Modul MK Keperawatan Kritis
Modul MK Keperawatan Kritis
Modul MK Keperawatan Kritis
KEPERAWATAN KRITIS
Koordinator Modul
Bakti Rahayu, S.Kep.,M.Kes
Penyusun Modul
Bakti Rahayu, S.Kep.,M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt, berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga modul Keperawatan Kritis ini dapat
selesai disusun dengan baik. Modul ini berisikan kompetensi untuk
mahasiswa agar mampu memahami dan mengaplikasikan asuhan
keperawatan kritis
Kami berharap semoga modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa, tutor,
dosen dan seluruh para pembaca. Kami menyadari dalam penyusunan modul
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan.
2
BAB I
INFORMASI UMUM
E. TUJUAN MODUL
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran modul keperawatan kritis,
setelah diberi data/kasus/artikel mahasiswa mampu:
3
5. Melakukan simulasi pengelolaan asuhan keperawatan pada individu
dengan kasus kritis terkait berbagai sistem dengan
mempertimbangkan aspek legal dan etis.
6. Melaksanakan fungsi advokasi dan komunikasi pada kasus kritis
terkait berbagai sistem.
7. Mendemostrasikan intervensi keperawatan pada kasus sesuai dengan
standar yang berlaku dengan berpikir kreatif dan inovatif sehingga
menghasilkan pelayanan yang efisien dan efektif.
F. METODE PEMBELAJARAN
Pembelajaran modul ini dilaksanakan dengan pendekatan problem based
learning (PBL) dengan menggunakan metode, Interaktive Skill Station
(ISS), praktikum di laboratorium dan kuliah pakar.
G. KEGIATAN MAHASISWA
Pada awal pembelajaran modul ini, mahasiswa akan diberikan kuliah
pengantar (Introduction Lecturer) di kelas besar oleh koordinator blok
yang bertujuan memberikan gambaran secara komprehensif pada
mahasiswa mengenai modul yang akan dipelajari, kompetensi, tujuan
pembelajaran serta metode pembelajaran yang akan digunakan.
Selanjutnya mahasiswa akan mengikuti pembelajaran sesuai dengan
metode pembelajaran yang telah ditetapkan.
4
dalam melakukan prosedur tindakan keperawatan kepada phantom atau
manekin. Semua kegiatan tersebut didampingi oleh tutor masing-masing.
H. Kegiatan Tutor
1. Membaca, memahami dan menganalisa isi modul.
2. Memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa agar aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Memahami sasaran belajar dan kompetensi yang diharapkan dengan
baik pada setiap kasus pemicu dengan berbagai metode pembelajaran.
4. Mengarahkan mahasiswa untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan
masalah keperawatan sesuai dengan tahapan proses keperawatan dari
kasus pemicu yang diberikan.
5. Mengarahkan mahasiswa untuk menjaga ketertiban, inventaris ruang
belajar dan laboratorium.
6. Mengisi seluruh format evaluasi yang disiapkan untuk proses penilaian
pelaksanaan modul.
7. Bila ada kesulitan dalam memahami isi modul ini, silahkan
menghubungi tim penyusun modul.
5
BAB II
KEPERAWATAN KRITIS (CRITICAL CARE)
Definisi:
Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap
masalah yang mengancam kehidupan. Secara keilmuan perawatan kritis
fokus pada penyakit yang kritis atau pasien yang tidak stabil. Untuk
pasien yang kritis, pernyataan penting yang harus dipahami perawat ialah
“waktu adalah vital”. Sedangkan Istilah kritis memiliki arti yang luas
penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi
krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar.
6
Prinsip Keperawatan Kritis
Pasien kritis adalah pasien dengan perburukan patofisiologi yang cepat
yang dapat menyebabkan kematian. Ruangan untuk mengatasi pasien
kritis di rumah sakit terdiri dari: Unit Gawat Darurat (UGD) dimana pasien
diatasi untuk pertama kali, unit perawatan intensif (ICU) adalah bagian
untuk mengatasi keadaan kritis sedangkan bagian yang lebih
memusatkan perhatian pada penyumbatan dan penyempitan pembuluh
darah koroner yang disebut unit perawatan intensif koroner Intensive Care
Coronary Unit (ICCU). Baik UGD, ICU, maupun ICCU adalah unit
perawatan pasien kritis dimana perburukan patofisiologi dapat terjadi
secara cepat yang dapat berakhir dengan kematian.
7
D. Efek kondisi kritis terhadap pasien dan keluarga
Stres dan penyakit merupakan efek dari kondisi kritis terhadap pasien.
