Skripsi Ria

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 42

PENERAPAN ASUHAN KEFARMASIAN TERHADAP PENGGUNAAN

OBAT OMEPRAZOLE PADA PENYAKIT GERD DI KLINIK


RIZKY DESA PAGAR MERBAU TAHUN 2022

SKRIPSI

Oleh i:
RIA TRI UTAMI
NPM.1851136

PROGRAM iSTUDI iFARMASI iFAKULTAS iFARMASI i


INSTITUT iKESEHATAN iMEDISTRA i
LUBUK iPAKAM i
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi Penelitian idengan Judul :

PENERAPAN ASUHAN KEFARMASIAN TERHADAP PENGGUNAAN


OBAT OMEPRAZOLE PADA PENYAKIT GERD DI KLINIK
RIZKY DESA PAGAR MERBAU TAHUN 2022

Yang Dipersiapakan dan Diseminarkan Oleh :

RIA TRI UTAMI


NPM.1851136

Telah Disetujui untuk Diseminarkan Dihadapan Pesrta komisi Penguji Skripsi


Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk
Pakam.
Lubuk Pakam, Maret 2022

Pembimbing

apt.Asti Pratiwi.S.Farm,M.K.M
NPP. 06.19.11.10.1996
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi Penelitian Dengan Judul :

PENERAPAN ASUHAN KEFARMASIAN TERHADAP PENGGUNAAN


OBAT OMEPRAZOLE PADA PENYAKIT GERD DI KLINIK
RIZKY DESA PAGAR MERBAU TAHUN 2022

Oleh :

RIA TRI UTAMI


NPM.1851136

Skripsi ini telah Disetujui untuk diujikan dan dipertahankan dihadapan Komisi
Penguji Skripsi pada ujian sidang Skripsi Program Studi Farmasi Program Sarjana
Fakultas Farmasi Institut Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam.

Lubuk Pakam, 12 Maret 2022

1. apt. Asti Pratiwi, S. Farm., M.K.M


NPP. 06.19.11.10.1996

Disahkan oleh :

Dekan Ketua
Program Studi Farmasi

apt.Romauli Anna Teresia Marbun S.Farm,M.Si Dr. apt. Samran, M.Si


NPP. 06.15.12.08.1991 NPP. 0129058
LEMBAR PERNYATAAN

PENERAPAN ASUHAN KEFARMASIAN TERHADAP PENGGUNAAN


OBAT OMEPRAZOLE PADA PENYAKIT GERD DI KLINIK
RIZKY DESA PAGAR MERBAU TAHUN 2022

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan
tinggi,dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacuh dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Lubuk Pakam, Maret 2022


Penulis

RIA TRI UTAMI


NPM.1851136
DAFTAR iRIWAYAT iHIDUP

I. Daftar iRiwayat iHidup i


Nama : Ria Tri Utamii
Tempat/Tanggal iLahir : Sayurmatinggi, 28 Desember 2000
Jenis iKelamin i i i : Perempuan i
Anak iKe : 1 dari i2ibersaudara i
Agama i ii : Islam i
Suku i/Bangsa : Jawa
Nama iAyah :iKusnoi
Nama iIbu : Poniyati
Alamat : Riau i

II. Riwayat iPendidikan

Tahun i2006-2012 : MI YLPI Mujahiddin Lulus idan iBerijazah i


Tahun i2012-2015 : MTS YLPI Mujahiddin Lulus dan Berijazah i i
Tahun i2015-2018 : SMAN 6 Pinggir Lulus dan Berijazah i
Tahuni2018-2022 : Program iStudi iFarmasi i( S1) iFakultas iFarmasi Institut
Kesehatan MEDISTRA iLubuk iPakam
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan proposal penelitian ini yang berjudul “PENERAPAN ASUHAN
KEFARMASIAN TERHADAP PENGGUNAAN OBAT OMEPRAZOLE
PADA PENYAKIT GERD DI KLINIK RIZKY DESA PAGAR MERBAU
TAHUN 2022”.
Dalam penyusunan dan penulisan proposal penelitian ini, penulis banyak
menghadapi kesulitan tetapi berkat bimbingan dari pembimbing saya, yang
senantiasa meluangkan waktu dari mulai penyusunanan proposal penelitian ilmiah
ini sampai dengan dapat diajukan dan diuji dihadapan komisi penguji dan arahan
dari semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung, sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini, pada kesempatan ini saya
juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes selaku Ketua Yayasan
MEDISTRA Lubuk Pakam.
2. Ns. Rahmad Gurusinga, S.Kep, M.Kep selaku Rektor Institut Kesehatan
MEDISTRA Lubuk Pakam.
3. apt. Romauli Anna Teresia Marbun, S.Farm., M.Si selaku Dekan
Fakultas Farmasi Institut MEDISTRA Lubuk Pakam.
4. apt. Ahmad Syukur Hasibuan, S.Farm., M.Farm selaku Ketua Program
Studi Farmasi Institut Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam.
5. apt. Asti Pratiwi, S. Farm., M.K.M selaku dosen pembimbing yang
senantiasa meluangkan waktu dan penuh kesabaran membimbing
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.
6. Seluruh dosen Institut Kesehatan MEDISTRA Lubuk pakam yang
senantiasa memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan dan arahan yang
sangat bermanfaat bagi penulis selama menempuh pendidikan.
7. Seluruh iStaff i iDosen ibeserta iStaff iPegawai idi ilingkungan iInstitut
iKesehatan iMedistra iLubuk iPakam, iyang itelah imemberikan
ibimbingan iselama ipenulis imengikuti ipendidikan.

