Modul 4 Dan 5 Manda Chipmunk
Modul 4 Dan 5 Manda Chipmunk
Modul 4 Dan 5 Manda Chipmunk
Kelompok : 6B
Jurusan : D3 Teknologi Listrik
Tgl Praktikum : 8 Oktober 2021
Asisten : Muhammad Imam Azhar Anshori
Kondisi resonansi dapat terjadi bila frekuensi resonansi (fr) yang diberikan membuat
rangkaian memiliki Reaktansi = 0, dalam arti Z = R (impedansi mencapai harga minimum
karena XC = XL sehingga saling menghilangkan); Bila tidak terjadi resonansi, maka Reaktansi
≠ 0, Z >R; Bila f < fr (sebelah kiri harga fr) reaktansi bersifat kapasitif dan arus mendahului
tegangan. Bila f > fr (sebelah kanan fr) reaktansi bersifat induktif dan arus ketinggalan terhadap
tegangan.
Gambar 3. Grafik Arus terhadap Frekuensi
Pada rangkaian Resonansi Seri, Resistor, Induktor dan Kapasitor dipasang secara
seri.
Gambar 4. Rangkaian Resonansi Seri Maka impedansi dapat dihitung dengan rumus
berikut :
Kualitas dari pada sebuah rangkaian resonsi tergantung dari besarnya Banwidh
perubahan frekuensi untuk mencapai Arus maksimum sebuah rangkaian. Semakin kecil
banwithnya, semakin bagus pula rangkaiannya, tetapi hal ini juga tergantung kebutuhan.
Untuk mencari Banwidh, dapat dilakukan dengan melihat frekuensi -3db (seperti tampak
pada gambar 3), dimana 𝐵𝑊 = 𝑓𝐻 − 𝑓𝐿. Sedangkan faktor kualitas (Q) sebuah rangkaian
dapat dihitung dengan rumus =
1 L
R C √
Pada rangkaian Resonansi Paralel, Resistor, Induktor dan Kapasitor dipasang secara
Paralel.
Dimana :
Sama dengan Rangkaian Resonansi Seri, Rangkaian Resonansi Paralel dapat terjadi
ketika nilai arus reaktif sama besar dengan arus kapasitifnya, sehingga kedua nilai ini akan
saling menghilangkan dan menyebabkan rangkaian RLC tersebut hampir atau hanya memiliki
sifat Resistif, yaitu ketika XL = XC. Arti lainnya yaitu nilai BL dan BC harus sama agar
saling menghilangkan.
1
Karena pada Y = , maka dapat dihitung arus yang mengalir pada rangkaian adalah
Z
tegangan dikalikan dengan admitansi, I = V·Y. Pada rangkaian resonansi paralel, nilai Y akan
paling kecil saat terjadi resonansi, sehingga Arus akan bernilai paling kecil pada kondisi Y
minimum. Sehingga perbedaan dari rangkaian resonansi seri dan paralel adalah Arus pada
rangkaian resonansi seri mencapai titik maksimum saat frekuensi resonansinya (Band Pass
Filter) sedangkan pada rangkaian resonansi paralel Arus pada rangkaian mencapai titik
minimum saat frekuensi resonansinya (Band Stop Filter).
Gambar 6. Hubungan arus dan frekuensi rangkaian resonansi paralel
Faktor kualitas (Q) sebuah rangkaian resonansi paralel dapat dihitung dengan rumus
=
R
2 πfL
=2 πfCL=R
√
C
L
fr
, sedangkan Bandwith BW = .
Q
Dari persamaan di atas untuk reaktansi induktif, jika Frekuensi atau Induktansi
ditingkatkan, nilai reaktansi induktif keseluruhan induktor juga akan meningkat. Ketika
frekuensi mendekati tak terbatas, reaktansi induktor juga akan meningkat menuju tak terbatas
dengan elemen rangkaian yang bertindak seperti rangkaian terbuka.
Namun, ketika frekuensi mendekati nol atau DC, reaktansi induktor akan berkurang
menjadi nol, menyebabkan efek sebaliknya bertindak seperti korsleting. Ini berarti bahwa
reaktansi induktif adalah “ Proporsional ” terhadap frekuensi dan kecil pada frekuensi rendah dan
tinggi pada frekuensi lebih tinggi dan ini ditunjukkan dalam kurva berikut:
Grafik reaktansi induktif terhadap frekuensi adalah kurva garis lurus. Nilai reaktansi
induktif dari sebuah induktor meningkat secara linear seiring dengan meningkatnya frekuensi
yang melintasi induktor. Oleh karena itu, reaktansi induktif adalah positif dan berbanding lurus
dengan frekuensi ( XL ∝ ƒ )
Hal yang sama juga berlaku untuk rumus reaktansi kapasitif di atas tetapi secara
terbalik. Jika Frekuensi atau Kapasitansi ditingkatkan, keseluruhan reaktansi kapasitif akan
berkurang. Ketika frekuensi mendekati tak terbatas, reaktansi kapasitor akan berkurang menjadi
nol sehingga elemen rangkaian bertindak seperti konduktor sempurna 0Ω.
Tetapi ketika frekuensi mendekati tingkat nol atau DC, reaktansi kapasitor akan dengan
cepat meningkat hingga tak terbatas yang menyebabkannya bertindak seperti resistansi yang
sangat besar, menjadi lebih seperti kondisi rangkaian terbuka.
