Madzahib Tafsir REVISI TIARA

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

S}AFWAT AL-TAFA>SI>R KARYA ALI AL-S}A>BU>NI>

Makalah:
Disusun untuk memnuhi tugas Matakuliah Madzahib al-Tafsir

Oleh:
Tiara Sukmawati
02040520038

Dosen Pengampu:

PROF. DR. HM. RIDLWAN NASIR, MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA
2021
A. Pendahuluan
Sejak kelahirannya, aktivitas penafsiran al-Qur‟an senantiasa menemukan
signifikansinya sampai masa kini. Al-Qur‟an turun membawa hukum-hukum dan
syariat secara berangsur-angsur menurut konteks peristiwa dan kejadian selama kurun
waktu sekitar 23 tahun. Namun, hukum-hukum dan syariat ini ada yang dapat
dilaksanakan langsung dan ada yang tidak dapat dilaksanakan sebelum arti, maksud,
dan inti persoalannya betul-betul dimengerti dan dipahami. Untuk memahami arti dan
maksud al-Qur‟an, maka dibutuhkan alat atau ilmu untuk itu, yang dikenal dengan
tafsir. Menafsirkan al-Qur‟an berarti mengungkapkan petunjuk, menyingkap
kandungan-kandungan hukum, dan makna-makna yang terkandung di dalamnya.
Salah satu eksponen sarjana tafsir kontemporer turut andil dalam
menyemarakkan studi al-Qur‟an di masa kini adalah Muhammad Ali Al-Shabuni
(1930-). Nama besarnya bisa dikatakan sangat mendunia. Ia merupakan seorang
ulama dan ahli tafsir yang terkenal dengan keluasan dan kedalaman ilmu serta sifat
wara‟-nya. Dengan dua karya tafsir utamanya, Ṣafwat al-Tafāsīr dan Tafsir Āyāt al-
Aḥkām, ia dikenal luas sebagai salah satu mufassir yang representatif abad ini.

B. Biografi Muhammad Ali al-S}a>bu>ni>


Muhammad Ali al-Shabuni adalah seorang pemikir baru yang cukup produktif
dalam menghasilkan karya tulis, khususnya dalam bidang tafsir Al-quran.1Nama
lengkapnya adalah Ali bin Jamil al-Sabuni. Lahir pada 1 Januari tahun 1930 M, di
Syiria tepatnya di kota Halb Syu‟ba (Aleppo) yang mana kota ini merupakan tempat
ilmu dan para ulama.2 Beliau wafat 19 Maret 2021 di Yalova, Turki.3 Beliau
dilahirkan dalam keluarga cendekiawan muslim, orangtuanya merupakan orang
terkemuka di kotanya. Ia mempelajari berbagai ilmu agama seperti faroid, Bahasa