i
8. Kepada ikedua orang tua sayaiterutama iayahanda Tercinta iKusno idan
ibunda tercinta Poniyati Serta adik saya Fellyx Ramadhana iyang
senantiasa imemberikan idoa, imotivasi i,dan idukungan imoral ikepada
penulis iagar itetep ioptimis idalam imengikuti ipendidikan.
9. Kepada iteman-teman iFarmasi iyang itelah imemberikan isemangat dan
kerjasama iyang ibaik idalam ipenyelesian iproposal ipenelitian iini.
10. Kepada isahabat isaya iSyofia fadillaa purba iyang selalu mendampingi
serta imemberikan idukungan i,motivasi, doa yang iselalu iada idalam
suka idan iduka
11. Kepada Nenek dan kakek beserta keluarga tercinta saya yang iselalu
memberikan tempat tinggal ketika saya libur kuliah dan yang selalu saya
repotkan ketika saya libur dan selalu memberikanidukungan, doa,
motivasi iserta ihal-hal ipembelajaran iyang ibaru.
Peneliti ijuga imenyadari ikurang imemadainya iilmu ipenhetahuan,
isehinga imasih iterdapat ibanyak ikekuranga idalm ipenelitian iini. iMohon imaaf
isebesar-besarnya. iPada ikesempatan iini ijuga ipeneliti imegharapkan ikeritik,
isaran idan imasukan idari ipembaca idemi iksempurnaan ipenelitian iini.
Semoga iTuhan iYang iMaha iEsa isenantiasa imembalas isemua
kebaikanidan ibantuan iyang ipenelitian iterima idalam iproses ipnulisan iproposal
ipenelitian iilmiah iini

Lubuk Pakam, Maret 2022


Penulis

RIA TRI UTAMI


NPM.1851136

ii
DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan ................................................................................. i


Lembar Pengesahan .................................................................................. ii
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................... iii
Kata Pengantar .......................................................................................... iv
Daftar Isi.................................................................................................... vi
Daftar Gambar .......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1.Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah................................................................................ 3
1.3.Tujuan Penelitian................................................................................. 4
1.3.1. Tujuan Umum .......................................................................... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ......................................................................... 4
1.4.Manfaan Penelitian ............................................................................. 4
1.4.1. Bagi Peneliti ............................................................................. 4
1.4.2. Institut Pendidikan ................................................................... 4
1.4.3. Bagi Masyarakat ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 5
2.1. Asuhan kefarmasian............................................................................ 5
2.1.1.Pengertian asuhan kefarmasian................................................... 5
2.2.GERD.................................................................................................. 7
2.2.1.Pengertian GERD ...................................................................... 7
2.2.2.Klasifikasi Gatritis ..................................................................... 9
2.2.3.Etiologi ...................................................................................... 9
2.2.4.Patofiologi ................................................................................. 9
2.2.5.Gejala Gerd ................................................................................ 10
2.2.6.Penyebab Gerd ........................................................................... 11
2.3.Omeprazole ......................................................................................... 12
2.3.1.Penggolongan PPI ....................................................................... 14
2.3.2.Dosis Omeprazole ....................................................................... 14
2.3.3.Efek Samping ............................................................................. 15
2.4.Evaluasi Penggunaan Obat ................................................................ 15

iii
2.5.Kerangka Teori.................................................................................... 17
2.5.1 Penjelasan Kerangka Teori
2.6 Kerangka Pikir .................................................................................... 19
2.7 Hipotesis.............................................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 20
3.1.Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... 20
3.1.1.Jenis Penelitian .......................................................................... 20
3.1.2.Rancangan Penelitian ................................................................. 20
3.2.Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................. 20
3.2.1.Waktu Penelitian ........................................................................ 20
3.2.2.Lokasi Penelitian ....................................................................... 20
3.3.Populasi dan Sampel............................................................................ 20
3.3.1.Populasi ..................................................................................... 20
3.3.2.Sampel ....................................................................................... 20
3.4.Teknik Pengambilan Sampel .............................................................. 21
3.5.Prosedur Penelitian ............................................................................. 21
3.5.1.Persiapan ..................................................................................... 21
3.5.2.Pengumpulan Data ...................................................................... 21
3.6.Analisi Data ........................................................................................ 22

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR GAMBAR

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013
penyakit gastritis banyak dialami pada usia 20 tahun keatas, angka kejadian
gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan pravelensi
274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Berdasarkan data 10 besar
penyakit di UPT Kesmas (Akhir et al., 2018)
Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, berbagai penyakit terus
mengancam kesehatan manusia yang muncul dari gaya hidup manusia itu sendiri
dan penularan bakteri. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah gastritis
(Shalahuddin dan Rosidin, 2018)
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang diperhitungkan di tingkat dunia.
Menurut World Health Organization (WHO) kasus gastritis di dunia mencapai
1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Menurut WHO angka kejadian
gastritis di berbagai daerah di Indonesia cukup tinggi yaitu 40,8 % dengan
prevalensi 274,396 kasus dari jumlah penduduk 238,452,952 jiwa (Wahyuni
Rumpiati, 2017).
Gastritis merupakan penyakit yang cenderung mengalami kekambuhan
sehingga menyebabkan pasien harus berulang kali untuk berobat. Gastritis dapat
terjadi tiba tiba (gastritis akut) atau secara bertahap (gastritis kronis). Kebanyakan
kasus gastritis tidak secara permanen merusak lambung tetapi seseorang yang
menderita gastritis sering mengalami serangan kekambuhan yang mengakibatkan
nyeri ulu hati. Gastritis akut merupakan suatu peradangan permukaan mukosa
lambung (Dwi Meilanii, 2019).
Gatritis atau juga dikenal dengan “maag”atau sakit uluh hati merupakan
proses terjadinya inflamasi atau peradangan pada mukosa dan submukosa
dibagian lambung. Gatritis merupakan salah satu gangguan kesehatan yang paling
sering dijumpai di klinik,karena diagnosanya sering hanya berasarkan gejala klinis
bukan pemeriksaan histopatologi. Namun kebanyakan gatritis muncul tanpa
memiliki gejala. mereka yang mempunyai keluhan biasanya tidak khas, yaitu
berupa nyeri panas dan pedih di uluh hati disertai mual kadang kadang sampai

