MATERI PENYULUH HIV Dan AIDS Marisa
MATERI PENYULUH HIV Dan AIDS Marisa
MATERI PENYULUH HIV Dan AIDS Marisa
HIV/AIDS
A. Pengertian HIV/AIDS
HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS adalah kependekan
dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired berarti didapat, bukan keturunan. Immuno
terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita. Deficiency berarti kekurangan. Syndrome atau sindrom
berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala
akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.
AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh
tahun atau lebih. HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang dapat menyebabkan AIDS
dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) atau kumpulan berbagai gejala
penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu akibat HIV. Ketika individu sudah tidak lagi memiliki
sistem kekebalan tubuh maka semua penyakit dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh. Karena
sistem kekebalan tubuhnya menjadi sangat lemah, penyakit yang tadinya tidak berbahaya akan menjadi
sangat berbahaya.
B. Penyebab HIV/AIDS
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara darah, semen, dan sekret vagina.
Setelah memasuki tubuh manusia, maka target utama HIV adalah limfosit CD 4 karena virus mempunyai
afinitas terhadap molekul permukaan CD4. Virus ini akan mengubah informasi genetiknya ke dalam
bentuk yang terintegrasi di dalam informasi genetik dari sel yang diserangnya, yaitu merubah bentuk
RNA (ribonucleic acid) menjadi DNA (deoxyribonucleic acid) menggunakan enzim reverse transcriptase.
DNA pro-virus tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya diprogramkan
untuk membentuk gen virus.Setiap kali sel yang dimasuki retrovirus membelah diri, informasi genetik
virus juga ikut diturunkan.
Cepat lamanya waktu seseorang yang terinfeksi HIV mengembangkan AIDS dapat bervariasi antar
individu. Dibiarkan tanpa pengobatan, mayoritas orang yang terinfeksi HIV akan mengembangkan
tanda-tanda penyakit terkait HIV dalam 5-10 tahun, meskipun ini bisa lebih pendek. Waktu antara
mendapatkan HIV dan diagnosis AIDS biasanya antara 10–15 tahun, tetapi terkadang lebih lama. Terapi
antiretroviral (ART) dapat memperlambat perkembangan penyakit dengan mencegah virus bereplikasi
dan oleh karena itu mengurangi jumlah virus dalam darah orang yang terinfeksi (dikenal sebagai 'viral
load').
Umur infeksi 1-6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar dan terinfeksi. Tetapi ciri-ciri
terinfeksi belum terlihat meskipun ia melakukan tes darah. Pada fase ini antibodi terhadap HIV belum
terbentuk. Bisa saja terlihat/mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh
sendiri).
2. Fase 2
Umur infeksi : 2-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini individu sudah positif HIV dan
belum menampakkan gejala sakit. Sudah dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja
terlihat/mengalami gejala-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2-3 hari dan sembuh sendiri).
3. Fase 3
Mulai muncul gejala-gejala awal penyakit. Belum disebut sebagai gejala AIDS. Gejala-gejala yang
berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan
kelenjar getah bening, flu yang tidak sembuh-sembuh, nafsu makan berkurang dan badan menjadi
lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
4. Fase 4
Sudah masuk pada fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan tubuh sangat berkurang
dilihat dari jumlah sel-T nya. Timbul penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu
TBC, infeksi paru-paru yang menyebabkan radang paru-parudan kesulitan bernafas, kanker, khususnya
sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, infeksi usus yang menyebabkan diare parah berminggu-
minggu, dan infeksi otak yang menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala.
D. Penularan HIV/AIDS
a. Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan orang yang telah terpapar HIV.
c. Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato, dan pisau cukur yang dapat
menimbulkan luka yang tidak disterilkan secara bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya telah
dipakai orang yang terinfeksi HIV. Cara-cara ini dapat menularkan HIV karena terjadi kontak darah.
2) Intranatal : saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan vagina.
3) Postnatal : setelah proses persalinan, melalui air susu ibu. Kenyataannya 25-35% dari semua bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang sudah terinfeksi di negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak
yang tertular HIV tertular dari ibunya.
b. Memiliki infeksi menular seksual lainnya seperti sifilis, herpes, klamidia, kencing nanah, dan vaginosis
bakterial.
c. Berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, alat suntik dan peralatan suntik lainnya dan solusi obat
ketika menyuntikkan narkoba.
d. Menerima suntikan yang tidak aman, transfusi darah, transplantasi jaringan, prosedur medis yang
melibatkan pemotongan atau tindakan yang tidak steril.
e. Mengalami luka tusuk jarum yang tidak disengaja, termasuk diantara pekerja kesehatan.
f. Memiliki banyak pasangan seksual atau mempunyai pasangan yang memiliki banyak pasangan lain.
