Makalah Komunikasi Konseling Kelompok 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KOMUNIKASI KONSELING

“Keterampilan komunikasi konseling”

Oleh:
Wahyudi Jisaid
Muthoharoh
Anik Meiliana Putri Amanda
Yuyun Widiasti Munandari
Fira Yuniar
Ramlan

PROGRAM STUDI BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Komunikasi Konseling dengan tema
“keterampilan komunikasi konseling” ini dengan tepat waktu.
Adapun tujian dari dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen mata
kuliah komunikasi konseling. Selain itu, makalah ini juga bertujuan menambah wawasan
yang berkaitan dengan keterampilan komunikasi konseling bagi pembuat makalah dan
pembaca.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu khaerunnisa, S.Pd.,M.Pd. selaku
dosen mata kuliah komunikasi konseling yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi kami.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata semprna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harakan untuk kesempurnaan
makalah ini.

Kendari, 12 April 2022

Penulis
BAB l
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan hal yang sangat urgen dalam proses konseling. Hal ini
dikarenakan hamper seuluruh sesi dalam proses konseling memerlukan
komunikasi. Sehingga, penting bagi konselor selaku vasilitator memiliki
keterampilan komunikasi yang memadai agar menunjang proses konseling itu
sendiri. Menurut Onong uhjana effendy, komunikasi adalah proses penyampaian
pesan dalam bentuk lambing bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan
berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagainya, yang
dilakukan seseorang kepada prang lain baik lansung secara tatap muka maupun
tak lansung melalui media dengan tujan mengubah sikap pandangan atau perilaku.
Di sisi lain, konseling sering di artikan sebagai proses pembarian bantuan
oleh konselor kepada konseli. Sementara itu, menurut Lewis konseling merupakan
proses mengenai individu yang sedang mengalami masalah atau (klien) dibantu
untuk merasa dan bertingkah laku dalam suasan yang lebih menyenangkan
melalui interaksi dengan seseorang yang tidak bermasalah yang menyediakan
informasi dan reaksi yang neransang klien untuk mengembangkan tingkah laku
yang memungkinkannya berperan secara lebih efektif bagi dirinya sendiri dan
lingkungannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimkasud keterampilan komunikasi konseling?
2. Apa saja keterampilan komunikasi konseling?
3. Begaimana proses keterampilan komunikasi membantu kegiatan konseling?

C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi keterampilan komunikasi konseling
2. Mengetahui macam macam keterampilan komunikasi konseling
3. Mengetahui proses keterampilan komunikasi dalam konseling
BAB II
PEMBAHASAN

A. KETERAMPILAN KOMUNIKASI
Konseling merupakan kegiatan profesional yang melibatkan hubungan antara
seorang konselor dengan individu atau sekelompok individu. Layaknya suatu
hubungan interpersonal, konseling tidak dapat dilepaskan dari berlangsungnya proses
interaksi dan komunikasi pada pihak-pihak yang terlibat di dalam proses tersebut.
Penguasaan keterampilan komunikasi merupakan prasyarat dasar bagi konselor untuk
dapat menggunakan berbagai keterampilan konseling secara efektif dan efisien. Harus
dipahami bahwa hampir keseluruhan keterampilan konseling melibatkan keterampilan
komunikasi konselor. Pemahaman yang baik terhadap keterampilan komunikasi harus
didasari oleh pengkajian dan pemahaman mendalam terhadap filsafat komunikasi.
Penguasaan tersebut memudahkan konselor dalam menggunakan berbagai
keterampilan konseling yang telah dirumuskan oleh para ahli sebagai modal untuk
memberikan pelayanan bantuan yang berhasil-guna bagi konseli.
Konselor sebagai salah satu jenis profesi bantuan berada pada posisi yang
sangat diminati pada dekade terakhir ini. Berbagai permasalahan yang muncul dalam
tatanan kehidupan individu dan bermasyarakat menjadi salah satu alasan dari
ketertarikan tersebut. Profesi ini secara profesional diselenggarakan oleh konselor
yang bekerja secara perorangan ataupun kelompok. Konselor profesional merupakan
seseorang yang menekuni salah satu jenis profesi penolong (helper) yang terlatih di
bidang keterampilan konseling. Konseling adalah salah satu cara untuk membantu
orang lain, tetapi ini merupakan cara khusus yang melibatkan penggunaan
keterampilan-keterampilan tertentu untuk tujuan-tujuan tertentu/khusus pula (Geldard
& Geldard, 2005 dalam reski hariko 2017).
Tujuan utama menggunakan keterampilan konseling adalah untuk membantu
konseli mengembangkan keterampilan pribadi dan inner strength (kekuatan batin)
agar mereka dapat menciptakan kebahagiaan di dalam kehidupannya sendiri dan
orang lain. Dengan demikian keterampilan konseling digunakan oleh para konselor
profesional untuk membantu individu atau kelompok agar memiliki kemampuan
secara mandiri memberdayakan dan menolong dirinya sendiri. Hal ini secara langsung
berkaitan dengan tujuan akhir proses konseling. Upaya konseli memberdayakan diri
dan menolong diri tersebut dapat melalui wujud pengembangan diri maupun upaya
melepaskan diri dari permasalahan yang sedang dialaminya. Tujuan utama konseling
adalah menolong konseli untuk dapat berubah dalam cara berfikir dan/atau dalam
tindakan mereka sehari-hari, sehingga terhindar dari konsekuensi-konsekuensi
negatif.

