Kelompok P - Pro Poor Growth - Uts Perekonoindo
Kelompok P - Pro Poor Growth - Uts Perekonoindo
Kelompok P - Pro Poor Growth - Uts Perekonoindo
Disusun oleh :
1. 7111420190 Muhammad Haikal
2. 7111420199 Alvithra Ainal Ikram
3. 7111420229 Andika Candra Wijaya
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki
penduduk miskin cukup banyak. Berbagai program pengentasan kemiskinan telah dilaksanakan
oleh Pemda DIY. Realisasi jumlah anggaran pro-poor cenderung meningkat setiap tahunnya. Di
sisi lain, kondisi menunjukkan bahwa angka kemiskinan belum turun secara signifikan sehingga
harus dicari solusinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas belanja langsung
pro-poor Pemda DIY selama tahun 2015 – 2021 serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
efektivitas belanja langsung pro-poor Pemda DIY tahun 2015-2021 tersebut.
Penelitian dilakukan pada Pemda DIY khususnya Bappeda dan DPPKAD serta Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang melaksanakan kegiatan pro poor. Metode yang digunakan adalah
analisis deskriptif. Analisis dilakukan melalui 3 tahapan yaitu pertama dengan menghitung
efektivitas kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam belanja pro-poor. Kedua, membandingkan
capaian efektivitas menggunakan logika rasio Duclos (2009). Langkah terakhir adalah
melakukan analisis deskriptif
DAFTAR ISI
Gini Rasio
Gini Rasio (%)
Kabupaten/ Kota
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Sleman 0,45 0,39 0,41 0,42 0,42 0,42
Kulonprogo 0,37 0,37 0,39 0,37 0,36 0,38
Bantul 0,38 0,4 0,41 0,45 0,42 0,44
Gunungkidul 0,33 0,34 0,34 0,34 0,33 0,35
Yogyakarta 0,44 0,43 0,45 0,42 0,37 0,42
D.I. Yogyakarta 0,394 0,386 0,4 0,4 0,38 0,402
Laju PDRB
Laju PDRB (%)
Kabupaten/Kota
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kulon Progo 4,62 4,76 5,97 10,84 13,49 -4,06
Bantul 4,97 5,06 5,10 5,47 5,53 -1,66
Gunung Kidul 4,82 4,89 5,00 5,16 5,33 -0,68
Sleman 5,18 5,25 5,35 6,42 6,49 -3,91
Yogyakarta 5,09 5,11 5,24 5,49 5,96 -2,42
D.I. Yogyakarta 4,95 5,05 5,26 6,20 6,59 -2,69
Tingkat Pengangguran
Tingkat Pengangguran (%)
Kabupaten/ Kota
2015 2016 2017 2018 2019 2020
D.I. Yogyakarta 4,07 2,72 3,02 3,35 3,14 4,57
Kulonprogo 3,72 1,99 1,49 1,80 3,71
Bantul 3,00 3,12 2,72 3,06 4,06
Gunungkidul 2,90 1,65 2,07 1,92 2,16
Sleman 5,37 3,51 4,40 3,93 5,09
Yogyakarta 5,52 5,08 6,22 4,80 9,16
Rata-Rata Pendapatan
Rata-Rata Pendapatan (Rp)
Kabupaten/ Kota
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kulon Progo Rp670.192 Rp719.189 Rp720.906 Rp805.608 Rp904.900 Rp940.501
Bantul Rp855.399 Rp975.242 Rp1.024.607 Rp1.210.743 Rp1.262.103 Rp1.366.416
Gunungkidul Rp541.114 Rp671.115 Rp763.446 Rp840.575 Rp823.899 Rp878.379
Sleman Rp1.177.082 Rp1.379.839 Rp1.514.460 Rp1.659.707 Rp1.728.444 Rp1.792.911
Kota Yogyakarta Rp1.325.612 Rp1.465.403 Rp1.423.537 Rp1.802.459 Rp1.745.570 Rp1.829.863
Prov. D.I.Y Rp928.602 Rp1.070.962 Rp1.140.167 Rp1.302.661 Rp1.339.726 Rp1.411.971
Uji Chow
Uji Hausman
Uji Multikolinearitas
LNAPS LNBD LNIK TPT TK
LNAPS 1.000000 0.081025 0.394375 0.485706 -0.592520
LNBD 0.081025 1.000000 0.205627 0.042949 -0.330229
LNIK 0.394375 0.205627 1.000000 0.159719 -0.103506
TPT 0.485706 0.042949 0.159719 1.000000 -0.634914
TK -0.592520 -0.330229 -0.103506 -0.634914 1.000000
DAFTAR GAMBAR
Kemudian, Provinsi DIY mempunyai beragam potensi budaya, baik budaya yang
tangible (fisik) maupun yang intangible (non-fisik). Potensi budaya yang tangible antara lain
