MAKALAH Model Manajemen Dan Administrasi Ziswaf Di Kemenag Dan Baznas
MAKALAH Model Manajemen Dan Administrasi Ziswaf Di Kemenag Dan Baznas
MAKALAH Model Manajemen Dan Administrasi Ziswaf Di Kemenag Dan Baznas
(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Zakat Dan Wakaf)
Disusun Oleh :
RIZKI ARIYANDI
NIM :202005075
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah,dengan mengucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah
swt,yang telah memberikan kemudahan kepada kami untuk menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Model Manajemen dan Administrasi Ziswaf Di Kemenag dan Baznas” dan
kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengampu yang telah
membimbing kami dalam mengerjakan tugas ini dengan baik.
Dan dengan ini kami berharap semoga tugas yang telah kami kerjakan semoga
bermanfaat dan dapat menjadikan referensi bagi kita sebagai tambahan wawasan dan ilmu
untuk mengenal lebih dalam pelajaran “Manajemen Zakat dan Wakaf”
Pada akhirnya hanya Allah jua-lah yang memberikan tawfiq dan ma’unahnya
kepada kita semua. Semoga keberadaan tugas ini mendapatkan ridha_NYA.
Akhirnya kritik dan saran senantiasa diharapkan agar untuk masa-masa yang akan
datang dapat disempurnakan semoga tugas makalah ini memberikan manfaat bagi kita
semua.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUN
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Batasan Masalah..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Model Manajemen Dan Administrasi Zakat Di Kemenag Dan Baznas.......................3
B. Model Manajemen Dan Administrasi Infak Di Kemenag Dan Baznas........................7
C. Model Manajemen Dan Administrasi Sedekah Di Kemenag Dan Baznas..................10
D. Model Manajemen Dan Administrasi Wakaf Di Kemenag Dan Baznas.....................12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harapan umat Islam Indonesia atas terlaksananya pengelolaan zakat semakin hari
semakin meningkat, baik oleh kalangan birokrat maupun swasta. Namun, ada juga
kendala yang menjadi permasalahan pengelolaan zakat di Indonesia. Salah satunya,
adanya sikap kurang percaya masyarakat muslim terhadap lembaga pengelola zakat di
Indonesia yang diberi wewenang. Penyebab dari ketidakpercayaan umat terhadap para
pengelola lembaga zakat bisa dikurangi, jika telah tercipta sebuah sistem organisasi
pengelola zakat yang amanah dan profesional.
Kesadaran untuk menunaikan kewajiban zakat bagi setiap muslim merupakan
kata kunci bagi terciptanya umat yang sejahtera. Zakat juga merupakan jaminan sosial
pertama dari semua peradaban yang ada. Zakat berbeda dengan pajak karena dalam
perspektif ekonomi Islam zakat memiliki dasar, pemahaman dan teori hukum syar’i
yang bersumber dari Al-Qur’an dan hadits yang sangat berbeda dengan pajak, yang
menyatukan zakat sebagai pajak karena penanganannya dilakukan pemerintah sebagai
sumber pemasukan negara. Namun, di sisi yang lain zakat sebagai rukun Islam yang
ditentukan langsung oleh Al-Qur’an untuk siapa dan untuk keperluan apa, sehingga
dalam menanganinya dituntut sikap yang ekstra hati-hati.
BAZNAS berperan sebagai penyedia bantuan jaminan sosial bagi fakir miskin di
tanah air. Kehadiran lembaga ini menopang tugas negara dalam mensejahterakan
masyarakat, sehingga sewajarnya disokong oleh pemerintah. Peran dan konstribusi
BAZNAS kepada masyarakat khususnya umat Islam, tidak hanya dalam ukuran yang
bersifat kuantitatif, tetapi juga ukuran yang bersifat kualitatif, terutama peran BAZNAS
dalam menyebarluaskan nilai-nilai zakat di tengah masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Model Manajemen dan Administrasi Zakat di Kemenag dan Baznas?