1
Muhammad Yusuf, Studi Kitab Tafsir Kontemporer (Yogyakarta: Teras, 2006), 49.
2
Muhammad Ali Iyazi, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum (Wizaroh al-Tsaqofah
wa al-Irsyad al-Islamiyah), 507.
3
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Ali_Ash_Shabuni.
Arab, dari ayahnya yaitu Syekh Jamil, ia menghafal Al-quran hingga sempurna di
Kuttab saat ia masih sekolah di jenjang aliyah.
Selain dengan ayahnya, al-Shabuni juga berguru pada ulama terkemuka di
Aleppo, seperti Syekh Muhammad Najib Sirajuddin, Syekh Ahmad al- Shama, syekh
Muhammad Said al- Idlibi, Syekh Muhammad Raghib al- Tabbakh, dan Syekh
Muhammad Najib Khayatah. Untuk menambah pengetahuannya, al-Shabuniy juga
kerap mengikuti kajian-kajian para ulama lainnya yang biasa diselenggarakan di
berbagai masjid.4Sejak kecil, Ali al-Shabuni memulai belajarnya di Suriah, hingga
menamatkan sekolahnya sampai jenjang Tsanawiyah (setingkat dengan SMA).
Kemudian ia melanjutkan studinya di Universitas Al-Azhar Mesir dan mendapat
gelar Lc (setara dengan gelar Sarjana/S1) pada tahun 1371 H/ 1952 M. Setelah itu, ia
melanjutkan S2 di Universitas yang sama hingga menyandang gelar Magister pada
tahun 1954 M pada jurusan spesialisasi hukum syar‟i. ia menjadi utusan dari
kementerian Wakaf Suria untuk menyelesaikan al-Dirasah al-„Ulya (pasca sarjana).5
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Mesir, ia kembali ke kampung
halamannya dan mengajar di beberapa sekolah di Aleppo. Ia berprofesi sebagai guru
sekolah menengah ke atas selama 8 tahun 1955-1962. Kemudian ia hijrah kmebali ke
Arab Saudi setelah mendapat tawaran mengajar di Universitas Ummul Quro‟ fakultas
Syari‟ah, dan di Universitas King Abdul Aziz. Dia mengaar di kedua Universitas ini
kurang lebih 28 tahun lamanya.6
Berdasarkan penilaian Syaikh Abdullah al-Hayyat, Khatib masjid al-Haram
dan penasehat kementerian pengajaran Arab Saudi, al-Shabuni adalah seorang ulama
yang memiliki kemampuan pada disiplin ilmu yang beragam. Dapat dilihat dari
aktivitasnya yang mencolok di bidang ilmu dan pengetahuan. Ia banyak
menggunakan waktunya untuk menelurkan karya-karya ilmiah yang bermanfaat.
Setiap karya tulisnya, tidak ia selesaikan tergesa-gesa, namun menekankan pada
4
Fahd Abd Rahman al-Rumi, Ittijāhāt al-Tafsir fi al-Qarn al-Rābi„ al-„Ashr (Saudi
Arabia: Idārat al-Buḥūth al-„Ilmiyyah wa al-Iftā,‟ 1987), 2, 446.
5
Muhammad Ali Iyazi, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum, 507-508.
6
Muhammad Yusuf, Studi Kitab Tafsir Kontemporer, 57.
bobot ilmiah, pemahaman, serta mengedepankan kualitas dari setiap hasil karyanya,
agar mendekati kesempurnaan dan memprioritaskan validitas serta tingkat kebenaran.
Sehingga karya-karyanya mampu memiliki karakter tersendiri bagi seorang pemikir
baru di lingkungan ulama Islam.7 Beberapa karya-karya fenomenalnya seperti
Ikhtisar Tafsir Ibn Kathir, Rawai‟ul Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min al-Quran, Al-
Tibyan fi „Ulum al-Quran, Safwah al-Tafsir li Al-Quran al-karim.

C. Latar Belakang Penulisan S}ofwat al-Tafa>si>r


S}ofwat al-Tafa>si>r merupakan salah satu kitab tafsir terkenal karya Ali al-
Shabuni. Penulisan kitab tafsir ini membutuhkan waktu 5 tahun. Selama proses
penyelesaian penulisan, ia tidak menuliskan apapun sebelum menyelesaikan apa yang
dibacanya dalam kitab-kitab tafsir ulama terkemuka sebelumnya. Kitab ini
merupakan kumpulan dari penafsiran-penafsiran ulama terdahulu, dengan selektif ia
memilih mana penafsiran yang lebih relevan untuk saat ini dan mendatang.8
Hal yang melatarbelakangi penulisan kitab tafsir in adalah, keinginan al-
Shabuni untuk meneruskan tradisi Ulama Salaf. Ia menyadari kewajiban dan
keharusan bagi seorang ulama untuk memberikan pemahaman yang mampu
memudahkan manusia untuk memahami al-Quran dengan uslub-uslub yang jelas,
penjelasan yang murni yang tak ada sisipan dan penjelasan panjang, tidak hanya
menjelaskan sisi aqidah dan syari‟ah, namun juga menyingkap kemukjizatan serta
balaghah dari al-Quran itu sendiri, serta mampu memenuhi kebutuhan pemuda yang
haus pada ilmu dan pengetahuan al-Quran.9 Di sisi lain al-Shabuni sadar akan umat
muslim yang saat ini lebih disibukkan dengan urusan duniawi, sehingga memilki
waktu yang sangat minim untuk mengkaji tafsir al-Quran.
Lebih lanjut dalam muqoddimahnya ia menjelaskan bahwa kitab tersebut
diberi nama “S}ofwat al-Tafa>si>r” karena menggabungkan pendapat-pendapat dari
7
Muhammad Yusuf, Studi Kitab Tafsir Kontemporer, 49-50.
8
Muhammad Ali al-Shabuni, S}ofwat al-Tafa>si>r (Beirut: Dar al-Quran al-Karim,
1981), 19.
9
Muqaddimah Ali al-Shabuni dalam Kitab S}ofwat al-Tafa>si>r, 19-20
kitab-kitab tafsir yang besar. Dengan harapan bermanfaat bagi umat Islam dengan
penjelasannya, sehingga menjadi jalan untuk menuju pada pemahaman yang benar.
Kitab-kitab tafsir yang dijadikan rujukan di antaranya Tafsir al-Tabari, Tafsir Ibn
Kathir, Tafsir al-Baidawi, Tafsir al-Kasysyaf, Tafsir al-Qurtubi, Tafsir al-Alusi,
Tafsir al-Bahr al-Muhit.10

