Angel Hidayat - 20045039 - Laporan Pratikum 11-13

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRATIKUM

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Aplikasi Sistem Informasi Geografis yang diampu oleh:

Bigharta Bekti Susetyo, M.Pd

Angel Hidayat (20045039)

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
1. Peta satuan lahan
“Analisis Peta Satuan Kemampuan Lahan Kabupaten Banyuwangi”
Metode Yang Digunakan : Pada kegiatan analisis ini menggunakan metode pengolahan
satuan kemampuan lahan yang telah ditentukan indikatornya dalam Analisa kemampuan
lahan. Analisa aspek fisik dasar dan lingkungan (permen PU No. 20/PRT/M/2007)
merupakan Analisa yang digunakan untuk menentukan nilai kemampuan dan kesesuaian
lahan suatu wilayah. Ada 9 satuan kemampuan lahan yang diolah agar menentukan
kemampuan pengembangannya yaitu, SKL Morfologi, SKL Kemudahan dikerjakan, SKL
Kestabilan Lereng, SKL Kestabilan pondasi, SKL Ketersediaan air, SKL untuk Drainase,
SKL terhadap erosi, SKL Pembuangan Limbah, SKL Bencana alam. Setelah mengolah
data tersebut kemudian memberi bobot penilaian satuan kemampuan lahan.
Hasil :

Berdasarkan hasil Analisa kemampuan lahan akan terbentuk Kawasan dengan nilai lahan,
yaitu Kawasan dengan kemampuan lahan rendah (kelas B), kemampuan lahan sedang
(kelas C), kemampuan lahan agak tinggi (Kelas D), kemampuan lahan sangat tinggi
(kelas E).
Pembahasan : Kawasan Pengembangan Rendah (Terbatas) Digunakan sebagai kawasan
penyangga dan/atau kawasan lindung dengan fungsi resapan air dan/atau kawasan hijauTidak
diperbolehkan ada kegiatan Hutan yang mengganggu atau merusak fungsi kawasan sebagai
bentang penyangga dan/atau kawasan alamnya (bentuk asli) lindung.

Kawasan Pengembangan Sedang. Dapat digunakan sebagai kawasan terbangun dengan


kegiatan‐ kegiatan tertentu Proporsi antara lahan terbangun dan lahan tidak terbangun adalah
50% : 50% Kawasan terbangun dengan ketentuan ketinggian dibawah 4 lantai Kawasan
dengan kepadatan bangunan rendah Kawasan peruntukan pertanian (perkebunan dan
tambak).

Kawasan Pengembangan Agak Tinggi, 1. Dapat digunakan sebagai kawasan terbangun


dengan berbagai kegiatan 2. Kawasan terbangun dengan ketentuan bisa diatas 4 lantai 3.
Proporsi antara lahan terbangun dengan tidak terbangun adalah 75% : 25% 4. Kawasan
dengan kepadatan bangunan sedang 5. Kawasan peruntukan pertanian (pertanian tanaman
pangan lahan kering, tambak dan perkebunan).

Kawasan Pengembangan Sangat Tinggi, 1. Dapat digunakan sebagai kawasan terbangun


dengan berbagai kegiatan 2. Kawasan terbangun dengan ketentuan bisa diatas 4 lantai 3.
Proporsi antara lahan terbangun dengan tidak terbangun adalah 90% : 10% 4. Kawasan
dengan kepadatan bangunan tinggi 5. Kawasan Peruntukan Pertanian (terutama pertanian
tanaman pangan lahan basah).

Kesimpulan : Analisis ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran tingkat kemampuan


lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pengembangan, sebagai acuan bagi
arahan‐arahan kesesuaian lahan pada kawasan budidaya dan kawasan lindung. Data‐data
yang dibutuhkan meliputi peta‐peta hasil analisis SKL. Keluaran dari analisis ini meliputi
peta klasifikasi kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan, dan potensi
dan kendala fisik pengembangan lahan.

2. Analisis 2D
“Analisis Peta Perubahan Lahan di Kabupaten Banjarnegara tahun 2008 dan 2015”
Metode yang digunakan : Pada pratikum ini menggunakan Overlay yaitu kemampuan
untuk menempatkan grafis satu peta diatas grafis peta yang lain dan menampilkan
hasilnya di layar komputer atau pada plot. Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu
peta digital pada peta digital yang lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta
gabungan keduanya yang memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut. Teknik
yang digunakan untuk overlay peta dalam SIG ada 7 yakni union, intersect, Erase,
Identity, Spatial join, Symmetrical Difference, dan Update . Jika dianalogikan dengan
bahasa Matematika, maka union adalah gabungan dan intersect adalah irisan.
Hasil :

