MINIPRO

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi ketika tubuh

tidak dapat memproduksi cukup insulin atau menggunakan insulin secara efektif.

Saat ini 382 juta penduduk dunia menderita diabetes mellitus dan pada tahun

2035 diperkirakan 592 juta penduduk dunia akan menderita diabetes mellitus.

Peningkatan prevalensi diabetes mellitus ini terjadi di seluruh dunia baik negara

maju maupun negara berkembang.1

Data regional International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan

bahwa Asia Tenggara menduduki peringkat ke-2 tertinggi di dunia dengan

jumlah penderita diabetes mellitus sebanyak 72 juta jiwa. Pada tahun 2035,

diperkirakan angka ini akan meningkat

70.6% menjadi 122,8 juta penderita.1

Jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia menduduki peringkat ke-

7 dunia.1 Saat ini prevalensi diabetes mellitus di Indonesia yang telah didiagnosis

dokter adalah 1,4%, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat. WHO

memperkirakan 21.527.000 penduduk Indonesia akan menderita diabetes

mellitus pada tahun 2020. Faktor utama penyebab peningkatan jumlah penderita

diabetes mellitus adalah perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup ini

meliputi perubahan pola makan, peningkatan tingkat stress, dan sedentary

lifestyle.

1
Peningkatan prevalensi diabetes mellitus juga terjadi di provinsi Sumatera

Utara. Prevalensi penderita diabetes mellitus di Sumatera Utara pada tahun 2012

adalah 1,8%.2 Dengan peningkatan prevalensi diabetes mellitus, juga akan

meningkatkan komplikasi diabetes mellitus yang dialami oleh pasien diabetes

mellitus.

Penyakit diabetes melitus cenderung disebabkan adanya perilaku pasien

yang tidak menjalani pola hidup sehat sehingga mengakibatkan meningkatnya

kadar gula darah dalam tubuh. Penyakit diabetes juga menjadi penyebab utama

kebutaan, amputasi, stroke, serangan jantung dan ginjal. Bahkan diabetes melitus

membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIV/AIDS.3

Tujuan diet diabetes melitus adalah untuk membantu penderita diabetes

memperbaiki kebiasaan gizi dan olah raga untuk mengontrol kondisi metabolik

menjadi lebih baik Selain itu terdapat beberapa tujuan khusus diantaranya ialah

memperbaiki keadaan umum penderita, Memberikan jumlah energi yang cukup

untuk menjaga berat badan ideal atau normal dan memenuhi gizi yang cukup

untuk menjaga kesehatan tetap optimal dan aktivitas normal. Tujuan diet diabetes

melitus adalah memaksimalkan kehidupan pasien agar tetap normal,

Mempertahankan kadar gula darah tetap normal serta menekan atau menunda

timbulnya penyakit Angiopati Diabetik.4

Dengan banyaknya kasus diabetes melitus dengan kontrol yang kurang baik,

maka penyuluhan tentang diet haruslah ditingkatkan secara maksimal agar

penderita terhidar dari prognosis yang buruk dari diabetes melitus. Oleh karena

itu, saya tertarik untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Diet Pasien

2
Diabetes Melitus serta Komplikasinya di Puskesmas Berseri Pangkalan Kerinci

Tahun 2022.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

masalah penelitian ini yaitu bagaimana "Gambaran Tingkat Pengetahuan Diet

Pasien Diabetes Melitus serta Komplikasinya di Puskesmas Berseri Pangkalan

Kerinci Tahun 2022”

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes

Melitus serta komplikasinya di Puskesmas Berseri Pangkalan Kerinci Tahun 2022

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Untuk Masyarakat

Dapat dipakai sebagai informasi dalam meningkatkan pengetahuan

berhubungan dengan Diabetes Mellitus. 2. Untuk Institusi / Puskesmas

Dapat dipakai sebagai alat ukur untuk mengetahui sejauh mana tingkat

pengetahuan pengunjung tentang Diabetes Melitus.

3. Untuk Peneliti Lain

Dapat dipakai sebagai sumber informasi dan rujukan untuk melakukan penelitian

selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Melitus

2.1.1. Definisi

Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu

mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini menyebabkan

hiperglikemia, suatu keadaan gula darah yang tingginya sudah membahayakan.5

Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang dihasilkan

oleh kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal kepada sel tubuh agar

menyerap glukosa. Insulin bekerja dengan hormon pankreas lain yang disebut

glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh

menghasilkan terlalu sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin

dengan tepat terjadilah diabetes.

2.1.2. Epidemiologi

Menurut data terkini dari International Diabetes Federation (IDF),

sebanyak 285 juta orang di seluruh dunia menghidap diabetes. Angka ini

dikemukakan pada 20th World Diabetes Congress di Montreal, Canada. Hanya

di asia tenggara saja sebanyak 59 juta orang menghidap diabetes. Indonesia

merupakan salah satu negara dengan kasus diabetes yang paling tinggi yaitu

sebanyak tujuh juta orang.6

4
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia menempati

urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Melitus (DM). Sementara

di Medan sendiri menempati urutan pertama diatas penyakit jantung koroner.3

Dengan makin majunya keadaan sosio ekonomi masyarakat Indonesia serta

pelayanan kesehatan yang makin baik dan merata, diperkirakan tingkat kejadian

penyakit diabetes mellitus (DM) akan makin meningkat. Penyakit ini dapat

menyerang segala lapisan umur dan sosio ekonomi. Dari berbagai penelitian

epidemiologis di Indonesia di dapatkan prevalensi sebesar 1,5-2,3 % pada

penduduk usia lebih besar dari 15 tahun. Pada suatu penelitian di Manado

didapatkan prevalensi 6,1 %. Penelitian di Jakarta pada tahun 1993

menunjukkan prevalensi 5,7%.7

Melihat pola pertambahan penduduk saat ini diperkirakan pada tahun 2020 nanti

akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dan dengan

asumsi prevalensi Diabetes Mellitus sebesar 2 %, akan didapatkan 3,56 juta

pasien Diabetes Mellitus, suatu jumlah yang besar untuk dapat ditanggani sendiri

oleh para ahli.7

2.1.3. Klasifikasi dan Etiologi

The American Diabetes Association mengklasifikasikan diabetes dalam

empat kategori, yaitu:8

1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (defisiensi insulin absolut)