1
2

muntah dan keluhan tersebut tidak berkolerasi baik dengan gastritis (Hirlan,
2014).
Beberapa faktor resiko terjadinya GERD antara lain obesitas usia lebih dari
40 tahun, stress, kehamilan ,meoko, diabetes. beberapa obat dan suplemen diet
pun dapat memperparah gejala GERD seperti obat obatan yang dapat
mengganggu kerja otot sfingter esophagus bagian bawah seperti antidepresan dan
narkotika. termasuk juga penggunaan rutin beberapa jenis nonsteroidal anti
inflammatory drugs dan antibiotika. gejala klinik yang khas dari gerd adalah rasa
nyeri/rasa tak enak di epigastrium yang ditandai dengan seperti rasa terbaka ,
kadang kadang bercampur dengan gejala disfagia (kesulitan menlan makanan)
sertarasa mual dan pahit dilidah,pemeriksaan endoskopik tidak berkolerasi dengan
derajat berat atau ringannya keluhan heartburn (Ndraha, 2016).
Gastritis biasanya diawali dengan pola makan yang tidak baik dan tidak
teratur sehingga lambung menjadi sensitif di saat asam lambung meningkat.
Peningkatan asam lambung diluar batas normal akan menyebabkan terjadinya
iritasi dan kerusakan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan jika
peningkatan asam lambung ini dibiarkan saja maka kerusakan lapisan lambung
atau penyakit gastritis akan semakin parah.
Kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya menjaga kesahatan
lambung masih sangat rendah, sehingga sangat rentan terkena gastritis atau sakit
maag yang dapat mengganggu aktivitas seharihari (Putri, rezal, & Akifah, 2017).
Penyakit gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat
usia maupun jenis kelamin, tetapi dari beberapa survei menunjukkan bahwa
gastritis paling sering menyerang usia produtif (Angkow, 2014).
Pengobatan penyakit gastritis harus didasarkan pada penyebabnya, umumnya
dilakukan dengan pemberian obat-obatan untuk menanggulangi sekresi asam
lambung yang berlebihan seperti menggunakan antasida yang dapat menetralkan
asam lambung. Penghambat reseptor H2 diberikan ketika antasida sudah tidak
cukup untuk meredakan gejala gastritis, umumnya dokter akan memberikan obat
jenis simetidin, ranitidin, atau famotidin. Bila pemberian penghambat reseptor H2
dinilai kurang mampu menurunkan sekresi asam lambung, maka dapat diberikan
3

obat golongan penghambat pompa proton seperti : omeprazole, lanzoprazole dan


esomeprazole.
Penyakit pencernaan di mana asam lambung naik ke esophagus sehingga
menciptakan gejala klinis dan dapat menurunkan kualitas hidup seseorang disebut
GERD. Pola makan, genetik, NSAID (Nonsteroidal AntiInflammatory Drugs),
merokok, obesitas, faktor perusak lambung dan faktor pelindung lambung
merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan GERD. Sekresi bikarbonat,
sekresi mukus, regenerasi epitel dan aliran darah mukosa merupakan faktor
pelindung lambung. Faktor perusak lambung terdiri dari HCl lambung dan zat
yang dapat menyebabkan GERD. Masalah GERD disebabkan oleh kurangnya
keseimbangan faktor pelindung dan faktor perusak pada organ lambung
menyebabkan masalah GERD. Diharapkan dengan menghindari faktor berbahaya
seperti kopi, NSAID dan makanan pedas, GERD tidak terulang kembali. (Ndraha,
2016).
Obat-obatan penghambat asam telah digunakan dalam terapi penyakit asam-
peptik, yang ditandai dengan terjadinya erosi atau ulserasi pada mukosa saluran
cerna atas karena kadar asam-peptik meningkat dan mengganggu pertahanan
intrinsik saluran cerna. Jenis penyakit yang masuk dalam asam peptik ini antara
lain Gastroesofageal Reflux Disease (GERD), Esofagitis Erosif, dispepsia, dan
ulkus peptikum. Golongan penghambat pompa proton (PPI) merupakan contoh
obat penghambat asam yang paling sering diresepkan di seluruh dunia. Efikasi
dan profil keamanan yang baik, serta adanya rekomendasi berbagai guideline
( Laksmi, 2020).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarakan ilatar ibelakang ipenelitian idapat idirumuskan imasalah
ipenelitian isebagai iberikut :
“Apakah pasien dengan riwayat penyakit GERD sudah benar dalam
penggunaan obat omeprazole di klinik rizky desa pagar merbau pada tahun 2022”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Evaluasi Penggunaan Obat Omeprazol Pada Pasien
GERD Di Klinik Rizky Desa Pagar Merbau.
4

1.3.2 Tujuan Khusus


Untuk Mengetahui pasien dengan riwayat penyakit GERD sudah benar
dalam penggunaan obat omeprazole diklinik risky desa pagar merbau pada tahun
2022 berdasarkan tepat indikasi, tepat dosis tepat pasien, tepat pemberian, tepat
obat, tepat dianogsa , dan tepat rute.
1.4 Manfaat Penelitian
2.1 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
penelitian dalam menerapkan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan terutama pada
bidang survey.
2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian iini idapat idigunakan isebagai ibahan ibacaan idan
ipengetahuan bagi imahasiswa idan imahasiswi iProgram iStudi iFarmasi iInstitut
iKesehatan medistra iLubuk iPakam, idan idapat idigunakan isebagian idasar
ireferensi iuntuk Penelitian iselanjutnya.
2.3 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terhadap penggunaan obat GERD yang benar. Khususnya untuk
penggunaan obat omeprazole pada pasien penyakit GERD.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asuhan Kefarmasian
2.1.1 Pengertian Asuhan Kefarmasian
Asuhan kefarmasian pada saat ini sangat penting dalam pelayanan
kefarmasian di apotek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
penerapan serta persepsi konsumen terhadap pelayanan Asuhan Kefarmasian oleh
Farmasis, sehingga bisa menjadi masukan untuk peningkatan kualitas pelayanan
kefarmasian.
Asuhan kefarmasian atau pharmaceutical care merupakan komponen dari
praktek kefarmasian yang memerlukan interaksi langsung Apoteker dengan pasien
untuk menyelesaikan masalah terapi pasien dengan obat (Organization, 2006).
Asuhan kefarmasian meliputi pengkajian dan pelayanan resep, Pelayanan
Informasi Obat (PIO) konseling, vis ite pasien (khusus puskesmas rawat inap),
Monitoring Efek Samping Obat (MESO), Pemantauan Terapi Obat (PTO),
Evaluasi Penggunaan Obat (Permenkes, 2016).
Adapun yang meliputi dalam asuhan kefarmasian yaitu;
1) Pelayanan resep
Waktu tunggu pelayanan resep obat jadi lebih cepat dibandingkan dengan
waktu pelayanan resep obat racikan karena pelayanan resep obat jadi tidak melalui
proses peracikan (Nurjanah et al. 2016).
Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa waktu tunggu
pelayanan resep masih lama atau belum sesuai standar pelayanan minimal yang
ditetapkan oleh kementerian kesehatan seperti penelitian yangdilakukan oleh
Bustani.
2) Pelayanan informasi obat (PIO)
Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,
dievaluasi dengan kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan
obat kepada profesi lain, pasien atau masyarakat.