Stres didefinisikan sebagai suatu stimulus yang mengakibatkan
ketidakseimbangan fungsi fisiologis dan psikologis. Pada kenyatannya
bahwa dengan diterimanya pasien di unit perawatan kritis menjadikan
tanda adanya ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraan pada
semua inidividu yang di rawat. Disisi lain perawat keperawatan kritis
merasakan bahwa unit perawatan kritis tempat dimana hidup dengan
kewaspadaan keamanan. Disisi lain juga pasien dan keluarga merasakan
bahwa dengan diterimanya di unit perawatan kritis sebagai tanda akan
tiba kematian karena pengalaman mereka sendiri atau dari orang lain.
Karena perbedaan persepsi tentang keperawatan kritis antara pasien,
keluarga dan perawat terputusnya komunikasi kedua pihak harus
diantisipasi.
8
American Association of Critical Nursing mempublikasikan 15 kompetensi
dasar untuk meningkatkan kualitas asuhan perawatan end of life
Imput sensori
Kelainan Sensori adalah problem yang sering dihadapi di unit perawatan
kritis oleh pasien. Imput sensori dengan menggunakan panca indera yang
selama ini digunakan dengan baik tidak dapat difungsikan dengan optimal
(Hudac dan Gallo, 2005). masalah sensori di unit perawatan kritis yaitu
Kehilangan Sensori, kelebihan sensori.
Dampak psikososial
Asuhan keperawatan pada pasien yang dirawat di icu atau perawatan
kritis tetap mempertimbangkan aspek biologis, psikologis, sosiologis,
spiritual, secara komprehensif. Dampak psikososial pada pasien yang
dirawat di unit perawatan kritis adalah: kekacauan mental akut (Dillirium),
9
Depresi dan Ansietas (Chulay, M., & Burns, S.M. 2012: American
Association of Critical Care Nurse, 2012, page 25)
Definisi:
Gagal Jantung Kongestif adalah istilah yang menjelaskan
ketidakmampuan jantung memompa darah untuk memenuhi
kecukupan oksigen dan nutrisi sesuai kebutuhan tubuh. Ada
beberapa kondisi patologis yang menjadi dasar yang berkontribusi
terhadap penyebab sindrome ketidakmampuan pompa jantung,
meliputi arterosklerotik coroner, penyakit katup jantung, hipertensi,
dan cardiomiopati.
Pengkajian
Pengkajian klasifikasi klinis menurut “Killip system” atau NYHA system
(New york Heart Association Functional Classication).
10
Pengkajian Diagnostik
12 lead EKG:
Chest x-ray:
Darah lengkap:
Urinalisis: proteinuria,
Creatinin: meningkat
Albumin: rendah
Natrium dan kalium: rendah
Hemodinamik:
Echokardiografi:
Radionuclide ventriculography:
Diagnosa Keperawatan
Tiga diagnosa keperawatan utama pada pasien gagal jantung
kongestif yang sering di praktikan dan membutuhkan perawatan di
unit keperawatan intensive.
Intervensi
American Association of Critical Care Nurse, dalam Chulay, M., &
Burns, S.M. 2006 page 236) menjelaskan bahwa tujuan manajemen
gagal jantung kongestif mengacu pada prinsip umum sebagai berikut:
(1) Tindakan penatalaksanaan dasar penyebab, (2) manajemen
overload volume cairan, (3) meningkatkan fungsi ventrikel kiri, (4)
pendidikan pasien dan keluarga.
Shock
Definisi
Shock adalah tidak stabilnya sistim sirkulasi menghantarkan cukup
darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan zat makanan sesuai
11
kebutuhan jaringan tubuh. Sindrome klinis ini dapat disebabkan oleh
tidak efektifnya pompa jantung (shock kardiogenik), insufisiensi
volume sirkulasi darah (shock Hipovolemik), atau vasodilatasi massiv
dari pembuluh darah yang menyebabkan ketidakadekuatan distribusi
darah (shock Vasogenik) (Ignatavicius, D.D., & Workman, L.M. 2006.
Chulay, M., & Burns, S.M. 2012 page 238). Walaupun definisi spesifik
tentang shock dan strategi penatalaksanaan shock pada pasien
berbeda, karena tergantung patofisiologi dari penyebab dasar shock.
Stage of Shock
Proses terjadinya shock terdiri dari tahapan; (1) Initial Stage of Shock
(early shock), (2) Compensatory stage of shock (nonprogressive
stage), (3) Progressive Stage of Shock, (4) Refractory stage of Shock
(Ignatavicius, D.D., & Workman, L.M. 2006 page 834. Chulay, M., &
Burns, S.M. 2012 page 240 dan Black, J.M., & Hawk, H.J. (2005).
PengkajianKlinis
Pengkajian Diagnostik
Intervensi
Prinsip-prinsip manajemen shock
Perbedaan penyebab yang mendasari terjadinya shock bervariasi
pula prinsip manajemen. Tujuan dasar dari penatalaksanaan untuk
semua jenis shock, (1) membutuhkan ketepatan identifikasi penyebab
terjadinya shock, (2) meningkatkan oksigenasi, (3) mengembalikan
perfusi jaringan yang adekuat.
