Makalah Psikologi Kognitif

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

Makalah Psikologi Kognitif

Comprehension and Memory for Text


Kelas C

Disusun Oleh
Kelompok 10 :

NIM NAMA
201301221 KHAIRINNISA RAHMI JUNAIDI
201301222 MARIA OCTAVIA SIBURIAN
201301224 AMELIA PUTRI CAHYANI SIREGAR
201301225 YOHANA GRECIA LUBIS
201301226 CINDY EKLESIA ALVIONETA TAMPUBOLON
201301227 PAGAR ALAM SIMANJUNTAK

Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara
Medan – 2021

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmatnya
kami kelompok 1 dapat menyelesaikan makalah Psikologi Kognitif ini dengan baik dan sesuai
waktu yang telah ditetapkan.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan didalamnya. Untuk itu kami menerima kritik dan saran yang
membangun untuk makalah ini, agar kedepannya makalah ini dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi.

Semoga makalah ini dapat berguna dan dapat membantu para pembacanya agar lebih
memahami mengenai Psikologi Kognitif.

Medan, Agustus 2021

2
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................4
LATAR BELAKANG...............................................................................................................................4
RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................................5
Tujuan................................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
Comprehension and Memory for Text (Pemahaman dan memori untuk teks)...................................5
Prior Knowledge of the Reader (Pengetahuan Awal yang Dimiliki Pembaca) Effect on
Comprehension (Pengaruhnya Terhadap Pemahaman)......................................................................6
Effect on Retrieval (Pengaruhnya Terhadap Pencarian Ulang)............................................................8
Effect on False Recognition and Recall (Pengaruhnya Terhadap Kegagalan Rekognisi dan
Pemanggilan Ulang).............................................................................................................................8
Pengorganisasian Teks.......................................................................................................................10
Struktur Cerita...................................................................................................................................10
Hubungan Sebab Akibat....................................................................................................................11
Pengintegrasian Detail.......................................................................................................................12
Kintsch’s Model of Comprehension..................................................................................................16
Processing Assumptions....................................................................................................................16
The Construction-integration Model.................................................................................................18
Incorporating Prior Knowledge..........................................................................................................18
Predicting Readability........................................................................................................................19
Menggabungkan Pengetahuan Awal.................................................................................................20
Memprediksi Kemampuan Membaca................................................................................................22
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................24
KESIMPULAN....................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................26

3
BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Salah satu metode untuk mempelajari kesulitan pemahaman adalah denganmengukur kecepatan
membaca. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang melambat ketikamereka membaca kalimat pertama
dari sebuah paragraf karena mereka sedang membangunpondasi untuk ide-ide berikutnya. Isu sentral bagi
psikolog yang tertarik mempelajaripemahaman adalah menentukan bagaimana orang menggunakan
pengetahuan mereka untukmemahami ide-ide baru atau abstrak .

Pemahaman tulisan adalah berkaitan dengan membaca cerita yang


menggambarkanserangkaian peristiwa. Untuk memahami cerita tersebut, kita perlu
mengorganisasikaninformasi pada dua tingkat. Kemampuan untuk mengintegrasikan ide-ide
pada tingkat lokaldan global akan sangat dipengaruhi oleh seberapa baik penulis
mengorganisasikan tulisannya.Orang-orang menggunakan tujuan tersebut untuk membantu
mereka mengorganisasikantindakan yang digambarkan dalam cerita. Sebuah karakter mencoba
untuk mencapai tujuanyang muncul dalam penetapan hubungan sebab akibat di antara banyak
pernyataan dalamsebuah tulisan.

4
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara kita untuk meningkatkan kemampuan pemahaman teks?
2. Bagaimana cara mengorganisasi sebuah teks?
3. Apa saja teknik yang digunakan untuk pemahaman teks?

Tujuan
1. Untuk meningkatkan kemampuan pemahaman teks.
2. Untuk mengetahui cara mengorganisasi teks.
3. Untuk mengetahui teknik-teknik yang digunakan untuk pemahaman teks.

BAB II PEMBAHASAN

Comprehension and Memory for Text (Pemahaman dan memori untuk teks)

Salah satu metode untuk mempelajari kesulitan pemahaman adalah dengan mengukur
kecepatan membaca. Kita semua telah menyesuaikan kecepatan membaca kita untuk memenuhi
berbagai tuntutan pemahaman. Pertimbangkan bagaimana isi teks mempengaruhi kecepatan
membaca. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang melambat ketika mereka membaca
kalimat pertama dari sebuah paragraf karena mereka sedang membangun fondasi untuk ide-ide
berikutnya.

Selama gagasan-gagasan berikutnya dapat dipetakan ke dalam landasan ini, membaca dapat


berlangsung dengan lancar. Faktor lain yang mempengaruhi kecepatan membaca adalah
keakraban materi, dan ini tergantung pada pengetahuan pembaca. Dalam Bab 4 saya
menyebutkan perjuangan saya sendiri dengan pemahaman setelah mengikuti kursus membaca
cepat. Saya dapat mengingat kembali ide-ide setelah membaca cepat cerita-cerita sederhana yang
digunakan dalam kursus, tetapi saya tidak berhasil menerapkan teknik ini pada materi yang saya
baca di sekolah pascasarjana.

Namun, saya dapat menyesuaikan kecepatan membaca saya sebagai fungsi dari keakraban
materi. Beberapa materi sudah familiar, dan saya bisa membaca materi ini lebih cepat. «In the
News» 11.1 membahas penelitian tentang membaca cepat dan menunjukkan bagaimana kita
dapat menyesuaikan kecepatan membaca untuk mempertahankan tingkat pemahaman yang
tinggi.

5
Prior Knowledge of the Reader (Pengetahuan Awal yang Dimiliki Pembaca)
Effect on Comprehension (Pengaruhnya Terhadap Pemahaman)

Isu sentral bagi psikolog yang tertarik mempelajari pemahaman adalah menentukan bagaimana
orang menggunakan pengetahuan mereka untuk memahami ide-ide baru atau abstrak . Mereka
meminta orang untuk mendengarkan sebuah paragraf dan mencoba untuk memahami dan
mengingatnya. Anda bisa mendapatkan perasaan untuk tugas itu dengan membaca bagian berikut
sekali dan kemudian mencoba mengingat sebanyak yang Anda bisa.
Jika balon meletus, suaranya tidak akan terdengar, karena semuanya akan terlalu jauh dari
lantai yang benar. Jendela yang tertutup juga akan mencegah suara terbawa, karena sebagian
besar bangunan cenderung untuk diisolasi dengan baik. Karena seluruh operasi bergantung
pada aliran listrik yang stabil, putusnya kabel di tengah juga akan menyebabkan masalah. Tentu
saja, orang itu bisa berteriak, tetapi suara manusia tidak cukup keras untuk dibawa sejauh itu.
Masalah tambahan adalah bahwa senar bisa putus pada instrumen. Maka tidak ada iringan
untuk pesan. Jelas bahwa situasi terbaik akan melibatkan jarak yang lebih sedikit. Maka akan
ada lebih sedikit masalah potensial. Dengan tatap muka kontak, paling sedikit hal-hal yang bisa
salah. ( P. 392)