5
6

3) Monitoring efek samping obat (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat/MESO adalah respon terhadap suatu obat
yang merugikan dan tidak diinginkan dan yang terjadi pada dosis yang biasanya
digunakan pada manusia untuk pencegahan, diagnosis, atau terapi penyakit atau
untuk modifikasi fungsi fisiologik.
Monitoring Efek Samping Obat merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa dan terapi. Efek
Samping Obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendakiyang terkait dengan kerja
farmakologi.
MESO bertujuan untuk :
a) Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang
b) Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
baru saja ditemukan
c) Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO
d) Meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang idak dikehendaki
e) Mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki
4) Pemantauan Terapi Obat
Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup
kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien. Kegiatan tersebut mencakup pengkajian pilihan obat,dosis, cara pemberian
obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan
rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. PTO harus dilakukan secara
berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar
keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui. Seleksi pasien yang
mendapatkan terapi obat adalah yang memiliki resep polifarmasi, kompleksitas
penyakit dan penggunaan obat serta respons pasien yang sangat individual
meningkatkan munculnya masalah terkait obat.
Evaluasi pelaksanaan kegiatan perlu dilakukan untuk menjamin mutu dan
pengendalian mutu pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Kegiatan tersebut harus
7

didukung oleh sumber daya manusia, sarana dan peralatan serta


mempertimbangkan faktor risiko yang akan terjadi ( DepKes RI; 2009)
2.2 Gerd (Gastro-oesophageal Reflux Disease)
2.2.1 Pengertian Gerd
Gastroesophageal Refluks Disease (GERD) merupakan suatu kondisi
patologis penyakit yang diakibatkan oleh adanya refluks kandungan isi lambung
menuju esophagus, yang disertai dengan adanya gejala yang timbul di esophagus
maupun di ekstra-esophagus. Refluks kandungan isi lambung menuju ke
esophagus dapat menyebabkan komplikasi yang berat seperti esophagitis refluks
yang merupakan keadaan terbanyak dari penyakit GERD. Kembalinya isi
lambung ke esophagus dapat berakibat terhadap gangguan secara fungsional dan
gangguan struktural tanpa adanya kelainan lain dapat mempengaruhi penutupan
sfingter esophagus bawah (SEB). GERD dapat di sebabkan oleh gaya hidup
seperti merokok, mengonsumsi alkohol, obesitas, makan terlalu banyak , kopi,
setres, serta berbaring setelah makan makanan pedas (Heidelbaugh Rew, 2013).
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa
pada lambung yang merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai diklinik
dengan kerusakan intrgritas mukosa lambung seperti dalam kasus gastritis dan
tukak peptic.
Proton Pump Inhibitor (PPI) termasuk dalam terapi yang mengatasi
penyakit asam lambung seperti gastroesofageal reflux disease (GERD), esofagitis
erosif, dispepsia, dan ulkus peptikum. Angka penggunaan PPI di Prancis tahun
2015 mencapai 15 juta jiwa, di rumah sakit Saga Jepang mulai Januari tahun 2009
hingga 2016 mencapai 91.208 jiwa (De Bruyne and Ito, 2018; Sakata et al., 2020).
Sedangkan penggunaan PPI di Indonesia khususnya di RSUD Sultan Syarif
Mohamad Alkadrie kota Pontianak pada periode Januari-Desember 2017
mencapai 35 pasien (Santika, 2019).
Pertumbuhan berlebih bakteri usus halus adalah suatu kondisi klinis
dimana usus halus bagian proksimal menjadi tempat kolonisasi mikroflora yang
abnormal (> 105 /mL) (Krajicek and Hansel, 2016). Hal ini disebabkan pemberian
jangka panjang PPI dengan cara menurunkan sekresi asam lambung dan efek
8

bakterisidal dari cairan lambung yang mengakibatkan peningkatan kepadatan


mikroba di usus halus (Revaiah, 2018).
Pengobatan penyakit gastritis harus didasarka oleh penyebabnya umumnya
di lakukan dengan cara pemberian obat obatan untuk menanggulangi sekresi asam
lambung yang berlebihan seperti menggunakan antasida yang dapat menetralkan
asam lambung. Penghambat reseptor H2 diberikan ketika antasida sudah tidak
cukup untuk meredakan gejala gastritis, umumnya dokter akan memberikan obat
jenis simetidin, ranitidin, atau famotidin. Bila pemberian penghambat reseptor H2
dinilai kurang mampu menurunkan sekresi asam lambung, maka dapat diberikan
obat golongan penghambat pompa proton seperti : omeprazole, lanzoprazole dan
esomeprazole (Farikhah, 2017).
Gastritis merupakan peradangan pada lambung yang diakibatkan faktor
iritasi, infeksi, pola makan yang tidak teratur dan tidak menjaga pola makan
seperti makanan pedas, mengkonsumsi protein tinggi, kebiasaan mengkonsumsi
makanmakanan pedas, dan minum kopi terlalu berlebihan (Herman, 2004).
Penyakit ini mengganggu aktivitas sehari-hari, baik bagi remaja maupun orang
dewasa dan menimbulkan bahaya seperti rusaknya fungsi lambung sehingga
sampai pada tahap kanker lambung sampai menyebabkan kematian (Saydam,
2011). Gastritis dapat terjadi tiba-tiba (gastritis akut) atau secara bertahap
(gastritis kronis). Penyakit tersebut mengakibatkan nyeri di ulu hati (Ehrlich,
2017).
Gastritis juga dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan serta perilaku
dalam mencegah terjadinya gastritis. Seperti prilaku dalam mengatur pola makan,
misalnya terlalu sering terlambat makan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
gastritis. Pola makan terdiri dari frekuensi makan, jenis makanan. Pola makan
yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga
merupakan tindakan preventif dalam mencegah kekambuhan. Untuk memperbaiki
pola makan maka diperlukan pengetahuan yang baik dan perilaku yang positif
karena akan mempengaruhi seseorang melakukan tindakan pencegahan agar
gastritis tidak terjadi.
Dampak dari penyakit gastritis apabila tidak di tangani dengan baik dapat
mengganggu aktifitas sehari-hari karena munculnya berbagai keluhan seperti rasa
9