Defisiensi insulin absolut pada DM tipe 1 disebabkan oleh kerusakan sel beta

pankreas yang dipicu oleh suatu reaksi autoimun. Reaksi autoimun ini mungkin

5
dipicu oleh faktor eskternal pada individu yang rentan secara genetik. Kerusakan

ini berlangsung selama beberapa bulan sampai beberapa tahun hingga terjadi

penurunan massa sel beta pankreas. Penurunan jumlah sel beta pankreas ini

menyebabkan penurunan produksi insulin. Penurunan jumlah produksi insulin

ini pada akhirnya mengakibatkan konsentrasi insulin dalam darah tidak dapat

mengontrol kadar glukosa plasma.

DM tipe1 biasanya berkembang pada masa anak-anak atau dewasa muda. DM

tipe 1 adalah intoleransi glukosa yang paling sering didiagnosa pada individu

berumur kurang dari 30 tahun. Namun, tidak tertutup kemungkinan

perkembangan penyakit ini terjadi di usia dewasa.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (resistensi insulin dengan defisit sekresi insulin)

Pada DM tipe 2, sekresi insulin dikatakan tidak adekuat karena pasien

mengalami resistensi insulin. Resistensi insulin di hati menyebabkan

ketidakmampuan hati menekan produksi glukosanya. Resistensi insulin di perifer

menyebabkan terganggunya uptake glukosa perifer. Kombinasi keduanya

menyebabkan peningkatan glukosa darah baik saat puasa maupun setelah makan.

Pada tahap awal perjalanan penyakitnya, konsentrasi insulin dalam darah

biasanya sangat tinggi. Pada tahap lebih lanjut, produksi insulin oleh sel beta

pankreas akan menurun dan menyebabkan semakin buruknya keadaan

hiperglikemia pada pasien DM tipe 2. Pada umumnya, perkembangan penyakit

ini terjadi di usia dewasa dan semakin meningkat seiring bertambahnya umur.

3. Diabetes Mellitus Tipe Lainnya

6
Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah defek genetik pada sel beta

pankreas, defek genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas,

endokrinopati dan kerusakan sel beta pankreas yang diinduksi obat-obatan atau

zat kimia.

Salah satu DM tipe lain yang paling sering dibicarakan adalah maturity-onset

diabetes of youth (MODY). MODY memiliki 6 mutasi autosomal dominan yang

spesifik. Termasuk diantaranya gen untuk hepatocyte nuclear factor-1 (HNF-

1; MODY 3), Glukokinase (MODY 2), HNF-4 (MODY 1), Insulin Promoter

Factor (IPF-1; MODY 4), HNF-1 (MODY 5), dan NeuroD1 (MODY 6).

Individu dengan defek genetik ini memiliki riwayat keluarga penderita DM yang

kuat dengan berat badan yang normal dan terdiagnosa sebelum berusia 25 tahun.

Dulunya MODY diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk DM tipe 2. Namun

tidak terjadinya peningkatan berat badan pada penderita MODY dan defek

genetik yang berbeda antara MODY dengan DM tipe 2 menyebabkan klasifikasi

tersebut tidak dipakai lagi.

4. Diabetes Gestasional.

Diabetes gestasional didefinisikan sebagai intoleransi glukosa dengan onset

terdeteksi saat seseorang sedang dalam keadaan hamil saja, kemudian akan

menghilang maksimal setelah melahirkan >20 minggu.

2.1.4. Manifestasi Klinis9

a. Poliuria

7
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane dalam sel

menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat atau

hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau

cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai akibat dari

hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis osmotik.

b. Polidipsia

Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler menyebabkan

penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari

dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan

seseorang haus terus dan ingin selalu minum

c. Polifagia

Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin

maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar.

Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan. d.

Penurunan berat badan

Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan cairan

dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan

menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan

secara otomatis.

d. Malaise atau kelemahan

8
2.1.5. Diagnosis

Tabel 2.1 Kriteria Diagnosis DM dan Gangguan Toleransi Glukosa (The Merck
Manual, 2013)

Tes Normal Gangguan Toleransi Diabetes


Glukosa
KGDP
(mg/dl) < 100 100-125  126
TTGO
(mg/dl) < 140 140-199  200
HbA1c
< 5,7 5,7-6,4  6,5
(%)

HbA1c = Hb terglikosilasi ; KGDP = Kadar Glukosa Darah Puasa; TTGO = Tes

Toleransi Glukosa Oral.

Diabetes Mellitus didiagnosa berdasarkan gejala klinis dan pengukuran kadar

glukosa darah. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan setelah puasa 8-12

jam (KGDP) atau 2 jam setelah konsumsi cairan glukosa yang terkonsentrasi

(TTGO).10

2.1.6. Penatalaksanaan

Menurut PERKENI terdapat 4 pilar penatalaksanaan DM, yaitu:11

1. Edukasi

Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan gejala

hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada pasien.

9
Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri, setelah

mendapat pelatihan khusus.

2. Terapi Nutrisi Medis (TNM)

Terapi Nutrisi Medis (TNM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes

secara total. Kunci keberhasilan TNM adalah keterlibatan secara menyeluruh

dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta pasien dan

keluarganya). Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama

dengan anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang

dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada

penyandang diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal

jadwal makan, jenis, dan jumlah makanan, terutama pada mereka yang

menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.