Bransford dan Johnson dengan sengaja merancang bagian itu agar terdiri dari
pernyataanpernyataan yang abstrak dan tidak dikenal. Jika Anda merasa sulit untuk mengingat
ide-ide, pengalaman Anda mirip dengan pengalaman orang-orang yang berpartisipasi dalam
percobaan. Mereka hanya mengingat 3,6 ide dari maksimal 14. context-before group melihat
gambar sebelum mereka membaca bagian itu. Mereka mengingat ratarata 8,0 ide, peningkatan
6
substansial atas kelompok tanpa konteks. context-after group melihat gambar segera setelah
membaca bagian itu. Hasilnya menunjukkan bahwa konteks lebih dari sekadar memberikan
petunjuk tentang apa yang mungkin terjadi di bagian itu. Jika gambar memberikan petunjuk
pengambilan yang berguna, orang-orang yang melihat gambar setelah membaca bagian itu
seharusnya mengingat lebih banyak ide daripada kelompok yang tidak melihat gambar.
Bagian balon adalah contoh konteks baru karena kebanyakan dari kita belum pernah
mengalami situasi khusus ini. Apa yang akan terjadi jika pembaca melihat bagian tentang
peristiwa yang sudah dikenal yang dapat mengaktifkan jenis struktur skematis yang telah kita
bahas di Bab 9? Tetapi bahkan membaca tentang peristiwa yang sudah dikenal akan membantu
hanya jika kita dapat mengenalinya. Perhatikan perikop berikut:
Prosedurnya sebenarnya cukup sederhana. Pertama Anda mengatur hal-hal ke dalam
kelompok yang berbeda. Tentu saja, satu tumpukan mungkin cukup tergantung pada seberapa
banyak yang harus dilakukan. Jika Anda harus pergi ke tempat lain karena kurangnya fasilitas,
itu adalah langkah selanjutnya; jika tidak, Anda cukup siap. Penting untuk tidak melakukan
sesuatu secara berlebihan. Artinya, lebih baik melakukan terlalu sedikit hal sekaligus daripada
terlalu banyak. Dalam jangka pendek ini mungkin tidak tampak penting, tetapi komplikasi dapat
dengan mudah muncul. Sebuah kesalahan bisa mahal juga. Pada awalnya seluruh prosedur
akan tampak rumit. Namun, segera, itu akan menjadi aspek lain dari kehidupan. Sulit untuk
meramalkan akhir kebutuhan tugas ini dalam waktu dekat, tetapi kemudian orang tidak akan
pernah tahu. Setelah prosedur selesai, salah satu mengatur bahan ke dalam kelompok yang
berbeda lagi. Kemudian mereka dapat ditempatkan di tempat yang sesuai. Akhirnya mereka
akan digunakan sekali lagi, dan seluruh siklus kemudian harus diulang. Bagaimanapun, itu
adalah bagian dari kehidupan. ( P. 400)*
Paragraf tersebut sebenarnya menggambarkan prosedur yang sangat familiar, tetapi ide-
idenya disajikan begitu abstrak sehingga prosedurnya sulit untuk dikenali. Orang yang membaca
bagian tersebut memiliki kesulitan mengingat ide sebanyak orang yang membaca bagian balon,
mereka hanya mengingat 2,8 gagasan dari maksimal 18. Kelompok subjek yang berbeda, yang
diberi tahu setelah membaca bagian yang mengacu pada mencuci pakaian , tidak melakukan
lebih baik, mereka hanya mengingat 2,7 ide. Tetapi subjek yang diberitahu sebelum mereka
membaca bagian yang menggambarkan mencuci pakaian mengingat 5,8 ide. Hasilnya konsisten
dengan hasil pada bagian balon dan menunjukkan bahwa latar belakang pengetahuan tidak cukup
jika orang tidak mengenali konteks yang sesuai. Meskipun semua orang akrab dengan prosedur
yang digunakan untuk mencuci pakaian, orang tidak mengenali prosedurnya karena bagian itu
sangat abstrak. Menyediakan konteks yang tepat sebelum bagian itu meningkatkan pemahaman
dan ingatan, seperti yang terjadi pada bagian balon.

7
Effect on Retrieval (Pengaruhnya Terhadap Pencarian Ulang)

Kegagalan context-after group untuk mengingat lebih banyak ide daripada kelompok tanpa
konteks disebabkan oleh kesulitan dalam memahami materi ketika tidak ada konteks yang
jelas. Namun, hasilnya mungkin berbeda jika materinya lebih mudah dipahami seperti yang
disajikan. Bransford dan Johnson menyarankan bahwa, jika orang pada awalnya memahami
sebuah teks dan kemudian didorong untuk memikirkan ide-ide dalam perspektif baru, mereka
mungkin mengingat ide-ide tambahan yang gagal mereka ingat di bawah perspektif
lama. Sebuah studi oleh RC Anderson dan JW Pichert mendukung hipotesis bahwa pergeseran
perspektif dapat mengakibatkan penarikan kembali ide-ide tambahan. Seluruh cerita berisi 72
ide, yang sebelumnya dinilai penting bagi calon pencuri atau calon pembeli
rumah. Misalnya, atap yang bocor dan ruang bawah tanah yang lembab akan menjadi penting
bagi pembeli rumah, Subyek membaca cerita dari salah satu dari dua perspektif dan, setelah
penundaan singkat, diminta untuk menuliskan sebanyak mungkin cerita yang mereka
ingat. Setelah penundaan singkat lainnya, mereka kembali mencoba mengingat ide-ide dari cerita
tersebut. Setengah melakukannya dari yang sama perspektif dan setengah dari perspektif
baru. Eksperimen memberi tahu subjek dalam kondisi perspektif yang sama bahwa tujuan
penelitian adalah untuk menentukan apakah orang dapat mengingat hal-hal yang mereka pikir
telah mereka lupakan jika mereka diberi kesempatan kedua.
Kelompok yang mengubah perspektif mengingat ide tambahan yang penting bagi perspektif baru
—7% lebih banyak ide dalam satu eksperimen dan 10% lebih banyak di eksperimen
lainnya. Pengetahuan skematis mereka sebelumnya tentang apa yang akan menarik minat
pembeli rumah atau pencuri membantu ingatan mereka.
Misalnya, seseorang yang beralih ke perspektif pembeli rumah mungkin sekarang mengingat
ruang bawah tanah yang bocor. Sebaliknya, Perhatikan bahwa temuan ini berbeda dari temuan
Bransford dan Johnson bahwa pergeseran ke perspektif baru membantu pengambilan, bukan
pemahaman, ide.

Effect on False Recognition and Recall (Pengaruhnya Terhadap Kegagalan Rekognisi


dan Pemanggilan Ulang)

Orang yang dapat menafsirkan ide-ide abstrak yang terkait dengan serenade atau mencuci
pakaian memiliki keuntungan dalam memahami dan mengingat ide-ide tersebut. Selain
itu, mengadopsi perspektif tertentu memungkinkan orang untuk mengambil ide-ide yang lebih
konkret daripada yang awalnya dapat mereka pahami. Ketika kita sudah mengetahui sesuatu
tentang topik yang diberikan dan kemudian membaca lebih lanjut tentangnya, kita mungkin
mengalami kesulitan membedakan antara apa yang kita baca dan apa yang sudah kita ketahui.
Perhatikan kutipan biografi berikut:

8
Gerald Martin berusaha untuk melemahkan pemerintah yang ada untuk memenuhi ambisi
politiknya. Banyak orang di negaranya mendukung usahanya. Masalah politik saat ini membuat
Martin relatif mudah untuk mengambil alih. Kelompok-kelompok tertentu tetap setia kepada
pemerintah lama dan menyebabkan masalah bagi Martin. Dia menghadapi kelompok-kelompok
ini secara langsung dan dengan demikian membungkam mereka. Dia menjadi diktator yang
kejam dan tidak terkendali. Efek akhir dari pemerintahannya adalah kejatuhan negaranya.
( Sulin & Dooling, 1974, hal. 256)
Orang yang membaca bagian ini tidak boleh mengaitkannya dengan pengetahuan mereka
tentang orang-orang terkenal karena Gerald Martin adalah orang fiktif. Akan tetapi, akan mudah
untuk mengubah bagian itu dengan mengubah nama diktator. Baik 5 menit atau 1 minggu setelah
membaca bagian tersebut, subjek diberikan tes pengenalan-memori yang terdiri dari tujuh
kalimat dari bagian tersebut secara acak dicampur dengan tujuh kalimat yang tidak ada dalam
bagian tersebut.

Kalimat yang berhubungan rendah adalah “Dia adalah pria yang cerdas tetapi tidak memiliki rasa
kebaikan manusia”. Kalimat menengah adalah “Dia terobsesi oleh keinginan untuk menaklukkan
dunia”. Kalimat yang berhubungan dengan tinggi adalah “Dia membenci orang-orang Yahudi
secara khusus dan menganiaya mereka”. Gambar 11.2 menunjukkan pengenalan kalimat untuk
dua interval retensi. untuk membedakan antara apa yang ada di bagian itu dan apa yang mereka
ketahui tentang Hitler. Orang-orang kemungkinan besar akan salah mengenali sebuah kalimat
yang terjadi di bagian itu jika itu menggambarkan Hitler. Kegagalan Rekognisi juga meningkat
dengan interval retensi untuk orang-orang yang membaca bagian Gerald M Informasi juga dapat
dikenali atau diingat secara salah jika sesuai dengan pengetahuan kita tentang skrip. Seperti yang
kita lihat di Bab 9, sebuah skrip mewakili ingatan kita untuk urutan kejadian yang
terorganisir, seperti apa yang biasanya terjadi selama kejahatan.
Penarikan kembali informasi tersebut dapat menjadi masalah serius jika anggota juri salah
mengingat peristiwa yang mereka kaitkan dengan kejahatan tetapi itu tidak benar-benar terjadi
dalam kasus ini.