kawasan cagar budaya, dan benda cagar budaya sedangkan potensi budaya yang intangible
seperti gagasan, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang ada
dalam masyarakat. Budaya-budaya tersebut lah yang meningkatkan daya tarik Provinsi DIY
pada sektor pariwsita. Tidak hanya itu, tingkat pendidikan di daerah Provinsi DIY termasuk
salah satu yang terbaik di Indonesia, sehingga Yogyakarta di kenal sebagai kota pelajar. Hal-
hal diatas, seperti tingkat pendidikan, kemiskinan, pariwisata, kesejahteraan, dan kesehatan
yang melatarbelakangi kelompok kami untuk menggunakan data pada Provinsi DIY sebagai
bahan analisis kami untuk mengetahui hasil dari PPGI (Pro-Poor Growth Index) dan PEGR
(Poverty-Equivalent Growth Rate). Berikut adalah data pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota
di provinsi DIY pada tahun 2015-2020:
Jika dilihat pada Gambar 3, pada tahun 2015, persentase tertinggi dipegang oleh
Kabupaten Gunung Kidul sebesar 21,73% dan persentase terendah dipegang oleh Kota
Yogyakarta sebesar 8.75%. Untuk tahun 2016, persentase tertinggi dipegang oleh Kabupaten
Kulonprogo sebesar 20.30% dan presentase terendah dipegang oleh Kota Yogyakarta sebesar
7.70%. Untuk tahun 2017, persentase tertinggi dipegang oleh Kulonprogo sebesar 20.03% dan
persentase terendah dipegang oleh Kota Yogyakarta sebesar 7.64%. Untuk tahun 2018,
persentase tertinggi dipegang oleh Kabupaten Kulonprogo sebesar 18.30% dan persentase
terendah dipegang oleh Kota Yogyakarta sebesar 6.98%. Untuk tahun 2019, persentase
tertinggi dipegang oleh Kabupaten Kulonprogo sebesar 17.39% dan persentase terendah
dipegang oleh Kota Yogyakarta sebesar 6.84%. Lalu untuk tahun 2020, persentase tertinggi
dipegang oleh Kabupaten Kulonprogo sebesar 18.01% dan persentase terendah dipegang oleh
Kota Yogyakarta sebesar 7.27%. Jika dilihat kembali di gambar 3, dari tahun 2015-2019 selalu
mengalami penurunan tingkat kemiskinan, akan tetapi di tahun 2020 mengalami peningkatan
tingkat kemiskinan yang disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang berimbas pada
perekonomian di seluruh kabupaten maupun kota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Adanya Covid-19, banyak sekali sektor-sektor yang mengalami krisis ekonomi
karena adanya kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan kebijakan PPKM
(Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Dengan berbagai kebijakan untuk menjaga
jarak sosial, maka sangat menghambat aktivitas perekonomian di masyarakat yang akhirnya
perekonomian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami gangguan dan
kemerosotan.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA PEMBAHASAN
2.2 Kemiskinan
Fenomena kemiskinan merupakan sesuatu yang kompleks, dalam arti tidak hanya
berkaitan dengan dimensi ekonomi saja tetapi juga dengan dimensi-dimensi lain diluar
ekonomi. Namun selama ini kemiskinan lebih sering dikonsepsikan dalam konteks
ketidakcukupan pendapatan dan harta (lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan, yang mana
semuanya berada dalam lingkup dimensi ekonomi. Menurut Sen, kemiskinan adalah kegagalan
untuk berfungsinya beberapa kapabilitas dasar atau dengan kata lain seseorang dikatakan
miskin jika kekurangan kesempatan untuk mencapai/mendapatkan kapabilitas dasar ini. Sen
menyatakan bahwa kemiskinan jangan dianggap hanya sebagai pendapatan rendah (low
income), tetapi harus dianggap sebagai ketidakmampuan kapabilitas (capability handicap).