3. Latihan jasmani

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali

seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam

pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,

menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain

untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki

sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan

jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti

jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya

disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang

10
relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara yang sudah

mendapat komplikasi DM dapat dikurangi. Hindarkan kebiasaan hidup yang

kurang gerak atau bermalas-malasan.

4. Intervensi farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan

jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan

suntikan. a. Obat hipoglikemik oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat hipoglikemik oral dibagi menjadi 5

golongan, yaitu :

1. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): Sulfonilurea dan Glinid

2. Peningkat sensitivitas terhadap insulin: Metformin dan Tiazolidindion

3. Penghambat glukoneogenesis: Metformin

4. Penghambat absorpsi glukosa: Penghambat glukosidase alfa

5. DPP-IV inhibitor

b. Suntikan : Insulin dan Agonis GLP-1 / Incretin mimetic

2.1.7. Komplikasi

Diabetes Mellitus dapat menyebabkan beberapa komplikasi yang serius,

yaitu: Hipoglikemia, peningkatan resiko infeksi, komplikasi mikrovaskuler

(retinopati dan nefropati diabetik), komplikasi neurologis, dan komplikasi

makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler dapat menghambat penyembuhan

11
luka. Hal ini menyebabkan luka kecil pada penderita DM dapat meluas dan

membentuk ulkus dalam yang dapat disertai dengan infeksi sekunder.12

2.1.8. Prognosis

Prognosis penderita DM sangat dipengaruhi oleh terkontrol atau tidaknya

penyakit ini pada penderitanya. Diabetes Control and Complication Trial

(DCCT) menunjukkan terdapat hubungan antara hiperglikemia kronis dengan

peningkatan resiko komplikasi mikrovaskuler pada penderita DM tipe 1. The

United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS) menunjukkan hasil yang

sama pada penderita DM tipe 2.13

2.2. Diet Pasien Diabetes Mellitus14

. Gizi juga dapat menunjukkan peranannya dalam terjadinya Diabetes

Mellitus dalam dua arah yang berlawanan. Gizi lebih yang merupakan petunjuk

umum peningkatan taraf kesejahteraan perorangan, memperbesar kemungkinan

manifestasi DM, terutama pada mereka yang memang dilahrikan dengan bakat

tersebut. Pada keadaan yang demikian gejala DM dapat di atasi dengan

pengaturan kembali keseimbangan metabolisme zat gizi dalam tubuh dengan

masukan zat gizi melalui makanan.

Sebaiknya, gizi buruk pada masa pertumbuhan atau pengambilan bahan

makanan yang mengandung racun seperti sianida, dapat menimbulkan gangguan

pada proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan kelenjar pankreas.

Tingginya angka prevalensi gizi kurang pada anak-anak serta adanya

kemungkinan konsumsi bahan makanan beracun dinegara berkembang

12
memperbesar perkiraan bahwa tropical diabetes akan dijumpai lebih banyak

dalam masyarakat negara berkembang .

Di negara maju DM termasuk dalam kelompok penyebab utama

kematian. Indonesia sebagai negara luas dengan jumlah penduduk menempati

urutan ke empat terbesar di dunia sedang berkembang menuju taraf yang lebih

maju. Tak dapat dipungkiri bahwa pada suatu saat DM akan menjadi penyebab

kematian yang penting seperti halnya dengan negara maju yang lain, apabila

tidak ada upaya pencegahannya yang terarah.

Kemajuan suatu daerah antara lain ditandai oleh peningkatan daya beli

serta perubahan gaya hidup masyarakat yang bersangkutan. Kemudahan-

kemudahan dalam memperoleh bahan makanan yang memenuhi selera akan

mempercepat terjadinya ketidak-seimbangan antara masukan zat gizi melalui

makanan dengan jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan hidup sehat.

Peningkatan efisiensi tenaga fisik dengan pemanfaatan perlatan mekanik

sebagai dampak positif kemajuan, diikuti oleh penurunan kegiatan fisik individu

yang bersangkutan yang menjadiawal terjadinya obesitas. Diantara masyarakat

maju yang demikianlah angka prevalensi DM cukup menonjol. Dalam hal ini

rupanya adanya ketidakseimbang antara masukan zat gizi melalui makanan,

kebutuhan zat gizi tubuh, kemampuan jaringan mencerna zat gizi yang tersedia

dan ketersediaan bahan-bahan pembantu metabolisme zat gizi, misalnya hormon

insulin, berakibat pada timbulnya gejala DM .

13
Kelebihan jumlah yang dimakan akan disimpan dalam bentuk lemak

tubuh. Makin tinggi jumlah kelebihan tenaga, makin besarlah jumlah cadangan

lemak, yang mana akan memperbesar ukuran tubuh seseorang. Jumlah energi

yang diperlukan untuk menggerakkan tubuh, misalnya berjalan atau mengerjakan

pekerjaan, akan meningkat sebanding dengan besarnya ukuran tubuh.

Sebaliknya bila terjadi defisit dalam intake tenaga, maka untuk memenuhi

kebutuhan basal serta kegiatan fisik akan dipergunakan cadangan yang tersedia

(lemak tubuh).

Pemecahan lemak tubuh yang berlangsung terus menerus akan

menurunkan ukuran tubuh yang berasangkutan. Proses pembentukan cadangan

dan pengurasan cadangan dengan rentang variasi yang luas dan terjadi berulang

kali suatu saat akan tidak berlangsung dengan sempurna, sehingga timbul gejala

ketidak-seimbangan metabolisme seperti halnya pada Diabetes Mellitus.