E. Gejala HIV/AIDS
Gejala-gejala HIV bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Meskipun orang yang hidup dengan HIV
cenderung paling menular dalam beberapa bulan pertama, banyak yang tidak menyadari status mereka
sampai tahap selanjutnya. Beberapa minggu pertama setelah infeksi awal, individu mungkin tidak
mengalami gejala atau penyakit seperti influenza termasuk demam, sakit kepala, ruam, atau sakit
tenggorokan.
F. Pencegahan HIV
Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIV pada bayi adalah dengan
mencegah perempuan usia reproduksi tertular HIV. Komponen ini dapat juga dinamakan pencegahan
primer. Pendekatan pencegahan primer bertujuan untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke bayi
secara dini, bahkan sebelum terjadinya hubungan seksual. Hal ini berarti mencegah perempuan muda
pada usia reproduksi, ibu hamil dan pasangannya untuk tidak terinfeksi HIV. Dengan demikian,
penularan HIV dari ibu ke bayi dijamin bisa dicegah. Untuk menghindari penularan HIV, dikenal konsep
“ABCDE” sebagai berikut.
1. A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi yang belum menikah.
2. B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti
pasangan).
3. C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom.
5. E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar mengenai HIV, cara penularan,
pencegahan dan pengobatannya.Individu dapat mengurangi risiko infeksi HIV dengan membatasi
paparan faktor risiko. Pendekatan utama untuk pencegahan HIV sebagai berikut :
Penggunaan kondom pria dan wanita yang benar dan konsisten selama penetrasi vagina atau dubur
dapat melindungi terhadap penyebaran infeksi menular seksual, termasuk HIV. Bukti
menunjukkan bahwa kondom lateks laki-laki memiliki efek perlindungan 85% atau lebih besar terhadap
HIV dan infeksi menular seksual (IMS) lainnya.
Pengujian untuk HIV dan IMS lainnya sangat disarankan untuk semua orang yang terpajan salah satu
faktor risiko. Dengan cara ini orang belajar tentang status infeksi mereka sendiri dan mengakses layanan
pencegahan dan perawatan yang diperlukan tanpa penundaan. WHO juga merekomendasikan untuk
menawarkan tes untuk pasangan. Selain itu, WHO merekomendasikan pendekatan pemberitahuan
mitra bantuan sehingga orang dengan HIV menerima dukungan untuk menginformasikan mitra mereka
sendiri, atau dengan bantuan penyedia layanan kesehatan.
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang paling umum dan penyebab kematian di antara orang dengan
HIV. Hal ini fatal jika tidak terdeteksi atau tidak diobati, yang bertanggung jawab untuk lebih dari 1 dari 3
kematian terkait HIV.Deteksi dini TB dan keterkaitan yang cepat dengan pengobatan TB dan ARV dapat
mencegah kematian pada ODHA. Pemeriksaan TB harus ditawarkan secara rutin di layanan perawatan
HIV dan tes HIV rutin harus ditawarkan kepada semua pasien dengan dugaan dan terdiagnosis TB.
Individu yang didiagnosis dengan HIV dan TB aktif harus segera memulai pengobatan TB yang efektif
(termasuk untuk TB yang resistan terhadap obat) dan ARV. Terapi pencegahan TB harus ditawarkan
kepada semua orang dengan HIV yang tidak memiliki TB aktif.
Sunat laki-laki oleh medis, mengurangi risiko infeksi HIV sekitar 60% pada pria heteroseksual. Sunat laki-
laki oleh medis juga dianggap sebagai pendekatan yang baik untuk menjangkau laki-laki dan remaja laki-
laki yang tidak sering mencari layanan perawatan kesehatan.
Penelitian menunjukkan bahwa jika orang HIV-positif mematuhi rejimen ARV yang efektif, risiko
penularan virus ke pasangan seksual yang tidak terinfeksi dapat dikurangi sebesar 96%. Rekomendasi
WHO untuk memulai ARV pada semua orang yang hidup dengan HIV akan berkontribusi secara
signifikan untuk mengurangi penularan HIV.