Kemiskinan dapat di definisiaakan secara konseptual, yaitu kemiskinan absolut dan
kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu
mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar (Todaro & Smith,
2006). Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan ketidakmampuan seseorang untuk
mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok minimum seperti
pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan
bekerja. Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk
uang. Nilai kebutuhan minimum kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis
kemiskinan. Dengan demikian, maka penduduk dikatakan miskin secara absolut jika
pendapatannya di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan absolut "tetap (tidak berubah)"
dalam hal standar hidup, garis kemiskinan absolut mampu membandingkan kemiskinan secara
umum. Namun demikian, antara negara yang satu dengan lainnya memiliki garis kemiskinan
yang berbeda. Berdasarkan hal tersebut, World Bank menetapkan garis kemiskinan
internasional agar dapat membandingkan angka kemiskinan antar negara.
Untuk mendapatkan hasil dari pendapatan per kapita, dengan cara PDRB atas dasar
harga konstan dibagi dengan jumlah penduduk di tiap kota dan kabupaten yang ada di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pendapatan per kapita = PDRB : Jumlah Penduduk
(1)
Jika dilihat dari tabel 1, pendapatan per kapita di tiap kabupaten dan kota di Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami peningkatan dari tahun 2015 hingga tahun 2019. Akan
tetapi mengalami penurunan pada tahun 2020 yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Jika
dilihat dari tabel 2 dan tabel 3, pasti selalu mengalami penurunan, dikarenakan ditahun 2020
adalah tahun dimana pandemi Covid-19 mulai menyebar dan mengacaukan aktivitas
perekonomian nasional bahkan global.
Gini Rasio (%)
Kabupaten/ Kota
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Sleman 0.45 0.39 0.41 0.42 0.42 0.42
Kulonprogo 0.37 0.37 0.39 0.37 0.36 0.38
Bantul 0.38 0.4 0.41 0.45 0.42 0.44
Gunungkidul 0.33 0.34 0.34 0.34 0.33 0.35
Yogyakarta 0.44 0.43 0.45 0.42 0.37 0.42
Sumber: BPS, Rasio Gini
Tabel 2. Rasio Gini Wilayah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Data rasio gini pada tabel 2, berfungsi untuk mengetahui apakah distribusi penduduk
rata atau tidaknya. Manfaat dari rasio gini sendiri untuk mengkalkulasi tingkat ketimpangan
pendapat secara universal (menyeluruh).
Pada tabel 3, untuk mengetahui tingkat kemiskinan di tiap kabupaten atau kota di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di setiap tahunnya. Untuk mengetahui apakah
pengangguran itu mengalami kenaikan atau penurunan. Tingkat pengangguran sendiri juga
dapat diketahui jika lapangan pekerjaan di wilayah tersebut masih terbilang masih sempit
sehingga masih muncul pengangguran. Oleh karena itu, pemerintah harus membuat program
atau menciptakan lapangan pekerjaan agar mengentaskan tingkat pengangguran.
Pada tabel 4, menunjukan seberaapa parah tingkat kemiskinan yang ada di kota maupun
kabupaten di Provinsi Yogyakarta. Setiap kota maupun kabupaten pastinya mengalami naik-
turun tingkat keparahan di tahun-tahun yang berbeda. Misalkan di Kabupaten Kulonprogo pada
tahun 2018-2019 mengalami kenaikan dari 0.56 naik menjadi 0.61, sedangkan di Kabupaten
Bantul pada tahun 2018-2019 mengalami penurunan dari 0.46 turun menjadi 0.43.
Pada tabel 6, dapat di Analisa jika pertumbuhan Angka Partisipasi Sekolah (APS) dari
tahun 2015 hingga 2019 selalu mengalami naik-turun yang tidak terlalu signifikan. Semakin
tinggi angkanya maka semakin tinggi pula siswa-siswi yang bersekolah pada jenjang SMA
(Sekolah Menengah Atas).
Rata-rata Pendapatan
Kabupaten/ Kota
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kulon Progo Rp.670.192 Rp.719.189 Rp.720.906 Rp.805.608 Rp.904.900 Rp.940.501
Bantul Rp.855.399 Rp.975.242 Rp.1.024.607 Rp.1.210.743 Rp.1.262.103 Rp.1.366.416
Gunungkidul Rp.541.114 Rp.671.115 Rp.763.446 Rp.840.575 Rp.823.899 Rp.878.379
Sleman Rp.1.177.082 Rp.1.379.839 Rp.1.514.460 Rp.1.659.707 Rp.1.728.444 Rp.1.792.911
Kota Yogyakarta Rp.1.325.612 Rp.1.465.403 Rp.1.423.537 Rp.1.802.459 Rp.1.745.570 Rp.1.829.863
Prov. D.I.