Analisis Spasial
1. Hutan Hutan adalah wilayah yang mempunyai banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang
berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya serta
menempati daerah yang cukup luas. Hutan berfungsi sebagai penampung karbon dioksida
(carbon dioxide sink), habitat hewan, modulator arus hidrologika, dan pelestari tanah
serta merupakan salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting. Pada tahun 2008
Luas Hutan di Banjarnegara sekitar 104.991 Km² dan pada tahun 2015 Luas Hutan sekitar
14.226 Km² .Perubahan yang terjadi sekitar 90.765 Km².
2. Kebun Kebun Merupakan lahan pertanian yang ditanami oleh tanaman dengan skala
waktu tertentu (bulanan atau tahunan) secara terus menerus. Pada tahun 2008 Luas Kebun
sekitar 110.033 Km² dan tahun 2015 sekitar 52.893 Km² perubahan yang terjadi sekitar
57.140 Km² Perubahan alih fungsi lahan ini karena adanya perluasan dari lahan terbangun
yang ada di Kabupaten Banjarnegara.
3. Lahan Terbangun Luas tanah yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan mausia seperti
untuk perumahan, pembangunan pabrik, pembangunan kantor, pembangunan sekolah
ataupun pembangunan sarana dan prasarana lainnya (jalan raya, rel kereta api, jembatan).
Pada tahun 2008 luas lahan terbangun sekitar 9.873 Km² dan tahun 2015 sekitar 10.689
Km² perubahan yang terjadi sekitar 816 Km².Perubahan lahan yang terjadi tidak terlalu
signifikan mungkin hal ini dikarenakan jumlah pembangunan di Kabupaten Banjarnegara
terjadi secara stabil.
4. Lahan Terbuka Suatu bentuk dari pemanfaatan lahan pada suatu Kawasan yang
diperuntukan untuk penghijauan tanaman dan guna memberikan udara yang bersih bagi
perkotaan (paru-paru kota). Pada tahun 2008 luas lahan terbuka sekitar 1.049 Km²
sedangkan pada tahun 2015 sekitar 94 Km².Terjadi perubahan sekitar 955 Km² hal ini
mungkin saja disebabkan oleh ahli fungsi lahan terbuka hijau yang dibangun menjadi
lahan permukiman penduduk.
5. Sawah Pada tahun 2008 luas sawah di Kabupaten Banjarnegara sektar 42.773 Km²
sedangkan pada tahun 2015 sekitar 20.682 Km² terjadi perubahan luas lahan sekitar
22.091 Km² Perubahan yang terjadi cukup signifikan karena terjadi perubahan fungsi
lahan sebesar 50% hal ini mungkin saja disebabkan karena adanya perluasan perumahan
warga atau pembangunan pabrik-pakrik atau industry lainnya.
6. Semak Belukar Semak belukar merupakan tumbuhan berkayu yang dibedakan dengan
pohon karena cabangnya yang banyak dan tidak terlalu tinggi (5-6m). Pada tahun 2008
luas semak belukar di kabupaten banjarnegara sekitar 8.360 Km² dan pada tahun 2015
sekitar 7.989 Km², perubahan lahan yang terjadi sekitar 379 Km² perubahan ini tidak
terjadi secara signifikan karena pada bentuk lahan semak belukar biasanya beralih fungsi
menjadi perkebunan seperti jagung namun tak semua petani yang bisa
menerapkannya,oleh karena itu perubahan yang terjadi tidak terlalu signifikan.
7. Tegalan Tegalan merupakan lahan kering yang ditanami oleh tanaman musiman atau
tahunan seperti padi lading, palawija, dan tanaman holtikultur. Perubahan penggunaan
lahan tegalan Kabupaten Banjarnegara terjadi sangat signifikan, Hal ini terlihat pada data
tahun 2008 luas tagelan sekitar 132.470 Km² dan tahun 2015 sekitar 29.928 Km².
Perubahan luas tagelan dalam jangka waktu 7 tahun sekitar 102.542 Km² perubahan yang
signifikan ini dapat saja karena perubahan ahli fungsi lahan menjadi permukiman
penduduk karena jumlah penduduk yang semakin banyak sementara lahan permukiman
semakin sempit maka dibangunlah lahan baru.
8. Tubuh Air Tubuh air merupakan daratan yang ada dipermukaan bumi yang berisi atau
menghasilkan air misalnya rawa, waduk, danau, sungai, dan saluran air. Perubahan lahan
berupa tubuh air di Kabupaten Banjarnegara dalam jangka waktu 7 tahun yaitu tahun
2008 dan tahun 2015 tidak mengalami perubahan yang signifikan hal ini dapat dilihat dari
data yaitu luas tubuh air pada tahun 2008 luas tubuh air sekitar 1.716 Km² sedangkan
tahun 2015 luasnya sekitar 1.859 Km². Disini terlihat perubahan tubuh air yang hanya
berkisar 143 Km².
Pembahasan : Ada beberapa fasilitas yang digunakan pada overlay untuk menggabungkan
atau melampiskan dua peta dari satu daerah yang sama namun beda atributnya yaitu:
a. Dissolve Themes Dissolve yaitu proses untuk menghilangkan batas antara poligon yang
mempunyai data atribut yang identik atau sama dalam poligon yang berbeda. Peta input
yang telah didigitasi masih dalam keadaan kasar, yaitu poligon-poligon yang berdekatan
dan memiliki warna yang sama masih terpisah oleh garis poligon. Kegunaan dissolve
yaitu menghilangan garis-garis poligon tersebut dan menggabungkan poligon-poligon
yang terpisah tersebut menjadi sebuah poligon besar dengan warna atau atribut yang
sama.
b. Merge Themes Merge themes yaitu suatu proses penggabungan dua atau lebih layer
menjadi satu buah layer dengan atribut yang berbeda dan atribut-atribut tersebut saling
mengisi atau bertampalan dan layer-layernya saling menempel satu sama lain
c. Clip One Themes Clip One themes yaitu proses menggabungkan data namun dalam
wilayah yang kecil, misalnya berdasarkan wilayah administrasi desa atau kecamatan.
Suatu wilayah besar diambil sebagian wilayah dan atributnya berdasarkan batas
administrasi yang kecil, sehingga layer yang akan dihasilkan yaitu layer dengan luas yang
kecil beserta atributnya.
d. Intersect Themes Intersect yaitu suatu operasi yang memotong sebuah tema atau layer
input atau masukan dengan atribut dari tema atau overlay untuk menghasilkan output
dengan atribut yang memiliki data atribut dari kedua theme.
e. Union Themes Union yaitu menggabungkan fitur dari sebuah tema input dengan
poligon dari tema overlay untuk menghasilkan output yang mengandung tingkatan atau
kelas atribut.
f. Assign Data Themes Assign data adalah operasi yang menggabungkan data untuk fitur
theme kedua ke fitur theme pertama yang berbagi lokasi yang sama.Cara mudahnya yaitu
menggabungkan kedua tema dan atributnya.
Kesimpulan : Dengan menggunakan peta ini kita dapat melihat perubahan lahan dalam
jangka waktu 2008-2015 yang akan berbeda pemanfaatannya.
3. Binary
“Analisis Peta Kesesuaian Pemukiman Kabupaten Sleman”
Metode yang digunakan : Penentuan kesesuaian lahan dapat dilakukan dengan
mengoverlaykan unsur-unsur penentu kesesuaian lahannya. Misalkan dalam penentuan
kesesuaian lahan permukiman, unsur yang menjadi pertimbangan apakah lahan tersebut
sesuai atau tidak adalalah berupa 3 unsur peta dasar yaitu: (1) lereng, (2) bentuk lahan, (3)
kerawanan bencana.