2. Bagaimana Model Manajemen dan Administrasi Infak di Kemenag dan Baznas?
3. Bagaimana Model Manajemen dan Administrasi Sedekah di Kemenag dan Baznas?
4. Bagaimana Model Manajemen dan Administrasi wakaf di Kemenag dan Baznas?
1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Model Manajemen dan Administrasi Zakat di Kemenag dan
Baznas
2. Untuk mengetahui Model Manajemen dan Administrasi Infak di Kemenag dan
Baznas
3. Untuk mengetahui Model Manajemen dan Administrasi Sedekah di Kemenag dan
Baznas
4. Untuk mengetahui Untuk Model Manajemen dan Administrasi wakaf di Kemenag
dan Baznas
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2011 Tentang Penggelola Zakat bahwasanya dalam melaksanakan tugas, BAZNAS
juga menyelenggarakan fungsi:
1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat
3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat; dan
4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS dapat bekerja sama dengan
pihak terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara tertulis kepada Presiden
melalui Menteri dan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun.
Secara Umum Pengelolaan Zakat diupayakan dapat menggunakan fungsi-
fungsi manajemen modern yang meliputi; Perencanaan, pengorganisasian,
Pelaksanaan dan pengarahan serta pengawasan.
Perencanaan meliputi; merumuskan rancang bangun organisasi, perencanaan
program kerja yang terdiri dari: penghimpunan (fundraising), pengelolaan dan
pendayagunaan. Pengorganisasian meliputi; kordinasi, tugas dan wewenang,
penyusunan personalia, perencanaan personalia dan recruiting. Pelaksanaan dan
pengarahan terdiri dari; pemberian motivasi, komunikasi, model galkepemimpinan,
dan pemberian reward dan sangsi. Sedangkan pengawasan meliputi; Tujuan
pengawasan, tipe pengawasan, tahap pengawasan serta kedudukan pengawas.
Kementerian Agama telah melakukan inisiatif yang cukup penting dalam
meningkatkan kinerja pengelolaan zakat di Indonesia, di antaranya adalah dengan
dikeluarkannya standar audit syariah yang ditujukan untuk mengevaluasi kinerja
lembaga zakat di Indonesia melalui beberapa aspek, yaitu: kinerja lembaga, kinerja
keamilan, kinerja pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan.2
Administrasi zakat di kemenag dan Bazns meliputi :
1. Sistem Pengumpulan
a. Zakat terdiri dari zakat maal (harta) dan zakat fitrah (pasal 11 ayat 1).
b. Harta yang dikenai zakat (pasal 11 ayat 2) adalah :
1) Emas, perak, dan uang
2) Perdagangan dan perusahaan
2
Kementrian Agama RI. Kebijakan Kementrian Agama Dalam Pengelolaan Zakat. Website:
https://kaltim.kemenag.go.id/berita/read/514881
4
3) Hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil perikanan
4) Hasil pertambangan
5) Hasil peternakan
6) Hasil pendapatan dan jasa
7) rikaz.
c. Zakat, infaq dan shadaqah perorangan pada instansi/lembaga setiap bulan
dikumpulkan melalui UPZ.
d. Zakat, infaq dan shadaqah badan dan perorangan dikumpulkan juga secara
langsung oleh Pengurus BAZ Provinsi.
e. Untuk kepentingan Muzakki, BAZ Provinsi, Kabupaten/Kota mengirimkan
pemberitahuan kepada muzakki badan/perorangan untuk menyetorkan
zakatnya disertai dengan Pedoman Perhitungan Zakat Sendiri.
f. Pengurus BAZ dapat membantu Muzakki dalam menghitung
zakatnyaPenghitungan zakat dilakukan menurut nishab, kadar dan
waktunya berdasarkan ketentuan hukum agama.
g. Pengurus BAZ menerima zakat dengan menerbitkan formulir bukti setor
zakat.