Pada orang dewasa proses pertumbuhan sudah berhenti. Oleh karena itu

jumlah protein yang dibutuhkan dimaksudkan hanya untuk keperluan

penggantian sel-sel tubuh yang haus atau rusak akibat usia atau penyakit

(regenerasi). Demikian pula halnya dengan vitamin dan mineral yang jumlah

kebutuhannya disesuaikan dengan jumlah tenaga, protein dan lemak yang

dimakan. Berbagai penelitian melaporkan bahwa kebutuhan enersi erat

kaitannya dengan jumlah sel otot yang aktif untuk keperluan yang dimaksud,

yang pada pria jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan pada wanita. Oleh

karena itu perhitungan jumlah kebutuhan enersi seseorang akan lebih tepat

14
apabila ukuran tubuh yang digunakan adalah berat badan bebas lemak (lean body

mass), yang pada praktek sehari-hari dinyatakan dalam bentuk BMI.

Zimmet dan King dalam penelitiannya pada masyarakat Mikronesia

mendapatkan korelasi yang kuat antara intake energi, hidrat arang dan lemak.

Intake lemak seseorang dapat dipakai sebagai petunjuk terjadinya NIDDM.

Menurut peneliti penemuan ini perlu ditinjau kembali dengan penelitian lanjutan.

Interaksi antara gizi, aktivitas fisik dan ukuran tubuh bersifat kompleks, dan akan

sulit membedakan apakah mekanisme faktor yang satu lebih menonjol

dibandingkan dengan yang lain, terutama dalam kehidupan sehari-hari.

15
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:

Pasien DM di Puskesmas Berseri

Pangkalan Kerinci, yang Kesadaran mengenai diet


DM serta komplikasinya
mempunyai pengetahuan tentang

diet DM serta komplikasinya

Gambar 3.1. Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional


Judul Penelitian : Gambaran Tingkat Pengetahuan Diet Pasien Diabetes
Melitus serta Komplikasinya di Puskesmas Berseri Pangkalan Kerinci Riau
Tahun 2022.

• Definisi Operasional :
No Variabel Definisi Alat ukur Hasil Ukur Skala
Operasional

16
1 Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner, - Pengetahuan Ordinal
yang diketahui diajukan baik apabila
jawaban
tentang diet sebanyak 15
responden benar
diabetes oleh pertanyaan lebih dari 75%
pasien diabetes. dengan 3 dari nilai tertinggi.
pilihan - Pengetahuan
sedang apabila
jawaban: -
jawaban
Jawaban yang responden benar
benar diberi antara 40%
sampai 75% dari
skor 2.
nilai tertinggi

- Jawaban - Pengetahuan
yang tidak pasti kurang apabila
diberi skor 1. jawaban
responden benar
kurang dari 40%
- Jawaban
dari nilai tertinggi
yang salah
diberi skor 0.
Dengan demikian,
penilaian terhadap
pengetahuan
responden
berdasarkan
sistem skoring,
yaitu:

Skor 15-20 : Baik


Skor 8-14 :
Sedang
Skor <7 : Kurang

2 Pasien DM Semua pasien Rekam Medis Semua pasien DM Ordinal

17
laki-laki dan di Wilayah Kerja
perempuan
Puskesmas
dengan riwayat Berseri Pangkalan
Kerinci
DM di Wilayah
kerja
Puskesmas
Berseri
Pangkalan
Kerinci

BAB IV

18
METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

survei deskriptif dengan desain cross sectional. Di mana, penelitian ini akan

menggambarkan tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien Diabetes Melitus di

Puskesmas Berseri Pangkalan Kerinci tentang diet diabetes melitus serta

komplikasinya.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan Juli sampai April 2022.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Berseri

Pangkalan Kerinci.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah semua penderita Diabetes Melitus laki-laki

dan perempuan di Wilayah Kerja Puskesmas Berseri.

Sampel penelitian ini adalah dari populasi terjangkau masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Kota Janji yang didapat melalui proses pengambilan

sampel. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan total

sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah

sampel sama dengan populasi. Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah

19
semua pasien diabetes mellitus di Wilayah Kerja Puskesmas Berseri Pangkalan

Kerinci pada waktu yang ditentukan.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode dokumentasi kepustakaan dan metode angket.

1. Metode Dokumentasi

Data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan atau laporan,

jurnal, buku, koran atau berbagai artikel tentang topik penelitian dicari dan

dikumpul untuk tujuan kepustakaan dan memperoleh informasi tentang

penelitian ini. Dokumen-dokumen tersebut digunakan untuk mendapatkan data

sekunder.

2. Metode Angket

Data penelitian ini dikumpul dengan metode angket. Pada penelitian ini,

lembaran kuesioner diberikan kepada responden dan responden sendiri akan

mengisikan jawabannya. Angket pada penelitian ini adalah berstruktur dan

berbentuk pilihan. Di mana, kuesioner yang diberikan disusun secara tegas,

definitif, terbatas dan konkret serta pilihan jawabannya juga telah diberi agar

responden mudah menjawab pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan yang

ditanyakan adalah tentang diet pasien DM serta komplikasi dan diajukan

sebanyak 10 pertanyaan. Dan responden hanya perlu menjawab jawaban yang

benar sah saja.

20
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Karakteristik Penelitian

Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 15

responden yang merupakan semua penderita DM laki-laki dan perempuan yang

mengunjungi Puskesmas Berseri. Jumlah sampel ini adalah sama dengan jumlah

sampel yang diperlukan yaitu sebanyak 15 orang. Jumlah responden yang terpilih

adalah laki-laki dengan persentase 46,7 % yaitu sebanyak 7 orang sedangkan

perempuan berjumlah 8 orang dengan persentase 53,3% seperti yang dilampirkan

pada tabel 5.1.

Berdasarkan umur, mayoritas responden dalam kelompok usia 51-60 tahun

dengan jumlah responden 8 orang dan persentase sebanyak 53 %. Kelompok

umur 31-40 dan umur 41-50 tahun mempunyai persentase responden yang paling

kecil yaitu hanya 1,33 % dengan jumlah responden sebanyak 2 orang saja seperti

yang terlihat di tabel 5.2.

Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)


Pria 7 46,7
Wanita 8 53,3

21
Total 15 100

Berdasarkan umur, mayoritas responden dalam kelompok usia 51-

60 tahun dengan jumlah responden 8 orang dan persentase sebanyak 53,3

%. Kelompok umur 31-40 dan umur 41- 50 tahun mempunyai persentase

responden yang paling kecil yaitu hanya 6,67 % dengan jumlah responden

sebanyak 2 orang saja seperti yang terlihat di tabel 5.2.

Tabel 5.2 Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur

Umur (Tahun) Frekuensi Persen (%)


31-40 2 13,3
41-50 2 13,3

51-60 8 53,3
61-70 3 20,1 Total 15 100

5.1.2. Tingkat Pengetahuan Responden

Keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini

adalah sebanyak 15 orang. Tingkat pengetahuan diet pasien Diabetes

Melitus dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu Baik, Sedang dan Kurang

dengan jumlah skor yang diharapkan seperti tertera pada tabel 3.2.

Pengetahuan responden dikatakan baik sekiranya jumlah skor lebih dari

75% dari nilai tertinggi, kategori sedang jika jumlah skor diantara 40-

75% dari nilai tertinggi dan dikatakan kurang jika skor responden kurang

22
dari 40% dari nilai tertinggi. Nilai skor tertinggi dalam penelitian ini

adalah sebanyak 16.

Tabel 5.3 Distribusi Kategori tingkat pengetahuan diet pasien


Diabetes

Kategori Total Skor Jumlah Persentase


Responden Responden(%)

Baik 15-20 3 20
Sedang 8-14 11 73,33

Kurang <7 1 6,67


Total 15 100

Berdasarkan penelitian ini, hanya 20% dari total responden

mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai diet pasien diabetes.

Sebanyak 11 responden mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang

mengenai diet pasien Diabetes Melitus, kelompok ini merupakan

kelompok terbesar dari jumlah sampel dengan persentase sebanyak 73,3

%. Selain itu, sebanyak satu orang responden dengan persentase 6,67 %

mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang mengenai diet pasien

Diabetes dan ini merupakan kelompok terkecil dari keseluruhan jumlah

sampel hanya satu orang saja.

Dari 15 responden yang menjadi subjek penelitian ini, sebanyak 15

responden atau dengan persentase 100% berpendapat bahwa memakan terlalu

banyak gula (glukosa) merupakan faktor utama Diabetes Mellitus.

23
Sebanyak 12 responden atau dengan persentase 80% setuju bahwa

Diabetes Mellitus bisa menyebabkan ketajaman penglihatan berkurang.

Sedangkan tiga orang dengan persentase 20 % berpendapat Diabetes

Mellitus tidak akan memyebabkan ketajaman penglihatan berkurang.

Sebanyak 12 orang dengan persentase 80% berpendapat bahwa

penyakit Diabetes Mellitus sudah pasti bisa sembuh, sedangkan satu orang

dengan presentase 6,67 tidak setuju, dan sebanyak dua orang dengan

persentase 13,33% orang responden menjawab tidak pasti.

Sebanyak 26,67% atau empat orang mengakui bahwa jus buahan

yang tidak dicampur gula akan tetap menaikkan kadar gula darah.

Sebanyak 11 orang 73,33% berpendapat jus buahan yang tidak dicampur

gula tidak akan menaikkan kadar gula darah.

Kemudian sebanyak lima orang 33,33% berpendapat bahwa

Diabetes Mellitus adalah disebabkan kegagalan ginjal untuk

mempertahankan gula tubuh (glukosa) dari urin. Sebaliknya 60% atau

sembilan orang tidak sependapat dengan kelompok ini dan sisanya yang

menjawab tidak pasti yaitu sebanyak satu orang atau 6,67%.

Sebanyak 13 orang dengan persentase 86,7% menyetujui pendapat

Diabetes Mellitus merupakan faktor utama yang menyebabkan badan

seseorang penderita sangat penat walaupun hanya melakukan kerja yang

ringan. Kemudian hanya dua orang atau 13,3% yang tidak menyetujuinya.

24
Sebanyak 60 % atau sembilan orang yang berpendapat bahwa

tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula penderita Diabetes Mellitus

adalah dengan memeriksakan urinnya. Lima orang lagi dengan persentase

33,33 % tidak setuju dengan pernyataan ini dan 6,67 % atau satu orang

responden lagi menjawab tidak pasti.

Sebanyak 86,7 % atau 13 orang dari jumlah responden setuju

dengan pernyataan pola makan yang salah bisa meningkatkan kadar gula.

Dan 13,3 % atau dua orang tidak setuju dengan pernyataan ini.

Sebanyak lima orang dengan persentase 33,33% berpendapat

bahwa berolahraga secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin

atau obat-obatan insulin sehari-hari. Sebaliknya, 66,67 % atau sepuluh

orang dari jumlah responden tidak menyetujui pernyataan ini.

Sebanyak tujuh orang atau 46,7 % setuju dengan jumlah makanan yang

diberikan kepada penderita Diabetes Melitus disesuaikan dengan berat.

Sebaliknya, delapan orang responden dengan persentase 53,3 % tidak setuju

dengan pernyataan ini.

Data mengenai distribusi frekuensi jawaban responden dapat dilihat pada tabel

5.4.

25
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden
JAWABAN
NO PERTANYAAN BENAR TIDAK PASTI SALAH
F % F % F %
1. Memakan terlalu banyak 15 100 0 0 0 0
gula(glukosa) merupakan
faktor utama DM

2. DM bisa 12 80 0 0 3 20
menyebabkan
ketajaman penglihatan
Berkurang

3. Penyakit DM sudah pasti bisa 12 80 2 13,33 1 6.67


Sembuh
4. Jus buahan yang tidak 4 26,67 0 0 11 73,33
dicampur gula akan
menaikkan kadar gula
darah

5. Diabetes Mellitus adalah 5 33.33 1 6.67 9 60


disebabkan kegagalan ginjal
untuk mempertahankan gula
tubuh (glukosa) dari urine.