sakit di ulu hati,mual,muntah,lemas,kembung,tidak nafsu makan. Bila penyakit ini


tidak di tangani secara optimal dan di biarkan hingga kronis dapat mengakibatkan
komplikasi yang serius seperti terjadinya kanker lambung.
2.2.2 Klasifikasi Gastritis
a) Gastritis akut
Gastritis akut merupakan kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya
dengan tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan inflamasi akut (Megawati
dan Nosi, 2014).
Gastritis akut adalah inflamasi akut dari lambung, biasanya terbatas pada
mukosa. Secara garis besar, gastritis akut dapat dibedakan menjadi dua bagian
yaitu gastritis eksogen akut dan gastritis endogen akut. Bahan kimia, termis,
mekanis iritasi bacterial adalah faktor-faktor penyebab yang biasanya terjadi pada
gastritis eksogen akut (Abata, 2014).
b) Gastritis Kronis
Gastritis kronis merupakan gastritis yang penyebabnya tidak jelas, sering
bersifat multifaktor dengan perjalanan klinis bervariasi. Gastritis kronis berkaitan
erat dengan infeksi Helicobacteri pylori (Megawati danNosi, 2014).
2.2.3 Etiologi
GERD disebabkan oleh proses yang multifaktor. Pada orang dewasa
faktor-faktor yang menurunkan tekanan otot kerongkongan (sfingter esofagus)
sehingga terjadi refluks gastroesofagus antara lain coklat, obat-obatan (misalnya
aspirin), alkohol, rokok. Faktor anatomi seperti tindakan bedah, obesitas,
pengosongan lambung yang terlambat dapat menyebabkan tekanan darah di dalam
arteri lebih rendah dantekanan otot kerongkongan bawah sehingga menimbulkan
refluks gastroesofagus (Sudoyo AW, 2011).
2.2.4 Patofisiologi
GERD terjadi akibat adanya ketidakseimbangan antara factor perlindungan
sistem pertahanan esofagus adalah LES (Lower Esophageal Sphinchter),
mekanisme bersihan esofagus, dan epitel esofagus. LES merupakan strukur
anatomi berbentuk sudut yang memisahkan esofagus dengan lambung.
Terganggunya fungsi LES pada GERD disebabkan oleh turunnya tekanan LES
10

akibat penggunaan obat obatan, makanan, faktor hormonal, atau kelainan


struktural (Guarner, 2014).
Mekanisme bersihan esofagus merupakan kemampuan esophagus
membersihkan dirinyadari bahan refluksat lambung, termasuk faktor gravitasi,
gaya peristaltic esofagus, bersihan saliva, dan bikarbonat dalam saliva.
Mekanisme bersihan esofagusterganggu sehingga bahan refluksat lambungakan
kontak ke dalam esofagus makin lama kontak antara bahan refluksat lambung
danesofagus,maka risiko esofagitis akan makin tinggi. Selain itu, refluks malam
hari pun akan meningkatkan risiko esofagitis lebih besar. Hal ini karena tidak
adanya gaya gravitasi saatberbaring (Jung, 2011).
2.2.5 Gejala Gerd
a) Nyeri dibagian dada (Heart Burn)
Heartburn adalah sensasi panas atau terbakar yang Anda rasakan ketika
asam lambung naik sampai ke esofagus. Anda akan merasa dada terasa panas
seperti terbakar dengan tingkat nyeri yang berbeda-beda. Keluhan ini sering
disebut mirip dengan nyeri dada.
b) Merasa begah atau kambuh setelah makan
Meningkatnya asam lambung juga dapat menyebabkan Anda mengalami
rasa begah atau kembung setelah makan. Rasa tidak nyaman ini sering muncul
terutama setelah makan dalam porsi besar maupun setelah hidangan yang pedas
atau berlemak. Walaupun dapat muncul setiap waktu, kebanyakan orang
mengalaminya saat malam hari. Hal ini disebabkan karena asam lambung lebih
mudah refluks akibat posisi tubuh yang berbaring.
c) Rasa tidak nyaman di kerongkongan dan mulut
Saat asam lambung naik hingga ke saluran cerna bagian atas, Anda bisa
saja mengecap rasa yang tidak enak seperti pahit dan asam di mulut. Selain itu,
kerongkongan juga mungkin terasa panas. Regurgitasi atau naiknya cairan atau
makanan dari lambung juga sering terjadi pada penderita GERD. Pada beberapa
kasus, muntah juga sering dialami oleh sebagian orang. Bahkan jika asam
lambung sedang kambuh bagian kerongkongan akan merasa mengganjal seperti
sedang tercekik oleh tangan.
11

