Askep BPH Post Op

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH

Telah disetujui laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan Medikal


Bedah pada Tn.S dengan diagnosa medis Post op BPH yang dirawat di RSUD
Ngudi Waluyo Wlingi ruang BIMA.
Nama : Eva Balgist Rizami
NIM : 2021044
Tanggal : 25 April 2022

Mengetahui,

Pembimbing Klinik, Pembimbing Institusi,

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Penyakit pembesaran prostat atau lebih dikenal dengan Benigna Prostat
Hiperplasia (BPH) merupakan penyakit yang umum diderita oleh pria dewasa
sampai lansia (Sjamsuhidajat & Jong, 2010). Menurut Haryono (2013) BPH adalah
pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50
tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
urinarius.
2. Etiologi
Penyebab prostat hiplasia belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa
hipotesis menyebutkan bahwa hyperplasia prostate erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestoteron (DHT) dan proses menjadi tua (aging). Berikut
ini beberapa hipotesis menurut Purnomo (2011) yang diduga sebagai penyebab
timbulnya hyperplasia prostate:
a. Teori Dehidrotestosteron (DHT)
Dehidrotestosteron adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa
kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal,
hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5alfa –reduktase dan jumlah reseptor
androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada
BPH lebih sensitive terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi
dibandingkan dengan prostat normal.
b. Ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron
Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun sedangkan kadar estrogen
relatife tetap, sehingga terjadi perbandingan antara kadar estrogen dan
testosterone relatife meningkat. Hormon estrogen didalam prostat beperan
dalam terjadinya poliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan
jumlah reseptor androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat
(apoptosis). Meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan
testosterone meningkat, tetapi sel-sel prostat telah ada mempunyai umur yang
lebih panjang sehingga masa prostat jadi lebih besar.
c. Interaksi stroma-epitel.
Diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol
oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (Growth faktor) terentu. Setelah sel-
sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma
mensintesis suatu growth faktor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma
itu sendiri intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel parakrin.
Stimulasi itu menyebabkan terjadinya poliferasi sel-sel epitel maupun sel
stroma.
d. Berkurangnya kematian sel prostat
Progam kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik
untuk mempertahankan homeostatis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi
kondensasi dan fragmentasi sel, yang selanjutnya sel-sel yang mengalami
apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel di sekitarnya, kemudian didegradasi
oleh enzim lisosom. Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju
poliferasi sel dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat
sampai pada prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan
yang mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat baru
dengan prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat
secara keseluruhan menjadi meningkat, sehingga terjadi pertambahan masa
prostat.
e. Teori sel stem
Selalu dibentuk sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel yang telah mengalami
apoptosis. Didalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang
mempunyai kemampuan berpoliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat
tergantung pada keberadaan hormone androgen, sehingga jika hormone
androgen kadarnya menurun, akan terjadi apoptosis. Terjadinya poliferasi sel-
sel BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga
terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.
3. Patofisiologi
Pada usia yang semakin menua terjadi ketidakseimbangan kadar testoteron
dan esterogen, dimana kadar testoteron menurun sedangkan kadar esterogen
relative tetap. Esterogen mampu memperpanjang usia sel-sel prostat. Esterogen
merangsang hormon androgen dimana hormone androgen mempunyai peran dalam
menghambat kematian sel. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan sel dengan
kematian sel menyebabkan pertambahan massa prostat atau yang disebut dengan
benigna prostate hyperplasia (Purnomo, 2011). Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada BPH adalah dengan pembedahan yaitu dengan TURP. Tindakan
pembedahan tersebut menyebabkan terputusnya jaringan yang menimbulkan
perasaan tidak menyenangkan bagi klien yang disebut dengan nyeri. Apabila nyeri
tidak ditangani dapat menyebabkan peningkatan stressor bagi klien sehingga
menyebabkan ansietas. Nyeri juga menyebabkan keterbatasan gerak yang
mengakibatkan hambatan mobilitas fisik (Potter & Perry, 2010).
4. Pathway

Pathway BPH menurut Purnomo (2011), Potter & Perry (2010).


5. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala Pembesaran prostat jinak dikenal dengan Lower Urinary Tract
Symptoms (LUTS) menurut Haryono (2013), yang dibedakan menjadi:
a. Gejala Obstruktif
1) Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan disertai dengan mengejan
yang disebabkan oleh otot destrussor buli- buli yang memerukan waktu
beberapa lama untuk meningkatkan tekanan intravesikal guna mengatasi
tekanan dalam uretra prostatika.
2) Intermitency yaitu aliran kencing yang terputus-putus yang disebabkan oleh
ketidakmampuan otot destrussor dalam mempertahankan tekanan intra
vesika sampai berakhirnya miksi.
3) Terminal dribling yaitu urin yang tetap menetes pada akhir kencing.
4) Pancaran lemah yaitu kekuatan yang lemah karena otot destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan uretra.
5) Rasa tidak puas setelah berakhirnya miksi
b. Gejala Iritasi
1) Urgensi yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
2) Frekuensi yaitu penderita buang air kecil lebih sering dari biasanya, dan
terjadi pada siang dan malam hari.
3) Disuria yaitu nyeri pada waktu buang air kecil.
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Purnomo (2011) pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
pasien BPH adalah sebagai berikut:
a. Colok Dubur
Colok dubur yang dilakukan pada pembesaran prostat benigna
menunjukkan konsistensi prostat kenyal seperti ujung hidung, lobus
kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul.
b. Laboratorium
Sedimen urine diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses
infeksi atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urin
berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan infeksi dan
sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa
antimikroba yang diujikan.
c. Pencitraan
Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak disaluran
kemih adanya batu/kalkulosa prostat dan kadangkala dapat
menunjukan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang
merupakan tanda dari suatu retensi urine. Pemeriksaan IVU dapat
menerangkan kemungkinan adanya: (1) kelainan pada ginjal maupun
ureter, (2) memperkirakan besarnya kelenjar prostat, (3) penyulit yang
terjadi pada buli-buli. Pemeriksaan USG dapat dilakukan melalui
trans abdominal atau trans abdominal ultrasonography (TAUS) dan
trans rektal atau trans uretral ultrasonography (TRUS). Dari TAUS
diharapkan mendapat informasi mengenai (1) perkiraan volume
(besar) prostat; (2) panjang protrusi prostat ke buli-buli atau intra
prostatic protrusion (IPP); (3) mungkin didapatkan kelainan pada
buli-buli (massa, batu, atau bekuan darah ); (4) menghitung sisa
(residu) urine pasca miksi; atau (5) hidronefrosis atau kerusakan ginjal
akibat obstruksi prostat. Pada pemeriksaan TRUS dicari kemungkinan
adanya fokus keganasan berupa area hipoekoik dan kemudian sebagai
penunjuk (guidance) dalam melakukan biopsi prostat.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan menurut Haryono (2013) adalah sebagai
berikut:
a. Transurethral Resection of the Prostate (TURP)
TURP adalah suatu operasi pengangkatan jaringan prostat lewat uretra
menggunakan resektroskop , dimana resektroskop merupakan endoskop dengan
tabung 10-3-F untuk pembedahan uretra yang dilengkapi dengan alat pemotong
dan counter yang disambungkan dengan arus listrik. Tindakan ini memerlukan
pembiusan umum maupun spinal dan merupakan tindakan invasive yang masih
dianggap aman dan tingkat morbiditas minimal.
b. Pembedahan Prostatektomi
1) Prostatektomi Suprapubis
Adalah salah satu metode mengangkat kelenjar melalui insisi abdomen, yaitu
suatu insisi yang dibuat ke dalam kandung kemih dan kelenjar prostat
diangkat dari atas. Pendekatan ini dilakukan untuk kelenjar dengan berbagai
ukuran dan beberapa komplikasi dapat terjadi seperti kehilangan darah lebih
banyak disbanding dengan metode yang lain.
2) Prostatektomi Perineal
Adalah mengangkat kelenjar melalui dalam perineum. Cara ini lebih praktis
disbanding cara yang lain, dan sangat berguna untuk biopsi terbuka. Pada
pasca operasi, luka bedah mudah terkontaminasi karena insisi dilakukan
dekat dengan rektal. Lebih jauh lagi inkontensia, impotensi, atau cedera