Empat peristiwa yang terkait dengan perampokan bertindak seperti pembelanja, pergi ke


kasir, meminta uang, Peserta eksperimen kemudian kembali 1 minggu kemudian dan diminta
untuk mengingat sebanyak mungkin tindakan dari keterangan saksi. Mereka mengingat 31% dari
peristiwa yang disebutkan dan salah mengingat 15% dari peristiwa yang tidak
disebutkan, menunjukkan bahwa pengetahuan mereka sebelumnya tentang apa yang mungkin
terjadi dalam perampokan mempengaruhi ingatan mereka. Pengetahuan sebelumnya dapat
membuat ide-ide abstrak tampak kurang abstrak dan lebih mudah dipahami. Itu juga dapat
menentukan apa yang kita tekankan dalam sebuah teks dan dapat memberikan kerangka kerja
untuk mengingat kembali ide-ide. artin (fiktif), tetapi pada tingkat yang lebih rendah.

9
Pengorganisasian Teks

Bagian besar dari penelitian terhadap pemahaman tulisan adalah berkaitan dengan membaca cerita
yang menggambarkan serangkaian peristiwa. Untuk memahami cerita tersebut, kita perlu
mengorganisasikan informasi pada dua tingkat. Pada tingkat pertama kita perlu menetapkan koherensi
global (global coherence) tentang peristiwa utama yang muncul sepanjang cerita. Pada tingkat yang lebih
detail, perlu menentukan koherensi lokal tentang peristiwa yang paling baru dalam cerita tersebut. Juga
perlu mengintegrasikan ide-ide yang dibaca dengan ide-ide yang secara langsung mengawali ide-ide
tersebut. Kemampuan untuk mengitegrasikan ide-ide pada tingkat lokal dan global akan sangat
dipengaruhi oleh seberapa baik penulis mengorganisasikan tulisannya.

Dapat dimulai dengan melihat bagian yang berbeda dari suatu cerita dan pentingnya peranan
tujuan tersebut dalam mengorganisasikan kejadian utama dalam sebuah cerita- koherensi global.
Kemudian, perlu melihat bagaimana hubungan sebab akibat yang memberikan arti tentang
pengorganisasian peristiwa di sekitar tujuan ini. Terakhir, melihat pada cara pembaca mengintegrasikan
detail suatu cerita untuk menentukan koherensi lokal (local coherence) dengan mengonstrak banyak
jaringan semantik.

Struktur Cerita

Satu karekteristik dari cerita narasi sederhana adalah bahwa struktur ceritanya menentukan bagaimana
peristiwa-peristiwa dalam cerita tersebut diorganisasikan. Kita dapat mempelajar struktur ini pada tingkat
yang sangat umum dengan menyajikan sebuah cerita yang terdiri atas sebuah latar, tema, plot, dan
resolusi (Thorndyke. 1977). Latar (setting) menggambarkan waktu, lokasi, dan tokoh utama. Tema
(theme) menyajikan fokus umum cerita dan sering kali merupakan sebuah tujuan yang ingin dicapai oleh
tokoh utama. Plot terdiri atas serangkaian tindakan yang dilakukan tokoh utama untuk mencoba dan
mencapai tujuan tersebut. Beberapa subtujuan atau tujuan menengah mungkin harus diselesaikan sebelum
tujuan utama dicapai. Resolusi (resolution)-hasil akhir dari cerita tersebut-sering kali mengambarkan
apakah karakter utama berhasil dalam mencapai tujuannya. Setiap komponen ini terdapat dalam cerita di
bawah ini (Pernyataan diberi angka untuk tujuan diskusi setelahnya).

(1) Pulau sirkel terdapat di pertengahan laut atlantik (2) di utara Pulau Ronald (3) Pekerjaan utama di
pulau tersebut adalah pertanian dan peternakan. (4) Pulau sirkel memiliki tanah yang subur tetapi (5)
sedikit sungai dan (6) karena itu sedikit air (7) Pulau tersebut berjalan secara demokratis. (8) Semua
masalah diputuskan oleh suara terbanyak penduduk pulau (9) Badan pemerintahannya adalah senat (10)

10
yang pekerjaannya adalah melaksanakan keinginan mayoritas. (11) Baru-baru ini, ilmuwan dari pulau
tersebut menemukan metode yang murah (12) dalam mengubah air garam menjadi air segar. (13) Sebagai
hasilnya, petani pulau tersebut menginginkan (14) untuk membangun sebuah kanal yang melintasi pulau,
(15) sehingga mereka dapat menggunakan air dari kanal tersebut (16) untuk mengolah wilayah pusat
pulau tersebut. (17) Maka dari itu, para petani membentuk asosiasi prokanal (18) dan) mendekati
beberapa senator (19) untuk bergabung (20) Asosiasi prokanal membawa ide pembangunan untuk
divoting. (21) Semua penghuni pulau memilih. (22) Mayoritas memilih menyetujui pembangunan. (23)
Senat, walau bagaimanapun, memutuskan bahwa (24) kanal yang diajukan para petani tampak tidak
ekologis. (25) Senator menyetujui (26) untuk membangun sebuah kanal kecil (27) yang lebarnya 2 kaki
dan dalamnya 1 kaki. (28) Setelah memulai pembangunan kanal kecil, (29) para penghuni pulau
menemukan bahwa (30) tidak akan ada air yang mengalir ke dalamnya, (31) Maka, proyek tersebut
ditinggalkan. (32) Para petani menjadi marah (33) karena kegagalan proyek kanal. (34) Terjadinya Perang
saudara tidak dapat dielakkan, (Thorndyke, 1977, hlm. 80)*

Latar digambarkan pada sepuluh pernyataan pertama yang menginformasikan kepada kita tentang
lokasi dan tokoh utama. Enam pernyataan berikutnya menetapkan tema dan memperkenalkan tujuan
pembangunan kanal yang melintasi pulau. Pernyataan ketujuh belas hingga tiga puluh satu berisikan plot
yang menggambarkan bagaimana para penghuni pulau berusaha untuk menyelesaikan tujuan tersebut,
tetapi diganggu oleh senat. Tiga pernyataan terakhir menggambarkan resolusi akhir atau hasilnya.

Hubungan Sebab Akibat

Ketika sebuah tujuan dimasukkan ke dalam sebuah cerita, orang-orang menggunakan tujuan
tersebut untuk membantu mereka mengorganisasikan tindakan yang digambarkan dalam cerita. Sebuah
karakter mencoba untuk mencapai tujuan yang muncul dalam penetapan hubungan sebab akibat di antara
banyak pernyataan dalam sebuah tulisan. Pekerjaan yang dilakukan oleh Trabasso dan para
mahasiswanya di Universitas Chicago (Trabasso & Sperry, 1985; Trabasso & van den Broek, 1985)
menunjukan bahwa hubungan sebab akibat ini mendasari apa yang dinilai penting oleh pembaca dalam
sebuah tulisan. Sebuah pernyataan formal tentang hubungan sebab akibat (causal relation) mengatakan
bahwa suatu kejadian, A. dinilai sebagai penyebab kerjadian lainnya, B, jika tidak adanya A berpengaruh
pada tidak adanya B.

Dengan kata lain. Anda tidak dapat menyelesaikan tujuan Anda jika seseorang membatasi atau
menghilangkan kejadian yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut. Perhatikan tujuan berjalan
masuk ke dalam rumah. Anda tidak akan dapat masuk ke dalam rumah kecuali Anda membuka
pintunya,yang tidak akan dapat Anda lakukan kecuali Anda memasukkan kuncinya dan membuka kunci

11
pintunya. Oleh karena itu, ketiga tindakan tersebut berhubungan secara sebab akibat (diperlukan) untuk
menyelesaikan tugas masuk ke dalam rumah Anda. Sebuah variabel penting dalam menentukan penilaian
pentingnya suatu pernyataan dalam suatu cerita adalah banyaknya jaringan sebab akibat yang terhubung
dengan pernyataan tersebut.