Ini berarti bahwa reaktansi kapasitif adalah " Berbanding terbalik " dengan frekuensi
untuk setiap nilai kapasitansi yang diberikan dan ini ditunjukkan di bawah ini:
Reaktansi Kapasitif terhadap Frekuensi
Grafik reaktansi kapasitif terhadap frekuensi adalah kurva hiperbolik. Nilai Reaktansi
dari sebuah kapasitor memiliki nilai yang sangat tinggi pada frekuensi rendah tetapi dengan
cepat berkurang dengan meningkatnya frekuensi. Oleh karena itu, reaktansi kapasitif negatif
dan berbanding terbalik dengan frekuensi ( XC α ƒ-1 )Kita dapat melihat bahwa nilai-nilai
resistansi ini tergantung pada frekuensi supply. Pada frekuensi yang lebih tinggi XL tinggi dan
pada frekuensi rendah XC tinggi. Maka harus ada titik frekuensi dimana nilai XL sama dengan
nilai XC dan ada.
Jika sekarang kita menempatkan kurva untuk reaktansi induktif di atas kurva untuk
reaktansi kapasitif sehingga kedua kurva pada sumbu yang sama, titik persimpangan akan
memberi kita titik resonansi seri frekuensi, ( ƒr atau ωr ) seperti yang ditunjukkan di bawah ini
Frekuensi Resonansi Seri
Kita bisa melihat kemudian bahwa pada resonansi, dua reaktansi membatalkan satu
sama lain sehingga membuat kombinasi LC seri bertindak sebagai rangkaian pendek dengan
perlawanan hanya untuk aliran arus dalam rangkaian resonansi seri menjadi resistansi, R.
Dalam bentuk yang kompleks, frekuensi resonansi adalah frekuensi di mana total
impedansi rangkaian RLC seri menjadi murni "nyata", yang tidak ada impedansi imajiner. Ini
karena pada resonansi mereka dibatalkan. Jadi total impedansi dari rangkaian seri menjadi
hanya nilai resistansi dan karena itu: Z = R.
Kemudian pada resonansi impedansi rangkaian seri berada pada nilai minimum dan
hanya setara dengan resistansi, R dari rangkaian. Impedansi rangkaian pada resonansi disebut
"impedansi dinamis" rangkaian dan tergantung pada frekuensi, XC (biasanya pada frekuensi
tinggi) atau XL (biasanya pada frekuensi rendah) akan mendominasi kedua sisi resonansi seperti
ditunjukkan di bawah ini.
Karena arus yang mengalir melalui rangkaian resonansi seri adalah hasil tegangan
dibagi dengan impedansi, pada resonansi impedansi, Z adalah pada nilai minimumnya, ( =R ).
Oleh karena itu, arus rangkaian pada frekuensi ini akan berada pada nilai maksimum V/R
seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Perhatikan juga, bahwa sudut fasa positif untuk frekuensi di atas ƒr dan negatif untuk
frekuensi di bawah ƒr dan ini dapat dibuktikan dengan,
Jika rangkaian RLC seri digerakkan oleh frekuensi variabel pada tegangan konstan,
maka besarnya arus, I sebanding dengan impedansi, Z, oleh karena itu pada resonansi daya
yang diserap oleh rangkaian harus pada nilai maksimumnya sebagai P = I2Z.
Jika kita sekarang mengurangi atau meningkatkan frekuensi hingga daya rata-rata yang
diserap oleh resistor dalam rangkaian resonansi seri adalah setengah dari nilai maksimumnya
pada resonansi, kami menghasilkan dua titik frekuensi yang disebut titik setengah daya yang -
3dB turun dari maksimum, mengambil 0dB sebagai referensi arus maksimum.
Titik-titik 3dB memberi kita nilai arus yang 70,7% dari nilai resonansi maksimum yang
didefinisikan sebagai: 0,5(I2R) = (0,707 x I)2R. Maka titik sesuai dengan frekuensi yang lebih
rendah di setengah daya disebut “lower frekuensi cut-off”, label ƒL dengan titik sesuai dengan
frekuensi atas di setengah daya yang disebut “upper cut-off frekuensi”, berlabel ƒH.
Jarak antara dua titik ini, yaitu ( ƒH - ƒL ) disebut Bandwidth, (BW) dan merupakan
rentang frekuensi di mana setidaknya setengah dari daya maksimum dan arus disediakan seperti
yang ditunjukkan.
Bandwidth dari Rangkaian Resonansi Seri
2). Arus, ( I )
5). Bandwidth, (BW)
5. Faktor kualitas, Q
6. Bandwidth, BW
8. Gelombang Arus
Frekuensi resonansi, ƒr
Agar resonansi terjadi dalam rangkaian apa pun, ia harus memiliki setidaknya satu
induktor dan satu kapasitor.
Resonansi adalah hasil dari osilasi dalam suatu rangkaian karena energi yang tersimpan
dilewatkan dari induktor ke kapasitor.
Resonansi terjadi ketika XL = XC dan bagian imajiner dari fungsi transfer adalah nol.
Pada resonansi impedansi dari rangkaian tersebut adalah sama dengan nilai resistansi Z =
R.
Pada frekuensi rendah, rangkaian seri kapasitif sebagai: XC > XL, ini memberi rangkaian
faktor daya utama (lead).
Pada frekuensi tinggi, rangkaian seri induktif seperti!: XL > XC, ini memberi rangkaian
faktor daya yang tertinggal (lagging).
Nilai arus yang tinggi pada resonansi menghasilkan nilai tegangan yang sangat tinggi pada
induktor dan kapasitor.