d) Sulit menelan
Sulit menelan (disfagia) dapat menjadi gejala khas penyakit naiknya asam
lambung ini. Tak hanya itu, sebagian kasus diikuti rasa nyeri menelan hingga
radang pada pita suara. Namun tak hanya asam lambung naik yang menyebabkan
gejala ini, penyakit lain seperti stroke, penyakit Parkinson, kanker dan multiple
sclerosis juga dapat menimbulkan gejala yang sama.
e) Sendawa mual dan cegukan
Gejala lain yang mungkin Anda alami adalah sering mengalami mual,
cegukan, dan sendawa. Sering kali, sendawa juga diikuti dengan aroma yang tidak
sedap.
f) Nafas bau
Sama seperti sendawa, jika asam lambung sudah naik ke saluran cerna
bagian atas Anda bisa mengalami gejala napas bau (halitosis). Segera
konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Selain
itu, lakukan juga penanganan untuk meredakan napas bau yang mengganggu.
g) Batuk kering
Gejala lain yang dialami saat asam lambung naik adalah batuk kering.
Beberapa orang mungkin merasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan
dan menyebabkan mereka perlu batuk berulang kali untuk membersihkan
tenggorokannya.
h) Suara serak
Ternyata suara serak bisa menjadi salah satu gejala asam lambung yang
naik. Asam lambung yang naik sampai ke kerongkongan bisa saja
mengiritasi pita suara Anda menyebabkan suara serak. Nyeri tenggorokan
juga sering menjadi keluhan penyakit ini.
2.2.6 Penyebab Gerd
Menurut Dipiro, (2015) gastritis disebabkan oleh beberapa faktor utama,
seperti infeksi Helicobacter pylori dan penggunaan OAINS jangka panjang. Selain
itu faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan dispepsia, gastritis dan GERD
adalah konsumsi kopi, alkohol dan pola makan yang tidak teratur, dimana hal ini
dijawab dengan benar oleh hampir seluruh orang yaitu 94 (92,2%) orang. Salah
satu faktor risiko GERD adalah obesitas, dimana sebanyak 34 (33,3%) orang
12

menjawab dengan benar. Hal ini dapat berbahaya bagi pasien obesitas karena
dapat memperparah keadaan pasien melalui peningkatan tekanan intra abdomen,
penurunan tekanan Lower Esopagheal Sphincter (LES), serta peningkatan kadar
TNF-α dan IL-6 (Emerenziani, 2013).
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar
terhadap bahaya atau ancaman. Stres dapat menimbulkan suatu pengaruh yang
tidak menyenangkan pada seseorang berupa gangguan atau hambatan dalam
pengobatan, meningkatkan resiko kesakitan seseorang, menimbulkan kembali
penyakit yang sudah mereda , mencetuskan atau mengeksaserbasi suatu gejala
dari kondisi medis umum. Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme
neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami
gastritis. Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stres, misalnya
pada beban kerja berat, panik tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat
dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan maka dapat
menyebabkan terjadinya peradangan mukosa lambung atau gastritis.
2.3 Omeprazole
Omeprazole adalah PPI generasi pertama yang menjadi andalan untuk terapi
terkait gangguan asam lambung. Omeprazole lebih baik dalam toleransi,
keamanan, dan kemampuan dalam menekan asam jika dibandingkan dengan agen
golongan lainnya seperti histamine2-receptor antagonist (H2RAs), analog
prostaglandin, dan antikolinergik (Strand, 2017).
Proton Pump Inhibitor (PPI) bekerja dengan cara menghambat pengeluaran H
+ /K+ -adenosine triphosphatase sehingga mengurangi sekresi asam lambung
(Aronson, 2016). Omeprazole dan lansoprazole merupakan generasi pertama
pump proton inhibitor. Omeprazole merupakan jenis PPI yang paling banyak
digunakan dengan presentase 76.9% disusul dengan lansoprazole 1,7 % (Granero-
melcon et al., 2018). Lansoprazole mempunyai empat fluorides pada rantai
pyridine ringside, tiga kelompok substituen yang digantikan oleh ethyoxyl
fluoride, membuatnya 30% lebih efektif daripada omeprazole. Lansoprazole lebih
lipofilik daripada omeprazole karena dapat menembus membran sel lebih cepat
untuk mengubah asam sulfonat dan turunan sulfonil, sehingga menghasilkan efek
penekan asam (Zeng, 2015).
13

PPI mempengaruhi mikrobioma usus melalui peningkatan pH lambung dan


memperlambat pengosongan lambung. Penggunaan PPI dapat menurunkan
keragaman mikrobioma usus, serta meningkatkan beberapa mikrobioma usus. Du
et al melakukan penelitian tentang efek triple therapy (omeprazole, clarithromycin
dan amoxicillin) dikombinasikan Lactobacillus acidophilus. Hasil penelitian
tersebut mengatakan kombinasi yang diberikan mampu menurunkan empat kali
lipat H. pylori dikarenakan Lactobacillus acidophilus memiliki sifat antimikroba
yang menyebabkan kematian pada bakteri (De Bruyne, 2018).
PPI bekerja dengan cara menghambat pengeluaran H+ /K+ -adenosine
triphosphatase sehingga mengurangi sekresi asam lambung. 4 Omeprazole
merupakan generasi pertama pump proton inhibitor, sedangkan lansoprazole
generasi kedua. Omeprazole merupakan jenis PPI yang paling banyak digunakan
dengan presentase 76.9% disusul dengan lansoprazole 1,7 %.5 Lansoprazole
mempunyai empat fluorides pada rantai pyridine ringside, tiga kelompok
substituen yang digantikan oleh ethyoxyl fluoride, membuatnya 30% lebih efektif
daripada omeprazole. Lansoprazole lebih lipofilik daripada omeprazole karena
dapat menembus membran sel lebih cepat untuk mengubah asam sulfonat dan
turunan sulfonil, sehingga menghasilkan efek penekan asam (Sakata, 2020).
PPI memblokir H+ /K+ -ATPase pada sel parietal gaster sehingga sekresi
asam lambung terhambat. 6 Banyak pasien (79%) di Departemen IPD RSCM
merupakan pengguna omeprazole dan lansoprazole. 7 Omeprazole adalah PPI
generasi pertama yang menjadi andalan untuk terapi terkait gangguan asam
lambung. Omeprazole lebih baik dalam toleransi, keamanan, dan kemampuan
dalam menekan asam jika dibandingkan dengan agen golongan lainnya seperti
histamine2-receptor antagonist (H2RAs), analog prostaglandin, dan
antikolinergik. 8 Omeprazole menjadi terapi pilihan utama karena harganya yang
murah (Khalifa, 2010).
2.3.1 Penggolongan PPI
Proton Pump Inhibitor (PPI) adalah salah satu obat pada gangguan
lambung. Sejak diperkenalkan pada akhir tahun 1989, menghasilkan efek
penekanan terhadap sekresi asam lambung yang lebih superior dibandingkan
penghambat reseptor histamin 2 (Panggabean, 2017).
14