Trabasso dan Sperry (1985) menemukan bahwa jika subjek memberi penilaian pentingnya suatu
kejadian dalam sebuah cerita, maka penilaian pentingnya suatu tindakan secara langsung berkaitan
dengan jumlah hubungan sebab akibat yang berkaitan dengan tindakan tersebut. Banyaknya hubungan
sebab akibat juga penting untuk menentukan apakah seseorang akan dapat melakukan pemanggilan
kembali dari suatu cerita dan menentukan apa yang akan mereka masukkan ke dalam ringkasan tentang
cerita tersebut (Trabasso & van den Broek, 1985). Sebagai tambahan, hubungan sebab akibat menentukan
seberapa cepat seseorang dapat mencari ulang informasi suatu tulisan.

Pengintegrasian Detail

Penentuan koherensi lokal dengan mengintegrasikan detail-detail dari suatu kalimat sangatlah
menantang apabila ide-ide yang terdapat dalam kalimat tersebut tidak berhubungan dengan ide-ide yang
diekspresikan sebelumnya. penentu penting tingkat kesulitan suatu pemahaman adalah apakah ide-ide
tersebut telah ada pada kalimat sebelumnya atau ide-ide tersebut merupakan ide yang baru ada.
Kemudahan di mana suatu ide baru dapat dikaitkan dengan ide lama diilustrasikan melalui dua runtutan
kalimat pada Tabel 11.3 (Kieras, 1978). Dua contoh tersebut mengandung tujuh kalimat yang sama, tetapi
disajikan dalam cara yang berbeda. Huruf yang mengawali setiap kalimat menunjukkan apakah informasi
yang ada dalam kalimat tersebut merupakan informasi yang telah ada sebelumnya (g-given) atau
merupakan informasi baru (n-new). Kalimat-kalimat tersebut diklasifikasikan sebagai given (g) jika di
dalamnya terkandung setidaknya satu kata benda (noun) yang muncul pada kalimat yang mendahuluinya.
Contoh 1 hanya mengandung satu kalimat baru, semua kalimat kecuali kalimat pertama mengarahkan
pada informasi yang mendahuluinya. Contoh 2 mengandung empat kalimat baru yang tidak merujuk pada
informasi yang mendahuluinya.

Contoh cara penyajian, menunjukkan status setiap kalimat. G (given) atau n (new)

Contoh 1 Contoh 2
n-semut memakan jelly n-dapurnya bersih

12
g- semut semua lapar n-mejanya terbuat dari kayu
g- semut tersebut ada di dapur n-semut tersebut lapar
g-dapur tersebut bersih g-semut tersebut ada di dapur
g-jelly tersebut memiliki rasa anggur n-jelly tersebut memiliki rasa anggur
g-jelly tersebut ada di atas meja g-jelly tersebut ada di meja
g-mejanya terbuat dari kayu g-semut memakan jelly

Kieras memprediksikan bahwa ide-ide dalam contoh 1 akan lebih mudah untuk diintegrasikan dan
dipanggil ulang daripada ide-ide dalam contoh 2 dan hasil penelitian tersebut mendukung
prediksinya.Penentu kedua terhadap tingkat kesulitan pemahaman adalah apakah pengintegrasian tersebut
menggunakan ide-ide yang masih bekerja aktif dalam ingatan. Anda mungkin telah menyadari bahwa
semua, kecuali satu dari beberapa kalimat given dalam contoh 1 mengulang sebuah kata benda (noun)
dari kalimat yang sebelumnya. Satu pengecualian tersebut adalah “Jelly tersebut memiliki rasa anggur,”
mengulang kata kata benda (jelly) dari sebuah kalimat yang muncul pada empat kalimat sebelumnya.
Kalimat ini mungkin lebih sulit diintegrasikan dengan kalimat yang mendahuluinya dikarenakan
informasi yang telah terdapat di dalamnya mungkin saja tidak lagi terdapat dalam ingatan, sebuah situasi
membutuhkan pencarian memori jangkan panjang untuk memanggil ulang kalimat pertama. Bukti pada
fakta ini memberikan anggapan bahwa pemahaman dipengaruhi oleh informasi relevan yang
mendahuluinya yang masih aktif dalam memori jangka panjang, atau apakah karena informasi tersebut
harus dicari kembali dari memori jangka panjang (Lesgold, Roth, & Curtis, 1979). Kalimat-kalimat di
bawah ini (dari Lesgold, et al., 1979) semestinya lebih mudah Diintegrasikan karena kalimat pertama
mengandung informasi relevan yang akan tetap berada dalam ingatan jangka panjang ketika pembaca
menemui kalimat kedua.

1. Sekumpulan asap tebal menggelayut di atas hutan. Hutan tersebut kebakaran.Sekarang sisipkan
kalimat kedua yang mengubah topiknya dan membuat informasi tentang asap yang ada dalam memori
jangka panjang menjadi berkurang ketika pembaca mulai memperlajari tentang api.

2. Segumpalan asap hitam menggelayut di atas hutan. Melihat ke satu sisi,Carol akan melihat seekor
lebah terbang di belakang kursi.Kedua anak tersebut berlompatan di sekitarnya,tetapi tidak berusaha
membebaskan serangga tersebut.Hutan tersebut kebakaran

13
Informasi yang disisipkan tidak berkaitan dengan kebakaran hutan dan akan membuat seseorang
menjadi lebih sulit untuk memahami kalimat terakhir dariapada pada kasus pertama Sekarang, perhatikan
penyisipan dua kalimat yang sejalan dengan topik di awalnya.

3. Sekumpulan asap tebal menggelayut diatas hutan. Asap tersebut sangatlah tebal dan hitam, dan
mulai memenuhi langit yang cerah. Mendongak keatas, Carol akan dapat melihat penjaga hutan
mengarahkan lalu lintas supaya melambat. Hutan tersebut kebakaran

Dua sisipan kalimat tersebut melanjutkan topik awalnya, sehingga memudahkan pembaca untuk
menjaga informasi mengenai sekumpulan awan asap hitam agar tetap aktif di dalam memori jangka
pendek. Lesgold dan para koleganya memprediksikan bahwa lebih sedikit waktu yang dibutuhkan untuk
memahami kalimat terakhir di dalam kasus 3 daripada di kasus 2. Hasil penelitian mereka mendukung
prediksi mereka.

Suatu cara yang tidak begitu langsung di dalam mempertahankan informasi agar tetap berada dalam
ingatan jangka pendek adalah dengan menghubungkan informasi tersebut dengan informasi lain yang
menjadikannya terus mendapatkan penekanan di dalam tulisan tersebut (Glenberg, Meyer, & Linden,
1987). Hal ini diilustrasikan oleh kalimat-kalimat dalam

Contoh dari informasi terkait dan terpisah

Kalimat latar Warren menghabiskan waktu berbelanja sore di sebuah toko

Kritik (terkait) Ia mengambil tas dan pergi melihat beberapa buah syal

Kritik (terpisah) Ia meletakkan tas dan pergi melihat beberapa buah syal

Pengisi Ia telah berbelanja sepanjang hari

Kalimat tes Ia berpikir benda-benda tersebut terlalu berat untuk dibawa

Tabel 11.4.

Kalimat pertama pada paragraf tersebut menggambarkan latar dan kemudian diikuti oleh satu dari dua
kalimat penting. Beberapa subjek membaca bahwa Warren mengemasi tasnya (kondisi teraosiasi) dan
subjek lainnya membaca bahwa Warren meletakkan tasnya (kondisi yang tidak terkait). Kalimat pengisi
hanya mengacu kepada Warren, tetapi kalimat tes mengandung kata ganti (it) yang mengacu kepada tas.
Subjek yang diinstruksikan untuk membaca materi secara perlahan untuk mendapatkan pemahaman,