6. Diabetes Mellitus merupakan 13 86.7 0 0 2 13.3


factor utama yang
menyebabkan badan seseorang
penderita sangat penat
walaupun hanya melakukan
kerja yang ringan

26
7. Tindakan terbaik untuk 9 60 1 6.67 5 33.33
memeriksa kadar gula

penderita Diabetes Mellitus


adalah dengan periksa urine

8. Pola makan yang salah bisa 13 86.7 0 0 2 13.3


meningkatkan kadar gula darah

9. Berolahraga secara teratur akan 5 33,33 0 0 10 66,67


meningkatkan kebutuhan
insulin atau obat-obatan insulin
sehari-hari

10. Jumlah makanan yang di 7 46.7 0 0 8 53.3


berikan kepada penderita
Diabetes Mellitus disesuaikan
dengan berat badan

5.2. Pembahasan

Beberapa penelitian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang

diabetes juga dilakukan di negara yang lain seperti di Nepal Barat, Kenya,

Turkey dan Amerika Serikat. Dari hasil penelitian Julie D. West (2002) di

Amerika Serikat, sebanyak 31% pasien mancapai tingkat baik, 33%

sedang, dan 36% kurang (Medscape, 2002). Ini menunjukkan tingkat

pengetahuan pasien di Amerika Serikat dan pasien penelitian ini tidak

berjauh berbeda, dimana pada penelitian ini ditemukan bahwa sebanyak

73,33% (11 orang) dikategorikan dalam tingkat pengetahuan sedang.

Sedangkan yang berpengetahuan baik hanya 20% (3 orang) sisanya 6,67%

27
(1orang) berpengetahuan kurang. Namun, didapati bahwa kuesioner yang

dipakai oleh Julie D.West adalah lebih spesifik dan dalam.

Menurut hasil penelitian Didem Arslantas (2008) di Eskisehir,

Turkey, usia rata- rata pasien diabetes adalah berada di rentangan usia 51-

60 tahun. Ini menyokong hasil penelitian saya karena usia rata-rata pasien

diabetes yang saya peroleh dari penelitian adalah sebanyak 8 orang di

‘’’’rentang usia 51-60 tahun. Hal ini karena kelompok umur <60

memberikan kerjasama yang lebih mudah jika dibandingkan dengan

kelompok umur >60 tahun. Komunikasi dengan kelompok umur ini juga

lebih efektif karena mayoritas dari mereka faham akan kepentingan

penelitian ini serta manfaatnya. Kelompok umur > 60 juga kebanyakan

mereka tidak tahu membaca dan menulis dan merupakan faktor eksklusif

dalam penelitian ini.

Tabel 5.3 menunjukkan kategori tingkat pengetahuan tentang diet

pasien DM. Sekitar 80% (6,67 % + 73,33%) dari masyarakat mempunyai

pengetahuan yang kurang dan sedang tentang diet pasien DM serta

komplikasi. Sisanya hanya 20% masyarakat yang mempunyai tingkat

pengetahuan yang baik. Namun, dari penelitian William Kiberenge Maina

(2010) di Kenya, menunjukkan bahwa hanya 27.2% pasien yang mencapai

tingkat pengetahuan ’baik’ , 72,8% pasien mencapai tingkat ’kurang’.

Perbedaan jumlah sampel berperan besar dalam hasil yang diperoleh oleh

saya karena jumlah sampel yang digunakan oleh Maina adalah sebanyak

28
478 orang manakala jumlah sampel saya peroleh hanyalah sebanyak 15

orang.

Sebanyak 15 orang responden dengan persentase 100% masih

berpendapat memakan terlalu banyak gula (glukosa) merupakan faktor

utama DM. Sebenarnya, Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu

hormon yang dihasilkan oleh kelompok sel beta di pankreas. Insulin

memberi sinyal kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin, bekerja

dengan hormon pankreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan

jumlah glukosa dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau

sedikit insulin atau jika sel tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat

terjadilah diabetes.5

Sebanyak 12 responden dengan presentase 80% setuju bahwa DM

bisa menyebabkan penglihatan berkurang, Pada penderita DM secara

perlahan terjadi kerusakan pembuluh darah retina atau lapisan saraf mata

sehingga mengalami kebocoran, akibatnya terjadi penumpukan cairan

(eksudat) yang mengandung lemak serta pendarahan pada retina,inilah

dapat menyebabkan penglihatan berkurang.15

Sebanyak 12 responden dengan persentase 80% setuju dengan

pernyataan bahwa penyakit DM sudah pasti bisa sembuh. Ironiknya,

masih terdapat sekelompok besar masyarakat masih berpendapat DM bisa

sembuh secara tuntas. Hakikatnya,penyakit DM bersifat irriversible

dimana pasien hanya bisa mengontrol kadar gula darah supaya di ambang

normal. Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan

29
menyebabkan komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal,

jantung, pembuluh darah kaki, saraf, dan lain-lain.16

Sekitar 26,67 % responden berpendapat bahwa jus buahan yang

tidak dicampur gula akan menaikkan kadar glukosa darah. Ini merupakan

suatu mitos di kalangan masyarakat karena kebanyakan pasien DM akan

meminum jus buahan yang tidak dicampur gula dengan alasan ia tidak

akan menaikkan kadar glukosa darah, sebaliknya jus dari buah tersebut

secara alami mengandungi gula sukrosa yang boleh menaikkan kadar gula

darah.

