Laporan OL - Sheila Jullyan
Laporan OL - Sheila Jullyan
Laporan OL - Sheila Jullyan
OBSERVASI LAPANGAN
di
Puskesmas Ibrahim Adjie
Apt.SHEILA JULLYAN,S.Farm
(Kelas 6 Gelombang 2 Tahun 2022)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan. Pelayanan kefarmasian
merupakan pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan sediaan farmasi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, pelayanan kefarmasian di
puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat manajerial
berupa pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) dan
kegiatan pelayanan farmasi klinik.
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga
Kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melakukan
pekerjaan kefarmasian. Tenaga kesehatan termasuk tenaga kefarmasian harus
bertanggung jawab, memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan
kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya, salah
satunya melalui pelatihan.
Observasi Lapangan (OL) merupakan bagian dari rangkaian proses
pembelajaran, karena pada tahap ini dianggap sebagai suatu bentuk
pengkayaan dari materi yang telah diajarkan. Tujuan yang hendak dicapai pada
kegiatan ini adalah untuk memberikan kesempatan bagi peserta dalam melihat
penerapan kegiatan pelayanan Kefarmasian Puskesmas rekomendasi guna
mendapatkan lesson learnt yang dapat diaplikasikan di Puskesmas peserta
masing-masing.
Selain untuk pencapaian tujuan diatas, OL juga mempunyai dasar
pertimbangan berdasarkan teori yang mengatakan bahwa proses belajar dapat
terjadi melalui 2 (dua) cara yang berbeda, yaitu :
1. Belajar melalui pemahaman, dimana seseorang mulai belajar ketika
munculnya pemahaman atau pengertian yang terjadi akibat adanya
hubungan antara suatu hal dengan hal lainnya. Dalam kegiatan ini peserta
OL akan mendapat banyak pengalaman lain tentang bagaimana
penyelenggaraan pelayanan kefarmasian di Puskesmas rekomendasi.
2. Belajar melalui contoh, seseorang mulai belajar melalui pengamatannya
terhadap tingkah laku orang lain dan secara tidak sadar orang tersebut
kemudian meniru tingkah laku yang baru itu. Dalam kegiatan ini peserta
akan banyak melihat berbagai macam gambaran contoh yang sesuai
ataupun tidak sesuai dengan pedoman tentang pelayanan kefarmasian di
Puskesmas pada umumnya secara langsung dan hal ini tentunya akan
dapat memperkaya pengetahuan dan keterampilan peserta.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Peserta pengalaman nyata tentang penerapan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas, sebagai satu pengalaman (lesson learnt) yang didapat dari
proses pelatihan
2. Tujuan Khusus
Peserta mengetahui cara yang dilakukan Puskesmas dalam melakukan
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan BMHP di Puskesmas serta Pelayanan
Farmasi Klinik di Puskesmas dan memotret serta mempelajari program
inovasi pelayanan kefarmasian yang dilaksanakan Puskesmas.
A. Penerimaan Obat
Sebelum proses penerimaan obat, terdapat proses perencanaan kebututuhan,
pengadaan obat dan permintaan obat.
Perencanaan kebutuhan sediaan farmasi, BHMP dan alat Kesehatan,
berdasarkan formulir data laporan penggunaan dan lembar pemakaian obat
(LPLPO). Anggaran bersumber dari APBN, APBD I, Dana Alokasi Umum (DAU),
dan BLUD. Perencanaan dilakukan secara terpadu. Hal ini untuk menghindari
tumpang tindih penggunaan anggaran. Selain itu untuk menciptakan
keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan perencanaan; menciptakan
koordinasi dan kesamaan persepsi antara pemakaian obat dan penyedia
anggaran; dapat mengestimasi kebutuhan secara tepat; dan agar pemanfaatan
dana pengadaan obat dapat lebih optimal.
Pengadaan sediaan farmasi, BMHP dan alkes yaitu dengan dilakukan
permintaan ke Dinas Kesehatan Kota Bandung dan pengadaan mandiri
(pembelian langsung atau melalui e-katalog) . Hal-hal yang diperhatikan dalam
pengadaan antara lain kriteria obat dan perbekalan kesehatan, persyaratan
pemasok, penentuan waktu pengadaan dan kedatangan obat, dan pemantauan
status pesanan. Pembelian sediaan farmasi, BMHP dan alkes melalui e-katalog /
e-purchasing dengan cara berkoordinasi dengan pejabat pengadaan barang.