14
membutuhkan wakty yang lebih sedikit secara signifikan untuk membaca kalimat tes dalam kondisi
terkait. Glenberg dan para koleganya berpendapat bahwa pembaca mengonstruksi model mental (mental
model) mengenai situasi yang digambarkan di dalam tulisan yang tetap mempertahankan informasi
mengenai tokoh utama. Definisi model mental adalah representasi pikiran seseorang terhadap suatu
situasi. Model mental melibatkan objek-objek yang memilik: asosiasi dengan tokoh utama secara terpisah
—sebagai contoh, gambaran mental tentang Warren yang membawa tasnya. Jika tulisan terus-menerus
mengarah pada orang ini, maka objek-objek yang memiliki kaitan dengan orang tersebut juga akan teap
aktif dalam kerja memori, bahkan jika objek-objek tersebut tidak disadari. Para subjek selanjutnya
menjadi lebih cepat dalam menginterpretasikan kalimat tes ketika ”tas” secara terpisah diasosiasikan
dengan Warren daripada bila “tas” dipisahkan dari Warren | Baru-baru ini telah dilakukan pengujian
terhadap perbedaan individual dalam memperbarui model mentalnya terhadap suatu situasi (Radvansky &
Copeland, 2001). Salah satu hipotesisnya adalah bahwa pembaca yang memiliki kapasitas kerja memori
yang lebih luas akan lebih berhasil dalam memperbarui model mental yang mereka miliki daripada para
pelajar yang memiliki kapasitas kerja memori yang lebih kecil. Walau bagaimanapun, hipotesis ini tidak
mendapatkan bukti yang mendukung dan menganggap bahwa mempertahankan item tambahan (seperti
sebuah tas) untuk tetap berada dalam memori kerja tidak membutuhkan kapasitas yang besar. Catatlah
bahwa penemuan ini berbeda dengan hasil yang dilaporkan dalam bab sebelumnya yang mempertahankan
kenyataan bahwa interpretasi alternatif dari suatu kalimat untuk tetap aktif di dalam memori kerja
merupakan hal yang sulit bagi orang-orang dengan kapasitas kerja memori yang lebih kecil. Pesan
moralnya adalah bahwa beberapa aspek dari pemahaman tidak membutuhkan banyak kapasitas,
sedangkan aspek lainnya seperti memecahkan ambiguitas,merupakan hal yang membutuhkan lebih
banyak usaha bagi para pembaca dengan kapasitas yang lebih rendah.

Penentu ketiga terhadap tingkat kesulitan pemahaman adalah apakah ide-ide dapat ngkan secara
langsung satu sama lainnya atau harus dihubungkan dengan membuat sebuah inferensi (inference)
(Haviland & Clark, 1974). Inferensi adalah penggunaan alasan logis untuk menetapkan hubungan dalam
sebuah tulisan, ketika suatu hubungan tidak dinyatakan secara langsung. Perbedaan tersebut dapat
diilustrasikan melalui pasangan kalimat berikut ini: 1. Ed diberi seekor aligator pada di hari ulang
tahunnya. Aligator tersebut merupakan hadiah kesukaannya. 2. Ed diberi banyak benda di hari ulang
tahunnya. Aligator tersebut merupakan hadiah kesukaannya. pada kedua kasus tersebut, kalimat pertama
menyajikan konten yang sesuai untuk kalimat kedua, tetapi kasus pertama membuat jelas bahwa Ed
menerima seekor Alligator di hari ulang tahunnya. Kalimat kedua membutuhkan sebuah inferensi bahwa
salah satu benda yang diterima Ed adalah seekor Alligator. para partisipan dalam eksperimen Haviland

15
dan Clark melihat pasangan kalimat dalam sebuah tachistoscope. Setelah membaca kalimat pertama,
mereka menekan tombol untuk melihat kalimat kedua. Apaila mereka berpikir bahwa mereka telah
memahami kalimat kedua, mereka menekan tombol lainnya yang akan menghentikan waktu yang
mengukur seberapa lama kalimat kedua telah ditampilkan. Sebagaimana yang telah diprediksikan oleh
Haviland dan Clark, hal tersebut membutuhkan waktu yang lebih sedikit untuk memahami kalimat kedua
apabila ide yang sama (seperti seekor Alligator) telah dikenali di kedua kalimat dibanding ketika
hubungan antara kedua kalimat tersebut harus diinferensi.

Kesimpulannya, sejumlah variabel memengaruhi pemahaman sesuai dengan hasil penelitian ini.
Semua variabel merefleksikan seberapa mudahnya untuk mengintegrasikan apa yang sedang dibaca
seseorang dengan apa yang yang sudah pernah dibaca oleh seseorang. Variabel pertama adalah fakta
bahwa apakah pembaca dapat menghubungkan informasi yang baru saja diperoleh dengan ide-ide yang
sudah pernah ditampilkan dalam tulisan. Hasil penelitian Kieras (1978) mengindikasikan bahwa lebih
mudah memanggil kembali ide-ide dalam suatu tulisan jika kalimat tersebut mengarah pada informasi
sebelumnya daripada ketika hanya diberi informasi baru. Variabel kedua adalah bahwa ide yang
ditampilkan sebelumnya masih tetap aktif dalam memori jangka pendek atau apakah ide-ide tersebut
harus dicari ulang dari memori jangka panjang. Pemahaman akan labih mudah dilakukan apabila ide-ide
yang berkaitan masih aktif dalam memori jangka pendek (Lesgold dkk., 1979: Glenberg dkk., 1987).
Variabel ketiga adalah apakah informasi yang baru saja diperoleh dapat dikaitkan secara langsung dengan
informasi sebelumnya atau pembaca harus membuatkan h bungannya. Inferensi memperlambat
pemahaman (Haviland & Clark, 1974). Suatu teori pemahaman semestinya melibatkan salah satu dari tiga
variabel ini.

Kintsch’s Model of Comprehension


Dua bagian pertama dari bab ini mengulas penelitian tentang dua komponen pemahaman
yang sangat penting: pengetahuan awal pembaca dan pengorganisasian gagasan dalam teks.
Bagian terakhir ini menjelaskan upaya psikolog untuk mengembangkan model rinci pemahaman
teks. Karena pemahaman teks membutuhkan integrasi ide dalam teks, model pemahaman teks
membutuhkan asumsi tentang bagaimana integrasi ini terjadi.

Processing Assumptions
Ada dua input dalam model, pembaca dan teks, yang keduanya diperlukan untuk memahami
pemahaman. Pengetahuan dan tujuan pembaca mempengaruhi bagaimana pembaca menentukan
apa yang relevan, menetapkan harapan, dan menyimpulkan fakta yang tidak secara langsung
dinyatakan dalam teks. Teks itu sendiri diwakili dalam model oleh proposisi. Proposisi itu
membagi teks menjadi unit-unit yang bermakna.

16
Karakteristik umum model dapat diilustrasikan dengan contoh sederhana (Kintsch, 1979).
Perhatikan teks berikut:
Suku Swazi berperang dengan suku tetangga karena sengketa ternak. Di antara para
prajurit ada dua pria yang belum menikah, Kakra dan adiknya Gum. Kakra terbunuh dalam
sebuah pertempuran. ( P. 6)
Proposisi "berperang dengan" adalah proposisi yang paling penting, dan yang lainnya
bergabung dengannya. Parameter penting dalam model adalah jumlah proposisi yang dapat tetap
aktif di STM. Karena kapasitas STM terbatas, hanya beberapa proposisi yang dapat tetap aktif;
contoh kita mengasumsikan bahwa batas kapasitas adalah tiga proposisi, seperti yang
ditunjukkan oleh proposisi terlampir pada gambar. Proposisi yang menggambarkan rencana dan
tujuan karakter sangat mungkin untuk dipilih.
Pembaca pertama-tama mencoba menghubungkan proposisi baru dengan proposisi lama di
STM, tetapi kata-kata di kalimat kedua tidak cocok dengan kata-kata di STM. Pembaca
selanjutnya menentukan apakah proposisi baru dapat dikaitkan dengan proposisi apa pun dalam
LTM. Kintsch mengusulkan bahwa pencarian LTM, yang ia sebut sebagai pencarian
pemulihan,merupakan salah satu faktor yang membuat suatu teks sulit untuk dibaca. Jika
informasi dalam teks dapat dikaitkan dengan ide-ide yang masih aktif di STM, pemahamannya
lebih mudah daripada jika pembaca harus terlebih dahulu mencari LTM untuk mengembalikan
informasi lama di STM sehingga dapat diintegrasikan dengan informasi baru. Asumsi ini
konsisten dengan temuan Lesgold dkk (1979) dan Glenberg dkk (1987).
Pencarian pemulihan juga gagal untuk contoh karena tidak ada konsep yang umum untuk dua
kalimat pertama. Oleh karena itu, model harus membangun jaringan baru daripada
menambahkan jaringan lama. Mungkin juga membuat kesimpulan pada titik ini untuk
menghubungkan dua jaringan. Kesimpulannya adalah bahwa para pejuang yang disebutkan
dalam kalimat kedua adalah anggota suku Swazi. Ini sepertinya kesimpulan yang masuk akal,
tetapi tidak dinyatakan secara langsung. Model Kintsch mengasumsikan bahwa kesimpulan,
seperti pencarian pemulihan, memperlambat pembaca dan membuat pemahaman lebih sulit.
Model sekali lagi memilih tiga proposisi dari kalimat kedua untuk tetap aktif di STM.
Kalimat ketiga, “Kakra terbunuh dalam pertempuran,” mudah dihubungkan dengan informasi
sebelumnya karena informasi tentang Kakra masih tersedia di STM. Oleh karena itu, informasi
baru dapat ditambahkan langsung ke jaringan tanpa harus mencari LTM atau membuat
kesimpulan.
Tema utama dari model ini adalah bahwa informasi yang masuk dapat dipahami dengan lebih
mudah ketika dapat diintegrasikan dengan informasi yang telah ditemui pembaca. Kasus
termudah adalah ketika informasi baru dapat dikaitkan dengan informasi yang masih aktif di
STM. Jika tidak dapat dikaitkan, pencarian pemulihan mencoba menghubungkan informasi baru
dengan proposisi yang disimpan di LTM. Jika pencarian pemulihan gagal, jaringan baru harus
dimulai, menghasilkan memori untuk ide-ide yang tidak terintegrasi dengan baik. Hasilnya harus
lebih buruk mengingat, seperti yang ditemukan oleh Kieras (1978) ketika kalimat baru tidak

17
dapat dikaitkan dengan kalimat sebelumnya. Integrasi ide terkadang dapat dicapai dengan
inferensi,tetapi kebutuhan akan inferensi juga berkontribusi pada kesulitan teks.

