Draf Juknis PPH Ingub

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

PETUNJUK TEKNIS

TERTIB PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU


DI WILAYAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT


  DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
KATA PENGANTAR

Alih fungsi lahan dalam dinamika pembangunan di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Barat memacu penurunan daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup secara gradual
dan spesifik. Pencapaian target pembangunan yang berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat pada skala ideal masih dalam proses yang membutuhkan
penyesuaian antara kebutuhan dan kemampuan mengelola kebutuhan. Pengelolaan kondisi
tutupan lahan yang dapat mengurangi potensi kebencanaan berupa banjir, longsor,
kekeringan serta potensi bencana lain yang berujung pada bencana sosial maupun
ekonomi.
Kayu merupakan salah satu sumber daya yang telah digunakan masyarakat
khususnya di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, mulai dari kebutuhan permukiman
ataupun alat pendukung kehidupan lainnya menurut budaya masyarakat di Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Eksistensi kayu juga diyakini memiliki nilai ekonomi yang
mudah diperoleh dan dikelola walaupun dengan pengetahuan yang terbatas saat ini.
Pengelolaan dan pemanfaatan kayu pada masa sebelum penjajahan, masyarakat Nusa
Tengara Barat pada umumnya memiliki akar budaya yang optimal dalam pemanfaatan
kayu tanpa menimbulkan perubahan kondisi lingkungan secara drastis. Teknik
pengawetan, penggergajian serta kegiatan pertukangan yang sangat optimal dan dapat kita
lihat pada rumah panggung ataupun rumah penyimpanan padi yang membuktikan bahwa
kemampuan pengetahuan masyarakat Nusa Tenggara Barat sudah mampu optimal. Saat ini
pengetahuan tentang tradisi pemanfaatan kayu sudah mulai bergeser pada pengetahuan
modern tapi tidak tuntas maka kebutuhan bahan baku makin meningkat dan mendorong
penebangan semakin luas.
Melalui upaya pengaturan serta pembinaan dalam pemanfaatan hasil hutan kayu
diharapkan mendorong optimalisasi nilai ekonomi kayu di wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Industrialisasi menjadi alat untuk menumbuhkan kemampuan pengelolaan
sumber daya alam dengan menumbuhkan pengetahuan budaya lokal.

Mataram, Desember 2021

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Provinsi Nusa Tenggara Barat

Ir. MADANI MUKAROM, B.Sc.F., M.Si.


Pembina Utama Muda
NIP. 19630405 198903 1 01
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki keaneka-ragaman hayati dengan
sebaran yang cukup merata di seluruh wilayah daratan. Luas daratan Provinsi Nusa
Tenggara Barat sekitar ± 2 juta Ha berada pada 2 pulau besar yaitu Pulau Lombok dan
Pulau Sumbawa yang masing-masing memiliki gunung berapi aktif yaitu gunung
Rinjani di Pulau Lombok dan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa. Keunikan jenis
Flora mulai jenis tanaman bawah sampai tanaman tinggi yang juga sering menjadi
sumber obat tradisional masyarakat. Sedangkan jenis fauna yang cukup menonjol
adalah jenis burung dan saat ini mulai menurun populasinya.
Masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki ketergantungan yang besar
pada potensi sumber daya alam. Kebutuhan sandang, pangan serta papan dapat
dipenuhi langsung oleh kekayaan sumber daya hayatinya. Globalisasi serta terbukanya
transportasi antar wilayah mendorong mutasi budaya terutama budaya interaksi pada
sumber daya alamnya. Investasi, pengenalan komoditas baru mendorong perubahan
yang signifikan.
Sumber daya alam menjadi komoditas yang diekploitasi untuk kepentingan
ekonomi bukan lagi hanya untuk pemenuhan kebutuhan lokal. Investasi pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (HHK) yang dimulai sekitar tahun 1973 melalui Hak Pengusahaan
Hutan (HPH) PT. Veneer yang mengekploitasi Kayu Rajumas (duabanga mollucana)
sampai sekitar tahun 2005. Secara gradual membangun budaya pemanfaatan kayu
pada masyarakat yang sebelumnya menjadi pekerja dan secara alamiah berkembang
menjadi pengelola.
Ekploitasi Hasil Hutan Kayu (HHK) terus meningkat akibat terbukanya akses
transportasi yang sudah terbangun pada wilayah dengan potensi kayu. Permintaan
pasar dari pulau jawa dan Bali secara signifikan terus meningkat melalui transportasi
darat yang dipasok oleh perorangan maupun perusahaan lokal. Pada pelaksanaan
peredaran kayu sering dijumpai upaya pelanggaran yang dilakukan oleh perorangan
maupun pengusaha dengan indikasi dokumen angkutan yang tidak lengkap sesuai
ketentuan.
Dinamika regulasi yang mengatur tata kelola peredaran hasil hutan kayu
mewarnai dinamika tata kelola. Kebutuhan pedoman sebagai panduan untuk
memudahkan pelayanan serta pembinaan peredaran hasil hutan kayu perlu dilakukan
secara khusus sesuai kebutuhan dinamika sosial pada wilayah potensi.