h. Pengurus BAZ selain menerima zakat dapat menerima infaq, shadaqah,
hibah, wasiat, waris dan kafarat (pasal 13)
i. Bukti setor zakat mencantumkan hal-hal sebagai berikut :
1. Nama BAZ dan logonya serta alamat.
2. Nomor urut bukti setor.
3. Nama Muzakki, Alamat Muzakki, Telepon, Fax, dan email.
4. NPWZ (nomor Pokok Wajib Zakat) terdiri dari 15 digit :
2 digit pertama kode Muzakki. 01 Muzakki perorangan, 02 Muzakki
Perusahaan.
6 digit kedua menjelaskan nomor urut Muzakki. Penulisan dimulai
dari digit terakhir, misalnya nomor urut muzakki 1, maka ditulis
000001.
1 digit ketiga, menjelaskan kode lembaga amil.
A: Kode BAZNAS
B : Kode BAZDA
C : Kode LAZNAS
5
D : Kode LAZDA
E : Kode UPZ
3 digit keempat nomor urut Wilayah Provinsi Sumatera Selatan, yaitu
005.
3 digit kelima nomor urut Kabupaten/Kota, misalnya muzakki
Palembang, yaitu 011.
5. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), KMJ (Kartu Jamaah Masjid),
Nama Masjid.
6. Jumlah setoran dengan dicancumkan tahun haul dan diberikan
penjelasan : 1) Penyetoran zakat, 2) Penyetoran infaq, 3) Shadaqah, 4)
Wakaf, 5) Waris, 6) Kafarat dll
7. Nama dan Tanda Tangan penyetor
8. Nama, tanda tangan dan jabatan petugas BAZDA Provinsi serta tanggal
penerimaan setoran.
9. Bukti Setor Zakat dibuat dalam rangkap 5 dengan distribusi : 1) Lembar
asli : untuk Arsip Pajak 2) Lembar kedua : untuk Arsip Wajib Zakat 3)
Lembar ketiga : untuk Arsip BAZ 4) Lembar Keempat: untuk Arsip UPZ
5) Lembar kelima : untuk Bank Tempat Menyetor. Pengurus BAZ
penerima setoran Zakat, Infaq dan Shadaqah ditampung dalam rekening
Dana BAZ.
10. Zakat yang ditunaikan melalui BAZ dapat dikurangkan dari
penghasilan dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
2. Penyaluran Zakat
a. Apabila harta zakat itu banyak dan semua sasaran ada, zakat harus
dibagikan kepada semua mustahiq. Hal itu tergantung pada jumlah dan pada
kebutuhannya. Sebab terkadang ada pada suatu daerah seribu orang fakir,
sementara dari orang yang berhutang atau ibnu sabil hanya sepuluh orang.
Pendapat Imam Malik dan Ibnu Syhab mendahulukan sasaran yang paling
banyak jumlah dan kebutuhannya.
b. Diperbolehkan memberikan semua zakat, tertuju pada sebagian sasaran
tertentu saja dengan alasan untuk mewujudkan kemaslahatan. Juga
6
diperbolehkan melebihkan antara yang satu dengan yang lain sesuai dengan
kebutuhan.
c. Hendaknya golongan fakir dan miskin adalah sasaran pertama yang harus
menerima zakat, karena memberi kecukupan kepada mereka merupakan
tujuan utama dari zakat.
d. Bagian ‘amilin tidak boleh lebih dari 1/8
e. Zakat, infaq dan shadaqah yang terkumpul melalui BAZ didistribusian
kepada yang berhak menerimanya dan dilakukan sesuai dengan ketentuan
hukum Islam.
f. Penyaluran dana yang terkumpul dapat bersifat konsumtif dan dapat bersifat
produktif dengan memperioritaskan mustahiq di wilayahnya.
g. Khusus dana zakat disalurkan kepada 8 (delapan) asnaf dan dana lainnya
diprioritaskan untuk menunjang usaha produktif.