The Construction-integration Model


Kintsch (1988, 1998) mengembangkan teorinya lebih lanjut dengan mengusulkan bahwa
pemahaman teks terjadi dalam dua fase—fase konstruksi dan integrasi.
Selama frase konstruksi, kata-kata dari teks digunakan untuk membangun proposisi yang
mengaktifkan kata-kata lain dan proposisi dalam LTM melalui penyebaran aktivasi. Makna
yang diaktifkan ini digunakan untuk memahami kalimat dengan memilih makna yang sesuai
selama frasa integrasi.
Fase integrasi mengumpulkan makna kalimat dari semua kata dan proposisi yang diaktifkan.
Banyak di antaranya yang tidak tepat karena tidak sesuai dengan konteksnya. Penelitian yang
lebih baru berdasarkan tugas keputusan leksikal Swinney (1979) menunjukkan bahwa
dibutuhkan setidaknya 350 msec untuk memilih arti yang tepat dari kata yang ambigu dan
membuang arti yang tidak tepat. Dibutuhkan lebih lama lagi (setidaknya 750 msec di akhir
kalimat) untuk mengidentifikasi tema kalimat sebagai perampokan karena mengidentifikasi tema
membutuhkan penentuan arti dari semua kata dalam kalimat.
Model konstruksi-integrasi menunjukkan bahwa pemahaman tidak langsung tetapi terjadi
dari waktu ke waktu. Ini adalah contoh yang baik tentang perbedaan antara pemrosesan bottom-
up dan top-down.

Incorporating Prior Knowledge


Model situasi dibangun dengan menggabungkan pengetahuan dan informasi sebelumnya
dalam teks untuk menghasilkan pemahaman yang lebih rinci tentang situasi yang dijelaskan
dalam teks. Daripada memperlakukan bahasa sebagai informasi untuk menganalisis sintaksis
dan semantik, bahasa sekarang dipandang sebagai satu set instruksi pemrosesan tentang
bagaimana membangun representasi mental dari situasi yang dijelaskan . Penggunaan
pengetahuan sebelumnya menjadi lebih penting untuk memahami topik yang kompleks seperti
sirkulasi darah.
Tingkat pemahaman yang lebih dalam yang diwakili oleh model situasi juga dapat
direpresentasikan dalam jaringan semantik yang telah kita bahas sebelumnya. Dalam hal ini
model jaringan semantik akan berisi proposisi yang diturunkan baik dari teks maupun dari
pengetahuan awal pembaca. Proposisi tentang defek septum, warna darah, dan kelebihan karbon
dioksida berasal dari teks, tetapi proposisi lain seperti pencampuran darah bergantung pada
kesimpulan berdasarkan pengetahuan sebelumnya.

Sebuah studi oleh Britton dan Gulgoz (1991) memberikan demonstrasi bagaimana seseorang
dapat menerapkan model Kintsch untuk meningkatkan keterbacaan dengan menulis ulang materi

18
akademik untuk mengurangi kebutuhan untuk membuat kesimpulan. Mereka menggunakan
model untuk mengidentifikasi di mana kesimpulan diperlukan dalam bagian tentang perang
udara di Vietnam Utara.
Britton dan Gulgoz menggunakan ukuran keterbacaan yang sama seperti Kintsch dan
menemukan bahwa bagian yang direvisi memiliki skor keterbacaan yang jauh lebih tinggi
daripada yang asli. Orang yang membaca versi aslinya mengingat 3,44 proposisi per menit
waktu membaca, dan orang yang membaca revisi mengingat 5,24 proposisi per menit waktu
membaca. Para peneliti menyarankan bahwa penulis biasanya tidak memasukkan materi
tambahan ini karena pengetahuan mereka yang luas tentang topik membuat kesimpulan mudah
bagi mereka.

Predicting Readability
Ada banyak upaya untuk memprediksi keterbacaan. Menurut Kintsch dan Vipond (1979),
formula paling awal muncul pada tahun 1920-an. Sekarang ada sekitar 50 rumus keterbacaan,
kebanyakan mengandung variabel kata dan kalimat (kata-kata yang tidak dikenal dan kalimat
yang panjang umumnya membuat teks lebih sulit untuk dibaca). Namun, apa yang kurang dari
rumus tersebut adalah cara yang baik untuk mengukur organisasi teks. Jika seseorang
menempatkan semua kata dalam sebuah kalimat dalam urutan acak, kalimat itu akan sangat sulit
untuk dipahami, tetapi prediksi sebagian besar formula tidak akan berubah karena mereka tidak
mempertimbangkan urutan kata dalam kalimat atau urutan kalimat. dalam sebuah paragraf.
Rumus demikian terbatas karena tidak didasarkan pada teori pemahaman teks.
Teori yang dikembangkan oleh Kintsch telah berkontribusi untuk mengatasi banyak
keterbatasan ini dengan memberikan penjelasan tentang bagaimana kemampuan pemrosesan
informasi pembaca berinteraksi dengan organisasi teks. Kintsch didefinisikan keterbacaan
sebagai jumlah proposisi yang diingat dibagi dengan waktu membaca. Ukuran tersebut
memperhitungkan baik ingatan dan waktu membaca karena mudah untuk meningkatkan salah
satu ukuran dengan mengorbankan yang lain.
Kintsch menggunakan modelnya, bersama dengan ukuran yang lebih tradisional, untuk
memprediksi keterbacaan paragraf. Dua prediktor keterbacaan terbaik adalah kata
frekuensi dan jumlah pencarian pemulihan. Ukuran pertama terkandung dalam sebagian besar
formula keterbacaan. Seperti yang kita duga, penggunaan kata-kata umum, yang sering muncul
dalam bahasa, meningkatkan pemahaman. Ukuran kedua—jumlah pencarian pemulihan—
dihitung dari model Kintsch. Penerapan model menentukan seberapa sering seseorang harus
mencari LTM untuk menghubungkan informasi baru dengan informasi sebelumnya. Pencarian
pemulihan diperlukan hanya ketika informasi baru tidak dapat dikaitkan dengan proposisi dalam
STM. Kintsch menemukan bahwa jumlah inferensi mempengaruhi keterbacaan, meskipun tidak
sebanyak frekuensi kata dan jumlah pencarian pemulihan. Namun, kesimpulan yang diperlukan
cukup mudah; pengaruh mereka mungkin meningkat jika mereka lebih sulit.
Kesimpulannya, hasil menunjukkan bahwa teori pemahaman dapat berkontribusi untuk
memprediksi keterbacaan. Langkah-langkah teoretis— jumlah pencarian pemulihan dan jumlah

19
inferensi—ditentukan oleh seberapa baik ide-ide dalam teks berhubungan dengan ide-ide lain
dalam teks. Langkah-langkah ini tidak termasuk dalam ukuran keterbacaan tradisional. Seperti
yang dinyatakan sebelumnya, interaksi antara bidang psikologi dan pendidikan sangat terlihat
pada awal abad ini, tetapi berkurang selama dekade berikutnya ketika psikolog mulai
mempelajari materi yang sederhana dan agak artifisial. Jumlah kegiatan penelitian saat ini pada
keterampilan kompleks seperti pemahaman menunjukkan bahwa interaksi antara dua bidang
meningkat.