B. Dasar Hukum.
Dasar hukum pelaksanaan tertib pemanfaatan hasil hutan kayu di wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai berikut :
1. Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan;
2. Undang Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan;
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Kehutanan;
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7 Tahun 2021
Tentang Perencanaan Kehutanan, Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan, Serta Penggunaan Kawasan Hutan;
6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 8 Tahun 2021
Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta
Pemanfaatan Hutan di Hutan Lindung dan Hutan Produksi;
7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 9 Tahun 2021
Tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial;
8. Instruksi Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor : 660/11/Kum/Tahun 2021 tanggal
21 Desember 2021 tentang Tertib Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Barat.

C. Tujuan
Tujuan petunjuk teknis ini adalah sebagai panduan melaksanakan Tertib
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

D. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Petunjuk Teknis ini mencakup tata cara pengawasan dan
pemeriksaan serta pembinaan para pihak yang melaksanakan dan membina
pemanfaatan hasil hutan kayu di wilayah provinsi Nusa Tenggara Barat.

E. Tata Urut
Petunjuk Teknis ini disusun dengan tata urut sebagai berikut :
1. BAB I : Pendahuluan
2. BAB II : Ketentuan Pokok
3. BAB III : Pelaksanaan Kegiatan
4. BAB IV : Penutup

F. Pengertian
1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai Hutan tetap.
3. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas
tanah.
4. Hutan Hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.
5. Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat HHK adalah hasil hutan berupa
kayu bulat, kayu bulat kecil, kayu olahan, atau kayu pacakan yang berasal dari
kawasan hutan.
6. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat PHHK adalah
kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu melalui
kegiatan penebangan, permudaan, pengangkutan, pengolahan dan pemasaran
dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya.
7. Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang selanjutnya disingkat IUPHKK
adalah izin yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan kayu dalam hutan
alam atau dalam hutan tanaman pada hutan produksi.
8. Kayu Bulat yang selanjutnya disingkat KB adalah bagian dari pohon yang
ditebang dan dipotong menjadi satu atau beberapa bagian dengan ukuran diameter
50 (lima puluh) cm atau lebih. 
9. Kayu Bulat Sedang yang selanjutnya disingkat KBS adalah bagian dari pohon
yang ditebang dan dipotong menjadi satu atau beberapa bagian dengan ukuran
diameter 30 cm sampai dengan 49 cm. 
10. Kayu Bulat Kecil yang selanjutnya disingkat KBK adalah pengelompokkan kayu
yang terdiri dari bagian dari pohon yang ditebang dan dipotong menjadi satu atau
beberapa bagian dengan ukuran diameter kurang dari 30 cm atau kayu dengan
diameter 30 cm atau lebih yang direduksi karena memiliki cacat berupa busuk
hati dan/atau gerowong lebih dari 40%, serta kayu bakau, kayu bakar, cerucuk,
tiang jermal, tunggak jati dan/atau tunggak ulin. 
11. Kayu Olahan yang selanjutnya disingkat KO adalah produk hasil pengolahan
KB/KBS/KBK yang diolah di Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IPHHK) atau
Industri Pengolahan Kayu Terpadu (IPKT) berupa kayu gergajian (termasuk kayu
gergajian yang diserut satu sisi atau lebih), kayu lapis (termasuk block board dan
barecore), veneer, serpih/chip (termasuk wood pellet) dan Laminated Veneer
Lumber (LVL).
12. Kayu pacakan yang selanjutnya disingkat KP adalah kayu berbentuk persegi yang
diolah di hutan yang merupakan hasil perubahan bentuk dari 1 (satu) batang
KB/KBS/KBK menjadi 1 (satu) bentuk kayu persegi, bukan dalam bentuk kayu
olahan gergajian (balok, papan, reng, dan kaso). 
13. Pengolahan Hasil Hutan Kayu adalah kegiatan pengolahan kayu bulat, kayu
bahan baku serpih, dan/atau biomassa kayu menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi.