rektal dapat terjadi dengan cara ini.
3) Prostatektomi Retropubik
Adalah suatu teknik yang lebih umum disbanding pendekatan prapubik dimana
insisi abdomen lebih rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus
pubis dan kandung kemih tanpa memasuki kandung kemih. Prosedur ini
cocok untuk kelenjar besar yang terletak tinggi dalam pubis.
8. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi menurut Wijaya (2013) pada hipertropi prostat adalah :
a. Nyeri akibat pembedahan.
b. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter, hidroureter,
hidronefrosis, gagal ginjal.
c. Proses kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi.
d. Hernia/ hemoroid.
e. Karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan terbentuknya batu.
f. Hematuria.
g. Sistitis dan pielonefritis.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut Siregar (2021), pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama dalam
proses keperawatanyang mencakup pengumpulan data yang sistematis, verifikasi
data, pengorganisasian data, intepretasi data, dan melakukan dokumentasi data dan
dilakukan oleh perawat yang professional di bidang kesehatan. Menurut Diyono
(2019), pengkajian keperawatan meliputi antara lain:
a. Riwayat keperawatan
BPH biasanya tidak langsung menimbulkan masalah yang berat pada pasien.
Secara umum gejala yang dikeluhkan pasien hanyalah sulit buang air kecil dan
beberapa waktu kemudian dapat berkurang dan baik lagi.
b. Keluhan utama
Adanya retensi urine atau gejala komplikasi harus diidentifikasi dengan cermat.
Perawat dapat menanyakan kepada pasien dan keluarga tentang keluhan yang
dirasakan seperti tidak bias berkemih, badan lemas, anoreksia, mual muntah,
dan sebagainya.
c. Persepsi dan manajemen kesehatan
Kaji dan identifikasi pola penanganan penyakit yang dilakukan pasien dan
keluarga. Termasuk dalam hal apa yang dilakukan jika keluhan muncul.
d. Pola eliminasi
Kaji masalah berkemih seperti retensi urine, nokturia, hesistensi, frekuensi,
urgensi, anuria, hematuria.
e. Pola aktivitas dan latihan
Bagaiamana pola aktivitas pasien terganggu dengan masalah BAK, misalnya
kelelahan akibat tidak bias tidur, sering ke kamar mandi, dan sebagainya.
f. Pola tidur
Identifikasi apakah gangguan berkemih sudah mengganggu istirahat tidur.
g. Pola peran
Apakah peran dan fungsi keluarga terganggu akibat gangguan berkemih.
h. Pemeriksaan fisik
Identifikasi retensi urine, lakukan palpasi suprapubic. Periksa ada tidaknya gejala
komplikasi seperti udem, hipertensi, dan sebagainya.
i. Pemeriksaan diagnostik
Amati hasil pemeriksaan USG, BNO, IVP dan hasil laboratorium. Perhatikan
adanya kesan pembesaran prostat, hidroureter, hidronefrosis, hipeureki,
peningkatan kratinin, leukosit, anemia, dan sebagainya.
j. Program terapi
Kelola dengan baik program operasi, pemasangan kateter, monitoring
laboratorium, dan sebagainya.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan actual atau potensial yang
membutuhkan intervensi dan manajemen keperawatan (Siregar, 2021). Adapun
diagnosa keperawatan yang muncul adalah :
a. Pre Operasi
- Ansietas b.d. krisis situasional, kurang terpapar informasi
- Retensi urine b.d. peningkatan tekanan uretra
- Nyeri akut b.d. agen pencedera fisiologis
b. Post Operasi
- Nyeri akut b.d. agen pencedera fisik (prosedur operasi)
- Resiko infeksi d.d. efek prosedur invasif
- Resiko perdarahan d.d tindakan pembedahan
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Akut
Masalah Keperawatan SIKI
Nyeri Akut Manajemen Nyeri
Tindakan :
1. Observasi
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi respon nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
hidup
h. Monitor keberhasilan terapi komplementer
yang sudah diberikan
i. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
2. Terapeutik
a. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis, TENS,
Hipnosis, akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat atau dingin, terapi bermain)
b. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis, suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
e. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

