Hafidz Al Haq - 20105030142 - UAS Pemikiran Tafsir Nusantara B
Hafidz Al Haq - 20105030142 - UAS Pemikiran Tafsir Nusantara B
Hafidz Al Haq - 20105030142 - UAS Pemikiran Tafsir Nusantara B
NIM : 20105030142
Prodi : Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
UAS Pemikiran Tafsir Nusantara B
1. Tafsir Al Misbah merupakan tafsir Alquran yang ditulis oleh ulama Indonesia M. Quraish
Shihab. Sebagaimana diketahui, tidak semua orang dapat menafsirkan Alquran, hanya
para mufassir-lah yang mempunyai kewenangan. Kata Al Misbah berasal dari Bahasa
Arab yang artinya “penerang”. Dalam tafsir tersebut, M. Quraish Shihab menulis bahwa
Tafsir Al Misbah merupakan bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang intelektual
Muslim untuk membantu umat memahami kitab suci Alquran. Mengutip jurnal Tafsir Al-
Mishbah: Tekstualitas, Rasionalitas, dan Lokalitas Tafsir Nusantara tulisan Lufaefi
(2019), Quraish Shihab menggunakan metode tahlili dalam menulis tafsir. Tahlili adalah
metode analisis dengan cara menafsirkan Alquran ayat demi ayat, surat demi surat, sesuai
dengan urutan mushaf Usmani. Adapun corak dari Tafsir Al Misbah adalah adabi
ijtima’i, yaitu corak penafsiran yang menjelaskan ayat-ayat Alquran secara teliti.
Kemudian menyusun makna-makna yang dimaksud Alquran dengan bahasa yang lugas
dan menarik. Selanjutnya dicari korelasinya dengan kehidupan sehari-hari, seperti
pemecahan masalah umat dan bangsa yang sejalan dengan perkembangan masyarakat.
Sedangkan Tafsir Al-Azhar merupakan tafsir yang bernuansa Indonesia yang dikarang
oleh Prof. Dr. Hamka. Tafsir ini ditulis dari ulama Nusantara dimana ia ditulis disaat
umat Islam membutuhkan solusi dari peimasalahan-pennasalahan yang dihasdapi mereka
saat itu. Tafsir Al-Azhar ini salah satu tafsir yang mengambil corak Adabi Ijtimai, yakni
pemikiran keberbagai permasalahan yang berkaitan dengan kandungan ayat yang
ditafsirkan. Di dalam Al Qur'an banyak sekali ayat yang membahas tentang masalah
dakwah. Di antara ayat-ayat tersebut ada yang berhubungan dengan kisah para Rosul
dalam menghadapi umatnya. Selain itu, ada ayat-ayat yang ditujukan kepada Nabi
Muhammad ketika beliau melanearkan dakwahnya. Semua ayat-ayat tersebut
menunjukkan metode yang hams dipahami dan dipelajari oleh setiap muslim. Di antara
ayat-ayat dakwah dalam Alqur'an yaitu, dasar dan kewajiban berdakwah (QS. AH imran:
104, 110), dan tentang metode dakwah (QS. An Nahl: 125).
2. Dilihat dari segi metode yang digunakan, secara umum Tafsir Kementerian Agama RI ini
menggunakan metode tahlili (Kementerian Agama RI, 2012). Metode Tahlili yaitu suatu
metode yang dalam menafsirkan Alquran, ayat demi ayat secara analisis menurut mushaf.
yaitu dimulai dari surat al-Fatihah sampai surat an-Nās. Untuk itu, ia menguraikan kosa
kata dan lafaẓ, menjelaskan arti yang dikehendaki, juga unsur ijaz dan balāga, serta
kandungannya dalam berbagai aspek pengetahuan dan hukum. Walaupun disisi lain juga
tafsir ini menggunakan metode maudhui. sekalipun sifatnya sederhana yaitu dengan
memberikan tema-tema tertentu pada surat yang dibahas (Musaddad, 2017). Latar
belakang keilmuan mufassir sangatlah berpengaruh terhadap subjektivitas penafsirnya.
Apalagi ketika Tafsir Alquran Dan Tafsirnya, ini merupakan produk negara maka tak
jarang penulis temukan dalam penafsirannya semangat bernegara dan sosial
kemasyarakatan. Sehingga tafsir yang demikian itu pasti memunculkan ijtihad tersendiri.
Menurut pengamatan penulis kecenderungan yang tampak dari tafsir ini adalah
aspek adabi al-ijtimai (sosial kemasyaraktan) dan Fikih (persoalan
fikih).Kecenderungan adabi al-ijtimai (sosial kemasyarakatan) menempatkan penafsiran
tim penyempurna sangat aktif terhadap permasalahan sosial. Pembahasan tafsirnya juga
disampaikan melalui bahasa yang mudah dimengerti oleh semua golongan masyarakat,
dan analogi atau permisalan yang dipakai juga menyangkut kehidupan sehari-hari. Baik
itu dalam ranah keluarga masyarakat maupun bernegara (Umamik, 2019)
3. Hermeneutika adalah salah satu dari usaha untuk memahami sebuah teks, namun
hermeneutika juga mengarah kepada penafsiran Al-Quran yang melihat dari segi aspek
arah kontekstual, histori, penulis, serta kondisi sosial psikologis sang penulis ketika
menulis. Terlepas dari asas histori hermeneutika itu sendiri, ada persamaan antara metode
tafsir yang terkenal dizaman islam klasik dengan beberapa model hermeneutika. Namun
ketika hermeneutika ini diterapkan kedalam Al-Quran maka muncullah Pendapat-
pendapat mengenai hermeneutika, mulai dari golongan yang pro-hermeneutika dan ada
pula mereka yang kontra-hermeneutika. Golongan yang pro-hermeneutika berpendapat
bahwa hermeneutika Al-Quran ini diperlukan agar sesuai dengan perkembangan dan
kemajuan zaman, sedangkan mereka yang kontra-hermeneutika dalam Al-Quran
beralasan bahwa kesakralitasan Al-Quran akan hilang apabila dipandang dari sudut
hermeneutika itu sendiri. Perkembangan wacana Hermeneutika Alquran di Indonesia
sangat terpengaruh oleh kesarjanaan Fazlur Rahman dan Naṣr Ḥamīd Abū Zayd. Ma’na-
CumMaghza sebagai teori penafsiran bisa dijadikan alternatif pembacaan dalam upaya
kontekstualisasi penafsiran Alquran, meskipun secara keilmuan bisa dianggap tidak
memiliki orisinalitas penuh dalam teori dan langkah operasionalnya.
Sementara itu, Hermeneutika dalam penafsiran Alquran tidak sepenuhnya diterima dalam
kesarjanaan Indonesia bahkan cenderung ditolak dengan keras. Hal itu terjadi karena
perbedaan cara pandang yang menurut saya telah terjadi pencampuradukan pemahaman
atas wahyu pada wilayah suci sebelum menjadi teks dan wahyu setelah menjadi teks yang
kedudukannya sama seperti teks sastra yang lain.