Sejumlah besar masyarakat masih mempunyai tanggapan penyakit

Diabetes Mellitus yaitu dengan nama umum “Kencing Manis” adalah

disebabkan kegagalan ginjal untuk mempertahankan gula tubuh (glukosa)

dari urin. Seperti pada penelitian ini, sebanyak 33,33% responden

menyetujui pernyataan itu. Sebenarnya, DM terjadi akibat sel beta

pankrease tidak menghasilkan insulin yang cukup. Insulin berperan

penting dalam metabolisme sel-sel tubuh dimana insulin akan mendorong

sel-sel tubuh supaya menggunakan lebih glukosa bagi tujuan metabolisme

dan seterusnya mengurangi kadar glukosa darah. DM juga boleh terjadi

sekiranya insulin yang dihasilkan tubuh kurang sensitive terhadap

reseptornya di sel-sel tubuh.Maka glukosa kurang diserap oleeh sel-sel ini

maka akan terjadi pengumpulan glukosa di darah ,suatu keadaan yang

dipanggil hiperglikemi.5

30
Dari jumlah 13 orang responden, sebanyak 86,7% berpendapat DM

merupakan faktor utama yang menyebabkan badan seseorang penderita

sangat penat walaupun hanya melakukan kerja yang ringan.

Sebaliknya,sekitar 13,3 % yang tidak menyetujuinya. Perkara ini terjadi

karna masyarakat masih kurang faham mengenai fakta-fakta berkaitan

penyakit DM ini. Seseorang penderita mengalami kekurangan energi

sehari-hari. Walaupun seseorang pasien DM makan secukupnya,

tetapi energi hanya akan dihasilkan sekiranya glukosa darah (dari

makanan) memasuki selsel tubuh bagi tujuan metabolisme. Proses

metabolisme akan menghasilkan energi untuk aktivitas sehari-hari.

Sekiranya insulin kurang dihasilkan atau kerja insulin kurang di tingkat

seluler, maka glukosa darah tidak akan dapat diambil oleh sel-sel tubuh.

Maka,kurang glukosa di dalam sel akan menyebabkan kurang energi

dihasilkan. Maka dengan hanya membuat kerja yang ringan ,badan

seseorang penderita DM akan mengalami malaise atau kelemahan.9

Sebanyak 9 orang (60%) dari jumlah sampel berpendapat

tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula penderita DM adalah

dengan periksa urin. Sebaliknya, hanya 5 orang lagi (33,3%) berpendapat

memeriksa urin bukanlah suatu tindakan terbaik untuk memeriksa kadar

gula pasien DM. Sisanya 1 orang (6,67%) menjawab tidak pasti.

Masyarakat berpendapat bahwa, oleh karena gula tubuh keluar bersama

urin,maka urin boleh diperiksa sebagai indikator kadar gula tubuh mereka

berpandukan jumlah atau konsentrasi glukosa yang keluar bersama urin.

31
Sebenarnya, glukosa yang keluar bersama urin (glukosuria) adalah

disebabkan darah menjadi terlalu pekat karena konsentrasi glukosa yang

tinggi. Maka darah tekanan di kapsul bowman di ginjal terlalu tinggi

sehingga ada molekul-molekul glukosa yang turut difiltrasi keluar

bersama urin. Namun jumlah gula yang keluar bersama urin adalah jauh

lebih rendah jika dibandingkan dengan parameter yang sepatutnya yaitu

darah pasien. Kriteria untuk diagnosis termasuk pengukuran kadar A1c

hemoglobin (HbA1c) ,kadar glukosa darah sewaktu atau puasa, atau hasil

dari pengujian toleransi glukosa

oral.10

Sebanyak 86,7% berpendapat bahwa pola makan yang salah bisa

meningkatkan kadar gula. Pola makan suatu cara untuk mengatur jumlah

dan jenis asupan makanan untuk mempertahankan kesehatan,status gizi.

Jumlah makan (kalori) yang di anjurkan adalah makan lebih sering dengan

porsi kecil dan yang tidak di anjurkan makan dalam porsi besar.

Sebanyak 5 responden (33,33%) berpendapat bahwa berolahraga

secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin atau obat-obatan

insulin sehari-hari. Pendapat responden adalah, sekiranya mereka

berolahraga, maka badan mereka akan berasa sangat lemah sehingga

membutuhkan mereka untuk mengambil lebih obat-obatan insulin.

Sebenarnya, berolahraga secara teratur akan meningkatkan konsentrasi

protein GLUT-4 yaitu reseptor insulin di tingkat selular. Maka, dengan

32
hanya sedikit obatobatan, mampu memberikan efek yang secukupnya

kepada pasien.17

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan dapat

disimpulkan bahwa : Berdasarkan penelitian ini, sebanyak 11 responden

mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang mengenai diet pasien DM

serta komplikasinya. Kelompok ini merupakan kelompok terbesar dari

jumlah sampel dengan persentase sebanyak 73,33%. Dengan persentase

6,67 % mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang mengenai diet

pasien DM serta komplikasinya dan Ini merupakan kelompok terkecil dari

keseluruhan jumlah sampel dengan bilangan hanya 1 orang saja.

Sisanya, sebanyak 3 orang dengan presentase 20% dari total responden

mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai diet pasien diabetes.

6.2. Saran

1. Pengetahuan mayoritas masyarakat masih dalam kategori sedang

maka, sebaiknya program-program penyuluhan perlu

33
ditingkatkan kepada pasien yang mengunjungi Puskesmas Janji,

agar kejadian Diabetes Melitus dapat dikontrol.

2. Petugas kesehatan harus menjelaskan kepada pasien segala

persoalan yang timbul mengenai diet DM dan ini pasti akan

membantu pasien supaya lebih memahami kepentingan diet DM.

3. Petugas Kesehatan terutama bagian Puskesmas Janji harus

melakukan penyuluhan ataupun edukasi secara rutin, minimal

satu kali sebulan mengenai Diabetes Melitus secara keseluruhan

kepada pasien pengunjung Puskesmas Janji terutama pasien DM.

