidak paham
10 Siswa 10 65 Tidak paham
11 Siswa 11 70 Paham
12 Siswa 12 75 Paham
13 Siswa 13 70 Paham
14 Siswa 14 75 Paham
15 Siswa 15 60 Tidak paham
16 Siswa 16 75 Paham
17 Siswa 17 78 Paham
18 Siswa 18 78 Paham
19 Siswa 19 70 Paham
20 Siswa 20 75 Paham
Total 1421
Rata-rata 71,05

Dari hasil siklus 1 dapat dikatakan bahwa rata-rata siswa telah memenuhi
KKM yakni 71,05. Akan tetapi masih ada 5 siswa yang tidak memenuhi KKM
sehingga masih dalam kategori tidak paham.
3) Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan bersama-sama dengan pelakasanaan perbaikan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar hasil evaluasi siswa. Adapun
hasil pengamatan aktifitas siswa pada penerapan model jarimatika dapat dilihat pada
tabel observasi dibawah ini:
Tabel 2
Aktifitas Siswa Siklus I

No Hal yang diamati Hasil Siklus I


1 kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran 3
2 keantusiasan siswa selama proses 3
pembelajaran
3 kemampuan siswa dalam bertanya 3
4 kemampuan siswa dalam bekerjasama 3
5 keterlibatan siswa dalam mengikuti 3
pembelajaran menggunakan jarimatika
6 kemampuan siswa dalam menindak lanjuti 3
pengetahuan yang diperoleh
7 Ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas 3
yang diberikan guru
Total 21
Rata- rata 3

Dari tabel diatas bahwa hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus I berada
pada total poin 21 dan rata rata 3. Hal Ini dapat dikategorikan bahwa aktifitas siswa
dalam kategori cukup baik.
3) Refleksi
Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis kegiatan yang dilakukan pada
siklus I. Pada tahap ini dilakukan analisis megenai kemampuan dan hasil belajar
siswa setelah menerapkan metode jarimatika. Hasil refleksi akan digunakan sebagai
tahap evaluasi dan menetapkan kesimpulan yang didapat dari penelitian ini. Hasil
dari penelitian ini juga digunakan sebagai bahan rekomendasi untuk rancangan
tindakan selanjutnya.
Hasil dari refleksi ini menunjukkan bahwa masih ada beberapa siswa yang masih
bingung dalam penerapan metode jarimatika sehingga pada siklus ke 2 guru akan
menjelaskan lebih terperinci tentang metode tersebut.

2. Siklus II
1) Perencanaan
         Pada tahap perencanaan langkah-langkah peneliti lakukan yaitu:
a. Menentukan kapan penelitian dilaksanakan.
b. Membahas materi yang akan disampaikan kepada siswa.
c. Menyusun perangkat penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan digunakan oleh guru dalam
pembelajaran.
d. Menyusun dan mempersiapkan soal evaluasi untuk siswa yang akan diberikan
pada akhir pembelajaran.
e. Mempersiapkan peralatan untuk mendokumentasikan aktivitas guru dan siswa
pada saat proses pembelajaran berlangsung.
2) Pelaksanaan
Pada saat proses pelaksanaan tindakan, peneliti sebagai guru menerapkan
metode jarimatika dalam proses pembelajaran penjumlahan dan pengurangan
bilangan. Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan yaitu:
a. Kegiatan awal
 Guru mengucapkan salam, berdo’a dan kemudian menanyakan kehadiran
siswa.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
 Guru memberikan apersepsi berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan bilangan.
 Guru menjelaskan metode yang dilakukan dalam pembelajaran.
b. Kegiatan inti
 Guru menjelaskan materi penjumlahan dan pengurangan.
 Siswa bersama dengan guru melakukan tanya jawab mengenai
penjumlahan dan pengurangan bilangan.
 Guru dan siswa melakukan simulasi penggunaan jari dalam metode
jarimatika.
 Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah diberikan.
 Siswa dengan guru membahas Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah
dikerjakan.
 Siswa bersama dengan guru mengulas kembali materi yangtelah
dipelajari.
 Siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
c. Kegiatan Penutup
 Siswa diberi kesempatan untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang
jelas.
 Siswa diminta mengerjakan soal evaluasi yang telah dibagikan oleh guru.
 Guru menutup pelajaran.
 Salam penutup