b. Ansietas
Masalah Keperawatan SIKI
Ansietas Reduksi Ansietas
Tindakan :
1. Observasi
a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
(mis, kondisi, waktu, stresor)
b. Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan
c. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
non verbal)
2. Terapeutik
a. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
b. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
c. Pahami situasi yang membuat ansietas
d. Dengarkan dengan penuh perhatian
e. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
f. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
g. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
h. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
3. Edukasi
a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
b. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosa, pengobatan, dan prognosis
c. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
d. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
e. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
f. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
g. Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
h. Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu

c. Resiko Infeksi
Masalah Keperawatan SIKI
Resiko Infeksi Pencegahan Infeksi
Tindakan :
1. Observasi
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
2. Terapeutik
a. Batasi jumlah pengunjung
b. Berikan perawatan kulit pada area edema
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
d. Pertahankan teknik aspetik pada pasien
beresiko tinggi
3. Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
c. Ajarkan cara memriksa kondisi luka atau
luka operasi
d. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
e. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu

d. Retensi Urine
Masalah Keperawatan SIKI
Retensi Urine Keteterisasi Urine
Tindakan :
1. Observasi
a. Periksa kondisi pasien
2. Terapeutik
a. Siapkan peralatan, bahan-bahan dan
ruangan tindakan
b. Siapkan pasien : bebaskan pakaian bawah
dan posisikan dorsal rekumben (untuk
wanita) dan supine (untuk laki-laki)
c. Pasang sarung tangan
d. Bersihkan daerah perineal atau preposium
dengan cairan NaCl atau aquades
e. Lakukan insersi kateter urine dengan
menerapkan prinsip aseptik
f. Sambungkan kateter urine dengan urine
bag
g. Isi balon dengan NaCl 0,9% sesuai
anjuran pabrik
h. Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau
dipaha
i. Pastikan kantung urine ditempatkan lebih
rendah dari kandung kemih
j. Berikan lebel waktu pemasangan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan
kateter urine
b. Anjurkan menarik nafas saat insersi
selang kateter

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012).
Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan
pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data
dengan teori), dan perencanaan.
b. Evaluasi sumatif (hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan
setelah semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi
sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan
yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon
pasien dan keluarga terkai pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan
pada akhir layanan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan keperawatan,
yaitu :
1) Tujuan tercapai/masalah teratasi
2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian
3) Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR

A. PENGKAJIAN DATA DASAR & FOKUS


Pengkajian tgl : 25 April 2022 Jam : 15.00 WIB
Tanggal MRS : 23 April 2022 NO. RM : 278670
Ruang/Kelas : Bima Dx. Masuk : Post op BPH
Nama : Tn.S Jenis Kelamin : Laki-laki
Identitas

Umur : 61 tahun Status Perkawinan : Kawin


Agama : Islam Penanggung Biaya : Ny.S (Anak)
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PNS
Suku/Bangsa : Jawa
Alamat : JL. Gajah mada no.44 wlingi
Keluhan utama : nyeri pada perut bagian bawah post operasi

Riwayat penyakit saat ini :


Px mengatakan nyeri perut bagian bawah, skrotum membesar dari semalem, riwayat
pernah seperti ini tapi bisa kembali. Saat dilakukan pengkajian pasien mengeluh nyeri
Riwayat Sakit dan Kesehatan

pada perut bagian bawah post op operasi BPH. Px tampak meringis.


P : Post op BPH
Q : Panas
R : Perut bagian bawah
S : Skala nyeri 4
T : Hilang timbul

Penyakit yang pernah diderita: Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
apapun

Penyakit yang pernah diderita keluarga: Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit apapun.

Riwayat alergi:  ya  tidak Jelaskan :

Observasi & Pemeriksaan Fisik (ROS: Review of System)


Keadaan Umum:  baik  sedang  lemah Kesadaran: Composmentis
ROS

Tanda vital: TD: 129/81 mmHg Nadi: 96 x/menit Suhu Badan: 36,5ºC
RR: 17 x/menit

Pola nafas irama:  Teratur  Tidak teratur


Jenis  Dispnoe  Kusmaul  Ceyne Stokes Lain-lain: Normal
B1 (Breath)
Pernafasan

Suara nafas:  vesikuler  Stridor  Wheezing  Ronchi Lain-lain:


Sesak nafas  Ya  Tidak  Batuk  Ya  Tidak

Masalah:
Tidak ada masalah
Irama jantung:  Reguler  Ireguler S1/S2 tunggal  Ya  Tidak
Nyeri dada:  Ya  Tidak
Bunyi jantung:  Normal  Murmur  Gallop lain-lain
Kardiovasker
B2 (Blood)

CRT:  < 2 dt  > 2 dt


Akral:  Hangat  Panas  Dingin kering  Dingin basah

Masalah:
Tidak ada masalah
GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total: 15
Refleks fisiologis:  patella  triceps  biceps lain-lain:
Refleks patologis:  babinsky  brudzinsky  kernig lain-lain:
Lain-lain:
Istirahat / tidur: 4-6 jam/hari Gangguan tidur: -
Masalah:
Persyaratan B3 (Brain)

Tidak ada masalah


Penglihatan (mata)
Penginderaan

Pupil :  Isokor  Anisokor  Lain-lain:


