Askep BPH Post Op
Askep BPH Post Op
Askep BPH Post Op
MEDIKAL BEDAH
Mengetahui,
( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Penyakit pembesaran prostat atau lebih dikenal dengan Benigna Prostat
Hiperplasia (BPH) merupakan penyakit yang umum diderita oleh pria dewasa
sampai lansia (Sjamsuhidajat & Jong, 2010). Menurut Haryono (2013) BPH adalah
pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria lebih tua dari 50
tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan pembatasan aliran
urinarius.
2. Etiologi
Penyebab prostat hiplasia belum diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa
hipotesis menyebutkan bahwa hyperplasia prostate erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestoteron (DHT) dan proses menjadi tua (aging). Berikut
ini beberapa hipotesis menurut Purnomo (2011) yang diduga sebagai penyebab
timbulnya hyperplasia prostate:
a. Teori Dehidrotestosteron (DHT)
Dehidrotestosteron adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Pada berbagai penelitian dikatakan bahwa
kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal,
hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5alfa –reduktase dan jumlah reseptor
androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada
BPH lebih sensitive terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi
dibandingkan dengan prostat normal.
b. Ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron
Pada usia yang semakin tua, kadar testosterone menurun sedangkan kadar estrogen
relatife tetap, sehingga terjadi perbandingan antara kadar estrogen dan
testosterone relatife meningkat. Hormon estrogen didalam prostat beperan
dalam terjadinya poliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan
jumlah reseptor androgen, dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat
(apoptosis). Meskipun rangsangan terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan
testosterone meningkat, tetapi sel-sel prostat telah ada mempunyai umur yang
lebih panjang sehingga masa prostat jadi lebih besar.
c. Interaksi stroma-epitel.
Diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat secara tidak langsung dikontrol
oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (Growth faktor) terentu. Setelah sel-
sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma
mensintesis suatu growth faktor yang selanjutnya mempengaruhi sel-sel stroma
itu sendiri intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel parakrin.
Stimulasi itu menyebabkan terjadinya poliferasi sel-sel epitel maupun sel
stroma.
d. Berkurangnya kematian sel prostat
Progam kematian sel (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik
untuk mempertahankan homeostatis kelenjar prostat. Pada apoptosis terjadi
kondensasi dan fragmentasi sel, yang selanjutnya sel-sel yang mengalami
apoptosis akan difagositosis oleh sel-sel di sekitarnya, kemudian didegradasi
oleh enzim lisosom. Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju
poliferasi sel dengan kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat
sampai pada prostat dewasa, penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan
yang mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat baru
dengan prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat
secara keseluruhan menjadi meningkat, sehingga terjadi pertambahan masa
prostat.
e. Teori sel stem
Selalu dibentuk sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel yang telah mengalami
apoptosis. Didalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang
mempunyai kemampuan berpoliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat
tergantung pada keberadaan hormone androgen, sehingga jika hormone
androgen kadarnya menurun, akan terjadi apoptosis. Terjadinya poliferasi sel-
sel BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga
terjadi produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.
3. Patofisiologi
Pada usia yang semakin menua terjadi ketidakseimbangan kadar testoteron
dan esterogen, dimana kadar testoteron menurun sedangkan kadar esterogen
relative tetap. Esterogen mampu memperpanjang usia sel-sel prostat. Esterogen
merangsang hormon androgen dimana hormone androgen mempunyai peran dalam
menghambat kematian sel. Ketidakseimbangan antara pertumbuhan sel dengan
kematian sel menyebabkan pertambahan massa prostat atau yang disebut dengan
benigna prostate hyperplasia (Purnomo, 2011). Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada BPH adalah dengan pembedahan yaitu dengan TURP. Tindakan
pembedahan tersebut menyebabkan terputusnya jaringan yang menimbulkan
perasaan tidak menyenangkan bagi klien yang disebut dengan nyeri. Apabila nyeri
tidak ditangani dapat menyebabkan peningkatan stressor bagi klien sehingga
menyebabkan ansietas. Nyeri juga menyebabkan keterbatasan gerak yang
mengakibatkan hambatan mobilitas fisik (Potter & Perry, 2010).