12
Gagal Nafas Acut
Definisi
Gagal nafas akut didefinisikan apabila nilai Arterial Blood Gas (analisa
gas darah): PaO2 < 60 mmHg, PaCO2 > 50 mmHg, pH < 7.30.
Saturasi oksigen < 90%, HCO3 dapat normal atau meningkat sesuai
dengan kemampuan konpensasi (Ignatavicius, D.D., & Workman,
L.M. 2006 page 655. Chulay, M., & Burns, S.M. 2012 page 253).
Pengkajian Diagnostik
Arterial Blood Gas (analisa gas darah):
Test pemeriksaan spesifik lain sesuai dengan penyebab
penyakit.
Intervensi:
Prinsip intervensi atau manajemen pada gagal nafas akut: Pertama;
Meningkatkan Oksigen dan Ventilasi (Improving oxigenation and
Ventilation), kedua; Terapi penyakit penyebab (Treating the
underlaying desease), ketiga; Mengurangi cemas (Reducing anxiety),
keempat; Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi (Preventing
and managing complication) (Chulay, M., & Burns, S.M. 2012 page
255).
ARDS merupakan bentuk parah dari cedera paru akut yang ditandai
dengan edema paru non kardio yang tiba-tiba dan progresif,
peningkatan infiltrat bilateral, hipoksemia, yang tidak berespon
13
terhadap pemberian oksigen dan tidak ada peningkatan tekanan
atrium kiri (Brunner & Suddarth, 2012, page 13). ARDS terjadi ketika
reaksi inflamasi memicu pelepasan mediator seluler dan kimia, yang
menyebabkan cedera pada membran kapiler alveolus yang kemudian
menimbulkan kerusakan struktur paru-paru (ARDS merupakan satu
dari beberapa patologis yang mematikan atau sindoma lanjutan dari
kegagalan pernafasan akut (Acute Respiratory Failure).
Pengkajian klinis
Pengkajian Diagnostik
Chest X-ray
PaO2/PAO2
PCWP
Static compliance (volume tidal/Inspiratory Plateu Pressure)
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Prinsip tindakan pasien ARDS: 1) Meningkatkan oksigen dan Ventilasi
(Improving Oxigenation dan Ventilation), 2) Mengurangi Kecemasan
(Reducing anxiety), 3) Mempertahankan stabilitas hemodinamik dan
perfusi adekuat (Maintaining Hemodynamic Stability) and Adequate
Perfusion), 4) Pencegahan Komplikasi (preventing of complication).
(AACN, 2006)
Topik ISS 1
1. Konsep keperawatan kritis (definisi, lingkup keperawatan kritis, prinsip
keperawatan kritis, alasan pasien dirawat di unit perawatan intensive)
2. Peran dan fungsi perawat kritis
3. Proses keperawatan area keperawatan kritisn (pengkajian,
analisa (diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
14
Evaluasi).
15
4. Efek kondisi kritis terhadap pasien dan keluarga
5. Isu End of life di keperawatan kritis (definisi end of life, dan kematian
klinis)
6. Aspek psikososial keperawatan kritis (kehilangan sensori dan
peningkatan sensori, Dampak psikososial)
7. Pharmakologi pada asuhan keperawatan kritis
KASUS PEMICU
Kasus satu
Seorang pasien wanita 76 tahun dirawat intermediet care unit, dengan riwayat
kecelakaan bermotor disertai fraktur femur dektra. Sekunder Pneumonia virus.
Keluhan sekarang “Saya takut mati” Tanda vital: tekanan darah 148/90
mmHg. RR 24 x/menit. Suhu 38 derajat celsius (oral). Denyut jantung
110/menit. Terapi oksigen 35% dengan venturi mask. 2 hari kemudian
kesadaran pasien menurun, Respirasi 34 x/menit. Hasil AGD pH. 7.42
PaCO2 35 mmHg, PaO2 120 mmHg, HCO3 24 meq/L. BE 22 meq/L. Hasil
AGD pH. 7.31 PaCO2 55 mmHg, PaO2 48 mmHg, HCO3 29 meq/L. BE 22
meq/L.
Kasus dua
Seorang pasien laki-laki 67 tahun dirawat di ICCU dengan STEMI antero
septal, STEMI lateral tinggi. Riwayat Shock Kardiogenik, Sinus Bradikardi saat
tiba di UGD 12 jam yang lalu. Data di ICCU kesadaran compos mentis, EKG
69x/menit, irama sinus. TD 89/67 mmHg. Suhu 35.3 derajat celsius. RR 25
x/menit (O2 NRM 10 liter/menit). Pasien mendapatkan terapi Dopamin 5
mcg/KgBB/menit. Dobutamin 8 mcg/kgBB/menit. Tiba-tiba cardiac arrest EKG
16
asistol selama 3 detik, kemudian irama VF. Pasien spontan tidak sadar.
