Kian Manajemen
Kian Manajemen
Kian Manajemen
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keperawatan adalah profesi yang termasuk dalam bagian integral dari
pelayanan kesehatanyang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat
yang terus berkembang. Perubahan kearah yang lebih baik dapat dilakukan
dengan salah satu upaya yang sangat penting dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan, yaitu dengan cara meningkatkan mutu dan sumber daya
manusia dan pengelolaan manajemen keperawatan (Nursalam, 2013).
Asuhan Keperawatan professional harus dapat melaksanakan perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan, dan pengevaluasian, sarana dan prasarana yang
tersedia untuk dapat memberikan pelayanan yang efektif dan efesien bagi
individu, keluarga, dan masyarakat (Nursalam, 2016)
Untuk menjadi perawat professional pembinaan secara terus menerus dan
berkesinambungan terhadap perawat harus dilakukan agar profesi perawat dapat
diakui dan dihargai keprofesianya melalui penerapan sistem
manjemen.Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat diwujudkan
melalui komunikasi yang efektif antar perawat maupun dengan tim kesehatan
lainnya (Triwibowo, Harahap & Soep, 2016).
World Health Organization (WHO) Tahun 2013 mencatat pelaporan kasus
sebanyak 25.000-30.000 terjadi kecacatan yang permanen pada pasien di
Australia, 11% disebabkan karena kegagalan komunikasi (Supingato, dkk, 2015).
Hal tersebut sesuai dengan studi Cohen dan Hilligoss (2012) yang menyatakan
180 dari 889 kasus ditemukan kejadian malpraktek, 32% disebabkan karena
kesalahan komunikasi dalam serah terima pasien (Kesrianti, dkk, 2014).
Departemen Kesehatan RI mengemukakan bahwa kegagalan dalam
melakukan komunikasi pada pelaksanaan timbang terima dapat menimbulkan
dampak yang serius yaitu kesalahan dalam kesinambungan pelayanan
keperawatan, pengobatan yang tidak tepat, kehilangan informasi, kesalahan
tentang rencana keperawatan, kesalahan pada test penunjang, dan potensi kerugian
1
bagi pasien, serta adanya ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan
(Kesrianti, dkk, 2014).
Timbang terima adalah suatu teknik untuk menyampaikan dan menerima
suatu informasi yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima harus
dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan
lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan
belum dilakukan serta perkembangan pasien pada saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2016).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan timbang terima dalam
pelayanan keperawatan diantaranya faktor internal meliputi komunikasi,
gangguan, kelelahan, memori, pengetahuan atau pengalaman, dokumentasi
(Kamil, 2017). Faktor eksternal meliputi budaya organisasi, infrastruktur,
keterbatasan teknologi dan tenaga kerja.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kesrianti, dkk, (2014) menyatakan
bahwa pengetahuan, sikap, ketersediaan prosedur tetap, kepemimpinan, dan rekan
kerja berpengaruh terhadap pelaksanaan Timbang terima.
Pada penelitian yang dilakukan Marlin Goraph (2018), mendapatkan hasil
Ada hubungan antara timbang terima (operan shift) dengan kinerja perawat
pelaksana diruang rawat inap bangsal RSU GMIM Pancaran Kasih Manado.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan R (2018), yang
mendapatkan hasil keterlaksanaan timbang terima shift sore-malam sebesar 55%.
Dengan kategori tahap persiapan sebesar 51.4%, tahap pelaksanaan sebesar
59.4%, dan tahap post timbang terima sebesar 38.8%. Gambaran timbang terima
secara keseluruhan belum mencapai keterlaksanaan 100% sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional (SPO). Perlu adanya kebijakan maupun sosialisasi sebagai
upaya meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan perawat untuk
melaksanakan timbang terima yang sesuai dengan SPO yang telah ditetapkan.
Timbang terima (Handover) dengan menggunakan teknik Situation, Background,
Assesment, Recomendation (SBAR) yang dilakukan dirumah sakit, perawat perlu
memahami konsep teori dan penerapannya, karena sangat berpengaruh terhadap
2
Asuhan keperawatan yang dilaksanakan mengacu pada manajemen keperawatan.