Yogyakarta Rp.928.602 Rp.1.070.962 Rp.1.140.167 Rp.1.302.661 Rp.1.339.726 Rp.1.411.971
Sumber: BPS
Tabel 7. Rata-rata Pendapatan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Pada tabel 7, dapat terlihat bahwa rata-rata pendapatan di kota maupun kabupaten di
Provinsi Yogyakarta pada tiap tahun selalu berbeda. Ada yang selalu naik dan ada juga yang
turun lalu naik lagi. Faktornya dapat berupa kontraksi atau berubahnya jumlah penduduk.
Pada tabel 13, uji Multikolinearitas biasa dilakukan untuk menguji apakah terdapat
korelasi antar variabel bebas dalam model regresi. Multikolinearitas berarti adanya hubungan
linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi
(Ajija, 2011).
4.1 Kesimpulan
Provinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi paling tua nomor 2 di
Indonesia setelah Provinsi Jawa Timur. Provinsi DIY memiliki banyak sekali daya Tarik yang
pastinya akan menarik banyak turis lokal maupun asing yang pastinya akan menyebabkan
terjadinya pertumbuhan perekonomian di Provinsi DIY.
Ada beberapa faktor dari naik turunnya tingkat pertumbuhan ekonomi, diantaranya
adalah tingkat kemiskinan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk, tingkat PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto), APS (Angka Partisipas Sekolah), besaran belanja daerah, tingkat
pengangguran, dan lain-lain.
Pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY dari tahun 2015 hingga tahun 2019 selalu
mengalami peningkatan. Akan tetapi di tahun 2020 mengalami kemorosotan yang sangat tajam
hingga mencapai angka dibawah 0 (mencapai titik minus). Sedangkan tingkat kemiskinan dari
tahun 2015 hingga 2019 mengalami penurunan. Ini menunjukan keberhasilan pemerintah
dalam menanggulangi tingkat kemiskinan. Akan tetapi di tahun 2020 terjadi lonjakan
kemiskinan. Pendapatan per kapita juga selalu mengalami peningkatan dari tahun 2015 hingga
2019 akan tetapi pada tahun 2020 mengalami penurunan.
Tahun 2020 adalah tahun dimana perekonomian negara mengalami kemerosotan yang
terbilang lumayan tajam. Alasannya adalah karena di tahun 2020 adalah tahun dimana pandemi
Covid-19 mulai meradang. Banyak berbagai sektor di setiap negara mengalami hambatan,
salah satunya adalah sektor ekonomi. Karena berbagai kebijakan pemerintah dalam
menganggulangi penyebaran Covid-19, maka pemerintah memberi aturan untuk menjaga jarak
seperti PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat). Dengan adanya kebijakan tersebut, maka sektor ekonomi mengalami
tersendat yang berimbas pada kemerosotan tingkat perekonomian dan meningkatnya
kemiskinan serta pengangguran.
Dalam melakukan uji regresi data panel, dengan melakukan perkiraan terhadap fixed effect.
Jika telah mendapatkan perkiraan, maka Langkah selanjutnya melakukan perkiraan terhadap
common effect yang diikuti dengan Uji Chow, perkiraan random effect, dan Uji Hausman. Lalu
melakukan Uji Multikolinearitas guna menguji apakah terdapat korelasi antar variabel bebas
dalam mode regresinya. Setelah itu tahap selanjutnya adalah Uji Normalitas untuk menentukan
data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi normal.
4.2 Rekomendasi
Menurut kami agar dapat menstabilkan perekonomian di Provinsi DIY, ialah
pemerintah dan swasta bisa bekerja sama untuk mengentaskan tingkat pengangguran dan
kemiskinan dengan berbagai macam kegiatan atau dengan membuka lapangan pekerjaan baru.
Dengan itu maka dapat menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan.
Masyarakat juga dapat dengan bebas untuk melakukan berbagai macam kegiatan
ekonomi agar dapat meningkatkan perekonomiannya. Walaupun masyarakat dapat bebas
melakukan aktivitas ekonomi, pemerintah juga harus turun tangan untuk mengawasi jalannya
perekonomian di masyarakat agar tidak terjadi perilaku monopoli didalamnya.