Perawat leader memerintahkan siapkan troli emergency dan defibrilator.
17
Setelah dilakukan intervensi diatas irama kembali ke irama sinus. 30 menit
kemudian pada monitor muncul irama Ventrikel Tachikardia, palpasi nadi
teraba.
1. Rumuskan 1 diagnosa keperawatan kritis dari kasus diatas
2. Tentukan intervensi utama untuk mengatasi masalah diatas
3. Lakukan praktik tindakan tersebut
Kasus
Seorang pasien wanita 76 tahun dirawat intermediet care unit, dengan riwayat
astma kronis sekunder Pneumonia virus. Tanda vital: tekanan darah 148/90
mmHg. RR 29 x/menit. Suhu 38 derajat celsius (oral). Denyut jantung
110/menit. AGD pH: 7.33, PaO2: 53 mmHg, PaCO2: 46 mmHg, HCO3 26
mmHg. BE: 0 Meq/L. Pasien diberikan oksigen 28% menggunakan venturi
mask. 8 jam kemudian TD 155/100 mmHg, Nadi 120x/menit, RR 35x/menit.
Terapi oksigen 35% dengan venturi mask. Hasil AGD pH. 7.31 PaCO2 55
mmHg, PaO2 48 mmHg, HCO3 29 meq/L. BE 22 meq/L. Selanjutnya
dilakukan intubasi ukuran 7.5 mm. Dipasang ventilator dengan Mode (SIMV,
rate 15 x/menit, Volume tidal 600 ml, FiO2 50%, PEEP 5 cmH2O. Tekanan
darah turun menjadi 90/64 mmHg. Dilakukan pemberian cairan IVFD bolus
500 cc, tekanan darah kembali normal 118/70 mmHg. Hasil AGD setelah 15
menit menggunakan ventilator, pH 7.36, PaCO2 50 mmHg, PaO2 65 mmHg,
HCO3 29 meq/L, BE 12 mEq/L.
Kasus empat
Seorang pasien wanita 76 tahun, BB 62 kg. sedang dirawat di unit perawatan
intensive dengan riwayat masuk tidak sadar. Pernafasan spontan tanpa
intubasi. tekanan darah: 86/54 mmHg, Nadi 118x/menit, Respirasi: 30 x/menit.
Hasil pemerikssaan fisik: auskultasi paru; vesikuler bersih, kulit dingin. pasien
18
dipasang cateter (urine 15 cc/jam). Pasien juga dipasang kateter arteri
pulonalis. Data hemodinamik: Cardiac Indeks: 1.9 l/menit. PAP 20/10 mmHg.
PCWP 6 mmHg, CVP 3 mmHg. Laboratorium: AGD pH. 7.30. PaO2 62
mmHg. PaCO2 46 mmHg. HCO3 18 meq. SaO2 94%. Laboratorium: Hb 13
mg/dl. lekosit 22.000. Hematokrit 39%.
Pertanyaan:
1. Sebutkan 2 diagnosa keperawatan kritis pada kasus di atas.
2. Tentukan intervensi
19
Daftar Pustaka
Alspach, J.G (2006). AACN Core Curriculum For Critical Care Nursing. 6th ed.
Bench, S & Brown, K. (2001) Critical Nursing: Learning from Practice, Lowa: Blacwell
Publising.
Black, J.M., & Hawk, H.J. (2005). Medical Surgical Nursing; Clinical Management
For Positive Outcomes. Volume 1, 7th edition. Elsevier Saunders.
Chulay, M., & Burns, S.M. (2012): AACN Essentials of Critical Care Nursing.
International Edition. By Mc Graw Hill.
Comer, S (2005) Delmar’s Critical Care Nursing Care Plane. 2nd ed. Clifton Park:
thomson Delmar Learning.
Elliott, D.,Aitken, L & Chaboyer, C. (2012). ACCN’s Critical Care Nursing, 2nd ed.
Chatswood: elsevier
Hudak,C.M., & Gallo, B.M. (2005). Critical Care Nursing; A Holistic Aproach. 8th
edition. J-B Lippincott Company
Ignatavicius, D.D., & Workman, L.M. (2006): Medical Surgical Nursing: Critical
Thingking For Collaborative Care. Volume 1, 5th edition. Elsevier
Saunders
Porte, W. (2008). Critical Care Nursing Handbook, Subburry: jones and bartlett.
Publisher
Schumacher, L & Chernecky, C.C (2009). Saunders Nursing Survival Guide: Critical
Care & Emergency Nursing, 2e. Saunders.
Urden, L.D., Stacy, K.M & Lough, M.E (2014). Critical Care Nursing: diagnosis and
Management. 7th ed. St Louis: Mosby.
20