Menurut hasil laporan yang disampaikan oleh staf perawat diruang rawat inap RS
Medika BSD, maka didapatkan masalah dalam manajemen overan/timbang terima
diruangan, seperti belum terlaksananya overan dengan teknik SBAR yang belum
optimal di ruang rawat inap RS Medika BSD. Berdasarkan dari uraian di atas
maka penulis tertarik mengambil judul “Pelaksanaan Overan Keperawatan
Menggunakan Teknik Komunikasi SBAR Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Medika BSD Tangerang Tahun 2021”
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan handover keperawatan menggunakan teknik
komunikasi SBAR diruang rawat inap RS Medika BSD Tangerang Selatan
Tahun 2021.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum.
Mampu mengaplikasikan proses handover keperawatan menggunakan teknik
komunikasi SBAR di ruang rawat inap Rumah Sakit Medika BSD Tangerang
Selatan
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian tentang handover keperawatan
menggunakan teknik komunikasi SBAR di ruang rawat inap RS Medika
BSD Tangerang Selatan Tahun 2021.
b. Mampu merumuskan masalah handover di ruang rawat inap RS Medika
BSD Tangerang Selatan Tahun 2021.
c. Memberikan intervensi tentang handover keperawatan menggunakan
teknik komunikasi SBAR di ruang rawat inap RS Medika BSD Tangerang
Selatan Tahun 2021.
d. Melakukan implementasi tentang handover keperawatan menggunakan
teknik komunikasi SBAR di ruang rawat inap RS Medika BSD Tangerang
Selatan Tahun 2021.
3
e. Melakukan proses evaluasi tentang handover keperawatan menggunakan
teknik komunikasi SBAR di ruang rawat inap RS Medika BSD Tangerang
Selatan Tahun 2021.
f. Melakukan proses dokumentasi tentang handover keperawatan
menggunakan teknik komunikasi SBAR di ruang rawat inap RS Medika
BSD Tangerang Selatan Tahun 2021
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat melakukan modifikasi metode pemberian asuhan
keperawatan yang telah diterapkan sesuai dengan manajemen
keperawatan.
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan overan yang
dilakukan di ruang rawat inap RS Medika BSD Tangerang Selatan.
c. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman penerapan overan dalam
asuhan keperawatan profesional diruang rawat inap RS Medika BSD
Tangerang Selatan.
2. Bagi institusi Rumah Sakit
a. Dapat mengetahui metode overan dengan teknik SBAR.
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
c. Terciptanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat lainnya
dan tim kesehatan serta pasien dan keluarganya
3. Institusi Pendidikan
Untuk insituti pendidikan diharapakan KIAN ini menjadi bahan perbadingan
untunk penelitian berikutnya dan menjadi bahan evaluasi terhadap
program/kurikulum dalam manajemen keperawatan yang telah diterapkan.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Manajemen
1. Pengertian Manajemen
Manajemen merupakan pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi, yang mencakup kegiatan
POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controling), serta kegiatan
koordinasi supervise terhadap staff, sarana dan prasarana dalam mencapai
tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui
anggota staff untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
(Nursalam, 2015)
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa,
manajemen adalah bekerja dengan orang-orang untuk menentukan,
menginterpretasikan dan mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan
fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia atau
kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan serta pengawasan.
5
h. Manajemen keperawatan bagian aktif dari divisi keperawatan,
dari lembaga dan lembaga dimana organisasi itu berfungs
i. Budaya organisasi mencerminkan nilai – nilai kepercayaan
j. Manajemen keperawatan mengarahkan dan pemimpin
k. Manajemen keperawatan memotivasi
l. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif
m. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian
6
e. Controlling, Meliputi pelaksanaan penilaian kinerja staf, pertanggung
jawaban keyangan, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal dan
etik serta pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan.
7
yang ada dalam MAKP adalah metode tim. Metode tim merupakan metode
pemberian asuhan keperawatan dimana seorang perawat profesional
memimpin sekelompok tenaga keperawatan melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif (Douglas, 2011). Pengembangan metode tim ini didasarkan
pada falsafah mengupayakan tujuan dengan menggunakan kecakapan dan
kemampuan anggota kelompok. Metode ini juga di dasari atas keyakinan
bahwa setiap pasien berhak memperoleh pelayanan terbaik (Swanburg,
2012).
a. Tujuan pemberian metode tim.