Rangkaian resonansi seri berguna untuk membangun filter selektif frekuensi tinggi.
Namun, arus yang tinggi dan nilai tegangan komponen yang sangat tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada rangkaian.
Fitur yang paling menonjol dari respons frekuensi dari sebuah rangkaian resonansi adalah
puncak resonansi yang tajam dalam karakteristik amplitudonya.
Karena impedansi minimum dan arus maksimum, rangkaian resonansi seri juga disebut
Rangkaian Akseptor .
DAFTAR PUSTAKA
https://abdulelektro.blogspot.com/2019/06/rangkaian-resonansi-seri.html
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 METODE PENELITIAN
MULAI
IKUTI KELAS
PERHATIKAN
DAN CATAT
MATERI
MERANGKAI
PADA
PROTEUS
3.2 Alat Percobaan
1. Function Generator
2. V Sine Generator (5 Vpp)
3. Resistor 30 Ω (R1) dan 50 Ω.
4. Induktor 0.5 H (L1) dan 1 H.
5. Kapasitor 20 uF (C1) dan 40 uF.
6. Ampere Meter 1 buah (dengan pengaturan mA)
7. Kabel Penghubung
hasil rangkaian)
10 0,7669 2,28
30 0,95062 10,6
50 8,63 57,4
80 2,64 11,1
100 2,18 7,27
120 2,01 5,56
25 52 7,57
40 2,73 23,7
50 8,57 57,8
75 2,87 12,9
80 2,52 11,1
120
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Rangkaian Resonansi Seri adalah salah satu rangkaian terpenting yang digunakan
dalam rangkaian listrik dan elektronik. Mereka dapat ditemukan dalam berbagai bentuk
seperti pada filter listrik AC, filter kebisingan dan juga di rangkaian penyetelan radio
dan televisi menghasilkan rangkaian penyetelan yang sangat selektif untuk menerima
saluran frekuensi yang berbeda
2. Rangkaian resosnansi memiliki karakteristik yang apabila rangkaian diberikan
masukan tegangan AC dengan frekuensi tertentu, maka akan memberi keluaran
dengan frekuensi sama namun besarnya amplitudo tegangan tergantung dari
besarnya frekuensi yang diberikan. Jika frekuensi tepatdiberikan, maka akan
mengeluarkan amplitudo maksimum sehingga keluaran dikatakan memberikan arus
maksimum.
5.2. Saran
Penyampaian materi sudah baik, namun untuk penjelasan rangkaiannya dijelaskan secara
perlahan agar seluruh praktikan bisa memahami dengan baik.
LAPORAN PRAKTIKUM
MODUL 5 RANGKAIAN RESONANSI PARALEL
SISTEM TELEKOMUNIKASI
Kelompok : 6B
Jurusan : D3 Teknologi Listrik
Tgl Praktikum : 8 Oktober 2021
Asisten : Muhammad Imam Azhar Anshori
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Latar Belakang
Dari persamaan di atas untuk reaktansi induktif, jika Frekuensi atau Induktansi
ditingkatkan, nilai reaktansi induktif keseluruhan induktor juga akan meningkat. Ketika
frekuensi mendekati tak terbatas, reaktansi induktor juga akan meningkat menuju tak terbatas
dengan elemen rangkaian yang bertindak seperti rangkaian terbuka.
Namun, ketika frekuensi mendekati nol atau DC, reaktansi induktor akan berkurang
menjadi nol, menyebabkan efek sebaliknya bertindak seperti korsleting. Ini berarti bahwa
reaktansi induktif adalah “ Proporsional ” terhadap frekuensi dan kecil pada frekuensi rendah dan
tinggi pada frekuensi lebih tinggi dan ini ditunjukkan dalam kurva berikut:
Grafik reaktansi kapasitif terhadap frekuensi adalah kurva hiperbolik. Nilai Reaktansi
dari sebuah kapasitor memiliki nilai yang sangat tinggi pada frekuensi rendah tetapi dengan
cepat berkurang dengan meningkatnya frekuensi. Oleh karena itu, reaktansi kapasitif negatif
dan berbanding terbalik dengan frekuensi ( XC α ƒ-1 )Kita dapat melihat bahwa nilai-nilai
resistansi ini tergantung pada frekuensi supply. Pada frekuensi yang lebih tinggi XL tinggi dan
pada frekuensi rendah XC tinggi. Maka harus ada titik frekuensi dimana nilai XL sama dengan
nilai XC dan ada.
Jika sekarang kita menempatkan kurva untuk reaktansi induktif di atas kurva untuk
reaktansi kapasitif sehingga kedua kurva pada sumbu yang sama, titik persimpangan akan
memberi kita titik resonansi seri frekuensi, ( ƒr atau ωr ) seperti yang ditunjukkan di bawah ini
Frekuensi Resonansi Seri
di mana: ƒr di Hertz, L di Henries dan C di Farads.
Resonansi listrik terjadi dalam rangkaian AC ketika dua reaktansi yang berlawanan dan
sama-sama membatalkan satu sama lain sebagai XL = XC dan titik pada grafik di mana ini
terjadi adalah dua kurva reaktansi saling bersilangan. Dalam sebuah rangkaian resonanai seri,
frekuensi resonansi, ƒr titik dapat dihitung sebagai berikut.
Kita bisa melihat kemudian bahwa pada resonansi, dua reaktansi membatalkan satu
sama lain sehingga membuat kombinasi LC seri bertindak sebagai rangkaian pendek dengan
perlawanan hanya untuk aliran arus dalam rangkaian resonansi seri menjadi resistansi, R.
