LP CKD
LP CKD
LP CKD
Disusun Oleh :
Nama : Viola Lastania Jantika
NIM : 72020040042
Prodi : Profesi Ners
C. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Smeltzer & Bare (2010), manifestasi klinis dari gagal ginjal kronik
antara lain yaitu:
1. Kardiovaskular : Hipertensi, Pitting edema (kaki, tangan, sakrum), edema
periorbital, friction rub perikardial, pembesaran vena leher
2. Integument : Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering dan bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
3. Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, Pernapasan kussmaul
4. Gatrointestinal : Napas berbau amonia, ulserasi dan perdarahan pada mulut,
anoreksia (mual dan muntah), konstipasi dan diare, perdarahan dari saluran GI
5. Neurologi : Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
pada tungkai, rasa panas,pada telapak kaki, perubahan perilaku
6. Muskuloskeletal : Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
7. Reproduktif : Amenore, atrofi testikuler
D. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat
disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode
adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak.
Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah
nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik
dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-
gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada
tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, akan
semakin berat.
1. Gangguan Klirens Ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjal.
Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan
mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut filtrasi
glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan
menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea
darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang
paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan oleh
tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga oleh
masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC), dan medikasi
seperti steroid.
2. Retensi Cairan dan Ureum
Ginjal juga tidakmampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi.
Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya
edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi
akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan
sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kehilangan
garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan
diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin memperburuk
status uremik.
3. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic
seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam (H+) yang
berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus
gjnjal untuk menyekresi ammonia (NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat
(HCO3) . penurunan ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi
4. Anemia
Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat, memendeknya
usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan untuk mengalami
perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran gastrointestinal.
Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi,
disertai keletihan, angina dan sesak napas.
5. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki
hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, maka yang satu
menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus ginjal, terdapat
peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan kadar serum kalsium.
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar
paratiroid. Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap
peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan
pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-
dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun.
6. Penyakit Tulang Uremik
Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat
dan keseimbangan parathormon. (Smeltzer & Bare, 2010)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Reeves, Roux, Lockhart, 2012 :
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal : Ureum kreatinin dan Asam urat serum
b. Identifikasi etiologi gagal ginjal
Analisis urin rutin
Mikrobiologi urin
Kimia darah
Elektrolit
Imunodiagnosis
c. Identifikasi perjalanan penyakit
Progresifitas penurunan fungsi ginjal
Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT)
GFR / LFG dapat dihitung dengan formula Cockcroft-Gault:
Nilai normal :
Laki-laki : 97 - 137 mL/menit/1,73 m3 atau
0,93 - 1,32 mL/detik/m2
Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau
0,85 - 1,23 mL/detik/m2
- Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan
Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+
Endokrin : PTH dan T3,T4
Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk
ginjal, misalnya: infark miokard.
2. Diagnostik
a. Etiologi CKD dan terminal
Foto polos abdomen.
USG.
Nefrotogram.
Pielografi retrograde.
Pielografi antegrade.
Mictuating Cysto Urography (MCU).
b. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal
RetRogram
USG
G. PENATALAKSAAAN MEDIS
Menurut, Nursalam, 2011, Tujuannya untuk mempertahankan fungsi ginjal dan
homostatis selama mungkin.
1. Konservatif
Komplikasi dapat dicegah dengan pemberian anti hipertensif, eritropaein,
suplemen besi, agens pengikat fosfat dan suplemen kalsium.
2. Diit
Pengaturan yang cermat terhadap masukan protein, cairan, natrium, pemberian
suplemen vitamin dan perbatasan kalium.
3. Dialisis yang adekuat
Hemodialisa dan peritoneal dialisa.
4. Transplantasi ginjal
transplantasi ginjal dilakukan untuk memperpanjang rasa hidup klien gagal
ginjal kronik, donor ginjal didapat dari orang yang meninggal anggota keluarga
yang cocok dan kepada yang identik.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
Menurut (Nursalam, 2011), pengkajian yang dilakukan sebagai berikut :
a. Riwayat gangguan kronis dan gangguan yang mendasari stastus
kesehatan
b. Kaji derajat kerusakan ginjal dang gangguan sistem tubuh lainnya melalui
pengkajian sistem tubuh dan kaji hasil lab.
c. Lakukan pemeriksaan fisik, tanda vital, sistem kardiovaskuler,
pencernaan, sistem saaf, integumen dan sistem musculoskeletal
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan benda asing menusuk
permukaan kulit
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Ketidakmampuan ginjal
mengsekresi air dan natrium
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dengan
kebutuhan O2
5. Perubahan pola nafas berhubungan dengan Hiperventilasi.
6. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat
7. Resiko Infeksi berhubungan dengan factor risiko penurunan hemoglobin.
8. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai O2 dan nutrisi
ke jaringan sekunder
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan dan kriteria
No Dx. Kep Intervensi Rasional
hasil
1 Ketidakseimban Setelah dilakukan Manajemen gangguan
gan nutrisi tindakan keperawatan makan
kurang dari diharapkan status 1. Monitor 1. Mengetahui
kebutuhan tubuh menelan fase oral intake/asupan dan asupan
b.d mual dan dengan riteria hasil : asupan cairan makanan dan
muntah - Mempertahankan secara tepat minuman
makanan di mulut 2. Bangun harapan
Batasan - Kemampuan terkait dengan 2. Memberikan
karakteristik : mengunyah perilaku makanan pemahaman
Ketidakmam meningkat yang baik, kebutuhan
puan - Reflek muntah intake/asupan nutrsi tubuh
memakan tidak ada makanan/ cairan
Makanan dan jumlah
Kurang aktivitas fisik
3. Memberi
minat pada 3. Ajarkan dan
motivasi
makanan dukung konsep
kebutuhan
nutrisi yang baik
nutrisi tubuh
dengan klien
4. Membantu
4. Kolaborasi
mencukupi
dengan tim
kebutuhan
kesehatan lain asupan
untuk nutrisi
mengembangkan
rencana
perawatan
dengan
melibatkan klien
dan orang-orang
terdekatnya
2 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Periksa kulit dan Mengetahui
integritas kulit tindakan keperawatan selaput riter dengan kondisi kulit
berhubungan diharapkan integritas adanya kemerahan, jika terjadi luka
dengan benda jaringan : kulit & kehangatan
asing menusuk riteria mukosa terjadi ekstrim, edema,
permukaan kulit. dengan riteria hasil : atau drainase
- Suhu kulit tidak 2. Monitor warna dan
terganggu suhu kulit
- Elastistas 3. Lakukan langkah-
Mengetahui
meningkat langkah untuk
suhu kulit
- Perfusi jaringan mencegah
Memberikan
tidak terganggu kerusakan lebih
rencana untuk
lanjut
meningkatkan
integritas kulit
3 Kelebihan Setelah dilakukan Manajemen elektrolit
volume cairan tindakan keperawatan 1. Monitor serum 1. Mengetahui
b.d gangguan diharapkan elektrolit yang hasil
mekanisme terjadikeseimbangan abnormal laboratorium
regulasi cairan dengan riteria
Batasan hasil : 2. Berikan cairan 2. Meningkatka
karakteristik : - Tekanan darah sesuai resep n ketepatan
Edema normal cairan yang
Dispnea - Edema perifer dibutuhkan
Oliguria tidak ada tubuh
3. Konsultasikan 3. Meningkatkat
dengan dokter jika kan
tanda-tanda dan kebutuhan
gejala elektrolit
ketidakseimbangan klien
cairan dan /
elektrolt menetap
atau memburuk