1) Untuk memberikan asuhan keperawatansesuai dengan
kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas.
2) Memungkinkan adanya trasnfer of knowledge dan transfer of
exsperiences di antara perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.
3) Meningkatkan pengetahuan serta memberikan keterampilan dan
motifasi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Kemampuan yang harus dimiliki ketua tim.
1) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan semua kegiatan tim.
2) Menjadi konsultan dalam asuhan kepeerawatan.
3) Melakukan peran sebagai model peran.
4) Melakukan pengkajian dan menentukan kebutuhan pasien.
5) Menyusun rencana keperawatan untuk semua pasien.
6) Merevisi dan menyesuaikan rencana keperawatan sesuai
kebutuhan pasien.
7) Melaksanakan observasi baik terhadap perkembangan pasien
maupun kerja dari anggota tim.
8) Menjadi guru pengajar
9) Melaksanakan evaluasi secara baik dan objektif
c. Keuntungan Metode Tim
1) Dapat memberikan kepuasan kepada pasien dan perawat, pasien
merasa diperlakukan lebih manusiawi, perawat lebih mengenal
8
dan mamahami kebutuhan pasien.
2) Perawat dapat mengenali pasien secara individual, perawat
menangani pasien dalam jumlah yang sedikit sehingga
memungkinkan merawat pasien secara konfrehensif dan holistic.
3) Perawat akan memperlihatkan kinerja lebih produktif melalui
kemampuan bekerja sama dengan berkomunikasi degan klien,
sehingga mempermudah dalam mengenali kemampuan anggota
tim yang dapat dilakukan secara optimal
d. Kerugian Metode Tim
1) Tim yang lain tidak mengetahui perkembangan atau kondisi
pasien yang bukan menjadi tanggung jawabnya.
2) Proses timbang terima tim memerlukan waktu, pada situasi sibuk
akan terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan komunikasi dan
koordinasi antar anggota tim terganggu sehinggakelancaran tugas
terlambat.
3) Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu
tergantung atau berlindung ke pada anggota tim yang mampu
atau ketua tim.
4) Akomodasi dalam tim kabur
9
Karu
Katim A Katim B
PP 1 PP 2 PP 3 PP 4
P1 P1 P1 P1
P2
P2 P2
P2
Diagram 1.1
Diagram sistem pemberian asuhan keperawatan dengan metode tim
(Marquis dan Husion, 2011)
6. Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah petugas atau perawat yang diberikan tanggung
jawab dan wewenang dalam memimpin pelaksanaan keperawatan serta
tatalaksana personalia pada satu bangsal Rumah Sakit (Nursalam, 2003).
a. Tanggung jawab kepala ruangan
1) Manajemen personalia atau ketenagaan.
2) Manajemen operasional meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan pelayanan keperawatan
3) Manajemen kualitas pelayanan
4) Manajemen financial meliputi budget coss control dalam
10
pelayanan keperawatan
b. Uraian Tugas Kepala Ruangan
1) Perencanaan
a) Menetapkan filosofi, sasaran, tujuan, kebijakan dan standar
prosedur Tindakan.
b) Menunjuk perawat yang bertugas sebagai katim.
c) Mengidentifikasi perawat yang di butuhkan berdasarkan
tingkat ketergantungan klien.
d) Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
e) Membantu mengembangkan staf untuk pendidikan
berkelanjutan dan pelatihan.
f) Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi,
patofisiologi, tindakan medis yang di lakukan, program
pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang
tindakan yang akan di lakukan terhadap klien.
g) Mengatur dan mengendalikan asuhan keperawatan.
h) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
i) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan.
j) Mengadakan diskusi untuk memecahkan masalah.
k) Memberikan informasi pada keluarga dan pasien atau
keluarga yang baru masuk.
l) Membantu membimbing terhadap peserta didik
keperawatan.
m) Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan di rumah
sakit
2) Pengorganisasian.
a) Merumuskan metode penugasan yang di gunakan.
b) Merumuskan tujuan syistem metoda penugasan.
c) Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara
jelas.