Selain untuk masyarakat internal dari Provinsi DIY, pemerintah juga harus memberikan
inovasi menarik, baik sarana maupun prasarana agar dapat menarik banyak turis lokal maupun
asing. Ini juga dapat mampu memberikan dampak yang positif bagi perekonomian Provinsi
DIY agar bisa kembali seperti semula dan tidak mengalami krisis ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
BPKP. (Tanpa Tahun). Sejarah Keistimewaan Yogyakarta. Badan Pengawasan Keuangan Dan
Pembangunan. https://www.bpkp.go.id/diy/konten/815/sejarah-keistimewaan-
yogyakarta
DPMP. (2015). Perekonomian Di Jogja. Kesempatan Berinvestasi Di Yogyakarta.
http://investasi.jogjakota.go.id/id/more/page/84/Perekonomian-di-Jogja
BAPPEDA DIY. (2022). Pengentasan Kemiskinan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dataku.
http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/infografik/kemiskinan
BPS. (2022). Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota, 2004-2021. Badan Pusat
Statistika Provinsi D.I. Yogyakarta.
https://yogyakarta.bps.go.id/indicator/23/142/1/persentase-penduduk-miskin-menurut-
kabupaten-kota.html
BPS. (2021). Laju Pertumbuhan PDRB Kota Yogyakarta Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha, 2010-2020. Badan Pusat Statistika Kota Yogyakarta.
https://jogjakota.bps.go.id/indicator/52/77/1/laju-pertumbuhan-pdrb-kota-yogyakarta-
atas-dasar-harga-konstan-2010-menurut-lapangan-usaha.html
BPS. (2022). Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Sleman Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha, 2011-2021. Badan Pusat Statistika Kabupaten Sleman.
https://slemankab.bps.go.id/indicator/52/33/1/laju-pertumbuhan-pdrb-kabupaten-
sleman-atas-dasar-harga-konstan-2010-menurut-lapangan-usaha.html
BPS. (2022). [Seri 2010] Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha, 2010-2021. Badan Pusat Statistika Kabupaten Gunungkidul.
https://gunungkidulkab.bps.go.id/indicator/52/47/1/-seri-2010-laju-pertumbuhan-
pdrb-atas-dasar-harga-konstan-menurut-lapangan-usaha.html
BPS. (2022). Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bantul Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha, 2011-2021. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul.
https://bantulkab.bps.go.id/indicator/52/40/1/laju-pertumbuhan-pdrb-kabupaten-
bantul-atas-dasar-harga-konstan-2010-menurut-lapangan-usaha.html
BPS. (2022). Laju Prtumbuhan PDRB Kabupaten Kulon Progo Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha, 2011-2021. Badan Pusat Statistika Kabupaten Kulon Progo.
https://kulonprogokab.bps.go.id/indicator/52/319/1/laju-pertumbuhan-pdrb-
kabupaten-kulon-progo-atas-dasar-harga-konstan-menurut-lapangan-usaha.html
BPS. (2022). Gini Ratio Menurut Kabupaten/ Kota. Badan Pusat Statistika Provinsi D.I.
Yogyakarta. https://yogyakarta.bps.go.id/indicator/23/333/1/gini-ratio-menurut-
kabupaten-kota.html
BPS. (2021). Angka Partisipasi Sekolah (APS) 16-18 Tahun, 2010-2020. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Gunung Kidul. https://gunungkidulkab.bps.go.id/indicator/28/149/1/angka-
partisipasi-sekolah-aps-16-18-tahun.html
Shintia, C. (2010). Analisis Pro-Poor Growth Di Indonesia Melalui Indentifikasi Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Pendapatan Dan Kemiskinan. Depok.
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Indonesia.
http://lontar.ui.ac.id/detail?id=131336&lokasi=lokal
Muthia, A. (2019). Analisis Pro-Poor Growth Melalui Identifikasi Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Ketimpangan Pendapatan Dan Kemiskinan Di Indonesia Tahun
2010-2015. Indonesian Journal Of Applied Statistic, 2(2), 67-79.