h. Pendistribusian dana zakat kepada 8 asnaf diatur sesuai persetujuan Dewan
Pertimbagan, misalnya : 1) Fakir/Miskin+ Riqab+ Gharimin : 50 %
2)Sabilillah + Muallaf : 25% 3). Ibnu Sabil : 12,5% 4) Amilin : 12,5%3
3
M. Daud, Administrasi Dan Manajemen Zakat. Diakses pada tanggal 27 Mei 2022. Website:
https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/fsyd1349831574.pdf
7
BAZNAS adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat, infaq dan
shadaqah secara nasional. BAZNAS merupakan Lembaga pemerintah nonstruktural
yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
Agama. BAZNAS berkedudukan di ibu kota negara. Keanggotaan BAZNAS terdiri
atas 11 orang anggota yakni delapan orang dari unsur masyarakat (Ulama, tenaga
profesional dan tokoh masyarakat Islam) dan tiga orang dari unsur pemerintah
(ditunjuk dari kementerian/instansi yang berkaitan dengan pengelolaan zakat). LAZ
(Lembaga Amil Zakat) adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki
tugas membantu pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat.
Administrasi infak di kemenag dan Baznas:
1. Pengumpulan infak
a. Penerapan Strategi
Penerapan strategi dilakukan sebelum melakukan kegiatan,
pertama menyusun perencanaan setiap tahunnya tentang penerimaan
dan penyaluran dana ZIS, kedua menyusun anggaran rancangan kerja
anggaran tahunan yang disebut RKAT, ketiga menentukan sumber –
sumber penerimaan dana yang meliputi zakat fitrah, zakat maal, dan
infak/sedekah (jemaah haji/ASN), keempat membuat laporan.
b. Implementasi Strategi
Setelah semua kegiatan atau tahapan penyusunan anggaran
selesai, barulah Baznas melakukan Rapat Kerja untuk menentukan
tugas – tugas dalam penyaluran/pengumpulan dana zakat, infak dan
sedekah. Pendistribusian zakat dilakukan sesuai dengan syari setelah
dikurangi hak amilin 12.5% (persen). Sisanya sebesar 87.5% (persen)
dibagikan kepada delapan asnaf.
Pelaksanaannya terdapat berbagai macam program, seperti menyusun
strategi pengumpulan zakat sebagai berikut :
a) Membentuk UPZ disetiap OPD.
b) Memperluas jaringan kerjasama dengan pihak terkait untuk
meningkatkan pengumpulan dana
infak/sedekah ASN.
2. Pada sisi penyaluran dan pendayagunaan ZIS, perlu diperhatikan
kembali beberapa hal, yakni sebagai berikut :
8
a. Aspek pengumpulan dan pengolahan data mustahik perlu
diperhatikan terlebih dahulu, untuk menetapkan berapa jumlah
mustahik yang akan mendapatkannya. Apabila jumlah mustahik
cukup banyak, maka perlu dilakukan penelahaan yang seksama
untuk menentukan skala prioritas. Demikian pula apabila
kondisi mustahik itu beragam, misalnya disamping fakir miskin,
juga terdapat mustahik lainnya.
b. Untuk aspek penyaluran dan pendayagunaan ZIS perlu disusun
dan ditaati aturan yang menjamin adanya efisiensi dengan
kriteria yang jelas. Studi kelayakan objek perlu di lakukan,
misalnya untuk menentukan apakah ZIS yang bersifat produktif
ataukah bersifat konsumtif yang akan diberikan. Terhadap
golongan fakir miskin yang digambarkan dalam Q.S Al-
Baqarah: 273, mungkin yang lebih tepat adalah yang bersifat
konsumtif. Demikian pula golongan fakir miskin yang cacat
tubuh, yang tidak memungkinkan dia bekerja atau berusaha,
atau golongan fakir miskin yang tua renta. Sementara untuk
mereka yang memungkinkan untuk bekerja atau berusaha, lebih
diutamakan ZIS yang bersifat produktif, untuk memberi /
menambah modal usaha atau dengan meningkatkan kualitas
pekerjaannya melalui pelatihan-pelatihan yang pendanaannya
diambil dari dana zakat.