Menggabungkan Pengetahuan Awal


Dalam pidatonya Distinguished Scientific Award pada pertemuan tahunan American
Psychological Association, Kintsch (1994) berfokus pada peran yang dimainkan oleh
pengetahuan sebelumnya dalam belajar dari sebuah teks. Penekanan sejauh ini adalah pada
representasi hubungan semantik dalam teks melalui pengintegrasian proposisi dalam jaringan
semantik. Tetapi ada tingkat pemahaman lain yang lebih dalam yang disebut Kintsch sebagai
model situasi. NS model situasi dibangun dengan menggabungkan pengetahuan dan informasi
sebelumnya dalam teks untuk menghasilkan pemahaman yang lebih rinci tentang situasi yang
dijelaskan dalam teks. Daripada memperlakukan bahasa sebagai informasi untuk menganalisis
sintaksis dan semantik, bahasa sekarang dipandang sebagai satu set instruksi pemrosesan tentang
bagaimana membangun representasi mental dari situasi yang dijelaskan (Zwaan & Radvansky,
1998). Anda menggunakan pengetahuan Anda sebelumnya untuk menyimpulkan bahwa kalimat
pada Gambar 11.5 menggambarkan perampokan. Penggunaan pengetahuan awal menjadi lebih
penting untuk memahami topik yang kompleks seperti sirkulasi darah. Gambar 11.6
menunjukkan contoh fragmen teks dua kalimat: “Ketika bayi memiliki cacat septum, darah tidak
dapat membuang cukup karbon dioksida melalui paru-paru. Oleh karena itu, terlihat ungu.”
Model situasi dalam hal ini direpresentasikan sebagai diagram. Ini menunjukkan bahwa, karena
defek septum, darah merah yang membawa oksigen bercampur dengan darah ungu yang

20
membawa karbon dioksida. Beberapa darah ungu karena itu disirkulasikan kembali ke dalam
tubuh tanpa mengambil oksigen di paru-paru.
Perhatikan bahwa banyak informasi dalam model situasi berasal dari pengetahuan pembaca
tentang sistem peredaran darah, bukan berasal langsung dari teks. Tingkat pemahaman yang
lebih dalam yang diwakili oleh model situasi juga dapat direpresentasikan dalam jaringan
semantik yang telah kita bahas sebelumnya. Dalam hal ini model jaringan semantik akan berisi
proposisi yang diturunkan baik dari teks maupun dari pengetahuan awal pembaca. Proposisi
tentang defek septum, warna darah, dan kelebihan karbon dioksida berasal dari teks, tetapi
proposisi lain seperti pencampuran darah bergantung pada kesimpulan berdasarkan pengetahuan
sebelumnya. Pada bagian sebelumnya kita telah membahas kemungkinan bahwa kesimpulan
akan memiliki efek yang lebih besar pada keterbacaan materi akademik daripada keterbacaan
cerita karena materi akademik lebih sulit. Sebuah studi oleh Britton dan Gulgoz (1991)
memberikan demonstrasi bagaimana seseorang dapat menerapkan model Kintsch untuk
meningkatkan keterbacaan dengan menulis ulang materi akademik untuk mengurangi kebutuhan
untuk membuat kesimpulan. Mereka menggunakan model untuk mengidentifikasi di mana
kesimpulan diperlukan dalam bagian tentang perang udara di Vietnam Utara. Mereka
menemukan 40 lokasi seperti itu Ketika bayi memiliki cacat septum, darah tidak dapat
membuang cukup karbon dioksida melalui paru-paru. Oleh karena itu, terlihat ungu.

Britton dan Gulgoz menggunakan ukuran keterbacaan yang sama seperti Kintsch dan
menemukan bahwa bagian yang direvisi memiliki skor keterbacaan yang jauh lebih tinggi
daripada yang asli. Orang yang membaca versi aslinya mengingat 3,44 proposisi per menit waktu
membaca, dan orang yang membaca revisi mengingat 5,24 proposisi per menit waktu membaca.
Para peneliti menyarankan bahwa penulis biasanya tidak memasukkan materi tambahan ini
karena pengetahuan mereka yang luas tentang topik membuat kesimpulan mudah bagi mereka.
Namun demikian, ada kualifikasi yang menarik untuk pernyataan bahwa teks yang baik
seharusnya tidak memerlukan kesimpulan apa pun. Kintsch (1994) menjelaskan sebuah studi di
mana para peneliti menulis ulang bagian tentang jantung yang rusak dengan menambahkan:

21
penjelasan dan elaborasi baik di tingkat lokal maupun global. Seperti yang ditemukan oleh
Britton dan Gulgoz (1991), orang-orang yang membaca teks yang direvisi mengingat lebih
banyak proposisi daripada orang-orang yang membaca teks aslinya. Namun, untuk pertanyaan
pemecahan masalah, kinerja berinteraksi dengan pengetahuan pembaca.
Pembaca berpengetahuan rendah lebih baik dengan teks yang diuraikan, tetapi pembaca
berpengetahuan tinggi lebih baik dengan teks asli (DS McNamara, Kintsch, Songer, & Kintsch,
1996). Jelas mengapa siswa berpengetahuan rendah tampil lebih baik dengan teks yang
diuraikan. Mereka tidak memiliki pengetahuan untuk membuat kesimpulan dalam teks asli dan
juga tidak memahaminya. Tetapi mengapa pembaca berpengetahuan tinggi lebih baik dalam
memecahkan masalah ketika mereka menerima teks aslinya? Kemungkinan teks ini lebih
menantang mereka, mengharuskan mereka untuk berpikir lebih dalam dan membuat kesimpulan
—yang dapat mereka buat karena pengetahuan mereka sebelumnya. Perhatikan bahwa
penjelasan ini konsisten dengan pemrosesan teka-teki yang berorientasi pada fakta versus
berorientasi pada masalah, yang dibahas dalam bagian tentang pemrosesan transfer yang sesuai
di Bab 6. Pemrosesan yang berorientasi pada masalah menghasilkan refleksi yang lebih besar
dan mempersiapkan orang dengan lebih baik untuk menjawab teka-teki nanti.
Memprediksi Kemampuan Membaca
Salah satu aspek menarik dari model Kintsch adalah model ini cukup lengkap untuk
memungkinkan prediksi tentang kemudahan membaca berbagai jenis teks. Memprediksi
keterbacaan adalah masalah terapan yang penting. Pengembang materi pendidikan ingin
diyakinkan bahwa materi mereka dapat dipahami oleh siswa yang membacanya. Seorang mantan
profesor saya pernah menulis sebuah bab untuk Pikiran, sebuah buku dalam salah satu seri Time-
Life. Babnya membutuhkan sembilan revisi sebelum memuaskan para editor Time-Life.
Meskipun dia adalah seorang penulis yang baik dan akrab dengan topik tersebut, dia tidak
berpengalaman dalam menulis untuk siswa di sekolah menengah pertama—tingkat membaca
yang dipilih untuk seri tersebut. Ada banyak upaya untuk memprediksi kemampuan membaca.
Menurut Kintsch dan Vipond (1979), formula paling awal muncul pada tahun 1920-an. Sekarang
ada sekitar 50 rumus keampuan membaca, kebanyakan mengandung variabel kata dan kalimat
(kata-kata yang tidak dikenal dan kalimat yang panjang umumnya membuat teks lebih sulit
untuk dibaca). Namun, apa yang kurang dari rumus tersebut adalah cara yang baik untuk
mengukur organisasi teks. Jika seseorang menempatkan semua kata dalam sebuah kalimat dalam
urutan acak, kalimat itu akan sangat sulit untuk dipahami, tetapi prediksi sebagian besar formula
tidak akan berubah karena mereka tidak mempertimbangkan urutan kata dalam kalimat atau
urutan kalimat. dalam sebuah paragraf. Rumus demikian terbatas karena tidak didasarkan pada
teori pemahaman teks. Teori yang dikembangkan oleh Kintsch telah berkontribusi untuk
mengatasi banyak keterbatasan ini dengan memberikan penjelasan tentang bagaimana
kemampuan pemrosesan informasi pembaca berinteraksi dengan organisasi teks.
Kintsch mendefinisikan kemampuan membaca sebagai jumlah proposisi yang diingat dibagi
dengan waktu membaca. Ukuran tersebut memperhitungkan baik ingatan dan waktu membaca
karena mudah untuk meningkatkan salah satu ukuran dengan mengorbankan yang lain. Kintsch
menggunakan modelnya, bersama dengan ukuran yang lebih tradisional, untuk memprediksi