Wirfiana, N. (2021). Analisis Pertumbuhan Inklusif Dan Kemiskinan Di Indonesia. Skripsi, 1-
25. http://repository.unhas.ac.id/id/eprint/11933/2/A011171501_skripsi.pdf%201-
2.pdf
Susanto & Eno. (2022). Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Konsumsi Rumah Tangga di
Provinsi Banten tahun 2016-2018.UIN SMH Banten.
http://repository.uinbanten.ac.id/id/eprint/7944
Pertiwi, D. (2017). Partisipasi Sekolah Jenjang Pendidikan Sekolah Menengah (SMA/ SMK)
Pada Rumah Tangga Petani Di Desa Karangmalang Kecamatan Kedungbanteng
Kabupaten Tegal Tahun 2016. Skripsi, 1-113.
http://lib.unnes.ac.id/31723/1/3201412002.pdf
Meiryani. (2021). Memahami Model Fixed Effect Dalam Software Pengolahan Data Eviews.
Artikel. https://accounting.binus.ac.id/2021/08/13/memahami-model-fixed-effect-
dalam-dalam-software-pengolahan-data-eviews/
Aulia, N. (2011). Estimasi Parameter Model Regresi Data Panel Random Effect Dengan
Metode Generalized Least Squares (GLS). Skripsi, 1-56.
https://core.ac.uk/download/pdf/83645233.pdf
Gurajarati, Damodar N & Dawn C Porter. (2009). Basic Econometrics, 5th ed. New York:
McGraw-Hill Companies, Inc. https://jagostat.com/ekonometrika/common-effect-
model
Zidni, B., Mustafid, & Sudarno. (2016). Model Regresi Data Panel Simultan Dengan Variabel
Indeks Harga Yang Diterima Dan Yang Dibayar Petani. Jurnal Gaussian, 5(4), 611-621.
n 611-621. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian
Azwar. (2016). Pertumbuhan Inklusif Di Provinsi Sulawesi Selatann Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jurnal BPPK, 9(2), 1-30.
BPS. (2020). Realisasi Belanja Pemerintah D.i. Yogyakarta Menurut Jenis Belaanja (Ribu
Rupiah), 2016-2019. Badan Pusat Statistika Provinsi D.I. Yogyakarta.
https://yogyakarta.bps.go.id/statictable/2020/06/26/113/realisasi-belanja-pemerintah-
d-i-yogyakarta-menurut-jenis-belanja-ribu-rupiah-2016-2019.html
BPS. (2022). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka 2022. Badan Pusat Statistika
Provinsi D.I. Yogyakarta.
https://yogyakarta.bps.go.id/publication/2022/02/25/05661ba4fe09161192c3fc42/prov
insi-daerah-istimewa-yogyakarta-dalam-angka-2022.html
BPS. (2020). Provinsi DI Yogyakarta Dalam Angka 2020. Badan Pusat Statistika Provinsi D.I.
Yogyakarta.
https://yogyakarta.bps.go.id/publication/2020/04/27/f05ad6d5e9b43de46673d003/pro
vinsi-di-yogyakarta-dalam-angka-2020.html
BPS. (2021). Provinsi DI Yogyakarta Dalam Angka 2021. Badan Pusat Statistika Provinsi D.I.
Yogyakarta.
https://yogyakarta.bps.go.id/publication/2021/02/26/3a501d00eaa097f65efc96f9/provi
nsi-di-yogyakarta-dalam-angka-2021.html
BPS. (2019). Provinsi DI Yogyakarta Dalam Angka 2019. Badan Pusat Statistika Provinsi D.I.
Yogyakarta.