PPI secara efektif mengobati penyakit gastroesophageal refluks, esofagitis


erosif, tukak duodenum, dan kondisi hipersekresi HCl patologis. PPI
menyebabkan sedikit efek samping dengan penggunaan jangka pendek.
Penggunaan dalam jangka waktu yang panjang banyak menimbulkan potensi efek
samping, seperti perubahan kanker kolon, patah tulang pinggul akibat
osteoporosis, defisiensi zat besi serta mikronutrisi lainnya. Lansia usia 65 tahun
ke atas lebih rentan terhadap efek samping ini karena prevalensi penyakit kronis
yang lebih tinggi serta penurunan fungsi hati (Kristanto, 2017).
Lansoprazol dan pantoprazol termasuk golongan PPI generasi baru yang
belum banyak diteliti sebagai profilaksis stress ulcers dibandingkan PPI generasi
lama. Meskipun berada dalam golongan yang sama, namun efektivitasnya berbeda
karena perbedaan sifat farmakokinetiknya. Lansoprazol memiliki clearance yang
lebih besar dari pantoprazol, waktu untuk mencapai konsentrasi maksimum lebih
cepat dan bioavailabilitas lansoprazol juga lebih tinggi dari pantoprazole.
Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja enzim K+H+ATPase
(pompa proton) yang akan memecah K+H+ATP menghasilkan energi yang
digunakan untuk mengeluarkan asam HCL dari kanalikuli sel parietal kedalam
lumen lambung.PPI mencegah pengeluaran asam lambung dari sel kanalikuli,
menyebabkan pengurangan rasa sakit pasien tukak, mengurangi aktifitas faktor
agresif pepsin dengan pH>4 serta meningkatkan efek eradikasi oleh regimen triple
drugs (Burmana, 2015).
2.3.2 Dosis Omeprazole
Pada dosis dasar baik omeprazole menghambat sekresi asam lambung
basal dan sekresi karena rangsangan lebih dari 90%. Penekanan asam dimulai 1-2
jam setelah dosis pertama lansoprazol dan lebih cepat dengan omeprazol.
Penelitian klinis sampai saat ini menunjukan bahwa lansoprazol dan omeprazol
lebih efektif untuk jangka pendek dibandingkan dengan antagonis H2. Omeprazol
digunakandengan berhasil bersama obat-obat antimikroba untuk mengeradikasi
kuman Helicobacter Pylori (Burmana, 2015).
Omeprazol dan lansoprazol berupa tablet salut enterik untuk melindungi
dari aktivasi prematur oleh asam lambung. Setelah diabsorbsi dalam duodenum,
obat ini akan dibawa ke kanalikulus dari sel peritel asam dan akan diubah menjadi
15

dalam bentuk aktif.Metabolit obat ini diekskresikan dalam urin dan fases. Dosis
omeprazol 2x20 mg atau 1x40 mg, lansprazol /pantoprazol 2x40 mg atau 1x60
mg. Sediaan omeprazol adalah kapsul. Saat mengkonsumsi omeprazol, kapsul
harus ditelan utuh dengan air (kapsul tidak dibuka, dikunyah, atau dihancurkan).
Sebaiknya diminum sebelum makan. Minum obat 30-60 menit sebelum makan,
sebaiknya pagi hari (Burmana, 2015).
2.3.3 Efek Samping
Efek samping omeprazole biasanya dapat diterima baik oleh tubuh. Namun
dalam penggunaan jangka panjang, obat tersebut dapat meningkatkan insidensi
tumor karsinoid lambung yang kemungkinan berhubungan dengan efek
hiperklorhidria yang berkepanjangan dan hipergastrinemia sekunder (Burmana,
2015).
2.4 Evaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi pengunaan obat ( EPO) adalah suatu proses jaminan mutu yang
terstruktur, dilaksanakan terus menerus, dan di otorisasi rumah sakit, ditunjukkan
untuk memastikan bahwa obat-obatan digunakan dengan aman, tepat, dan efektif.
Lingkungan pelayanan kesehatan, penggunaan obat yang ekonomis harus juga
diberikan prioritas tinggi dan karena itu, menjadi suatu komponen dari EPO.
Defenisi EPO tersebut diatas difokuskan pada penggunaan obat secara kualitatif
dan kuantitatif (PerMenkes, 2016).
Penggunaan obat yang dapatdi analisis adalah penggunaan obat melalui
bantuan tenaga kesehatan maupun swamedikasi oleh pasien,berikut merupakan
indikator rasionalisasi :
1) Tepat pasien
Tepat pasien adalah ketepatan penggunaan obat yang tidak mempunyai
kontraindikasi dengan kondisi pasien dan kemungkinan reaksi yang
merugikan kecil.
2) Tepat pemilihan obat
Pemilihan obat yang tepat dapatdi timbang dari ketepatan kelas terapi dan
jenis obat yang sesuai dengan diagnosis. Selain itu, obat juga harus terbukti
manfaat dan keamanannya. Obat juga harus merupakan jenis yang sangat
16

mudah di dapatkan. Jenis obat yang akan digunakan pasien juga seharusnya
jumlahnya seminimal mungkin.
3) Tepat indikasi
Pengobatan dikatakan tepat indikasi jika pemilihan dan pemberian obat
berdasarkan diagnosis yang benar dengan keluhan yang dialami pasien.
Indikasi juga dapat dilihat dari munculnya keluhan pasien yang biasa hadir
pada pasien dengan TB paru seperti adanya gejala batuk berdahak, sesak
nafas, demam, penurunan berat badan dan keringat malam hari tanpa adanya
aktifitas.
4) Tepat dosis
Pengobatan tepat dosis adalah pemberian dosis yang telah sesuai dilihat dari
parameter tepat dosis, frekuensi pemberian, rute pemberian serta durasi
penggunaan obat. Jika pasien tidak memenuhi keempat kriteria tepat dosis
tersebut, maka pasien tidak keempat ktiteria tepat dosis tersebut, maka pasien
dinyatakan sebagai tidak tepat dosis.
5) Waspada efek samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek tidak diinginkan yang timbul
pada pemberian obat dengan dosis terapi.
17