14. Timber Cruising adalah kegiatan pengukuran, pengamatan dan pencatatan
terhadap pohon yang direncanakan akan ditebang, pohon inti, pohon yang
dilindungi, permudaan, data lapangan lainnya, untuk mengetahui jenis, jumlah,
diameter, tinggi pohon, serta informasi tentang keadaan lapangan/lingkungan,
yang dilaksanakan dengan intensitas tertentu sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
15. Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan adalah kegiatan untuk menetapkan
jumlah, jenis, dan volume/berat, serta untuk mengetahui mutu (kualitas) hasil
Hutan.
16. Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disebut GANISPH adalah
setiap orang yang memiliki kompetensi kerja di bidang pengelolaan Hutan.
17. Tempat Penimbunan Kayu Hutan yang selanjutnya disingkat TPK Hutan adalah
tempat milik pemegang izin yang berfungsi menimbun Kayu Bulat (KB)/Kayu
Bulat Sedang (KBS)/Kayu Bulat Kecil (KBK) dari beberapa TPn, yang lokasinya
berada dalam areal pemegang izin. 
18. Tempat Penimbunan Kayu Antara yang selanjutnya disingkat TPK Antara adalah
tempat untuk menampung KB dan/atau KBS dan/atau KBK dari 1 (satu)
pemegang izin atau lebih dari 1 (satu) pemegang izin yang merupakan group, baik
berupa logpond atau Logyard, yang lokasinya di luar areal pemegang izin dan
berada pada hutan produksi dan/atau di luar kawasan hutan. 
19. Tempat Penimbunan Kayu Antara selanjutnya disebut TPK Antara adalah tempat
milik Pemegang PBPH/persetujuan pemerintah yang berfungsi untuk menimbun
Kayu Bulat (KB) hasil penebangan, yang lokasinya berada di luar areal
perizinan/persetujuan yang bersangkutan.
20. Tempat Penampungan Terdaftar Kayu Bulat yang selanjutnya disingkat TPT-KB
adalah tempat untuk menampung Kayu Bulat, milik perusahaan yang bergerak
dalam bidang Kehutanan atau perkayuan.
21. Laporan Hasil Produksi yang selanjutnya disingkat LHP adalah dokumen yang
memuat data produksi hasil Hutan baik kayu maupun bukan kayu.
22. Laporan Hasil Produksi Kayu yang selanjutnya disebut LHP-Kayu adalah
dokumen yang memuat data produksi hasil Hutan berupa kayu.
23. Laporan Hasil Produksi Bukan Kayu yang selanjutnya disebut LHP-Bukan Kayu
adalah dokumen yang memuat data hasil pemanenan/pemungutan atau
pengumpulan hasil hutan bukan kayu.
24. Kesatuan Pengelolaan Hutan yang selanjutnya disingkat KPH adalah wilayah
pengelolaan Hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya, yang dikelola secara
efisien, efektif, dan lestari.
BAB II
KETENTUAN POKOK

A. Tujuan Penertiban Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

1. Mengatur penebangan atau pemanfaatan kayu di dalam kawasan hutan;


2. Mengatur seluruh kegiatan penebangan oleh pemegang izin dan/atau pengelola
pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari hutan hak/tanah milik.

B. Ruang Lingkup
Juknis ini adalah pengaturan lebih lanjut dari Instruksi Gubernur Nusa
Tenggara Barat Nomor : 660/11/Kum/Tahun 2021 tanggal 21 Desember 2021 tentang
Tertib Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat
diktum KESATU.

C. Obyek Penertiban

Obyek penertiban adalah para pihak yang melaksanakan Pemanfaatan Hasil


Hutan Kayu di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat, meliputi:
1. Pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan negara;
2. Pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari Areal Penggunaan Lain;
3. Pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari Hutan Hak.

D. Sasaran Penertiban

1. Dokumen Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK)


2. Dokumen Perencanaan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang berasal dari Kawasan
Hutan;
3. Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan;
4. Dokumen sahnya kepemilikan lahan.
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang Berasal dari Kawasan Hutan Negara
Pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan dapat berasal
dari:

1. PBPH pemanfaatan hasil hutan kayu;


2. PBPH pemungutan hasil hutan kayu;
3. Perhutanan Sosial pada Hutan Produksi;
4. Pemanfaatan kayu Kegiatan Non Kehutanan (PKKNK) pada Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan;
5. Pemanfaatan kayu kegiatan non Kehutanan (PKKNK) pada Persetujuan Pelepasan
Kawasan Hutan.

Pelaksanaan pemanfaatan hasil hutan kayu pada kawasan hutan negara


mempedomani Undang No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Peraturan Pemerintah
No. 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan serta peraturan pelaksanaan
lainnya yang tidak bertentangan.

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di dalam kawasan hutan dapat dilakukan


dengan satu atau lebih Sistem Silvikultur sesuai dengan karakteristik sumber daya
Hutan dan lingkungannya, berdasarkan :

a. Daur/Umur tegakan; dan


b. Sistem pemanenan hutan.

Pemegang PBPH menerapkan teknik pemanenan berdampak rendah atau


Reduced Impact Logging dalam pelaksanaan kegiatan usaha pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu yang tumbuh alami (hutan alam). Pedoman penerapan Reduced Impact Logging
pada PBPH sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIV Permen LHK nomor 8
Tahun 2021.

Tanaman yang dapat diusahakan dalam areal PBPH diarahkan untuk


penyediaan bahan baku industri, wajib terintegrasi dengan industri Pengolahan Hasil
Hutan dan/atau melakukan kerja sama penyediaan bahan baku.
Pemanfaatan dan pemungutan hasil hutan kayu Perhutanan Sosial pada Hutan
Produksi hanya boleh dilaksanakan pada ruang pemanfaatan. Pemanfaatan dan
pemungutan hasil hutan kayu tersebut meliputi kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu
yang berasal dari:
a. tanaman sendiri; dan
b. tanaman yang dihibahkan.

Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan berlaku sebagai persetujuan


pemanfaatan kayu. Berdasarkan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan, Pemegang
Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan dapat melakukan penebangan pohon dalam
rangka pembukaan lahan dengan membayar PSDH dan/atau DR sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pemanfaatan kayu kegiatan non Kehutanan pada Persetujuan Pelepasan


Kawasan Hutan dilakukan setelah mendapat persetujuan pemanfaatan kayu kegiatan
non Kehutanan yang diterbitkan oleh pejabat penerbit PKKNK yang ditugaskan oleh
gubernur sebagaimana diatur dalam Lampiran XVII Permen LHK nomor 8 tahun
2021. Pemanfaatan kayu tersebut wajib membayar PSDH dan/atau DR, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

B. Pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari Areal Penggunaan Lain

Pemanfaatan kayu yang berasal dari Areal Penggunaan Lain yang merupakan
kewenangan pemerintah daerah/ Gubernur yaitu pada areal APL yang telah dibebeni
izin peruntukan sesuai dengan yang diatur dalam Lampiran XVII Permen LHK nomor
8 tahun 2021 yang mengatur tentang pemanfaatan kayu kegiatan non kehutanan
(PKKNK).

Sebagaimana Instruksi Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor :


660/11/Kum/Tahun 2021 tanggal 21 Desember 2021 tentang Tertib Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu di Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat diktum KESATU, Gubernur
tidak akan menerbitkan izin untuk PKKNK pada APL sebagaimana di atas.

C. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang Berasal dari Hutan Hak


Pelaksanaan pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari tanah milik
meliputi:
1. jenis kayu rimba campuran dan jenis jati
2. jenis yang termasuk dalam Appendix II

I. Jenis kayu rimba campuran dan jenis jati


Adapun Tata caranya sebagai berikut :
1. Permohonan dengan melengkapi :
a. Copy Identitas pemohon (pemilik lahan)
b. Copy Surat legalitas kepemilikan lahan (untuk bukti selain sertifikat agar
membuat pernyataan dari BPN)
c. Surat Keterangan Kepala Desa Setempat yang menerangkan status kepemilikan
lahan.
d. Surat Pernyataan kesanggupan memenuhi kewajiban sesuai ketentuan
bermaterai 10.000,- (format terlampir)