Adapun hasil belajar yang didapat kan pada siklus II yankni dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3
Hasil Belajar Siklus 1I
No Nama Nilai Keterangan
1 Akbar Muzakir 75 Paham
2 Arbaiyah 84 Paham
3 Ayu Aulia Rahman 86 Paham
4 Dimas Ardian 86 Paham
5 Khairun Nadia 85 Paham
6 Lisa Nabila 80 Paham
7 M. Ibnu Rivandi 80 Paham
8 M. Akbar Fathir 78 Paham
9 M. Akmal Fathir 78 Paham
10 M. Iqbal Zakir 76 Paham
11 M. Lutfi 82 Paham
12 Misnawati 82 Paham
13 Melda Zazkia 80 Paham
14 Mifthahul Jannah 85 Paham
15 Nicky Ramadhani 86 Paham
16 Nadiya 85 Paham
17 Paramita 90 Paham
18 Rahmad Azizi 90 Paham
19 Sandy 80 Paham
20 Salman Alfarizi 85 Paham
Total 1653
Rata-rata 82,65

Dari hasil siklus 2 terjadi peningkatan hasil belajar yang sangat signifikan. Rata pada
siklus II yakni 82,65 dan semua siswa dalam kategori paham.
4) Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan bersama-sama dengan pelakasanaan perbaikan.
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar hasil evaluasi siswa.

Selain itu aktifitas siswa pada penerapan model jarimatika dapat dilihat pada
tabel observasi dibawah ini:
Tabel 4
Aktifitas Siklus II

No Hal yang diamati Hasil Siklus I


1 kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran 4
2 keantusiasan siswa selama proses 4
pembelajaran
3 kemampuan siswa dalam bertanya 4
4 kemampuan siswa dalam bekerjasama 4
5 keterlibatan siswa dalam mengikuti 4
pembelajaran menggunakan model jarimatika
6 kemampuan siswa dalam menindak lanjuti 4
pengetahuan yang diperoleh
7 Ketekunan siswa dalam menyelesaikan tugas 4
yang diberikan guru
Total 28
Rata- rata 4

Dari tabel diatas bahwa hasil pengamatan aktifitas siswa pada siklus II berada
pada total poin 28 dan rata rata 4 dan ini dapat dikategorikan bahwa aktifitas siswa dalam
kategori baik. Dengan kata lain terdapat peningkatan aktifitas belajar dari siklus I ke
Siklus 2

4) Refleksi
Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis kegiatan yang dilakukan pada
siklus I. Pada tahap ini dilakukan analisis megenai kemampuan dan hasil belajar
siswa setelah menerapkan metode jarimatika. Hasil refleksi akan digunakan
sebagai tahap evaluasi dan menetapkan kesimpulan yang didapat dari penelitian
ini. Hasil dari penelitian ini juga digunakan sebagai bahan rekomendasi untuk
rancangan tindakan selanjutnya.