c. Harus diperhatikan bahwa keberhasilan amil zakat bukan
ditentukan oleh besarnya dana ZIS yang dihimpun atau
didayagunakan, melainkan juga pada sejauh mana para
mustahik (yang mendapatkan ZIS yang produktif) dapat
meningkatkan kegiatan usaha ataupun bekerjanya. Oleh karena
itu, aspek monitoring dan pembinaan perlu mendapatkan
perhatian yang sungguh-sungguh.
d. Para muzakki, terutama yang kewajiban zakatnya cukup besar,
tentu ingin mengetahui bagaimana pendayagunaan ZIS yang
dikeluarkannya. Oleh karena itu, aspek pelaporan pertanggung
jawaban perlu dihidup suburkan. Kemampuan untuk
menampilkan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan
9
pendayagunaan ZIS dengan baik akan menarik simpati dan
kepercayaan lebih besar dari para muzakki.
e. Sebagai konsekuensi dari optimalisasi penyaluran ZIS kepada
mustahik, terutama dalam rangka pengentasan kemiskinan,
perlunya para fakir dan miskin bernaung dalam suatu organisasi
yang mempunyai kekuatan hukum, atau pun LSM. Mereka perlu
diorganisasi dengan baik, diberi latihan dan pendidikan yang
diperlukan, serta diberi modal usaha agar dapat mengentaskan
dirinya dari kemiskinan. Melalui organisasi ini, baik latihan dan
pendidikannya maupun usahanya dapat dibiayai dari dana ZIS.
10
dan penyaluran dana ZIS, kedua menyusun anggaran rancangan kerja
anggaran tahunan yang disebut RKAT, ketiga menentukan sumber –
sumber penerimaan dana yang meliputi zakat fitrah, zakat maal, dan
infak/sedekah (jemaah haji/ASN), keempat membuat laporan.
b. Implementasi Strategi
Setelah semua kegiatan atau tahapan penyusunan anggaran
selesai, barulah Baznas melakukan Rapat Kerja untuk menentukan
tugas – tugas dalam penyaluran/pengumpulan dana zakat, infak dan
sedekah. Pendistribusian zakat dilakukan sesuai dengan syari setelah
dikurangi hak amilin 12.5% (persen). Sisanya sebesar 87.5% (persen)
dibagikan kepada delapan asnaf.
2. Pada sisi penyaluran dan pendayagunaan ZIS, perlu diperhatikan kembali
beberapa hal, yakni sebagai berikut :
a. Aspek pengumpulan dan pengolahan data mustahik perlu
diperhatikan terlebih dahulu, untuk menetapkan berapa jumlah
mustahik yang akan mendapatkannya. Apabila jumlah mustahik
cukup banyak, maka perlu dilakukan penelahaan yang seksama
untuk menentukan skala prioritas. Demikian pula apabila kondisi
mustahik itu beragam, misalnya disamping fakir miskin, juga
terdapat mustahik lainnya.
b. Untuk aspek penyaluran dan pendayagunaan ZIS perlu disusun dan
ditaati aturan yang menjamin adanya efisiensi dengan kriteria yang
jelas. Studi kelayakan objek perlu di lakukan, misalnya untuk
menentukan apakah ZIS yang bersifat produktif ataukah bersifat
konsumtif yang akan diberikan. Terhadap golongan fakir miskin
yang digambarkan dalam Q.S Al-Baqarah: 273, mungkin yang lebih
tepat adalah yang bersifat konsumtif.