11
d) Membuat rentang kendali kepala ruangan membawahi 2
ketua anggota tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat.
e) Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan.
f) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.
g) Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan: membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dan lain-
lain.
h) Mengendalikan tugas saat kepala ruangan tidak berada di
tempat, kepada ketua tim.
i) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
j) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
k) Identifikasi masalah dan cara penanganan.
3) Pengarahan.
a) Memberikan pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b) Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik.
c) Memberi moifasi dalam peningkatan pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
d) Menginformasikan hal-hal yang di anggap penting dan
berhubungan dengan askep pasien dan pelayanan keperawatan
d ruangan.
e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim.
4) Pengawasan.
a) Melalui komunikasi.
(1) Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim
maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang
telah di berikan ke pada pasien.
12
b) Melalui supervise.
(1) Pengawasan lansung melalui inspeksi, mengamati sendiri
atau melalui laporan lansung secara lisan dengan
memperbaiki/mengawasi kelemahan kelemahan yang ada
pada saat itu juga.
(2) Pengawasan tidak langsung yaitu mengcek daftar hadi ketua
tim, membaca dan memeriksa rencana keperawatan di
laksanakan (di dokumentasikan) mendengar laporan ketua
tim tentang pelaksanaan tugas.
(3) Evaluasi bersama katim hasil upaya pelaksanaan dan
membandingkan dengan rencana keperawatan.
7. Ketua Tim.
Ketua tim merupakan perawat yang memiliki tanggung jawab dalam
perencanaan, kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien yang
dilakukan oleh tim dibawah tanggung jawabnya (Nursalam, 2003).
a. Fungsi ketua tim.
1) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan wewenang yang
didegelasikan oleh kepala ruangan.
2) Membuat penugasan supervise dan evaluasi.
3) Mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai kebutuhan pasien.
4) Mengembangkan kemampuan anggota tim
5) Menyelenggarakan conference.
b. Uraian tugas ketua tim.
1) Perencanaan.
a) Bersama kepala ruangan mengadakan serah terima tugas pada
setiap pergantian dinas.
b) Melakukan pembagian tugas atas anggota kelompoknya.
c) Menyusun rencana asuhan keperawatan.
d) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan asuhan
keperawatan.
e) Mengikuti visite dokter.
13
f) Menilai hasil pekerjaan anggota kelompok dan mendiskusikan
masalah yang ada.
g) Menciptakan kerja sama yang harmonis antar tim.
h) Memberikan pertolongan segera pada klien dengan
kegawatdaruratan.
i) Membuat laporan klien.
j) Mengorientasikan klien baru.
2) Pengorganisasian.
a) Menjelaskan tujuan pengorganisasian tim keperawatan.
b) Membagi tugas sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien.
c) Membuat rincian anggota tim dalam memberikan askep.
d) Mengatur waktu istirahat untuk anggota tim.
e) Membuat rincian tugas anggota tim meliputi pemberian
asuhan keperawatan.
3) Pengarahan.
a) Memberikan pengarahan/bimbingan kepada anggota tim.
b) Memberikan informasi yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan.
c) Mengawasi proses asuhan keperawatan.
d) Melibatkan anggota tim dari awal sampai akhir kegiatan.
e) Memberi pujian, motivasi kepada anggota tim.
4) Pengawasan.
a) Melalui dan berkomunikasi.
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan perawat
pelaksanaan dalam pemberian asuhan keperawatan.
b) Melalui supervise.
1) Secara langsung melihat atau mengawasi proses asuhan
keperawatan yang dilaksanakan oleh anggota lain. Secara
tidak langsung melihat daftar perawat pelaksana,
membaca dan memeriksa catatan keperawatan, membaca
perawat yang dibuat selama proses keperawatan,
14
mendengarkan laporan secara lisan dari anggota tim
tentang tugas yang dilakukan.
2) Mengevaluasi pelaksanaan keperawatan bertanggung
jawab kepada kepala ruangan dan menyelenggarakan
asuhan secara optimal kepada klien yang berada dibawah
tanggung jawab
8. Perawat Pelaksana.
Perawat pelaksana adalah seorang tenaga keperawatan yang diberi
wewenang untuk melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan di ruang
rawatan (Nursalam, 2003).
a. Uraian tugas perawat pelaksana.