Sclera/Konjungtiva :  Anemis  Ikterus  Lain-lain: Normal
Lain-lain
Pendengaran/Telinga
Gangguan pandangan :  Ya  Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Penciuman (Hidung)
Bentuk :  Normal  Tidak Jelaskan:
Gangguan Penciuman :  Ya  Tidak Jelaskan:
Lain-lain
Masalah:
Tidak ada masalah
Kebersihan:  Bersih  Kotor
Urin: 32,5-65 cc/jam Warna: kuning jernih Bau: khas urin
Alat bantu (kateter, dan lain-lain): pasien menggunakan kateter 3 ways
B4 (Bladder)
Perkemihan

Kandung kencing: Membesar  Ya  Tidak


Nyeri tekan  Ya  Tidak
Gangguan:  Anuria  Oliguri  Retensi  Inkontinensia
 Nokturia  Inkontinensia  Lain-lain:
Masalah:
Tidak ada masalah
Nafsu makan:  Baik Menurun Frekuensi: 3 x/hari
Porsi makan:  Habis  Tidak Ket:
Minum: ± 1500-2000 cc/hari Jenis: air putih
Mulut dan Tenggorokan
Mulut:  Bersih  Kotor  Berbau
Mukosa  Lembab  Kering  Stomatitis
Tenggorokan  Sakit menelan/nyeri tekan  Kesulitan menelan
 Pembesaran tonsil  Lain-lain: Normal
Pencernaan
B5 (Bowel)

Abdomen
Perut  Tegang  Kembung  Ascites  Nyeri tekan,
lokasi:
Peristaltik 10 x/mnt
Pembesaran hepar  Ya  Tidak
Pembesaran lien  Ya  Tidak
Buang air besar 1 x/hr Teratur:  Ya  Tidak
Konsistensi : padat Bau: khas Warna: coklat
Lain-lain:
Masalah:
Tidak ada masalah
Kemampuan pergerakan sendi:  Bebas  Terbatas
Kekuatan otot: 5 5
Mulkuloskeletal/Integumen

5 5
Kulit
Warna kulit:  Ikterus  Sianotik  Kemerahan Pucat
B6 (Bone)

 Hiperpigmentasi

Turgor:  Baik  Sedang  Jelek


Odema:  Ada  Tidak ada Lokasi
 Lain-lain
Masalah:
Tidak ada masalah
Tyroid Membesar  Ya  Tidak
Hiperglikemia  Ya  Tidak
Endokrin

Hipoglikemia  Ya  Tidak
Luka gangren  Ya  Tidak
Lain-lain
Masalah:
Tidak ada masalah
Mandi/seka : 1 x/hari Sikat gigi : 1 x/hari
Pers. Higiene

Keramas : 3 x/minggu
Memotong kuku: 1 minggu sekali
Ganti pakaian : 2 x/hari
Masalah:
Tidak ada masalah
Orang yang paling dekat: Istri dan anak
Psiko-sosio-spiritual Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: Baik
Kegiatan ibadah: pasien tidak beribadah sholat selama sakit
Konsep Diri: baik

Masalah:
Tidak ada masalah
Data penunjang (Lab, Foto, USG, dll)

Terapi:
Infus NS
Ceftriaxone 2 x 1 gram
Ranitidin 2 x 50 mg
Ketorolac 3 x 30 mg

Blitar, 25 April 2022


Ners

(Eva Balgist Rizami)


Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal : 23/04/2022
No. Jenis Periksa Normal Hasil
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 13,2-17,3 g/dl 12,7
Eritosit 4,4-5,9x106/ul 4,5
Leukosit 3800-10600/cmm 8590
Trombosit 150.000-440.000/cmm 165000
Hematokrit 40-52% 38
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 2-4% 1
Basofil 0-1% 0
Neutrofil 50-70% 60
Limfosit 25-40% 28
Monosit 2-8% 6
MCV 80-100 fL 89,3
MCH 26-34 pg 31,2
MCHC 32-36 g/dl 33,6
FAAL GINJAL
Urea < 38 mg/dl 27
BUN < 18 mg/dl 14
Creatinin < 1,5 mg/dl 0,8
DIABETES
Gula darah sewaktu 70-140 mg/dl 112
Analisis Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS : Agen pencedera fisik Nyeri Akut
Pasien mengeluh nyeri pada perut (prosedur operasi)
bawah
DO :
- Pasien tampak meringis Luka Insisi
- TD : 129/81 mmHg
- N : 96 x/menit
- P : Post BPH Nyeri Akut
Q : Panas
R : Perut bagian bawah
S : Skala nyeri 4
T : Hilang timbul
2. DS : - Efek prosedur invasif Risiko infeksi
DO :
- Pasien post operasi BPH
- Leukosit : 8590/cmm Insisi BPH