Permintaan rutin ke Dinas Kesehatan Kota Bandung dilakukan satu
bulan satu kali. Jika terjadi peningkatan kebutuhan terjadi kekosongan obat,
atau ada kejadian luar biasa maka bisa dilakukan permintaan khusus.
Penerimaan sediaan farmasi, BMHP & alkes, disertai dengan dokumen
pengiriman / faktur (jika dari pembelian mandiri ke pbf) dan SBBK / Surat Bukti
Barang Keluar (jika dari permintaan rutin ke Dinas Kesehatan Kota Bandung)
lakukan. Dokumen tersebut harus diarsip. Pada proses penerimaan juga
dilakukan pencatatan pada buku penerimaan.
Petugas farmasi ketika menerima sediaan farmasi, BMHP & alkes,
melakukan proses pemeriksaan fisik, mutu secara organoleptik, kondisi, nama
obat, kedaluwarsa dan jumlah serta mengecek kesesuaiannya dengan dokumen
pengiriman / faktur atau SBBK. Setelah sesuai kemudian barang disimpan di
Gudang Obat dan ditulis penerimaan pada kartu stok.
B. Pendistribusian Obat
Sistem pengelolaan sediaan farmasi, BMHP dan alat kesehatan di
Puskesmas Ibrahim Adjie sudah menerapkan sistem satu pintu yaitu dari
farmasi. Semua penerimaan sediaan farmasi, BMHP dan alat kesehatan diterima
oleh bagian farmasi, kemudian bagian farmasi mendistribusikan ke bagian lain di
Puskesmas. Dokumen untuk pensdistribusian dibuatkan buku distribusi. Sediaan
farmasi, BMHP dan alat kesehatan didistribusikan kepada sub unit layanan
dengan floor stok di unit UGD dan tindakan, ruang persalinan, ruang gigi,
laboratorium dengan pengendalian satu pintu dari farmasi, serta didistribusikan
kepada pusling dan posyandu dengan pemberian sesuai kebutuhan.
Farmasi mendistribusikan obat emergency kepada tiap unit tindakan. Obat
telah dalam bentuk satu paket atau obat disimpan dimasukkan kedalam kotak
emergency di tiap unit tindakan. Disertai list obat emergency.
Distribusi sediaan farmasi, BMHP dan alat kesehatan ke ruang Unit
Gawat Darurat dilakukan dengan metode floor stock. Tenaga kefarmasian selalu
memantau stok obat dengan monitoring 1 minggu sekali.
Distribusi sediaan farmasi, BMHP dan alat kesehatan ke Ruang
Persalinan dilakukan oleh farmasi dengan menggunakan system paket-paket
sesuai kebutuhan persalinan. Bidan penanggung jawab akan melakukan
permintaan kepada bagian farmasi dengan periode trimester, per semseter dan
harian.
Di Puskesmas Ibrahim Adjie terdapat ruang APD. Pendistribusian APD ke
tiap unit melalui bagian farmasi, APD telah dikelompokan berdasarkan level
APD.
Bagian Farmasi mendistribusikan semua kebutuhan ruang Laboratorium
seperti seperti alkes, BMHP dan reagen atau rapid test
Bagian Farmasi mendistribusikan semua kebutuhan Ruang Gigi sesuai
pengajuan dari ruang gigi setiap satu bulan sekali.
Distribusi sediaan farmasi dan BMHP ke Puskesmas keliling dilakukan 1
bulan sekali.
Distribusi sediaan farmasi dan BMHP ke Posyandu yaitu diserahkan
kepada petugas posyandu, dibuat berita acara, kemudian setelah selesai
dilaporkan kepada farmasi dan resepnya ke bagian farmasi.
Di Puskesmas Ibrahim Adjie terdapat Ruang Someah yaitu untuk proses
penyerahan obat ke pada pasien HIV dan atau Infeksi Menular Seksual. Obat
disimpan di ruang farmasi kemudian ketika ada pasien, maka obat akan
diserahkan kepada pasien di Ruang Someah.
Di Puskesmas Ibrahim Adjie terdapat Ruang TBC / DOTS. Untuk proses
penyerahan obat ke pasien TBC dilakukan di Ruang TBC. Obat disimpan di
ruang farmasi kemudian ketika ada pasien, maka obat akan diserahkan kepada
pasien di Ruang TBC.
Untuk Prolanis, obat disediakan dari pihak ketiga yang sudah bekerja
sama, tetapi bagian farmasi di puskesmas Ibrahim Adjie menyediakan obat
Prolanis untuk keadaan gawat darurat dan dengan jumlah terbatas.