1) Perencanaan.
a) Melakukan pengkajian pada klien.
b) Menentukan masalah-masalah keperawatan yang dihadapi klien
berdasarkan hasil pengkajian.
c) Merumuskan tujuan yang akan dicapai untuk menentukan rencana
Tindakan.
d) Melakukan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah sehingga tujuan keperawatan tercapai.
e) Bersama ketua tim melaksanakan serah terima klien dan tugas
pada setiap pergantian dinas.
f) Menyiapkan keperluan untuk melaksanakan tindakan
keperawatan.
g) Mendampingi visite dokter pada klien yang menjadi tanggung
jawab bersama kepala tim untuk menilai kondisi klien dan
memungkinkan penyebabnya, rencana tindakan medis,
mengetahui program pengobatan yang akan dilakukan
selanjutnya.
h) Menyiapkan klien secara fisik dan mental untuk tindakan
pengobatan atau pemeriksaan penunjang.
15
2) Pengorganisasian.
a) Menerima pendelegasian tugas askep dari kepala ruangan melalui
kepala tim.
b) Membuat mekanisme kerja untuk masing-masing klien yang
menjadi tanggung jawab askep yang telah dilakukan kepada
kepala ruangan melalui kepala tim.
c) Menghindari pertentangan antara anggota tim.
d) Ikut menegakkan peraturan rumah sakit dan kebijakan yang
berlaku.
e) Mengembangkan kreatifitas.
f) Mengembangkan kemampuan manajemen dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien.
3) Pengawasan.
a) Melakukan dan menciptakan komunikasi terapeutik dengan
klien dan keluarga selama memberikan askep.
b) Mengawasi perkembangan dan reaksi klien terhadap tindakan
perawatan dan pengobatan.
c) Menilai hasil tindakan keperawatan yang diberikan apakah tujuan
telah tercapai bersama kepala tim.
4) Pengarahan.
a) Memberikan pengarahan kepala keluarga tentang tindakan yang
akan dilakukan, cara minum obat, aktifitas.
b) Memberikan petunjuk kepada klien dan keluarga mengenai
peraturan yang berlaku, jam kunjungan dan pengadaan obat- obat.
c) Memberikan pujian terhadap kemajuan kesehatan klien dan kerja
sama keluarga dengan petugas.
16
B. Handover Keperawatan
1. Pengertian Handover.
Nursalam (2011), menyatakan timbang terima adalah suatu cara dalam
menyampaikan sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
kliendan waktu dimana terjadi perpindahan atau transfer tanggung jawab
tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat yang lain. (Artati,
2019)
Menurut Ovari (2015) Hand over atau timbang terima merupakan tehnik
atau cara untuk meyampaikan dan menerima sesuatu (informasi) yang
berkaitan dengan kedaan klien.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, overan
keperawatan adalah cara untuk menyampaikan laporan yang berkaitan
dengan keadaan pasien dari shift pagi ke sore dan shift sore ke malam
serta dari shift malam ke pagi.
2. Tujuan Handover.
Menurut Rina (2012), tujuan overan yaitu sebagai berikut :
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti
oleh dinas berikutnya.
d. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Overan memiliki tujuan untuk mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi
tentang tugas perpindahan informasi yang relevan yang digunakan untuk
kesinambungan dalam keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.
Menurut Rina (2012), overan (timbang terima) memiliki 2 fungsi
utama yaitu:
a. Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan
mengekspresikan perasaan perawat.
b. Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan.
17
3. Proses Handover Keperawatan
Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaks
Persiapan Timbang terima dilaksanakan setiap 5 menit Ners PPdan
pergantian shift/ overran station
Prinsip timbang terima semua pasien baru
masuk dan pasien yang dilakukan timbang
terima khususnya pasien yang memiliki
permasalahan belun/ dapat teratasi serta
yang membutuhkan observasi lebih lanjut
PP menyampaikan timbang terima pada PP
berikutnya, hal yang perludisampaikan
dalam timbang terima:
- Jumlah pasien
- Identitas klien dan diagnosis medis
- Data (keluhan/ subjektif dan objektif)
- Masalah keperawatan yang masih
muncul
- Intervensi keperawatan yang belum
dilaksanakan (secara umum).