c. Para muzakki, terutama yang kewajiban zakatnya cukup besar,
tentu ingin mengetahui bagaimana pendayagunaan ZIS yang
dikeluarkannya. Oleh karena itu, aspek pelaporan pertanggung
jawaban perlu dihidup suburkan. Kemampuan untuk menampilkan
laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pendayagunaan ZIS
dengan baik akan menarik simpati dan kepercayaan lebih besar dari
para muzakki
11
Pendistribusian zakat dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan
memperhatikan prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. Selain menerima
zakat (mengelola zakat), BAZNAS dapat menerima dan mendistribusikan infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan pendayagunaan
infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya tersebut dilakukan sesuai dengan
syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan peruntukkan yang diikrarkan oleh
pemberi.4
D. Model Manajemen dan Administrasi Waqaf di Kemenag dan Baznas
Dalam perwakafan, pengelola wakaf atau naẓir sangat membutuhkan
manajemen dalam menjalankan tugasnya. Manajemen ini digunakan untuk mengatur
kegiatan pengelolaan wakaf, menghimpun wakaf uang, dan menjaga hubungan baik
antara naẓir, wakif dan masyarakat. Untuk itu, yang penting adalah nazir menguasai
prinsip-prinsip manajemen yang meliputi:5
1. Tahapan fungsi manajemen, untuk mencapai tahap ini, nazir harus menguasai 4
(empat) aspek dalam manajemen, yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan (controlling).
2. Manajemen Fundraising. Untuk dapat mencapai target yang diinginkan, maka
rencana progam kerja hendaknya disusun secara rinci dengan menggunakan
strategi. Strategi Fundraising wakaf produktif hendaknya disusun secara rinci dari
waktu ke waktu, perumusan yang spesifik, dan penetapan targetnya, setiap waktu
secra sistematis menuju pada tujuan yang hendak dicapai. Kegiatan fundraising
juga demikian, kesuksesannya tergantung pada perencanaan secara matang.
Perencanaan penggalangan dana dikaitkan dengan program perencanaan dan
penggalangan sumber daya secara terpadu.
3. Ketiga, Manajemen Pengembangan. Pengembangan ekonomi umat menjadi tujuan
utama wakaf dalam mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan masyarakat
secara kontinue, sehingga pengembangan wakaf produktif sebagai sumber modal
usaha tidaklah melawan hukum syariat.
4. Keempat, Manajemen Pemanfaatan. Sistem ekonomi yang berbasis Islam
menghendaki bahwa dalam hal pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu
sendi kebebasan dan keadilan kepemilikan.
4
Pasal 28 ayat (3) UU 23/2011 jo. Pasal 76 dan Pasal 71, Pasal 72, Pasal 73
5
Nailis Sa’adah dan Fariq Wahyudi, 2016. Manajemen Wakaf Produktif: Studi Analisis Pada Baitul Mal
Di Kabupaten Kudus. EQUILIBRIUM: Jurnal Ekonomi Syariah. Volume 4, Nomor 2. Hlm.337-339.
12
5. Kelima, Manajemen Pelaporan. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil
refleksi dari beberapa transaksi uang yang terjadi dalam suatu perusahaan.
Metode Penghimpunan 1) Dalam penghimpunan dana dengan silahturohim pada calon
donator yang telah di prospek. 2) Kunjungan pada perusahaan untuk melakukan
kerjasama umat maupun mendukung progam yang tersedia. 3) Untuk mempengaruhi
minat calon muwakif lembaga menggunakan voucher atau sertifikat wakaf yang telah
ditentukan nominalnya. 4) Melalui no rekening dan penjemputan dana wakaf. 5)
Donator tetap maupun tidak tetap dilakukan permohonan proposal wakaf. 6) Membuat
event sosial dengan menampilkan produk wakaf sekaligus ditawarkan kepada
masyararakat. 7) Kerjasama dengan Bank syariah, karena memiliki keunggulan teknis
dalam mengelola keuangan sehingga memungkinkan optimalisasi penghimpunan harta
wakaf dan diharapkan akan lebih mengefektifkan sosialisasi keberadaan produk wakaf
uang seiring dengan tingginya akses masyarakat terhadap jasa keuangan. 8)
Mensosialisaikan kepada masyarakat didukung tokoh setempat dengan mengadakan
pengajian maupun kegiatan yang terkait masyarakat. 9) dalam mempengaruhi dan
menggugah kesadaran untuk melaksanakan wakaf dan berkerjasama dengan staf teller
dan staf marketing dalam penggalangan dana wakaf jika ada yang tertarik, maka
diberikan bukti sertifikat wakaf.
Sasaran Penghimpunan 1) Masyarakat. 2) Donatur tetap maupun tidak tetap. 3)
Keluarga. 4) Pelaku wirausaha melalui dana CSR yang dialokasikan pada wakaf. 5)
Nasabah BMT melalui Staf Marketing maupun Staf Teller.
Di Indonesia sendiri, konsep fiqh wakaf dan pengelolaannya sudah semakin
berkembang, hal ini dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. akan tetapi di Indoensia masih identik
dengan wakaf tanah, namun yang terpenting adalah untuk pengelolaan wakaf secara
produktif dan bermanfaat untuk kepentingan umat. Untuk pengelolaan dana wakaf
uang, harus ada sistem atau pola (standar pelaksanaan) yang diterapkan agar dana yang
akan dan dana yang sudah terkumpul dapat diberdayakan dengan maksimal.
Penyaluran atau pemberdayaan hasil wakaf sangat penting, penyaluran wakaf
uang untuk masyarakat yang berhak menerimanya atau memberikan manfaat untuk
kemaslahatan masyarakat. Asas kemanfaatan benda wakaf menjadi landasan yang
paling relevan dengan keberadaan benda wakaf itu sendiri.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen zakat dapat
didefinisikan sebagai proses pencapaian tujuan lembaga zakat dengan atau melalui
orang lain, melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian
sumber daya organisasi yang efektif dan efisien.
Pengelolaan zakat di kemenag dimulai dari kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, pengordinasian, pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan.
Seorang muslim atau badan usaha wajib mengeluarkan zakatnya untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya dan harus sesuai dengan syariat islam yang ada,
infak harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha berguna untuk
kemaslahatan umat, muzaki adalah orang yang wajib menunaikan zakat, mustahik
adalah orang yang menerima zakat, BAZNAS adalah suatu lembaga yang melakukan
pengelolaan Zakat secara nasional, sedangkan LAZ adalah suatu lembaga yang
dibentuk masyarakat untuk pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
Unit Pengumpulan Zakat (UPZ) adalah Organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS
untuk membantu dalam pengumpulan zakat.
B. Saran
Dalam penulisan ini tentu terjadi banyak kesalahan. Saran dan kritikan tentu
akan di tampung guna untuk meperbaiki kesalahan tersebut. Penulis menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini belum semua penulis jelaskan dalam pembahasan diatas,
masih terdapat banyak kekurangan dari itu penulis akan menerima segala saran dan
masukan yang membangun.
14
DAFTAR PUSTAKA
M. Daud, Administrasi Dan Manajemen Zakat. Diakses pada tanggal 27 Mei 2022. Website:
https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/fsyd1349831574.pdf
Kementrian Agama RI. Kebijakan Kementrian Agama Dalam Pengelolaan Zakat. Website:
https://kaltim.kemenag.go.id/berita/read/514881
Pasal 28 ayat (3) UU 23/2011 jo. Pasal 76 dan Pasal 71, Pasal 72, Pasal 73
Nailis Sa’adah dan Fariq Wahyudi, 2016. Manajemen Wakaf Produktif: Studi Analisis Pada
Baitul Mal Di Kabupaten Kudus. EQUILIBRIUM: Jurnal Ekonomi Syariah. Volume 4,
Nomor 2. Hlm.337-339.
15