C. Pengendalian Obat
Pengendalian obat di Puskesmas Ibrahim adjie menggunakan kartu stok,
buku pencacatan pengeluaran, kontrol stok setiap hari, setiap minggu, stok
opname bulanan dan LPLPO setiap bulan.
Pengendalian kedaluwarsa sediaan farmasi, BMHP dan alat kesehatan
dilakukan dengan sistem FEFO. Untuk memonitor kedaluwarsa obat dengan
metode penandaan pada kartu stok obat, yaitu dengan tiga kategori warna hijau (
ED > 1 tahun ); warna kuning ( ED 6 bulan – 1 tahun ); warna merah ( ED < 6
bulan ). Untuk mencegah adanya obat kedaluwarsa maka pengadaan obat
dengan cara pembelian mandiri dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
maksimal 3 bulan.
Pengendalian obat emergensi dilakukan dengan cara selalu dilakukan
pengecekan setiap seminggu sekali, disetiap unit sudah ditunjuk
penanggungjawab dari bagian farmasi, dengan tujuan agar obat-obat emergency
disetiap ruangan tidak mengalami kekosongan.
Pengendalian obat high alert juga dilakukan dengan pemisahan tempat
penyimpanan dan penandaan high alert.
Pengendalian obat rusak dan kedaluarsa dilakukan karantina dan
dilakukan pendataan obat yang rusak dan kedaluasa serta diusulkan
pemusnahan ke dinas kesehatan kota Bandung untuk obat dari dana APBN dan
APBD. Sedangkan obat dari dana BLUD diusahakan tidak ada yang ED (oleh
karena itu pengadaan maksimal hanya untuk 3 bulan).
Pemusnahan dilakukan dengan cara mengajukan usulan pemusnahan
dan penghapusan barang persediaan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan; mengkoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada
pihak terkait (Dinas Kesehatan); menyiapkan tempat pemusnahan;
melaksanakan pemusnahan dan membuat berita acara pemusnahan.
G. PIO
Pada pelayanan farmasi klinik, untuk pelayanan resep dilakukan proses
pengkajian resep meliputi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan
persyaratan klinis. Setiap penyerahan obat dilakukan pemberian informasi obat
kepada pasien dan dicatat / didokumentasikan.
Pelayanan informasi obat di Puskesmas Ibrahim Adjie dilakukan kepada
pasien maupun tenaga kesehatan lain. Dilakukan dengan menjawab pertanyaan,
memberikan informasi secara verbal maupun tulisan berupa leaflet, label obat,
maupun poster. Dalam melakukan kegiatan ini disertai dengan melakukan
pendokumentasian pada form pelayanan informasi obat. Pelayanan informasi
obat juga dilakukan dengan menambahkan informasi pada etiket obat yang
diberikan kepada pasien.
Selain itu pelayanan informasi obat dilakukan dengan program Gema
Cermat yang dapat dilakukan di dalam gedung dan luar gedung mengikuti
program pusling, UKS maupun kerja sama dengan lintas sektoral dengan IAI dan
apotek jejaring.
H. Konseling
Kegiatan konseling di Puskesmas Ibrahim Adjie dilakukan oleh apoteker,
diruang konseling dengan dilengkapi form konseling. Apoteker bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lain untuk mengoptimalkan kegiatan konseling. Ketika
ada tenaga kesehatan yang menemukan masalah berkaitan dengan obat pasien,
maka petugas tersebut melaporkan pada Apoteker untuk dilakukan konseling.
Selama pandemi covid-19, konseling dilakukan via aplikasi Whatsapp.
Apoteker puskesmas Ibrahim Adjie melakukan kegiatan konseling dengan
menerapkan 3 prime question untuk pasien dengan kriteria konseling seperti
penyakit diabetes melitus & hipertensi. Tetapi untuk pasien-pasien tertentu yang
membutuhkan privasi khusus seperti pasien HIV, tidak bisa menerapkan 3 prime
question. Apoteker memiliki peran yang sangat penting untuk menumbuhkan
semangat kesembuhan pasien supaya patuh dalam minum obat. Konseling yang
baik dan benar yaitu melakukan pendekatan kepada pasien seolah-olah kita
merasakan apa yang mereka rasakan. Apoteker juga memberikan informasi dan
edukasi mengenai terapi non farmakologi yang dilakukan dan perubahan pola /
gaya hidup.
.
BAB III
LESSON LEARNT