- Intervensi kolaboratif dan dependen.
- Rencana umum dan persiapan yang
perlu dilakukan (persiapan operasi,
persiapan penunjang, dll
18
Pelaksanaan Kedua kelompok dinas sudah siap (shift 20 menit Ners KARU
jaga) station
Kelompok yang akan bertugas PP dan
menyiapkan buku catatan.
Kepala ruang membuka acara timbang Ruang
terima. peraw
19
Hal-hal yang sifatnya khusus dan
memerlukan perincian yang matang
sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan kepada
petugas berikutnya.
Lama timbang terima untuk tiap pasien
tidak lebih dari lima menit kecuali pada
kondisi khusus dan memerlukan
keterangan yang rumit
Diskusi. 5 menit Ners KARU
Pelaporan untuk timbang terima station
dituliskan secara langsung pada format PP dan
timbang terima yang ditandatangani oleh
PP yang jaga saat itu dan PP yang jaga
berikutnya diketahui oleh kepala ruang.
Ditutup oleh kepala ruang
20
g. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock
sebaiknya dibicarakan di nurse station.
5. Alur Handover.
Alur dan format pedoman operan di ruang MPKP menurut Achmad,
dkk (2012), adalah sebagai berikut:
Nurse Station:
a. Operan dipimpin kepala ruangan.
b. Ketua Tim melaporkan secara verbal dan tertulis kondisi
pasiennya berdasarkan dokumentasi keperawatan.
c. Ketua Tim/Penanggung jawab sif dan perawat pelaksana dalam
tim mencatat hariannya.
d. Proses klasifikasi informasi.
Bedside.
a. Kepala ruangan memimpin ronde ke tempat tidur pasien.
b. Validasi data pasien.
Nurse Station.
a. Kepala ruangan merangkum informasi operan, memberikan umpan
balik dan saran tidak lanjut.
b. Menutup operan (doa dan bersalaman).
c. Ketua Tim/Penanggung Jawab mulai kegiatan pre-conference
Bersama anggota tim/perawat pelaksana.
Renstra Operan
a. Pelaksanaan Operan.
1) Hari/ tanggal
2) Pukul
3) Topik
4) Tempat
b. Metode.
1) Diskusi.
2) Tanya jawab
21
c. Media.
1) Status klien.
2) Buku Operan.
3) Alat tulis.
4) Leaflet.
5) Sarana dan prasarana perawatan
d. Pengorganisasian.
1) Kepala ruangan.
2) Perawat primer (pagi).
3) Perawat primer (sore).
4) Perawat associate (pagi).
5) Perawat associate (sore).
6) Perawat associate (malam).
7) Perawat associate (libur).
8) Pembimbing/ supervisor.
e. Uraian kegiatan.
1) Prolog. Pada hari....... jam seluruh perawat ( PP dan PA)
shift pagi dan sore serta kepala ruangan berkumpul di nurse
station untuk melakukan operan.
2) Sesi I di Nurse station. Kepala ruangan memimpin dan
membuka acara yang didahului dengan doa dan kemudian
mempersilahkan PP dinas pagi untuk melaporkan keadaan dan
perkembangan pasien selama bertugas kepada PP yang akan
berdinas selanjutnya (sore). PP dan PA shift sore memberikan
klarifikasi keluhan, intervensi keperawatan yang sudah dan
belum dilaksanakan (secara umum), intervensi kolaboratif dan
dependen, rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
(persiapan operasi, pemeriksaan penunjang dll), hal yang belum
jelas atas laporan yang telah disampaikan. Setelah melakukan
timbang terima di nurse station berupa laporan tertulis dan lisan,
kemudian diteruskan di ruang perawatan pasien
22
3) Sesi II di Ruang Perawatan pasien. Seluruh perawat dan kepala
ruangan bersama-sama melihat ketempat pasien. PP dinas
selanjutnya mengklarifikasi dan memvalidasi data langsung
kepada pasien atau keluarga yang mengalami masalah khusus.