4. Pathway
b. Ansietas
Masalah Keperawatan SIKI
Ansietas Reduksi Ansietas
Tindakan :
1. Observasi
a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
(mis, kondisi, waktu, stresor)
b. Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan
c. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan
non verbal)
2. Terapeutik
a. Ciptakan suasana terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
b. Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan, jika memungkinkan
c. Pahami situasi yang membuat ansietas
d. Dengarkan dengan penuh perhatian
e. Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
f. Tempatkan barang pribadi yang
memberikan kenyamanan
g. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
memicu kecemasan
h. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang
3. Edukasi
a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
b. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosa, pengobatan, dan prognosis
c. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jika perlu
d. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
e. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
f. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
g. Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
h. Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
jika perlu
c. Resiko Infeksi
Masalah Keperawatan SIKI
Resiko Infeksi Pencegahan Infeksi
Tindakan :
1. Observasi
a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
2. Terapeutik
a. Batasi jumlah pengunjung
b. Berikan perawatan kulit pada area edema
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
d. Pertahankan teknik aspetik pada pasien
beresiko tinggi
3. Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar
c. Ajarkan cara memriksa kondisi luka atau
luka operasi
d. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
e. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
d. Retensi Urine
Masalah Keperawatan SIKI
Retensi Urine Keteterisasi Urine
Tindakan :
1. Observasi
a. Periksa kondisi pasien
2. Terapeutik
a. Siapkan peralatan, bahan-bahan dan
ruangan tindakan
b. Siapkan pasien : bebaskan pakaian bawah
dan posisikan dorsal rekumben (untuk
wanita) dan supine (untuk laki-laki)
c. Pasang sarung tangan
d. Bersihkan daerah perineal atau preposium
dengan cairan NaCl atau aquades
e. Lakukan insersi kateter urine dengan
menerapkan prinsip aseptik
f. Sambungkan kateter urine dengan urine
bag
g. Isi balon dengan NaCl 0,9% sesuai
anjuran pabrik
h. Fiksasi selang kateter diatas simpisis atau
dipaha
i. Pastikan kantung urine ditempatkan lebih
rendah dari kandung kemih
j. Berikan lebel waktu pemasangan
3. Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemasangan
kateter urine
b. Anjurkan menarik nafas saat insersi
selang kateter
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga,
dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
2012).
Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif (Proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4
komponen yang dikenal dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan
pasien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data
dengan teori), dan perencanaan.
b. Evaluasi sumatif (hasil) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan
setelah semua aktifitas proses keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi
sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan
yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan respon
pasien dan keluarga terkai pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan
pada akhir layanan.
Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan keperawatan,
yaitu :
1) Tujuan tercapai/masalah teratasi
2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian
3) Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKes PATRIA HUSADA BLITAR
Penyakit yang pernah diderita: Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
apapun
Penyakit yang pernah diderita keluarga: Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit apapun.