D. Metode dan Aliran Kitab S}ofwat al-Tafa>si>r


1. Segi Sumber
Mengenai sumber penafsiran yang digunakan al-Shabuni, tergolong sebagai
tafsir bi al-Ra‟y. Ada dua pendekatan yang penulis ingin tunjukkan bahwa tafsir ini
tergolong bi al-Ra‟y. Pertama sumber penafsiran yang digunakannya adalah
ijtihadnya sendiri. Sebagaimana yang dapat dilihat ketika al-Shabuni menjelaskan
munasabah, makna bahasa, segi balaghah, tanbih, faidah dan lain-lain. Sedangkan
yang kedua adalah sumber penafsiran yang menggunakan atau mengutip pendapat
para ulama. Adapun ulama yang sering dikutip di antaranya: Ibnu Jarir, al-
Zamakhsyari, al-Baidawi, Fakhruddin al-Razi, al-Qurtubi, al-Alusi, dan Ibn Kathir.
Adapun contoh sumber kedua sebagaimana yang ia kutip dari pendapat al-
Baidawi yang menafsirkan Surat al-Baqarah ayat 13:
Al-Baidawi mmengatkan sesungguhnya orang-orang kafir menganggap bodoh
mereka (orang beriman) karena akidah-akidah mereka berlainan dengan mereka, atau
menganggap rendah keadaan mereka, karena sesungguhnya kebanyakan orang
beriman adalah orang-orang fakir dan mereka (orang kafir) adalah tuan mereka,
seperti Suhaib dan Bilal.11
2. Segi Penjelasan
Cara penjelasan Kitab S}ofwat al-Tafa>si>r menggunakan metode Bayani, yaitu
pendekatan dengan cara menganalisa tanpa membandingkan dengan pendapat-
pendapat lainnya. Metode Bayani yaitu metode analisis teks. Atau dalam istilah lain
10
Muhammad Yusuf, Studi Kitab Tafsir Kontemporer, 58.
11
Muhammad Ali al-Shabuni, S}ofwat al-Tafa>si>r, 36.
menjeaskan ayat-ayat al-Quran dngan ringkas ttapi mencakup bahasa yang popular,
mudah dimengerti, ddan enak dibaca. Sistematika penulisannya mengikuti susunan
ayat-ayat dalam mushaf.12
3. Segi Keluasan
Dari segi keluasan, metode yang dipakai adalah Ijmali. Yaiu menafsirkan
dengan cara global saja, tidak endalam dan tidak pula secara panjang lebar, sehingga
bagi orang awam, akan lebih mudah memahami. Meskipun banyak cabang konten di
setiap penafsirannya, akan tetapi beliau menjelaskan tiap-tiap konten tersebut secara
singkat agar mudah dipahami.

4. Segi Tata Tertib Penafsiran.


Beliau menggunakan Tahlily karena menafsirkan al-Quran dengn tertib mushaf
dengan uraian ayat-ayat dan surat. S}ofwat al-Tafa>si>r terdiri dari tiga jilid. Jilid
pertama berisi tentang komentar para ulama, muqaddimah, kemudian dilanjutkan
dengan tafsir Surat al-Fatihah sampai Surat Yunus. Jilid kedua berisi tentang Surat
Hud sampai Surat Fathir. Jilid ketiga Surat Yasin sampai dengan surat an-Nas.
5. Aliran S}ofwat al-Tafa>si>r
Adapun corak penafsiran yang digunakan dalam kitab Ṣafwat al- Tafâsîr
adalah Adâbi Ijtimâ‟i. Corak Tafsir Adab al-Ijtima‟i adalah suatu corak tafsir yang
menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an yang mengungkapkan dari segi balaghah dan
kemukjizatannya, menjelaskan makna-makna dan susunan yang dituju oleh al-Qur‟an
mengungkapkan hukum-hukum alam dan tatanan- tatanan kemasyarakatan yang
dikandungnya.13 Karena ketika Ali al-Shabuni menfasirkan ayat ahkam atau yang
mengandung akidah, dia mengambil hikmah di antara kedua kandungan tadi, yang
selanjutnya ia kaitkan dengan tatanan masyarakat pada masa kini. Contoh dalam