https://yogyakarta.bps.go.id/publication/2019/08/16/fe0f0460b0cdd1bcd76a4314/prov
insi-di-yogyakarta-dalam-angka-2019.html
LAMPIRAN
A. Hasil PPGI
Dekomposisi Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Netto Terhadap Kemiskinan
Elastisitas Netto
Kemiskinan
Kabupaten Efek Pertumbuhan Efek Ketimpangan
Terhadap Ppgi Kategori
/Kota Ekonomi Pendpatan
Pertumbuhan
Ekonomi
Kulonprogo -0.10214 -0.014423122 -0.116563122 1.141209336 Sangat Pro Poor
Bantul -0.573711 -0.318406182 -0.892117182 1.554994034 Sangat Pro Poor
Gunung Kidul -2.163424 -0.108614359 -2.272038359 1.050204841 Sangat Pro Poor
Sleman -0.435032 0.000316349 -0.434715651 0.999272814 Pro Poor
Yogya -0.636235 -0.021932184 -0.658167184 1.03447183 Sangat Pro Poor
Lampiran 1 Hasil PPGI
B. Hasil PEGR
Tahun
Kabupaten / Kota
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kulon Progo 88.13 84.34 84.17 77.72 74.62 78.06
Bantul 160.15 142.76 139.67 134.84 131.15 138.66
Gunung Kidul 155 139.15 135.74 125.76 123.08 127.61
Sleman 110.96 96.63 96.75 92.04 90.17 99.78
Yogyakarta 35.98 32.06 32.2 29.75 29.45 31.62
D.I. Yogyakarta 550.23 494.94 488.53 460.1 448.47 475.72
PDRB Provinsi DIY
Tahun
Kabupaten/ Kota
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Kulon Progo 6281795.76 6580676.97 6973405.56 7728409.13 8770750.46 8414316.11
Bantul 15588520.43 16375513.15 17209871.5 18150877.01 19154769.07 18837869.29
Gunung Kidul 11152363.12 11696155.83 12281557.86 12914940.78 13605074.83 13511288.92
Sleman 28098006.90 29563375.20 31140590.60 33139204.90 35289808.4 33906373.82
Yogyakarta 22393012.2 23536288.1 24768426.1 26127217.13 27685286.45 27014491.16
D.I. Yogyakarta 83474451.5 87685809.6 92300243.9 98024014.3 104485458.8 101683520.2
Pendapatan Rata-Rata
Tahun
Kabupaten/ Kota
2015 2016 2017 2018 2019
Kulon Progo 670192 719189 720906 805608 904900
Bantul 855399 975242 1024607 1210743 1262103
Gunung Kidul 541114 671115 763446 840575 823899
Sleman 1177082 1379839 1514460 1659707 1728444
Yogyakarta 1325612 1465403 1423537 1802459 1745570
D.I. Yogyakarta 928602 1070962 1140167 1302661 1339726
Tahun
Kabupaten/ Kota
2015 2016 2017 2018 2019
Kulon Progo 0.07056 0.002385 0.111089 0.116227 0.038588
Bantul 0.131118 0.049379 0.166925 0.041545 2.382162
Gunung Kidul 0.215311 0.128902 0.096244 -0.02004 0.06403
Tahun
Kabupaten/ Kota
2015 2016 2017 2018 2019
Sleman 0.158928 0.093092 0.091582 0.040581 0.036619
Yogyakarta 0.100256 -0.02899 0.236007 -0.03207 0.04716
D.I. Yogyakarta 0.142632 0.062617 0.133234 0.028056 0.052521
Delta P
Delta P
Kabupateb / Kota
2015 2016 2017 2018 2019
Kulon Progo -3.79 -0.17 -6.45 -3.1 3.44
Bantul -17.39 -3.09 -4.83 -3.69 7.51
Gunung Kidul -15.85 -3.41 -9.98 -2.68 4.53
Sleman -14.33 0.12 -4.71 -1.87 9.61
Yogyakarta -3.92 0.14 -2.45 -0.3 2.17
D.I. Yogyakarta -55.29 -6.41 -28.43 -11.63 27.25
Delta P
Kabupateb / Kota
2015 2016 2017 2018 2019
Kulon Progo -81.5374 -2.93275 -62.7436 -24.5022 -82.9159
Bantul -353.08 -62.178 -90.7285 -68.5455 -450.171
Gunung Kidul -332.922 -69.8219 -198.465 -51.481 -654.878
Sleman -281.878 2.308764 -75.7175 -29.7405 -240.303
Yogyakarta -78.7236 2.743683 -45.8734 -5.17924 -88.4715
D.I. Yogyakarta -1123.34 -124.984 -472.528 -182.187 -1002.48
EP (Elatisitas KemiskinanTerhadap Pendapatan Rata-Rata)
Delta P
Kabupateb / Kota
2015 2016 2017 2018 2019
Kulon Progo 0.046482 0.057966 0.102799 0.126519 -0.04149
Bantul 0.049252 0.049696 0.053236 0.053833 -0.01668
Gunung Kidul 0.047609 0.048839 0.050286 0.052058 -0.00692
Sleman 0.050838 0.051976 0.062205 0.062877 -0.03999
Yogyakarta 0.049794 0.051026 0.053408 0.057924 -0.02453
D.I. Yogyakarta 0.049219 0.051287 0.060166 0.063835 -0.02718