Hasil :

Nilai atau kriteria sangat menentukan dalam hasil karena sifatnya mutlak. Bila
memiliki skor 1 maka lahan tersebut cocok digunakan untuk permukiman dan
sebaliknya bila skor nya 0 maka tidak cocok digunakan untuk permukiman.
Pemodelan pendekatan kuantitatif binary menggunakan toolbox dan model baru yang
sengaja dibuat untuk mempermudah analisis. Pemodelan diawali dengan intersect,
kemudian menambahkan field pada atribut peta akhir yang akan dijalankan, dan
melakukan penambahan logika dengan calculate geometry agar model yang dibuat dapat
dijalankan.
Pembahasan : Hasil pendekatan kuantitatif binary pada Kabupaten Sleman
menunjukkan bahwa sebagian besar lahannya tidak sesuai untuk permukiman.
Ketidaksesuaian tersebut dapat terjadi karena secara morfologi, Kabupaten Sleman
berada pada lereng Gunungapi Merapi. Posisi permukiman yang berada di lereng
gunung tersebut sangat berbahaya dan berisiko karena adanya gunungapi aktif.
Kesimpulan : Kesesuaian lahan suatu lokasi dapat ditentukan oleh beragam
parameter, contohnya pada kesesuaian permukiman d i K a b u p a t e n S l e m a n , D . I
Y o g y a k a r t a d e n g a n t i g a parameter, yaitu bentuk lahan, kemiringan lereng dan
kerawanan yang masing-masing telah diberi nilai 1 atau 0.

Anda mungkin juga menyukai