12
Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir al-Quran di Indonesia, 13.
13
Said Agil Husain al-Munawwar, I‟jaz al-Qur‟an dan Metodologi Tafsir
(Semarang: Dina Utama, 1994), 37.
Surat al-Baqarah ayat 34-39. al-Shabuni memberikan beberapa point dalam
menerangkan faidah-faidah dalam ayat tersebut:
1. Sebagian ulama berpendapat: pengabaran atau pemberitahuan Allah kepada
malaikat atas penciptaan Adam, dan menjadikannya sebagai khalifah di Bumi,
adalah pelajaran bagi manusia untuk bermusyawarah pada urusan-urusan
mereka sebelum dikerjakan.
2. Hikmah dari dijadikannya Adam sebagai khalifah adalah suatu rahmat bagi
manusia, bukan menunjukkan ketidak-mampuan Allah. Dari hikmah tersebut,
seseungguhnya manusia tidak mampu untuk membawa perintah dan larangan
dari Allah tanpa perantara, dan bukan dengan perantara raja, maka dengan
rahmat dan kebaikan Allah, ia mengutus para rosul dari golongan manusia
3. Al-Hafidz Ibnu Kathir mengatakan bahwa perkataan malaikat “ataj‟alu fiihaa
man yufsidu fiihaa” hal ini bukanlah pertentangan malaikat kepada Allah, dan
bukan pula bentuk iri kepada Adam, namun hal ini adalah pertanyaan yang
meminta keterangan mengenai hikmah atas kejadian tersebut, sesungguhnya
para malaikat berkata “ Apa hikmah pada penciptaan mereka? Karena dari
golongan mereka akan merusak Bumi?”14.
Dari uraian-uraian faidah di atas, dapat disimpulkan bahwa corak
penafsirannya adalah Adab al-Ijtima”i.

E. Kesimpulan
Metode yang digunakan al-Shabuni dalam menafsirkan al-Quran yakni
Metode Tahlili. Dapat dilihat dalam tafsirnya Safwat al-Tafsir, ia membahas suatu
ayat dengan segala aspek seperti balagiyah, faidah-faidah yang terkandung,
munasabah, sabab nuzul. Corak yang menonjol pada tafsirnya adalah Adabi Ijtima‟i.
Melihat kembali terhadap motivasi dirinya dalam menulis tafsir ini, yaitu melihat

14
Muhammad Ali al-Shabuni, S}ofwat al-Tafa>si>r, 49.
kondisi massyarakat muslim yang kian disibukkan oleh urusan duaniawi. Dalam
tafsirnya ia memadukan kedua sumber, yakni al-ma‟thur dan al-Ra‟y / al-ma‟qul.
DAFTAR PUSTAKA

Baidan, Nashrudin. Perkembangan Tafsir AL-Qur‟an di Indonesia. Yogyakarta:

Dzahabi, Muhammad Husain al-. Al-Tafsīr wa Al-Mufassirūn. Cairo: Dār al-

Ḥadīth, 2005.

Iyazi, Muhammad Ali. Al-Mufassirūn Ḥayātuhum wa Manhajuhum. Teheran:

Mu‟min, Ma‟mun. Ilmu Tafsir (Dari Ilmu Tafsir Konvensional Sampai

Kontroversial) Kudus: STAIN Kudus, 2008.

Muassasat al-Ṭibā„ah wa al-Nashr, 1415.

Munawwar, Said Agil Husain al-. I‟jaz al-Qur‟an dan Metodologi Tafsir.

Pustaka Pelajar, 2002.

Rumi, Fahd Abd Rahman al-. Ittijāhāt al-Tafsir fi al-Qarn al-Rābi„ al-„Ashr.

Saudi Arabia: Idārat al-Buḥūth al-„Ilmiyyah wa al-Iftā,‟ 1987.

Semarang: Dina Utama, 1994.

Shabuni, Muhammad Ali al-. Safwat al-Tafsir. Beirut: Dar Al-quran al-Karim, 1981.

Yusuf, Muhammad. Studi Kitab Tafsir Kontemporer. Yogyakarta: Teras, 2006.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Ali_Ash_Shabuni.

Anda mungkin juga menyukai