22
keterbacaan paragraf. Dua prediktor kemampuan membaca terbaik adalah kata frekuensi dan
jumlah pencarian pemulihan. Ukuran pertama terkandung dalam sebagian besar formula
keterbacaan. Seperti yang kita duga, penggunaan kata-kata umum, yang sering muncul dalam
bahasa, meningkatkan pemahaman. Ukuran kedua—jumlah pencarian pemulihan— dihitung dari
model Kintsch. Penerapan model menentukan seberapa sering seseorang harus mencari LTM
untuk menghubungkan informasi baru dengan informasi sebelumnya. Pencarian pemulihan
diperlukan hanya ketika informasi baru tidak dapat dikaitkan dengan proposisi dalam STM.
Ukuran teoretis lain yang meningkatkan prediksi keterbacaan adalah jumlah inferensi yang
diperlukan. Inferensi diperlukan setiap kali suatu konsep tidak langsung diulang—misalnya,
ketika perang disebutkan dalam kalimat pertama dan prajurit dalam kalimat kedua. Kintsch
menemukan bahwa jumlah inferensi mempengaruhi keterbacaan, meskipun tidak sebanyak
frekuensi kata dan jumlah pencarian pemulihan. Namun, kesimpulan yang diperlukan cukup
mudah; pengaruh mereka mungkin meningkat jika mereka lebih sulit.
Kesimpulan yang lebih sulit seringkali diperlukan untuk membaca materi akademis, seperti
bagian sejarah tentang perang Korea dan Vietnam. Studi yang menggunakan bahan ini
menunjukkan bahwa semakin banyak kesimpulan yang diperlukan untuk menghubungkan ide,
semakin buruk ide tersebut diingat (Britton, Van Dusen, Glynn, & Hemphill, 1990). Peristiwa
sejarah cenderung tidak sesuai dengan kerangka standar cerita fiksi, membuat kesimpulan lebih
menantang. Program penelitian lain juga mengumpulkan data untuk membedakan antara
kesimpulan yang langsung dan otomatis dan kesimpulan yang memerlukan pengetahuan khusus
oleh pembaca (McKoon & Ratcliff, 1990; Swinney & Osterhout, 1990). Meskipun materi
akademis membutuhkan lebih banyak kesimpulan daripada narasi, apakah kesimpulan ini dibuat
tergantung pada tujuan pembaca. Beberapa peserta dalam studi pemahaman oleh van den Broek
dan rekan-rekannya disuruh membayangkan mereka sedang belajar untuk ujian esai. Peserta lain
diminta untuk membayangkan bahwa mereka telah menemukan artikel yang menarik saat
menelusuri majalah (van den Broek, Lorch, Linderholm & Gustafson, 2001). Peserta tujuan studi
menghasilkan lebih banyak kesimpulan untuk membangun koherensi teks dan memiliki memori
yang lebih baik untuk isinya. Siswa lain kurang peduli dengan membangun representasi yang
koheren, tetapi dibuat lebih asosiatif ("Ini mengingatkan saya pada film Apollo 13 ”) dan
komentar evaluatif (“Aneh sekali!”).
Kesimpulannya, hasil menunjukkan bahwa teori pemahaman dapat berkontribusi untuk
memprediksi keterbacaan. Langkah-langkah teoretis— jumlah pencarian pemulihan dan jumlah
inferensi—ditentukan oleh seberapa baik ide-ide dalam teks berhubungan dengan ide-ide lain
dalam teks. Langkah-langkah ini tidak termasuk dalam ukuran keterbacaan tradisional. Seperti
yang dinyatakan sebelumnya, interaksi antara bidang psikologi dan pendidikan sangat terlihat
pada awal abad ini, tetapi berkurang selama dekade berikutnya ketika psikolog mulai
mempelajari materi yang sederhana dan agak artifisial. Jumlah kegiatan penelitian saat ini pada
keterampilan kompleks seperti pemahaman menunjukkan bahwa interaksi antara dua bidang
meningkat.

23
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN

Para psikolog mempelajari pemahaman dengan mengkaji bagaimana pengetahuan awal yang
dimiliki seseorang dan karekteristik pemrosesan informasi berinteraksi dengan pengorganisasian
ide-ide dalam suatu tulisan. Pentingnya pengetahuan awal merupakan suatu bukti ketika
seseorang harus memahami ide yang sangat abstrak. Konteks yang sarat makna meningkatkan
pemanggilan ulang jika konteks tersebut diberikan sebelum orang membaca materi-materi
abstak. Merupakan hal yang penting untuk meningkatkan pemahaman sebagai cara untuk
meningkatkan pemanggilan ulang. Pemanggilan ulang terhadap ide konkret dapat meningkat
dengan penyajian konteks setelah orang membaca tulisan tersebut jika konteks tersebut
menyebabkan perubahan perspektif.

Pengetahuan seseorang akan aktivitas keseharian dapat digambarkan melalui skrip-skrip yang
menggambarkan kejadian-kejadian paling umum yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas
tersebut. Skrip-skrip tersebut memengaruhi apa yang menjadi penekanan seseorang ketika
membaca suatu tulisan. Terkadang, salah satu kerugian yang muncul dari pengetahuan awal
adalah kesulitan dalam membedakan antara materi yang baru dibaca dengan pengetahuan awal
berkaitan dengan topik yang dibaca. Pemahaman tidak hanya ditentukan oleh apa yang sudah
orang ketahui, tetapi juga oleh pengorganisasian ide-ide dalam tulisan tersebut. struktur global
dari cerita meliputi latar, tema, plot, dan resolusi. Tema memberikan gambaran tentang fokus
umum dari cerita tersebut dan sering kali terdiri dari tujuan yang coba dicapai oleh tokoh
utamanya. pemahaman yang muncul akan sangat baik apabila tema mendahului plotnyas
memburuk jika tema mengikuti plotnya dan menjadi semakin buruk jika temanya menyimpang.
Pernyataan yang memiliki dampak positif dan negatif terhadap pencapaian tujuan dinilai sebagai
hal yang paling penting dan paling mudah diingat. Hubungan sebab akibat juga sangat membantu
dalam memfasilitasi pencarian ulang informasi secara cepat.

Suatu Mode| pemahaman tulisan kebanyakan memperhitungkan bagaimana pembaca berusaha


mengkaitkan ide-ide ada dalam tulisan dengan ide-ide yang sudah pernah dibaca. Pemahaman
menjadi hal yang sangat mudah apabila ide-ide yang ada dapat dikaitkan dengan ide-ide yang

24
masih terdapat dalam memori jangka pendek. Jika tidak ada hubungan yang ditemukan, maka
pembaca dapat melihat pada memori jangka panjang untuk menemukan hubungannya. Jika tidak
ada hubungan yang ditemukan dalam memori jangka panjang, maka materi baru harus disimpan
secara terpisah daripada diintegrasikan dengan materi yang lama. Hubungan terkadang dapat
ditemukan dengan membuat inferensi, tetapi inferensi memperlambat pemahaman dibandingkan
dengan pengulangan langsung atas konsep yang sama. sebuah model pemahaman yang diajukan
oleh Kintsch cukup berhasil dalam memprediksikan dan meningkatkan kemampuan membaca.
Model tersebut dapat mengukur pengorganisasian tulisan dengan mempertimbangkan seberapa
banyak pencarian memori jangka panjang dan seberapa banyak inferensi yang dibutuhkan.
Parameter tersebut melibatkan sejumlah proposisi yang diproses pada saat bersamaan dan
kemungkinan menyimpan proposisi dalam memori jangka panjang, serta jumlah proposisi yang
dapat dipertahankan tetap aktif dalam memori jangka pendek.

Di samping meningkatkan formula kemampuan membaca yang telah ada, model tersebut
memberikan kerangka teoretis untuk menyelidiki bagaimana karekteristik pemrosesan informasi
yang dimiliki seseorang saling terkait dengan pengorganisasian tulisan untuk mempengaruhi
pemahaman. Secara khusus, pengetahuan awal yang dimiliki pembaca menentukan kemudahan
dalam membuat inferensi dan menentuka? Keberhasilan dalam pemanggilan ulang, serta
pengguna nformasi dalam tulisan untuk menyelesaikan masalah.

25
DAFTAR PUSTAKA

Reed, S. K. (2007). Cognition Theory and Applications Seventh Edition. Thomson Wadsworth,.

26

Anda mungkin juga menyukai