Pembahasan Pada Setiap Siklus


Pada bagian ini jelaskan hasil penelitian dan pembahasan pembelajaran
Matematika materi penjumlahan dan pengurangan bilangan dengan menggunakan
metode jarimatika.
Pada siklus 1 model pemebelajaran yang dijalankan guru cenderung monoton dan
membosankan, padahal matematika merupakan pelajaran yang membutuhkan cara
berfikir lebih keras sehingga guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang
menyenangkan agar bisa menurunkan ketegangan berpikir siswa. Hal ini disebabkan oleh
penerapan guru yang masih kaku dalam menerapkan model jarimatika tersebut didepan
kelas.
Pada penjalanan siklus ke 2 dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran
menggunakan metode jarimatika sudah berjalan dengan baik. Hal ini dilihat dari
pengaplikasiian metode didepan kelas yang sangat atraktif dan komunikatif yang
diberikan oleh guru. Disamping itu, guru dalam menyampaikan materi penbelajaran bisa
menimbulkan minat belajar siswa. Menumbuhkan minat belajar siswa dapat dilihat dari
cara penyampaian yang dilakukan guru yang dapat memancing siswa untuk dapat
memperhatikan dan langsung menggunakan jari mereka masing-masing.
Pembelajaran matematika melalui penerapan metode jarimatika telah
dilaksanakan guru dengan baik.Hal ini dapat dilihat dari aktifitas penganjaran yang
komunikatif dan atraktif akan berdampak kepada aktifnya belajar siswa, serta dalam
pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Dengan itu
penggunaan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung dan hasil
belajar siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan bisa
disimpulkan bahwa penerapan metode jarimatika bisa meningkatkan hasil belajar
matematika pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan bilangan siswa kelas 2 SDN.
NO. 190/V Kuala Tungkal. Metode tersebut dapat digunakan secara efektif dan efisien
dikarenakan metode tersebut dengan memakai alat sederhana yakni jarimatika.

Saran
Saran dari pembelajaran menggunakan penerapan metode jarimatika dalam anak
didik SDN. NO. 190/V Kuala Tungkal adalah:
1. Saran untuk guru
Guru dapat menggunakan metode jarimatika pada saat proses belajar mengajar
khususnya dalam penjumlahan dan pengurangan bilangan.
2. Saran untuk sekolah
Sekolah mengizinkan dan mendukung penerapan metode jarimatika dalam
pembelajaran matematika, terutama pada pembelajaran penjumlahan dan
pengurangan bilangan di Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Trivia. 2013. Metode Berhitung Lebih Cepat Jarimatika. Jakarta: Lingkar Media.

Atiaturrahmaniah. 2011. Penerapan Metode Jarimatika Untuk Meningkatkan


Kemampuan Berhitung dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa SDN 2
Pancor. Jurnal Pendidikan, Vol 6 No 2 hal 81-102.

Dedy. 2016. Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: PT.
Luxima Metro Media.

Erman Suherman, dkk. (2003). Stretegi pembelajaran matematika kontemporer. Bandung:


Universitas Indonesia.

Herman Hudoyo. (1988). Mengajar belajar matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan DIKTI.

Kopertis V. (2006). Panduan penyusunan silabus mata pelajaran matematika SMP.

Marsigit. (2008). Nilai-nilai luhur bangsa dan pembelajaran matematika di sekolah dalam
menuju standarisasi sekolah nasional dan bertaraf internasional. Makalah
disajikan dalam seminar sehari di Universitas Negeri Yogyakarta.

Mudyahardjo, Redja. 2012. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Nurchasanah, Fitri. 2010. Peningkatan Kemampuan Menghitung Perkalian dan
Pembagian Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada Siswa Kelas II
Sekolah Dasar Negeri Gendingan 5 Widodaren Ngawi Tahun Pelajaran
2009/2010. Skripsi: Universitas Sebelas Maret.

Nyimas Aisyah, dkk. (2007). Pengembangan pembelajaran matematika SD. Jakarta:


Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Prasetyono, Dwi Sunar, dkk. 2009. Memahami Jarimatika untuk Pemula. Yogyakarta:
DIVA Press

Runtukahu, J. Tombokan. 2014. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan


Belajar. Yogyakarta: ArRuzz Media. Saleh, Salmiza, dkk. 2010. Diagnosing Year
Two Pupils Misunderstanding of Multiplication Concepts at Selected Schools in
Sabah. Procedia-Social and Behavioral Sciences, Vol 8, 2010 pages 114-120.
Link: https://www.sciencedirect/14.452.pdf Somantri, Sutjihati. 2006. Psikolpogi
Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama. Sunanto, Juang. 2006.
Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Saifuddin Azwar. (2007). Tes prestasi (fungsi pengembangan pengukuran prestasi


belajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Septi Peni Wulandari. (2009). Jarimatika. Jakarta: Kawan Pustaka.

Sri Subarinah. (2006). Inovasi pembelajaran matematika SD. Jakarta : Depdiknas.

Anda mungkin juga menyukai