Hal-hal yang perlu di beritahu adalah mengenai faktor-faktor

resiko DM seperti tekanan darah, aktifitas olah raga, IMT,

kebiasaan makan atau Diet DM serta komplikasi DM. Kemudian

setidaknya di lakukan evaluasi keberhasilan terapi pasien DM

dengan melakukan pemeriksaan kadar gula darah sekali dalam

sebulan. Program ini harusnya dilakukan kembali dengan baik,

karena ini dapat membantu memantau keadaan pasien-pasien

penderita penyakit kronis.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. International Diabetes Federation. 2017. IDF Diabetes Atlas. Edisi keenam.


International Diabetes Federation.

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar.


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

3. Waspada Online, 2009. Medan, Terbanyak Penderita Diabetes. Available


from: http://waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=71175:-medan- terbanyak-
penderita-diabetes&catid=14:medan&Itemid=27 [Accessed 29 September
2019]

4. Pranadji DK. 1997. Perencanaan Menu untuk Diabetes Melitus. Jakarta:


Penebar Swadaya.

5. Setiabudi, 2008. Referensi Kesehatan-Diabetes Melitus. Available from:


http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/diabetes-melitus/ [Accessed 29
September 2019]

6. International Diabetes Federation, 2008 : Latest diabetes figures paint grim


global picture. Available from: http://www.idf.org/latest-diabetes-figures-
paint-grim-global- picture. [Accessed 29 September 2019]

7. Hiswani, 2001. Penyuluhan Kesehatan pada penderita Diabetes Mellitus.


USU Repository, 2006. Available from:

35
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm- hiswani3.pdf. [Accessed 29
September 2019]

8. American Diabetic Association. 2017. Diagnosis dan Classification of


Diabetes Mellitus.

Dikutip dari

:
http://care.diabetesjournals.org/content/diacare/suppl/2016/12/15/40.Suppleme
nt_1.DC1/ DC_40_S1_final.pdf[Accessed 29 September 2019]

9. Bare & Suzanne, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2,
(Edisi 8), EGC Jakarta.

10. Barclay L, 2010. Diabetes Diagnosis & Screening Criteria Reviewed.


Available from : http://www. medscape.com. [Accessed 29 September
2019]

11. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengendalian dan


Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di Indonesia 2011. PERKENI.

12. Khardori, R. 2014. Type 2 Diabetes Mellitus. Medscape. Dikutip dari :

http://emedicine.medscape.com/article/117853 [Accessed 29 September


2019]
13. Kiadaliri, A.A., Najafi, B., dan Sani, M.M., 2013. Quality of Life in People
with Diabetes: A Systematic Review of Studies in Iran. Journal of Diabetes
and Metabolic Diorders 2013.

14. Hiswani,2010. Peranan gizi dalam Diabetes Mellitus. USU Repository,


2006. Available from: http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-
hiswani4.pdf. [Accessed 29 September 2019]

15. Barclay L, 2010. Diabetes Diagnosis & Screening Criteria


Reviewed.Available from : http://www. medscape.com. [Accessed 29
September 2019]

36
16. Iwan S, 2010. Askep Klien dengan gangguan Sistem Endokrin: Diabetes
Mellitus. Available from: http://ahmadyozi.blogspot.com/2010/01/askep-
klien-dengan-gangguan- sistem.html. [Accessed 29 September 2019]

17. Yaspelkis, Ben B., 2006. Resistance Training Improves Insulin Signaling
and Action in

Skeletal Muscle. Available from :


http://journals.lww.com/acsmessr/Abstract/2006/01000/Resistance_Trai
ning_Improves_Insulin_Signaling_and.9 .aspx [Accessed 29 September 2019]

37
Lampiran
Kuesioner Penelitian

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DIET PASIEN DIABETES


MELLITUS SERTA KOMPLIKASINYA DI PUSKESMAS BERSERI
PANGKALAN KERINCI RIAU TAHUN 2022

DATA RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Perkerjaan :
Tingkat Pendidikan :

1. Memakan terlalu banyak gula (glukosa) merupakan faktor utama


Diabetes Mellitus A. YA

B. TIDAK
C. TIDAK PASTI
2. Diabetes Mellitus bisa menyebabkan ketajaman penglihatan
berkurang .
A. YA
B. TIDAK
C. TIDAK PASTI
3. Penyakit Diabetes Mellitus sudah pasti bisa sembuh.
A. YA

38
B. TIDAK
C. TIDAK PASTI
4. Jus buahan yang tidak dicampur gula akan menaikkan kadar gula darah.
A. YA
B. TIDAK
C. TIDAK PASTI
5. Diabetes Mellitus adalah disebabkan kegagalan ginjal untuk
mempertahankan gula tubuh (glukosa) dari urine.

A. YA
B. TIDAK
C. TIDAK PASTI
6. Diabetes Mellitus merupakan faktor utama yang menyebabkan badan
seseorang penderita sangat penat walaupun hanya melakukan kerja yang
ringan.

A.YA
B.TIDAK
C. TIDAK PASTI
7. Tindakan terbaik untuk memeriksa kadar gula penderita Diabetes
Mellitus adalah dengan memeriksa urine.

A. YA
B. TIDAK
C. TIDAK PASTI
8. Pola makan yang salah bisa meningkatkan kadar gula darah.
A. YA
B. TIDAK
C. TIDAK PASTI
9. Berolahraga secara teratur akan meningkatkan kebutuhan insulin atau
obat-obatan insulin sehari-hari.

A. YA
B. TIDAK

39
C. TIDAK PASTI
10. Jumlah makanan yang di berikan kepada penderita Diabetes Mellitus
disesuaikan dengan berat badan..

A. YA
B. TIDAK
C. TIDAK PASTI

40

Anda mungkin juga menyukai