B. BENTUK KETERAMPILAN KONSELING


Pemakaian keterampilan konseling oleh konselor dibagi menjadi lima tujuan
berbeda, yaitu: (1) supportive listening, memberi konseli perasaan dipahami dan
diafirmasi; (2) mengelola situasi bermasalah; (3) problem management; (4) mengubah
keterampilan-keterampilan buruk konseli yang menciptakan masalah bagi konseli;
dan (5) mewujudkan perubahan falsafah hidup (Nelson-Jones, 2008). Tentunya
kelima tujuan keterampilan konseling ini diselenggarakan oleh konselor dengan
media komunikasi, baik melalui bahasa verbal dalam wujud penyampaian kalimat
dan/atau katakata ataupun melalui isyarat tubuh atau bahasa nonverbal. Kedua jenis
keterampilan komunikasi ini mendasari hampir keseluruhan penggunaan
keterampilan-keterampilan konseling.
Keterampilan konseling terbagi menjadi dua, yaitu keterampilan dasar dan
keterampilan lanjutan. Keterampilan dasar konseling terdiri dari: (1) keterampilan
penampilan, meliputi kontak mata, bahasa tubuh, jarak, tekanan suara, dan alur
verbal; (2) keterampilan mendengar dasar, meliputi pengamatan terhadap konseli,
perilaku verbal, dorongan, parafrasa dan membuat kesimpulan, refleksi perasaan, dan
mengajukan pertanyaan; (3) keterampilan selfattending, meliputi kesadaran diri,
humor, sikap non-judgemental terhadap diri, dan sikap nonjudgemental terhadap
orang lain, asli dan konkret. Sementara itu keterampilan lanjutan terdiri dari: (1)
keterampilan pemahaman dan penolakan (understanding & challenging), meliputi
empati tingkat tinggi, keterbukaan diri (self disclosure), konfrontasi, dan kesegeraan;
(2) keterampilan perilaku, dan (3) keterampilan mengakhiri konseling.
Neukrug (2012) menguraikan terdapat empat pengelompokan utama
keterampilan yang digunakan konselor dalam proses konseling, yaitu: (1)
keterampilan dasar terdiri dari mendengarkan, empati dan pemahaman mendalam,
serta diam; (2) keterampilan yang biasa digunakan terdiri dari pertanyaan,
pengungkapan diri, pemodelan, afirmasi dan dorongan, serta menawarkan alternatif,
memberikan informasi, dan memberikan saran; (3) keterampilan lanjutan yang biasa
digunakan terdiri dari konfrontasi, penafsiran dan kolaborasi; (4) keterampilan
konseling lanjutan dan spesialis terdiri dari penggunaan metafora, hipnosis,
keterampilan strategis, metode restrukturisasi kognitif, narasi dan cerita, terapi
sentuhan, paradoxical intention, bermain peran, berbagai teknik visualisasi, dan
sebagainya. Secara implisit dapat di cermati bahwa sebagian besar keterampilan-
keterampilan yang dikemukakan tersebut, melibatkan kemampuan konselor dalam
berkomunikasi. Salah satu bahasan yang lebih kongkret tentang penerapan sejumlah
keterampilan komunikasi dikemukakan oleh Nelson-Jones (2008), yaitu: (1)
komunikasi verbal; (2) komunikasi vokal; (3) komunikasi tubuh; (4) komunikasi
sentuhan (touch communication); dan (5) komunikasi mengambil tindakan (taking
action communication). Komunikasi verbal atau percakapan terdiri atas pesan-pesan
yang dikirim oleh konselor kepada konseli dengan menggunakan kata-kata. Dimensi
komunikasi verbal meliputi bahasa, isi, frekuensi pembicaraan, dan kepemilikan atas
perbendaharaan kata-kata.
Dimensi bahasa tidak hanya meliputi jenis bahasa, tetapi juga mencakup
elemen seperti gaya bahasa formal dan/atau informal yang digunakan. Misalnya gaya
bahasa konselor yang tepat merangsang terwujudnya proses konseling yang
konstruktif. Sementara itu, dimensi isi merujuk pada aspek topik dan bidang
permasalahan. Isi pembicaraan biasanya berfokus pada percakapan tentang diri
sendiri, orang lain atau lingkungan, dan dimensi evaluatif percakapan. Ada kalanya
frekuensi pembicaraan lebih didominasi oleh konselor, namun dalam situasi lain
kadang didominasi oleh konseli. Dalam hal ini, konselor hendaknya mampu
menggunakan perbendaharaan kata yang tepat dan memiliki analisis cermat terhadap
perbendaharaan kata yang digunakan konseli (Nelson-Jones, 2008). Masing-masing
perbendaharaan kata yang digunakan memiliki motif-motif tertentu. Komunikasi
vokal konselor dapat menyampaikan tentang apa yang sesungguhnya dirasakan dan
seberapa responsif konselor secara emosional memahami perasaan konseli.
Komunikasi vokal mencakup lima dimensi, yaitu: volume; artikulasi; nada;
penekanan; dan kecepatan berbicara. Konselor hendaknya berkomunikasi dengan
suara yang lembut, dapat didengar, dan nyaman didengar.
Kejelasan komunikasi konselor tersebut juga bergantung pada pelafalan kata
yang diucapkan serta kemahirannya dalam mengatur nada dan rentang pembicaraan.
Konselor juga perlu mengatur penekanan-penekanan secara tepat terhadap kata-kata
yang digunakan dalam merespon perasaan dan situasi emosional konseli. Kemudian,
konselor juga harus mempertimbangkan kecepatan berbicara. Pembicaraan yang
terlalu cepat dapat menyulitkan konseli dalam memahami, sebaliknya pembicaraan
yang terlalu lambat akan memunculkan kebosanan konseli dalam mendengarkan.
Konselor sesekali perlu untuk diam dan berhenti pada saat yang tepat, guna memberi
ruang bagi konseli untuk berfikir (Nelson-Jones, 2008).