Profilaksis pasca pajanan adalah penggunaan obat ARV dalam 72 jam setelah terpapar HIV untuk
mencegah infeksi. Profilaksis pasca pajanan mencakup konseling, pertolongan pertama, tes HIV, dan
pemberian obat ARV selama 28 hari dengan perawatan lanjutan. WHO merekomendasikan penggunaan
profilaksis pascapajanan untuk pajanan pekerjaan, non-pekerjaan, dewasa dan anak-anak.
7. Pengurangan dampak buruk bagi orang-orang yang menyuntikkan dan menggunakan narkoba Mulai
berhenti menggunakan NAPZA sebelum terinfeksi HIV, tidak memakai jarum suntik, sehabis
menggunakan jarum suntik langsung dibuang atau jika menggunakan jarum yang sama maka disterilkan
terlebih dahulu, yaitu dengan merendam pemutih (dengan kadar campuran yang benar) atau direbus
dengan suhu tinggi yang sesuai.
8. Bagi remaja
Semua orang tanpa kecuali dapat tertular, sehingga remaja tidak melakukan hubungan seks tidak aman,
berisiko IMS karena dapat memperbesar risiko penularan HIV/AIDS. Mencari informasi yang lengkap dan
benar yang berkaitan dengan HIV/AIDS. Mendiskusikan secara terbuka permasalahan yang sering
dialami remaja dalam hal ini tentang masalah perilaku seksual dengan orang tua, guru, teman maupun
orang yang memang paham mengenai hal tersebut. Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang
dan jarum suntik, tato dan tindik. Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang
yang sudah terpapar HIV. Menghindari perilaku yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak sehat
dan tidak bertanggungjawab.
2. Terapi substitusi opioid untuk orang yang bergantung pada opioid dan pengobatan ketergantungan
obat berbasis bukti lainnya.
4. Perawatan HIV
6. Penggunaan kondom.
1) HIV/AIDS belum dapat disembuhkan Sampai saat ini belum ada obat-obatan yang dapat
menghilangkan HIV dari dalam tubuh individu. Ada beberapa kasus yang menyatakan bahwa HIV/AIDS
dapat disembuhkan. Setelah diteliti lebih lanjut, pengobatannya tidak dilakukan dengan standar medis,
tetapi dengan pengobatan alternatif atau pengobatan lainnya. Obat-obat yang selama ini digunakan
berfungsi menahan perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh, bukan menghilangkan HIV dari dalam
tubuh. Obat-obatan ARV sudah dipasarkan secara umum, untuk obat generik.
2) Pengobatan HIV/AIDS
Untuk menahan lajunya tahap perkembangan virus beberapa obat yang ada adalah antiretroviral dan
infeksi oportunistik. Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan untuk retrovirus seperti HIV
guna menghambat perkembangbiakan virus. Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yaitu AZT
Topik : HIV/AIDS
Sasaran : Mahasiswa/i STIkes Kendedes malang
Setelah proses penyuluhan diharapkan mahasiswa/i dapat mengerti pengertian, penyebab, gejala, cara
penularan HIV/AIDS dan upaya preventif kuratif HIV/AIDS.
III. Materi
1. Pngertian HIV/AIDS
2. Penyebab HIV/AIDS
4. Gejala HIV/AIDS
IV. Metode
Cramah
V. Media
1. LCD/Proyektor
2. Video
3. Slide
V. Pengorganisasian
3. Observer : mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan, mengevaluasi jalannya penyuluhan
4. Fasilitator : membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif dalam diskusi.
mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri
2 5 menit Menjelaskan cara pengisian form identitas Memperhatikan cara mengisi identitas
kepada responden responden
b) Ucapan terimakasih
c) Salam penutup
75
menit
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan peserta penyuluhan mampu mengerti permasalahn pada kesehatan
terutama pada HIV/AIDS.
Vlll . Kuisioner tentang HIV/AIDS
Petunjuk
2. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan sejujur mungkin dan tidak perlu betanya pada
teman atau orang lain
3. Jawaban-jawaban yang anda berikan tidak mempengaruhi nilai belajar di sekolah dan tidak akan
dipakai diluar kepentingan penelitian ini
Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan, pilihlah jawaban
benar jika anda merasa jawaban benar dan pilihlah jawaban jawaban salah jika anda merasa jawaban
salah dengan cara memberi tanda checklist (√) pada salah satu kolom jawaban.
lX. Leaflet