Untuk pasien yang tidak mengalami masalah khusus, kunjungan
tetap dilaksanakan. Lama kunjungan tidak lebih lima menit
perpasien. Bila terdapat hal-hal yang bersifat rahasia bagi pasien
dan keluarga perlu diklarifikasi, maka dapat dilakukan di nurse
station setelah kunjungan kepasien berakhir.
4) Epilog. Kembali ke nurse station. Diskusi tentang keadaan
pasien yang bersifat rahasia. Setelah proses operan selesai
dilakukan, maka kedua PP menandatangani laporan operan
dengan diketahui oleh kepala ruangan.
f. Evaluasi
1) Struktur (input). Pada operan, sarana dan prasarana yang
menunjang telah tersedia antara lain: catatan timbang terima,
status klien dan kelompok shift oepran. Kepala ruang selalu
memimpin kegiatan operan yang dilaksanakan pada pergantian
shift, yaitu malam ke pagi dan pagi ke sore. Kegiatan oepran
pada shift sore ke malam dipimpin oleh perawat primer yang
bertugas pada saat itu.
2) Proses. Proses operan dipimpin oleh kepala ruang dan
dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang
akan mengganti shift. Perawat primer mengoperkan ke perawat
primer berikutnya yang akan mengganti shift. Operan pertama
dilakukan di nurse station kemudian ke ruang perawatan pasien
dan kembali lagi ke nurse station. Isi operan mencakup jumlah
pasien, diagnosis keperawatan, dan intervensi yang belum/sudah
dilakukan. Waktu unutuk setiap pasien tidak lebih dari lima
menit saat klarifikasi ke pasien.
3) Hasil. Operan dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap
23
perawat dapat mengetahui perkembangan pasien.
4) Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
6. Format Operan.
Menurut Rina (2012). Format Operan Penderita adalah :
Tanggal :
Asuhan Operan
Masalah Keperawatan
S: S: S:
Data Fokus O: O: O:
P: P: P:
Intervensi yang sudah
Dilakukan
24
Tanda Tangan PP PP Pagi: PP Sore: PP Malam:
Karu: Karu:
Pasien
Rencana
Tindakan
Yang akan
Yang telah dilakukan dilakukan
Perkembangan
keadaan pasien
Masalah :
Teratasi
Sebagian
Belum
25
7. Komunikasi SBAR.
Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang
logis untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada
orang lain secara akurat dan efisien. Komunikasi dengan menggunakan
alat terstruktur SBAR untuk mencapai keterampilan berfikir kritis serta
menghemat waktu. (Rina, 2012)
8. Konsep SBAR.
Menurut Rina, 2012 konsep SBAR yaitu sebagai berikut;
a. S (siuation). Situation merupakan kondisi terkini yang sedang
terjadi pada pasien.
1) Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar.
2) Nyatakan masalah secara singkat: apa, kapan dimulai, dan
tingkat keparahan.
b. B (background)
c. Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi,
meliputi:
1) Daftar pasien.
2) Nomor medical record.
3) Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan.
4) Daftar obat terkini, alergi, dan hasil labor.
5) Hasil terbaru tanda-tanda vital pasien.
6) Hasil labor, dengan tanggal dan waktu pengambilan serta hasil
dari tes labor sebagai pembanding.
7) Informasi klinik lainnya.
Background merupakan informasi penting tentang apa yang
berhubungan dengan kondisi pasien terkini.
d. A (assessment/pengkajian). Assessment merupakan hasil
pengkajian dari kondisi pasien yang terkini
e. R (recommendation). Recommendation merupakan apa saja hal
yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien pada saat
26
in
9. SBAR Model.
Menurut Rina (2012), model sbar yaitu :
a. Komunikasi menjadi efektif dan efisien.
b. Menawarkan sebuah cara yang simple untuk standart komunikasi
dengan menggunakan 4 elemen umum.
c. Mencerminkan umum dan nursing process.
d. Membuat bahasa yang umum
10. Laporan Kondisi Pasien Antar Shift Dinas (Dengan SBAR).
Menurut Rina (2012), sebelum overan pasien harus :
a. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
b. Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan kondisi
pasien yang akan dilaporkan.
c. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.
d. Baca & pahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian
perawat shif sebelumnya.
e. Siapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.
11. Format Handover menggunakan SBAR
27