C. PROSES KOMUNIKASI DALAM KONSELING


Keterampilan komunikasi konselor menjadi salah satu aspek yang diprediksi
berpengaruh terhadap keberhasilan konseling. Keterampilan komunikasi konselor
adalah seperangkat kecakapan khusus untuk mengirim dan menerima pesan yang
dimiliki oleh konselor untuk membantu konseli dalam proses konseling menemukan
alternatif pilihan secara tepat dalam menghadapi permasalahan yang dialami.
Keterampilan pemecahan masalah sangat diperlukan dalam komunikasi
konseling untuk membantu klien atau konseli dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya. Komunikasi yang sifatnya memecahkan masalah, maka pihak
konselor harus mampu mengembangkan suatu mekanisme komunikasi yang
memberikan kesempatan kepada klien menyampaikan pendapat dan sumbangan
pikirannya. Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, Ada tujuh
tahapan yang dilakukan konselor dalam memecahkan masalah, yaitu:
1. Menjajangi masalah, yaitu tahapan dimana melalui dialog antara konselor dan
siswa menetapkan masalah yang dihadapi.
2. Memahami masalah, yaitu tahap lebih lanjut untuk mempertegas masalah
yang sesungguhnya beserta aspek-aspek yang terkait yang terkait seperti latar
belakang, alasan, tujuan, sumber-sumber terkait, dan sebagainya.
3. Membatasi masalah, yaitu tahapan untuk bersama-sama menetapkan
batasbatas masalah baik dari dimensi waktu maupun ruang, serta sumber-
sumber daya penunjangnya.
4. Menjabarkan alternatif, yaitu konselor dan siswa bersama-sama melakukan
“curhat pendapat (brainstorming)” untuk menjabarkan berbagai alternatif
kemungkinan pemecahan masalah.
5. Mengevaluasi alternatif, yaitu menilai setiap alternatif yang telah
dikembangkan dalam tahap 4 di atas, setiap alternatif dievaluasi satu persatu
dilihat dari kekuatan, kelemahan, peluang, sumber daya dan prioritasnya 228
Aswar Anas, Efektivitas Keterampilan Komunikasi.
6. Memilih alternatif terbaik, yaitu menetapkan alternatif yang dipandang paling
tepat berdasarkan evaluasi dalam langkah 5.
7. Menerapkan alternatif, yaitu tahapan melaksanakan alternatif yang dipandang
paling baik dalam bentuk tindakan nyata.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Konseling merupakan kegiatan profesional yang melibatkan hubungan antara


seorang konselor dengan individu atau sekelompok individu. Penguasaan
keterampilan komunikasi merupakan prasyarat dasar bagi konselor untuk dapat
menggunakan berbagai keterampilan konseling secara efektif dan efisien.
keterampilan konseling digunakan oleh para konselor profesional untuk membantu
individu atau kelompok agar memiliki kemampuan secara mandiri memberdayakan
dan menolong dirinya sendiri. Keterampilan konseling terbagi menjadi dua, yaitu
keterampilan dasar dan keterampilan lanjutan. Keterampilan komunikasi konselor
menjadi salah satu aspek yang diprediksi berpengaruh terhadap keberhasilan
konseling. Keterampilan komunikasi konselor adalah seperangkat kecakapan khusus
untuk mengirim dan menerima pesan yang dimiliki oleh konselor untuk membantu
konseli dalam proses konseling menemukan alternatif pilihan secara tepat dalam
menghadapi permasalahan yang dialami.
DAFTAR ISI

Anda mungkin juga menyukai