Kateterisasi

Risiko infeksi

Prioritas Diagnosa Keperawatan :


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d px mengeluh nyeri pada perut bagian bawah
2. Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif

INTERVENSI
No SLKI SIKI
Dx
1 Setelah dilakukan intervensiManajemen Nyeri
keperawatan selama 3 x 24 jamTindakan :
maka tingkat nyeri menurun 1. Observasi
dengan kriteria hasil : a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun b. Identifikasi skala nyeri
3. Frekuensi nadi dalam rentang c. Identifikasi respon nyeri non verbal
normal 2. Terapeutik
4. Tekanan darah membaik a. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis, TENS, Hipnosis,
akupresure, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat atau dingin,
terapi bermain)
b. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Setelah dilakukan intervensiPencegahan infeksi
keperawatan selama 2 x 24 jamTindakan :
maka tingkat infeksi menurun 1. Observasi
dengan kriteria hasil : a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
1. Nyeri menurun sistemik
2. Kadar sel darah putih 2. Terapeutik
membaik a. Batasi jumlah pengunjung
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
c. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
3. Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
c. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
d. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
e. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
IMPLEMENTASI

Tgl No. Dx Jam Implementasi Evaluasi


25-04- 1 17.00 1. Mengidentifikasi lokasi, S:
2022 karakteristik dan intensitas Px mengatakan nyeri sedikit
nyeri berkurang
17.15 2. Mengidentifikasi skala nyeri O:
17.15 3. Mengidentifikasi respon - Skala nyeri cukup menurun
nyeri non verbal dari skala 4 ke skala 3
17.30 4. Memfasilitasi istirahat dan - Meringis cukup menurun
tidur - N : 92 x/menit
18.00 5. Mengajarkan teknik - TD : 127/82 mmHg
relaksasi tarik nafas dalam A : Masalah teratasi sebagian
untuk mengurangi nyeri P : Intervensi dilanjutkan no.2-5
18.15 6. Menjelaskan penyebab dan 7
nyeri
20.00 7. Berkolaborasi memberikan
injeksi ketorolac 30 mg IV

CATATAN PERKEMBANGAN

No Dx Hari I Hari II Hari III


1 S: S: S:
Px mengatakan nyeri sedikit Px mengatakan nyeri Px mengatakan sudah tidak
berkurang berkurang nyeri
O: O: O:
- Skala nyeri cukup - Skala nyeri menurun - Skala nyeri menurun
menurun dari skala 4 ke dari skala 3 ke skala dari skala 2 ke skala 1
skala 3 2 - Meringis menurun
- Meringis cukup menurun - Meringis cukup - N : 72 x/menit
- N : 92 x/menit menurun - TD : 120/78 mmHg
- TD : 127/82 mmHg - N : 68 x/menit A : Masalah teratasi
A : Masalah teratasi sebagian - TD : 123/77 mmHg P : Intervensi dihentikan
P : Intervensi dilanjutkan A : Masalah teratasi
no.2-5 dan 7 sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
no.2-5 dan 7

IMPLEMENTASI

Tgl No. Dx Jam Implementasi Evaluasi


25-04- 2 18.00 1. Memonitor tanda dan gejala S:-
2022 infeksi lokal dan sistemik O:
18.15 2. Mencuci tangan sebelum - Nyeri cukup menurun
kontak dengan pasien dan - Leukosit : 8590/cmm
18.20 lingkungan pasien A : Masalah teratasi sebagian
3. Menjelaskan tanda dan P : Intervensi dilanjutkan no.1-2,
gejala infeksi 5-6
18.30 4. Menganjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi dan cairan
18.40 5. Mencuci tangan sesudah
kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
20.00 6. Berkolaborasi memberikan
injeksi ceftriaxone 1 gram
IV

CATATAN PERKEMBANGAN

No Dx Hari I Hari II
2 S:- S:-
O: O:
- Nyeri cukup menurun - Nyeri menurun
- Leukosit : 8590/cmm - Leukosit : 8590/cmm
A : Masalah teratasi sebagian A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no.1-2, 5-6 P : Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai