Pkni4317 T2
Pkni4317 T2
Pkni4317 T2
TUGAS 2
EVA CANDRA
Nama Mahasiswa :
………………………………………………………………………………………..
837366803
Nomor Induk Mahasiswa/ NIM :
………………………………………………………………………………………..
50 / Samarinda
Kode/Nama UPBJJ :
………………………………………………………………………………………..
KEMENTERIAN PENDIDIKAN
DANKEBUDAYAAN UNIVERSITAS
TERBUKA
1. Hak asasi manusia merupakan hak hukum yang harus dimiliki oleh tiap orang sebagai
manusia. HAM merupakan hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir yang merupakan
anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia haruslah dihormati, dilindungi, dan
dijunjung tinggi. Hak Asasi Manusia mucul dari keyakinan manusia itu sendiri
bahwasanya semua manusia selaku makhluk ciptaan Tuhan adalah sama dan sederajat.
Manusia dilahirkan bebas dan memiliki martabat serta hak-hak yang sama. Atas dasar
itulah manusia harus diperlakukan secara sama adil dan beradab. HAM bersifat universal,
artinya berlaku untuk semua manusia tanpa membeda-bedakannya berdasarkan atas ras,
agama,suku dan bangsa (etnis)Terkait tentang hakikat hak asasi manusia, maka sangat
penting sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus saling menjaga dan menghormati hak asasi
masing-masing individu. Namun pada kenyataannya, kita melihat perkembangan HAM
di Negara ini masih banyak bentuk pelanggaran HAM yang sering kita temui.
Contoh kasus pelanggaran HAM yang paling sering kita temui dalam kehidupan sehari-
hari yaitu kekerasan dalam rumah tangga, pencemaran nama baik, terhalanginya orang
dalam menyampaikan pendapat di muka umum, pelecehan seksual, bullying, dan lain
sebagainya.
Pemerintah sudah melakukan beberapa upaya untuk menegakan ham di Indonesia di
antaranya melalui fasilitas HAM dan penegak hukum, membangun kesadaran HAM
masyarakat, dan membuat peraturan tentang HAM.
Dalam UUD 1945 terdapat aturan tentang penegakan hak asasi manusia. HAM
menempati BAB tersendiri dalam UUD setelah melewati proses perubahan
(amandemen). Kesungguhan pemerintah dalam upaya menegakkan HAM ditunjukkan
dengan komitmen pemerintah seperti yang tertuang dalam BAB XA UUD 1945.
Pemerintah menyatakan menjamin dan melindungi penegakan hak-hak dasar manusia di
Indonesia. Selain itu, DPR dan Presiden juga ditugaskan oleh MPR melalui TAP MPR
No. XVII/MPR/1998 agar ikut menyetujui konvensi internasional tentang hak asasi
manusia, sepanjang hal itu sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Ketika pemerintah sudah berperan dalam mewujudkan implementasi penegakan ham
maka masyarakat memegang peran penting untuk menegakkan ham di Indonesia.
Sebagai seorang individu anggota masyarakat, kita diharuskan untuk taat terhadap
peraturan yang berlaku. UU No. 39 tahun 1999 menyatakan bahwa setiap orang memiliki
kewajiban asasi untuk patuh terhadap aturan perundang-undangan, konvensi atau hukum
yang tak tertulis, dan hukum internasional tentang HAM.
Untuk menjamin tegaknya HAM bukan sekedar mimpi, alangkah baiknya jika kita lebih
memandang kesamaan kita sebagai satu kesatuan masyarakat Indonesia dan memberikan
toleransi terhadap apa-apa yang berbeda di antara kita. Implikasi dari kebijaksanaan kita
ini adalah tertibnya masyarakat dan tegaknya HAM. Dalam menegakaan ham maka kita
sebagai masyarakat dapat mengawasi penegakkan ham oleh pemerintah. Oleh karena itu,
amatlah baik apabila kita membantu pemerintah dan korban pelanggaran ham dengan
melapor adanya kasus pelanggaran HAM itu. Dari sini, kita bisa dapat mengawasi tindak
tanduk pemerintah dalam menegakkan HAM.
Di Indonesia memiliki banyak instansi dan lembaga swadaya masyarakat yang berkaitan
dengan penegakkan HAM, sebut saja Komisi Nasional HAM, Pengadilan HAM,
Lembaga Bantuan Hukum, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, Komisi Perlindungan
Anak Indonesia, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan, Lembaga
Studi dan Advokasi Masyarakat, Imparsial, Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM
Indonesia dan lainnya. Semua lembaga ini tentunya membutuhkan tenaga penggerak dari
masyarakat untuk menegakkan HAM.
3. Tanggal 17 Juli 1998, dalam konfrensi Diplomatik Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah
menghasilkan satu langkah penting dalam penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) yaitu
disetujuinya Statuta Roma. Statuta Roma, sebuah perjanjian untuk membentuk
Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court) untuk mengadili tindak
kejahatan kemanusiaan dan memutus rantai kekebalan hukum (impunity). Dari 148
negara peserta konferensi; 120 mendukung, 7 menentang dan 21 Abstain.
Ada empat jenis tindak pelanggaran serius yang menjadi perhatian internasional, yaitu:
1. Genocide (genosida)
2. Crime Againts Humanity (kejahatan terhadap kemanusiaan)
3. War crimes (Kejahatan Perang)
4. Aggression (kejahatan Agresi)
5.
Dalam statuta ini juga menjelaskan beberapa hal tentang struktur mahkamah, jenis
pelanggaran, penyelidikan dan penuntutan, persidangan dan hukuman serta beberapa hal
penting lainnya. Beberapa mahkamah yang telah dibentuk untuk berbagai kasus
pelanggaran berat HAM:
1. International Criminal Tribunal for Yugoslavia (ICTY), dibentuk pada tahun 1993
2. International Criminal Tribunal for Rwanda (ICTR), dibentuk oleh Dewan Keamanan
1994.
Pasal 9, setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkan
taraf kehidupannya. Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia,
sejahtera lahir dan batin. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat. (baca juga: Dasar Hukum HAM )
Pasal 18
Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka melakukan sesuatu
tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya secara
sah dalam suatu sidang pengadilan dan diberikan segala jaminan hukum yang
diperlukan untuk pembelaannya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Setiap orang tidak boleh dituntut untuk dihukum atau dijatuhi pidana,
kecuali berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelum
tindak pidana itu dilakukannya.
Pasal 19
Tiada suatu pelanggaran atau kejahatan apapun diancam dengan hukuman berupa
perampasan seluruh harta kekayaan milik yang bersalah. Tidak seorangpun atas putusan
pengadilan boleh dipidana penjara atau kurungan berdasarkan atas alasan
ketidakmampuan untuk memenuhi suatu kewajiban dalam perjanjian utang piutang.
Pasal 43, setiap warga negara berhak untuk dipilih dan memilih dalam pemilihan umum
berdasarkan persamaan hak melalui pemungutan suara yang langsung, umum, bebas,
rahasia, jujur dan adil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Setiap
warga negara berhak turut serta dalam pemerintahan dengan langsung atau dengan
perantaraan wakil yang dipilihnya dengan bebas, menurut cara yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan. Setiap warga negara dapat diangkat dalam setiap
jabatan pemerintahan.
Pasal 44, setiap orang baik sendiri maupun bersama-sama berhak mengajukan
pendapat, permohonan, pengaduan, dan atau usulan kepada pemerintah dalam rangka
pelaksanaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan efisien, baik dengan lisan maupun
dengan tulisan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (baca juga: Hak
perlindungan Anak)
9. Hak Wanita
Hak wanita diatur dalam UU no 39 Tahun 1999 pada pasal 45-51, yang harus kita
ketahui beberapa pasalnya dalam perundang-undangan alkitab sebagai berikut:
Pasal 45, hak wanita dalam Undang-undang ini adalah hak asasi manusia.
Pasal 46, sistem pemilihan umum, kepartaian, pemilihan anggota badan legislatif, dan
sistem pengangkatan di bidang eksekutif, yudikatif, harus menjamin keterwakilan
wanita sesuai persyaratan yang ditentukan.
Pasal 47, seorang wanita yang menikah dengan seorang pria berkewarganegaraan asing
tidak secara otomatis mengikuti status kewarganegaraan suaminya tetapi mempunyai
hak untuk mempertahankan, mengganti, atau memperoleh kembali status
kewarganegaraannya.
Pasal 48, wanita berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran di semua jenis,
jenjang dan jalur pendidikan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan.
Pasal 49, wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam pekerjaan, jabatan, dan
profesi sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan. Wanita berhak
untuk mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya
terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya berkenaan
dengan fungsi reproduksi wanita. Hak khusus yang melekat pada diri wanita
dikarenakan fungsi reproduksinya, dijamin dan dilindungi oleh hukum.
Pasal 50, wanita telah dewasa dan atau telah menikah berhak untuk melakukan
perbuatan hukum sendiri, kecuali ditentukan lain oleh hukum agamanya.
Pasal 51, seorang isteri selama dalam ikatan perkawinan mempunyai hak dan tanggung
jawab yang sama dengan suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan kehidupan
perkawinannya, hubungan dengan anak-anaknya, dan hak pemilikan serta pengelolaan
harta bersama. Setelah putusnya perkawinan, seorang wanita mempunyai hak dan
tanggung jawab yang sama dengan mantan suaminya atas semua hal yang berkenaan
dengan anak-anaknya, dengan memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak. Setelah
putusnya perkawinan, seorang wanita mempunyai hak yang sama dengan mantan
suaminya atas semua hal yang berkenaan dengan harta bersama tanpa mengurangi hak
anak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (baca juga: Ciri-ciri
Negara Demokrasi)