Tanda vital: TD: 129/81 mmHg Nadi: 96 x/menit Suhu Badan: 36,5ºC
RR: 17 x/menit
Masalah:
Tidak ada masalah
Irama jantung: Reguler Ireguler S1/S2 tunggal Ya Tidak
Nyeri dada: Ya Tidak
Bunyi jantung: Normal Murmur Gallop lain-lain
Kardiovasker
B2 (Blood)
Masalah:
Tidak ada masalah
GCS Eye: 4 Verbal: 5 Motorik: 6 Total: 15
Refleks fisiologis: patella triceps biceps lain-lain:
Refleks patologis: babinsky brudzinsky kernig lain-lain:
Lain-lain:
Istirahat / tidur: 4-6 jam/hari Gangguan tidur: -
Masalah:
Persyaratan B3 (Brain)
Abdomen
Perut Tegang Kembung Ascites Nyeri tekan,
lokasi:
Peristaltik 10 x/mnt
Pembesaran hepar Ya Tidak
Pembesaran lien Ya Tidak
Buang air besar 1 x/hr Teratur: Ya Tidak
Konsistensi : padat Bau: khas Warna: coklat
Lain-lain:
Masalah:
Tidak ada masalah
Kemampuan pergerakan sendi: Bebas Terbatas
Kekuatan otot: 5 5
Mulkuloskeletal/Integumen
5 5
Kulit
Warna kulit: Ikterus Sianotik Kemerahan Pucat
B6 (Bone)
Hiperpigmentasi
Hipoglikemia Ya Tidak
Luka gangren Ya Tidak
Lain-lain
Masalah:
Tidak ada masalah
Mandi/seka : 1 x/hari Sikat gigi : 1 x/hari
Pers. Higiene
Keramas : 3 x/minggu
Memotong kuku: 1 minggu sekali
Ganti pakaian : 2 x/hari
Masalah:
Tidak ada masalah
Orang yang paling dekat: Istri dan anak
Psiko-sosio-spiritual Hubungan dengan teman dan lingkungan sekitar: Baik
Kegiatan ibadah: pasien tidak beribadah sholat selama sakit
Konsep Diri: baik
Masalah:
Tidak ada masalah
Data penunjang (Lab, Foto, USG, dll)
Terapi:
Infus NS
Ceftriaxone 2 x 1 gram
Ranitidin 2 x 50 mg
Ketorolac 3 x 30 mg
Tanggal : 23/04/2022
No. Jenis Periksa Normal Hasil
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 13,2-17,3 g/dl 12,7
Eritosit 4,4-5,9x106/ul 4,5
Leukosit 3800-10600/cmm 8590
Trombosit 150.000-440.000/cmm 165000
Hematokrit 40-52% 38
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 2-4% 1
Basofil 0-1% 0
Neutrofil 50-70% 60
Limfosit 25-40% 28
Monosit 2-8% 6
MCV 80-100 fL 89,3
MCH 26-34 pg 31,2
MCHC 32-36 g/dl 33,6
FAAL GINJAL
Urea < 38 mg/dl 27
BUN < 18 mg/dl 14
Creatinin < 1,5 mg/dl 0,8
DIABETES
Gula darah sewaktu 70-140 mg/dl 112
Analisis Data
Kateterisasi
Risiko infeksi
INTERVENSI
No SLKI SIKI
Dx
1 Setelah dilakukan intervensiManajemen Nyeri
keperawatan selama 3 x 24 jamTindakan :
maka tingkat nyeri menurun 1. Observasi
dengan kriteria hasil : a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Meringis menurun b. Identifikasi skala nyeri
3. Frekuensi nadi dalam rentang c. Identifikasi respon nyeri non verbal
normal 2. Terapeutik
4. Tekanan darah membaik a. Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis, TENS, Hipnosis,
akupresure, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat atau dingin,
terapi bermain)
b. Fasilitasi istirahat dan tidur
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Setelah dilakukan intervensiPencegahan infeksi
keperawatan selama 2 x 24 jamTindakan :
maka tingkat infeksi menurun 1. Observasi
dengan kriteria hasil : a. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
1. Nyeri menurun sistemik
2. Kadar sel darah putih 2. Terapeutik
membaik a. Batasi jumlah pengunjung
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien
c. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
berisiko tinggi
3. Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
c. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
luka operasi
d. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
e. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
IMPLEMENTASI
CATATAN PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI
CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx Hari I Hari II
2 S:- S:-
O: O:
- Nyeri cukup menurun - Nyeri menurun
- Leukosit : 8590/cmm - Leukosit : 8590/cmm
A : Masalah teratasi sebagian A : Masalah teratasi
P : Intervensi dilanjutkan no.1-2, 5-6 P : Intervensi dihentikan