Dalam bentuk yang kompleks, frekuensi resonansi adalah frekuensi di mana total
impedansi rangkaian RLC seri menjadi murni "nyata", yang tidak ada impedansi imajiner. Ini
karena pada resonansi mereka dibatalkan. Jadi total impedansi dari rangkaian seri menjadi
hanya nilai resistansi dan karena itu: Z = R.
Kemudian pada resonansi impedansi rangkaian seri berada pada nilai minimum dan
hanya setara dengan resistansi, R dari rangkaian. Impedansi rangkaian pada resonansi disebut
"impedansi dinamis" rangkaian dan tergantung pada frekuensi, XC (biasanya pada frekuensi
tinggi) atau XL (biasanya pada frekuensi rendah) akan mendominasi kedua sisi resonansi seperti
ditunjukkan di bawah ini.
Karena arus yang mengalir melalui rangkaian resonansi seri adalah hasil tegangan
dibagi dengan impedansi, pada resonansi impedansi, Z adalah pada nilai minimumnya, ( =R ).
Oleh karena itu, arus rangkaian pada frekuensi ini akan berada pada nilai maksimum V/R
seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Perhatikan juga, bahwa sudut fasa positif untuk frekuensi di atas ƒr dan negatif untuk
frekuensi di bawah ƒr dan ini dapat dibuktikan dengan,
2). Arus, ( I )
5). Bandwidth, (BW)
6). Faktor Kualitas, (Q)
6. Bandwidth, BW
8. Gelombang Arus
Frekuensi resonansi, ƒr
Agar resonansi terjadi dalam rangkaian apa pun, ia harus memiliki setidaknya satu
induktor dan satu kapasitor.
Resonansi adalah hasil dari osilasi dalam suatu rangkaian karena energi yang tersimpan
dilewatkan dari induktor ke kapasitor.
Resonansi terjadi ketika XL = XC dan bagian imajiner dari fungsi transfer adalah nol.
Pada resonansi impedansi dari rangkaian tersebut adalah sama dengan nilai resistansi Z =
R.
Pada frekuensi rendah, rangkaian seri kapasitif sebagai: XC > XL, ini memberi rangkaian
faktor daya utama (lead).
Pada frekuensi tinggi, rangkaian seri induktif seperti!: XL > XC, ini memberi rangkaian
faktor daya yang tertinggal (lagging).
Nilai arus yang tinggi pada resonansi menghasilkan nilai tegangan yang sangat tinggi pada
induktor dan kapasitor.
Rangkaian resonansi seri berguna untuk membangun filter selektif frekuensi tinggi.
Namun, arus yang tinggi dan nilai tegangan komponen yang sangat tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada rangkaian.
Fitur yang paling menonjol dari respons frekuensi dari sebuah rangkaian resonansi adalah
puncak resonansi yang tajam dalam karakteristik amplitudonya.
Karena impedansi minimum dan arus maksimum, rangkaian resonansi seri juga disebut
Rangkaian Akseptor .
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 METODE PENELITIAN
MULAI
IKUTI KELAS
PERHATIKAN
DAN CATAT
MATERI
MERANGKAI
PADA
PROTEUS
MENGAMBIL
DATA
SELESAI
3.2 Alat Percobaan
8. Function Generator
9. V Sine Generator (5 Vpp)
10. Resistor 30 Ω (R1) dan 50 Ω.
11. Resistor 1 Ω (R2)
12. Induktor 0.5 H (L1) dan 1 H.
13. Kapasitor 20 uF (C1) dan 40 uF.
14. Ampere Meter 4 buah (dengan pengaturan mA)
15. Kabel Penghubung
BAB IV
4.1.Data Pengamatan
Variasikan besarnya Frekuensi pada VSM Signal Generator mulai dari 0 Hz hingga 120 Hz.
Catat variasi frekuensi yang diberikan dan output arus pada masing-masing Ampere Meter.
Catat frekuensi pentingnya saja agar tidak terlalu banyak.
Frekuensi
Ampere Meter Ampere Meter Ampere Meter Ampere Meter
input
1 (mili 2 (mili 3 (mili 4 (mili
(Heartz
Ampere) Ampere) Ampere) Ampere)
)
0 0 0 0 0
10 82.8 51.6 53.8 2.18
30 60.6 11.6 18.3 6.70
50 58.7 0.21 11.2 11.3
80 59.9 11.1 6.94 18
100 61.2 17 5.56 22.6
120 63.0 22.4 4.63 27.1
4.1 SS RANGKAIAN
Frekuensi = 0 hz
Frekuensi =10 hz
KELOMPOK 6B
Frekuensi = 30 hz
Frekuensi = 80 hz
Frequensi =100 hz
Frekuensi =120 hz
4.3.Tugas Akhir
1 1
fr= = =50,39 Hz
2 π √ LC 2 π √ 0.5 Hx 0.00002 F
Hasilnya berbeda sedikit karena kita tidak menuliskan semua angka dibelakang koma
2. Buatlah dalam grafik Arus pada keluaran Ampere Meter 2 sebagai sumbu Y
dan Frekuensi sebagai sumbu X seperti pada gambar 3 (sebelum RLC dirubah).
50 51.6
30
22.4
20
17
10 11.6 11.1
0 0 0.21
0 20 40 60 80 100 120 140
FREKUENSI INPUT (Hz)
3. Hitung berapa besarna faktor kualitas rangkaian resonansi paralel diatas (sebelum
RLC dirubah)!
BW =
fr
Q
Q=R
√ L √
C =30 Ohm 0.00002 F = 0,18973
0.5 H
50.39 Hz
BW = =¿265.587
0.18973
4. Hitung berapa besarna faktor kualitas rangkaian resonansi parallel diatas (sebelum
RLC dirubah)!
Q=R
√ C
L
=30 Ohm
√
0.00002 F
0.5 H
= 0,18973
Ubah Resistor menjadi 50 Ohm dengan Induktor dan Kapasitor tetap seperti pada
rangkaian. Catat Frekuensi Resosnansinya.
1 1
fr= = =50,39 HZ
2 π √ LC 2 π √ 0.5 Hx 0.00002 F
Ubah Induktor menjadi menjadi 1 H dengan Resistor dan Kapasitor tetap seperti
pada rangkaian. Catat Frekuensi Resosnansinya.
Ubah Kapasitor menjadi menjadi 40 uF dengan Resistor dan Induktor tetap seperti
pada rangkaian. Catat Frekuensi Resosnansinya.
4.5. Analisa
NIM : 2020-71-044
pada praktikum kali ini kita melakukan praktikum modul Lima dengan judul modul yaitu
Rangkaian Rensonansi Paralel, Rangkaian paralel yang berisi Resistor, R, Induktor, L,
dan Kapasitor, C akan menghasilkan rangkaian resonansi paralel (juga disebut anti-resonansi)
ketika arus yang dihasilkan melalui kombinasi paralel dalam-fasa dengan tegangan supply. Pada
resonansi akan ada arus sirkulasi besar antara induktor dan kapasitor karena energi osilasi, maka
rangkaian paralel menghasilkan resonansi arus. Sebuah rangkaian resonansi paralel menyimpan
energi rangkaian di medan magnet dari induktor dan medan listrik dari kapasitor. Energi ini
terus-menerus dipindahkan bolak-balik antara induktor dan kapasitor yang menghasilkan arus
nol dan energi ditarik dari supply. Hal ini karena sesuai nilai-nilai sesaat dari I L dan IC akan
selalu sama dan berlawanan dan karena arus yang ditarik dari supply adalah penjumlahan vektor
dari dua arus ini dan arus yang mengalir di IR.
rangkaian paralel menghasilkan persamaan yang sama seperti untuk rangkaian resonansi
seri. Oleh karena itu, tidak ada bedanya jika induktor atau kapasitor dihubungkan secara paralel
atau seri. Juga pada resonansi, rangkaian tangki LC paralel berfungsi seperti rangkaian terbuka
dengan arus rangkaian ditentukan oleh resistor, hanya R. Jadi total impedansi dari rangkaian
resonansi paralel pada resonansi hanya menjadi nilai resistansi dalam rangkaian dan Z = R,
impedansi dari rangkaian paralel berada pada nilai maksimum dan sama dengan resistansi dari
rangkaian yang menciptakan kondisi rangkaian dengan resistansi tinggi dan arus rendah. Juga di
resonansi, sebagai impedansi dari rangkaian tersebut adalah sekarang bahwa resistansi saja, total
arus, I akan “dalam-fasa” dengan tegangan supply, VS. Mengubah nilai R mempengaruhi jumlah
arus yang mengalir melalui rangkaian pada resonansi, jika L dan C tetap konstan. Kemudian
impedansi rangkaian pada resonansi Z = RMAX disebut "impedansi dinamis" rangkaian. jika
impedansi rangkaian paralel maksimum pada resonansi maka konsekuensinya, admitansi
rangkaian harus minimum dan salah satu karakteristik rangkaian resonansi paralel adalah
admitansi/penerimaannya sangat rendah sehingga membatasi arus rangkaian. Berbeda dengan
rangkaian resonansi seri, resistor dalam rangkaian resonansi paralel memiliki efek redaman pada
bandwidth bandwidth yang membuat rangkaian kurang selektif. Juga, karena arus rangkaian
konstan untuk nilai impedansi apa pun, Z, tegangan melintasi rangkaian resonansi paralel akan
memiliki bentuk yang sama dengan impedansi total dan untuk rangkaian paralel, bentuk
gelombang tegangan umumnya diambil dari kapasitor. pada frekuensi resonansi, ƒ r yang masuk
dari rangkaian tersebut adalah minimal dan sama dengan konduktansi, G diberikan oleh 1/R
karena dalam rangkaian resonansi paralel bagian imajiner dari admitansi, yaitu susceptance, B
adalah nol karena BL = BC.
Dan pada praktikum kali ini bertujuan untuk Mendemonstrasikan fenomena resonansi di
sirkuit RLCParalel, untuk Memahami karkteristik Rangkaian Resonansi Paralel, untuk
Membandingkan hasil perhitungan dengan hasil praktikum, dan untuk Memahami pengaruh
perubahan RLC terhadap nilai frekuensi resonansi.
Dan juga pada praktikum kali ini kita menggunakan alat – alat dan perlengkapan seperti
laptop(PC), proteus, Function Generator, V Sine Generator (5 Vpp), Resistor30 Ω(R1) dan 50
Ω., Resistor 1 Ω(R2), Induktor 0.5 H (L1) dan 1 H, Kapasitor 20 uF(C1) dan 40 uF, Ampere
Meter 4 buah (dengan konfigurasi mA), dan Kabel Penghubung.
Yang pertama ada laptop(PC) yang berfungsi menjalankan atau untuk membuat rangkaian
pada setiap praktikum dan juga untuk melaksanakan praktikum, yang kedua ada proteus yang
berfungsi untuk membantu membuat atau juga untuk merancang dan mensimulasikan suatu
rangkaian elektronik, dan yang ketiga juga ada Function Generator adalah alat ukur elektronik
yang dapat membangkitkan gelombang dalam bentuk sinus, persegi empat dan bentuk
gelombang lainnya sesuai dengan kebutuhan. Alat ini juga dapat menghasilkan frekuensi tertentu
sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengoperasiannya sebagai alat ukur elektronik
(bersama Oscilloscope) menjadi alat utama dalam perawatan dan perbaikan perangkat audio-
video, dan yang keempat juga ada Resistor atau hambatan ini merupakan komponen elektronika
pasif yang memiliki fungsi guna menghambat serta mengatur arus listrik di dalam suatu
rangkaian elektronika, dan yang kelima ada juga Induktor juga merupakan komponen
Elektronika Pasif yang sering ditemukan dalam Rangkaian Elektronika, Fungsi Induktor adalah
dapat menyimpan arus listrik dalam medan magnet, dan yang keenam ada juga Kapasitor atau
disebut juga dengan kondensator adalah komponen elektronika pasif yang dapat menyimpan
energi atau muatan listrik dalam sementara waktu. Fungsi kapasitor (kondensator) di antaranya
adalah dapat memilih gelombang radio pada rangkaian tuner, sebagai perata arus pada rectifier
dan juga sebagai filter di dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya), dan yang ketujuh ada
juga Amperemeter adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur nilai arus listrik yang
mengalir dalam suatu rangkaian listrik. Pengukuran arus listrik harus memutuskan rangkaian
terlebih dahulu lalu dihubungkan masing-masing ke terminal-terminal amperemeter, dan yang
terakhir yang kedelapan ada juga kabel penghubung berfungsi untuk menghubungkan arus
listrik.
Selanjutnya membuat rangkaian di dalam proteus untuk data pengamatan, buat rangkaian
sesuai dengan modul lalu catat hasil dari percobaan dengan frekuensi 0 makan didapat arus pada
ampere pertama sebesar 0, pada ampere kedua sebesar 0, pada ampere ketiga sebesar 0, dan pada
ampere keempat sebesar 0, percobaan dengan frekuensi 10 makan didapat arus pada ampere
pertama sebesar 82.8, pada ampere kedua sebesar 51.6, pada ampere ketiga sebesar 53.8, dan
pada ampere keempat sebesar 2.18, percobaan dengan frekuensi 30 makan didapat arus pada
ampere pertama sebesar 60.6, pada ampere kedua sebesar 11.6, pada ampere ketiga sebesar 18.3,
dan pada ampere keempat sebesar 6.70, percobaan dengan frekuensi 50 makan didapat arus pada
ampere pertama sebesar 58.7, pada ampere kedua sebesar 0.21, pada ampere ketiga sebesar 11.2,
dan pada ampere keempat sebesar 11.3, percobaan dengan frekuensi 80 makan didapat arus pada
ampere pertama sebesar 59.9, pada ampere kedua sebesar 11.1, pada ampere ketiga sebesar 6.94,
dan pada ampere keempat sebesar 18, percobaan dengan frekuensi 100 makan didapat arus pada
ampere pertama sebesar 61.2, pada ampere kedua sebesar 17, pada ampere ketiga sebesar 5.56,
dan pada ampere keempat sebesar 22.6, percobaan dengan frekuensi 120 makan didapat arus
pada ampere pertama sebesar 63.0, pada ampere kedua sebesar 22.4, pada ampere ketiga sebesar
4.63, dan pada ampere keempat sebesar 27.1.
listrik dalam bentuk medan magnet. Yang kelima yaitu resistor yang berfungsi untuk
menghambat arus yang masuk kedalam rangkaian. Jumlah komponen yang digunakan yaitu 1
buah Signal Generator, 1 buah resistor sebesar 30 Ω dan 1 Ω, 1 buah AC Ammeter, 1 buah
inductor sebesar 0,5 H, 1 buah kapasitor sebesar 20 uF dan 4 Buah AC Ammeter.
Praktikum kali ini dilakukan selama 4x percobaan dengan situasi dan kondisi serta
ketentuan yang berbeda-beda. Percobaan pertama dengan keadaan normal rangkaian yaitu 1
buah Signal Generator, 2 buah resistor sebesar 30 Ω dan 1 Ω, 1 buah AC Ammeter, 1 buah
inductor sebesar 0,5 H, 1 buah kapasitor sebesar 20 uF dan 4 Buah AC Ammeter. Praktikum kali
ini yaitu percobaan tentang perubahan frekuensi terhadap gelombang yang dihasilkan atau
menentukan frekuensi resonansi gelombang mulai dari 0 Hz sampai dengan 120 Hz. Untuk data
pengamatan yang didapatkan yaitu untuk yang pertama 0 Hz didapatkan AC Ammeter 1 sebesar
0 mA , AC Ammeter 2 sebesar 0 mA, AC Ammeter 3 sebesar 0 mA, AC Ammeter 4 sebesar 0
mA. Yang kedua 10 Hz didapatkan AC Ammeter 1 sebesar 82.8 mA , AC Ammeter 2 sebesar
51.6 mA, AC Ammeter 3 sebesar 53.8 mA, AC Ammeter 4 sebesar 2.18 mA. Yang ketiga 30 Hz
didapatkan AC Ammeter 1 sebesar 60.6 mA , AC Ammeter 2 sebesar 11.6 mA, AC Ammeter 3
sebesar 18.3 mA, AC Ammeter 4 sebesar 6.70 mA. Yang Keempat 50 Hz didapatkan AC
Ammeter 1 sebesar 58.7 mA , AC Ammeter 2 sebesar 0.21 mA, AC Ammeter 3 sebesar 11.2
mA, AC Ammeter 4 sebesar 11.3 mA. Pada frekuensi 50 Hz rangkaian mengalami resonansi
yang dapat dilihat dari kecilnya jumlah arus yang masuk pada rangkaian sesuai dengan konsep
resonansi rangkaian parallel. Yang Kelima 80 Hz didapatkan AC Ammeter 1 sebesar 59.9 mA ,
AC Ammeter 2 sebesar 11.1 mA, AC Ammeter 3 sebesar 6.94 mA, AC Ammeter 4 sebesar 18
mA. Yang keenam 100 Hz didapatkan AC Ammeter 1 sebesar 61.2 mA , AC Ammeter 2 sebesar
17 mA, AC Ammeter 3 sebesar 5.56 mA, AC Ammeter 4 sebesar 22.6 mA. Yang ketujuh 120
Hz didapatkan AC Ammeter 1 sebesar 63.0 mA , AC Ammeter 2 sebesar 22.4 mA, AC Ammeter
3 sebesar 4.63 mA, AC Ammeter 4 sebesar 27.1 mA. Dari data kelima – ketujuh bisa dilihat,
ketika rangkaian telah mengalami resonansi arus yang masuk jadi semakin besar.
Percobaan kedua yaitu mengubah resistor menjadi 50 Ω dengan bentuk rangkaian dan
besar Kapasitor dan Induktor tetap seperti semula. Frekuensi resonansi terjadi pada saat
Frekuensi diatur ke 50 Hz. Percobaan ketiga yaitu mengubah induktor menjadi 1H dengan
bentuk rangkaian dan besar Kapasitor dan Resistor tetap seperti rangkaian awal. Frekuensi
resonansi terjadi pada saat Frekuensi diatur ke 35 Hz. Percobaan keempat yaitu mengubah
kapasitor menjadi 40 uF dengan bentuk rangkaian dan besar Induktor dan Resistor tetap seperti
rangkaian awal. Frekuensi resonansi terjadi pada saat Frekuensi diatur ke 35 Hz.
menciptakan kondisi rangkaian dengan resistansi tinggi dan arus rendah. Juga di resonansi,
sebagai impedansi dari rangkaian tersebut adalah sekarang bahwa resistansi saja, total arus, I
akan “dalam-fasa” dengan tegangan supply, VS.
Resonansi Paralel mirip dengan rangkaian resonansi seri. Resonansi terjadi dalam
rangkaian RLC paralel ketika total arus rangkaian adalah "dalam-fasa" dengan tegangan
supply ketika dua komponen reaktif saling membatalkan. Pada resonansi admitansi/penerimaan
rangkaian minimal dan sama dengan konduktansi rangkaian. Juga pada resonansi, arus yang
diambil dari supply juga minimum ditentukan oleh nilai resistandi parallel. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung titik frekuensi resonansi adalah sama untuk rangkaian seri
sebelumnya. Namun, sementara penggunaan komponen murni atau tidak murni dalam rangkaian
RLC seri tidak memengaruhi perhitungan frekuensi resonansi, tetapi dalam rangkaian RLC
paralel, hal itu terjadi.
Praktikum kali ini dilakukan empat kali percobaan,yang dimana pada percobaan pertama
ini menggunakan keadaan yang normal rangkaian yaitu sebanyak 1 butir Signal Generator, 2
butir hambatan sebanyak 30 Ω serta 1 Ω, 1 buah AC Ammeter, 1 buah inductor sebanyak 0,5 H,
1 butir kapasitor sebesar 20 uF serta 4 butir AC Ammeter. Praktikum kali ini yaitu percobaan
wacana perubahan frekuensi terhadap gelombang yg didapatkan atau menentukan frekuensi
resonansi gelombang mulai dari 0 Hz hingga dengan 120 Hz. buat data pengamatan yg
didapatkan yaitu buat yg pertama 0 Hz dihasilkan AC Ammeter 1 sebanyak 0 mA , AC Ammeter
dua sebanyak 0 mA, AC Ammeter 3 sebesar 0 mA, AC Ammeter 4 sebesar 0 mA. yang kedua 10
Hz dihasilkan AC Ammeter 1 sebanyak 82.8 mA , AC Ammeter dua sebanyak 51.6 mA, AC
Ammeter 3 sebanyak 53.8 mA, AC Ammeter 4 sebanyak 2.18 mA. yg ketiga 30 Hz dihasilkan
AC Ammeter 1 sebesar 60.6 mA , AC Ammeter 2 sebesar 11.6 mA, AC Ammeter 3 sebanyak
18.tiga mA, AC Ammeter 4 sebanyak 6.70 mA. yg Keempat 50 Hz didapatkan AC Ammeter 1
sebesar 58.7 mA , AC Ammeter 2 sebesar 0.21 mA, AC Ammeter tiga sebanyak 11.2 mA, AC
Ammeter 4 sebesar 11.tiga mA. pada frekuensi 50 Hz rangkaian mengalami resonansi yang
dapat dicermati asal kecilnya jumlah arus yang masuk di rangkaian sesuai menggunakan konsep
resonansi rangkaian parallel. yg Kelima 80 Hz didapatkan AC Ammeter 1 sebanyak 59.9 mA ,
AC Ammeter dua sebesar 11.1 mA, AC Ammeter tiga sebesar 6.94 mA, AC Ammeter 4
sebanyak 18 mA. yang keenam 100 Hz dihasilkan AC Ammeter 1 sebanyak 61.2 mA , AC
Ammeter dua sebanyak 17 mA, AC Ammeter 3 sebanyak 5.56 mA, AC Ammeter 4 sebanyak
22.6 mA. yang ketujuh 120 Hz dihasilkan AC Ammeter 1 sebesar 63.0 mA , AC Ammeter 2
sebanyak 22.4 mA, AC Ammeter tiga sebanyak 4.63 mA, AC Ammeter 4 sebanyak 27.1 mA.
asal data kelima – ke 7 bisa dilihat, waktu rangkaian sudah mengalami resonansi arus yg masuk
jadi semakin besar .
Adapun beberapa kesalahan pada percobaan rangkaian resonansi seri yaitu seringkali
pada saat merunning rangkaian tidak mendapatkan gambaran sinyal karena ada kabel
penghubung yang tidak tepat pada rangkaian ketika saling menghubungkan komponen.
Kemudian tidak teliti dalam melihat nilai besaran pada tiap channel di osiloskop digital serta
nilai besaran amplitudo dan frekuensi yang tidak sesuai dengan modul sehingga gelombang
sinyal sinus dan gelombang pulsa yang diinginkan tidak ada. Selain itu posisi tiap channel juga
harus teliti dalam mengaturnya untuk mendapatkan posisi sinyal yang bagus dan jelas.
memvariasikan komponen dimana menggunakan kapasitor 20uF dan (R2) resistor 50 ohm serta
induktor 0.5 Henry pada percobaan ini terjadi resonansi di frekuensi 50 Hertz dari resonansi ini
terdapat arus minimum pada DC Voltmeter A2 dengan nilai 0,21 miliAmper, pada Ampremeter
1 didapat nilai arus 35,3 miliAmper, pada Ampremeter 3 didapat nilai 11,1 miliAmper dan pada
Ampremeter 4 di dapat arus sebesar 11,3 miliAmper. Untuk percobaan ketiga yaitu
memvariasikan komponen dimana menggunakan kapasitor 20uF dan (R2) resistor 50 ohm serta
induktor 1 Henry pada percobaan ini terjadi resonansi di frekuensi 35 Hertz dari resonansi ini
terdapat arus minimum pada DC Voltmeter A2 dengan nilai 0,08 miliAmper, pada Ampremeter
1 didapat nilai arus 59,4 miliAmper, pada Ampremeter 3 didapat nilai 7,87 miliAmper dan pada
Ampremeter 4 di dapat arus sebesar 7,83 miliAmper. Untuk percobaan ke empat yaitu
memvariasikan komponen dimana menggunakan kapasitor 40uF dan (R2) resistor 50 ohm serta
induktor 0.5 Henry pada percobaan ini terjadi resonansi di frekuensi 50 Hertz dari resonansi ini
terdapat arus minimum pada DC Voltmeter A2 dengan nilai 0,24 miliAmper, pada Ampremeter
1 didapat nilai arus 59,1 miliAmper, pada Ampremeter 3 didapat nilai 15,9 miliAmper dan pada
Ampremeter 4 di dapat arus sebesar 15,8 miliAmper.
1
Untuk mencari frekuensi resonansi menggunakan persamaan fr = dari
2 π √ LC
persamaan ini didaptkan hasil perhitungan 50,39Hertz sementara hasil dari percobaan 50 Hertz
disini terjadi kesalahan relatif sebesar 0,7739% karena pada perhitungan tidak menuliskan semua
angka di belakang koma maka terdapat sedikit kesalahan relatif. Dari hasil data yang telah
diperoleh grafik frekuensi terhadap arus berada pada minimum 0,21 dan diperoleh faktor kualitas
rangkaian sebesar 0,18973 dan dapat dicari bandwitchnya dengan frekuensi resonansi dibagi
kualitas rangkaian resonansi sehingga mendapatkan nilai 265,587 dB. Pengaruh perubahan RLC
terhadap nilai frekuensi resonansi pararel yaitu jika L dan C dirubah maka akan terjadi
perubahan frekuensi resonansi ini disebabkan oleh Resonansi pararel dapat terjadi apabila
XL =XC atau VL = VL sehingga impedansi rangkaian sama dengan nilai resistansinya (Z = R)
dan arus sefase dengan tegangan.
Keselahan yang dapat terjadi pada praktikum ini kebanyakan salah pada rangkaian yang
dapat terjadi ketika praktikan salah menggunakan komponen, salah menghubungkan rangkaian,
salah mengatur posisi komponen dan kesalahan juga dapat terjadi dalam perolehan data yaitu
salah menggunakan rumus atau salah memasukan data ke dalam rumus tersebut. Untuk
meminimalisir kesalahan dalam merangkai praktikan bisa menyocokan rangkaian sesuai pada
modul ataupun sesuai dengan perintah dari asisten laboratorium, sedangkan untuk meminimalisir
kesalahan yang terjadi dalam perolehan data praktikan bisa mencari rumus atau persamaan yang
sudah di jelaskan oleh asisiten labaratorium yang ada pada modul serta lebih fokus agar tidak
terjadi kesalahan memasukan data.