2. Potensi Kayu
a. Pelaksanaan cruising dilakukan dengan memberikan nomor pada setiap pohon
yang akan ditebang.
b. Potensi kayu yang akan dimanfaatkan harus dilakukan penghitungan (timber
cruising) oleh unsur teknis yaitu Unsur Dinas Kehutanan, Kepolisian, Tentara
Nasional Indonesia (TNI) yang dituangkan dalam berita acara hasil cruising.
c. Potensi kayu yang dapat dituangkan dalam Berita Acara Hasil Timber Cruising
adalah : Kayu yang memiliki diameter (DBH) minimal 40 cm untuk jenis kayu
rimba campuran dan diameter minimal 30 cm (DBH) untuk jenis Jati.
d. Potensi kayu pada kelerengan dan atau berada pada wilayah strategis masyarakat
seperti : Lereng disekitar jalan umum, Lereng jembatan ataupun permukiman
wajib menyisakan tegakan sebanyak 20 % walaupun memenuhi ketentuan
diameter.
3. Pelaksanaan
a. Kegiatan penebangan harus dilakukan penomoran batang sesuai nomor pohon
hasil cruising. Contoh : 1 (satu) nomor pohon, a : potongan batang maka
penomoran 1a. dan seterusnya menyesuaikan jumlah potongan batang dalam
satu pohon.
b. Kegiatan pemanfaatan kayu dalam bentuk penebangan harus dilaporkan dan
dilakukan verifikasi oleh Unsur Dinas Kehutanan, Kepolisian, TNI yang
dituangkan dalam berita acara hasil penebangan. (Format terlampir)
c. Pemanfaatan kayu untuk kepentingan pribadi maksimal 1 m 3 , cruising cukup
dilaksanakan oleh Unsur Dinas Kehutanan dan pemilik yang dituangkan dalam
berita acara serta disahkankan oleh Unsur Dinas Kehutanan dan pemilik.
(Format terlampir).
d. Sebelum dilakukan penebangan, pemohon wajib menyiapkan bibit pohon yang
akan ditanam 2 (dua) kali jumlah pohon yang ditebang serta kemudian menanam
dan memeliharanya.

II. Jenis yang termasuk dalam Appendix II


Pelaksanaan pemanfaatan hasil hutan kayu yang berasal dari tanah milik
meliputi jenis Appendix II Cites hanya dapat diberikan pada pemohon yang telah
memiliki izin edar sebagaimana di atur dalam keputusan menteri kehutanan….

Adapun Tata caranya sebagai berikut :


1. Permohonan dengan melengkapi :
a. Copy Identitas pemohon (perusahaan)
b. Copy identitas pemilik lahan yang akan dikelola.
c. Copy Surat legalitas kepemilikan lahan.
d. Surat Keterangan Kepala Desa Setempat yang menerangkan status kepemilikan
lahan.
e. Copy Surat Ijin Edar.
f. Surat keterangan dari BKSDA setempat yang menerangkan masih memiliki
potensi dan permohonan sesuai surat ijin edar.
g. Surat Pernyataan kesanggupan memenuhi kewajiban sesuai ketentuan
bermaterai 10.000,- (format terlampir)

2. Potensi Kayu
a. Pelaksanaan cruising dilakukan dengan memberikan nomor pada setiap pohon
yang akan ditebang.
b. Potensi kayu yang akan dimanfaatkan harus dilakukan penghitungan (timber
cruising) oleh unsur teknis yaitu Unsur Dinas Kehutanan, Kepolisian, Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan unsur KSDA yang dituangkan dalam berita acara
hasil cruising.
c. Potensi kayu yang dapat dituangkan dalam Berita Acara Hasil Timber Cruising
adalah : Kayu yang memiliki diameter (DBH) minimal 40 cm untuk jenis kayu
Appendix II.
d. Potensi kayu pada kelerengan dan atau berada pada wilayah strategis masyarakat
seperti : Lereng disekitar jalan umum, Lereng jembatan ataupun permukiman
wajib menyisakan tegakan sebanyak 20% walaupun memenuhi ketentuan
diameter.

3. Pelaksanaan
a. Kegiatan penebangan harus dilakukan penomoran batang sesuai nomor pohon
hasil cruising. Contoh : 1 (satu) nomor pohon, a : potongan batang maka
penomoran 1a. dan seterusnya menyesuaikan jumlah potongan batang dalam
satu pohon.
b. Kegiatan penebangan harus dilakukan penomoran batang sesuai nomor pohon
hasil cruising.
c. Kegiatan pemanfaatan kayu dalam bentuk penebangan harus dilaporkan dan
dilakukan verifikasi oleh Unsur Dinas Kehutanan, Kepolisian, TNI dan KSDA
yang dituangkan dalam berita acara hasil penebangan. (Format terlampir)
d. Sebelum dilakukan penebangan, pemohon wajib menyiapkan bibit pohon yang
akan ditanam 2 (dua) kali jumlah pohon yang ditebang serta kemudian menanam
dan memeliharanya.
BAB IV
PENUTUP

Demikian Petunjuk Teknis ini disusun agar dapat digunakan sebagai panduan
dalam melaksanakan Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu di wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Hal-hal yang belum diatur dalam Petunjuk Teknis ini akan disesuaikan dengan
ketentuan yang berlaku.

Mataram, Desember 2021


Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Ir. MADANI MUKAROM, B.Sc.F., M.Si.


Pembina Utama Muda
NIP. 19630405 198903 1 001
Format Surat Pernyataan

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini secara sungguh-sungguh akan memenuhi
ketentuan dan kewajiban pemanfaatan kayu pada tanah milik :
1. Melakukan penebangan atau pemanfaatan kayu sesuai hasil cruising yang
dilaksanakan oleh unsur terkait.
2. Melaksanakan penanaman kembali pada lahan yang dilakukan penebangan
sebanyak 2 (dua) kali jumlah pohon yang ditebang.
3. Melaksanakan penebangan sesuai areal/lahan yang dimohon.
4. Mentaati semua ketentuan dalam pemanfaatan hasil hutan kayu dari tanah milik
sesuai ketentuan.
5. Apabila terjadi pelanggaran, saya bersedia ditindak sesuai ketentuan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat tanpa paksaan untuk maklum sebagaimana
mestinya.

Mengetahui, ……………….,…………..2022
Kepala Desa………….. Pemohon,

Materai 10.000,-

(………………………………) (………………………………)
Format berita acara cruising

BERITA ACARA CRUISING

Pada hari……..tanggal…….bulan………….tahun…………., sesuai surat tugas pada


masing-masing instansi, kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama : ……………………
Nip/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
2. Nama : ……………………
Nip/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
3. Nama : ……………………
Nip/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
4. Nama : ……………………
Nip/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
5. Nama : ……………………
Nip/NRP : ……………………
Instansi : ……………………

Telah melaksanakan cruising pada lokasi sesuai permohonan dan dituangkan dalam daftar
table hasil cruising.
Demikian berita acara ini, kami buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Nama Nama Nama

Nip/NRP Nip/NRP Nip/NRP


Instansi Instansi Instansi

Nama Nama Nama

Nip/NRP Nip/NRP Nip/NRP


Instansi Instansi Instansi
Keterangan :
 Jumlah personil menyesuaikan dengan kebutuhan lapangan
 Untuk jenis appendix ditambah unsur KSDA
Format lampiran berita acara cruising

DAFTAR UKURAN POHON HASIL CRUISING


Lampiran BA tanggal….Bulan…..Tahun…………….
An…………………
Lokasi……………………….

No. Jenis Diamete Tinggi Bebas Volume Keterangan


r Cabang (m3)
(cm) (m)

………………..,…………..2022
Pelaksana, (sesuai surat tugas)

1. Nama tanda tangan


2. Nama tanda tangan
3. Nama tanda tangan
4. Nama tanda tangan
5. Nama tanda tangan
BERITA ACARA PENEBANGAN

Pada hari……..tanggal…….bulan………….tahun…………., sesuai surat tugas pada


masing-masing instansi, kami yang bertanda tangan dibawah ini :

1. Nama : ……………………
Nip/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
2. Nama : ……………………
Nip/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
3. Nama : ……………………
Nip/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
4. Nama : ……………………
Nip/NRP : ……………………
Instansi : ……………………
5. Nama : ……………………
Nip/NRP : ……………………
Instansi : ……………………

Telah melaksanakan cruising pada lokasi sesuai permohonan dan dituangkan dalam daftar
table hasil cruising.
Demikian berita acara ini, kami buat dengan sebenar-benarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Nama Nama Nama

Nip/NRP Nip/NRP Nip/NRP


Instansi Instansi Instansi

Nama Nama Nama

Nip/NRP Nip/NRP Nip/NRP


Instansi Instansi Instansi

Keterangan :
 Jumlah personil menyesuaikan dengan kebutuhan lapangan
 Untuk jenis appendix ditambah unsur KSDA
Format lampiran berita acara Hasil Penebangan

DAFTAR UKURAN POHON HASIL PENEBANGAN


Lampiran BA tanggal….Bulan…..Tahun…………….
An…………………
Lokasi……………………….

No. Asal No Jenis Diameter Panjang Volume Keterangan


Pohon (cm) (Cm) (m3)

………………..,…………..2022
Pelaksana, (sesuai surat tugas)

1. Nama tanda tangan


2. Nama tanda tangan
3. Nama tanda tangan
4. Nama tanda tangan
5. Nama tanda tangan

Anda mungkin juga menyukai