2.5 Kerangka Teori


Gastritis merupakan penyakit yang cenderung mengalami kekambuhan
sehingga menyebabkan pasien harus berulang kali untuk berobat. Gastritis dapat
terjadi tiba tiba (gastritis akut) atau secara bertahap (gastritis kronis)
 Adapun Faktor yang mempengaruhi gastritis yaitu,Kebiasaan
merekok,stress,minum alkohol dan kopi serta mengkonsumsi
makanan yang dapat menyebabkan gastritis.
 Penyebab gastritis yaitu,Infeksi helicobacter pylori,mengkonsumsi
kopi,dan pola makan yang tidak teratur
 Gejala Gatritis yaitu,Nyeri bagian dada,merasa begah,Mual,nafas bau
dan batuk kering
Ada 2 cara penanganan yang dapat di lakukan yaitu dengan cara
Terapi Farmakologi dan Non Farmakologi Maksud Terapi Farmakologi
yaitu dengan Mengonsumsi obat omeprazol Dan Terapi Non Farmakologi
yaitu dengan cara pola hidup sehat
18

Gatritis

Penyebab:
Faktor Resiko: 1. infeksi
1.Kebiasaan merokok Helicobacter pylori
2. konsumsi kopi
2.stres 3.konsumsi alkohol
3.minum alkohol dan kopi 4. pola makan yang
tidak teratur
4.mengkonsumsi makanan yang
dapat mennyebabkan gatritis

Gejala:
1.Nyeri bagian dada
2.Merasa begah
3.Mual
4.nafas bau
5.batuk kering

Terapi
Terapi Non
Farmakologi:
Farmakologi:
Mengonsumsi
Pola hidup
obat
sehat
Omeprazole

Skema 2.1 Kerangka Teori


19

2.6 Kerangka Pikir


Variabel Independen Variabel Dependen Parameter
Kualitas penggunaan obat
omeprazole berdasarkan:

1. Tepat Indikasi
Pasien GERD:
2. Tepat Pasien
Kondisi Pasien
GERD Kuisioner
3. Tepat Obat

4. Tepat Dosis

5. Tepat Lama
Pemberian

Skema 2.2 Kerangka Pikir


2.7 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah tentang evaluasi penggunaan obat
omeprazole pada pasien GERD di klinik risky desa pagar merbau pada tahun
2022.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian bersifat deskriptif
3.1.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian termasuk dalam deskriptif evaluatif karena bertujuan
untuk mendapatkan gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
objektif. Pengambilan data dilakukan secara retrosfektif yaitu penelitian dengan
mengkaji informasi atau pengambilan data yang telah lalu, dengan mengobservasi
resep pada pasien yang terdiagnosa terdapat penyakit GERD di Klinik Rizki Desa
Pagar Merbau Tahun 2022.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
3.2.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Mei - Juli 2022
N JADWAL BULAN KEGIATAN JULI 2021
O KEGIATAN
JANUARI FEBRUA MARET APRIL MEI 2021 JUNI
2021 RI 2021 2021 2021 2021
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan
judul
2 Bimbingan
proposal(BAB
I,II,III)
3 Sidang
proposal
4 Perbaikan
proposal
5 Penelitian
6 Analisa Data
7 Bimbingan
hasil penelitan
8 Sidang

3.2.2 Lokasi Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada Klinik Rizki yang beralamat di Pagar
Merbau, Jl.Sibolangit kecamatan Lubuk Pakam.

20
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien GERD pada Klinik
Rizki Desa Pagar Merbau pada periode Mei s/d Juli 2022. dengan jumlah sampel
sebanyak 30 responden.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan penelitian yang diambil dari
suatu populasi dan penelitian secara rinci (Sugiyono, 2015). Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data resep pasien GERD di Klinik Rizki
Desa Pagar Merbau periode Mei s/d Juli 2022.
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling yang digunakan teknik pengambilan data secara purposive
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Bernadi,
2015). Untuk membatasi karakteristik dari sampel pada pasien, dilakukan kriteria
yaitu kriteria inkulisi dan eksklusi :
1) Kriteria Inklusi
Pasien GERD yang menggunakan obat Omeprazole
2) Kriteria Eklusi
Pasien yang didiagnosa GERD dengan komplikasi penyakit lain
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Persiapan
a) Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian
dari Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam kepada Klinik Rizki Desa
Pagar Merbau.
b) Penyerahan surat persetujuan penelitian dari Klinik Rizki Desa Pagar
Merbau.
3.5.2 Pengumpulan Data
a) Penyerahan surat persetujuan penelitian dari Klinik Rizki Desa Pagar
Merbau.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah dengan menggunakan SPSS
dan disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dianalisis secara deskriptif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisa Univariat
a) Karakteristik Pasien GERD Di Klinik Rizki dari nulai Mei – Juni 2022
Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 18 - 40 15 50,0 50,0 50,0
Tahun
40 - 60 8 26,7 26,7 76,7
Tahun
> 60 Tahun 7 23,3 23,3 100,0
Total 30 100,0 100,0

Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid laki - laki 11 36,7 36,7 36,7
Perempuan 19 63,3 63,3 100,0
Total 30 100,0 100,0

Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SMA 2 6,7 6,7 6,7
D3 11 36,7 36,7 43,3
S1 5 16,7 16,7 60,0
4,00 12 40,0 40,0 100,0
Total 30 100,0 100,0

Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid PNS 22 73,3 73,3 73,3
Wiraswasta 4 13,3 13,3 86,7
Karyawan 4 13,3 13,3 100,0
Total 30 100,0 100,0

22
b) Berdasarkan analisis menggunakan SPSS diatas laralteristik Pasien Gerd di
Klinik Rizki pasien dengan usia 18 – 40 tahun ada sebanyak 15 orang (50
%) , usia 40 – 60 tahun sebanyak 8 orang (26,7 %) dan usia > 60 tahun
sebanyak 7 orang (23,3 %), jenis kelamin laki – laki sebanyak 11 orang
(36,7 %) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang (63,3 %), pasien
dengan pekerjaan PNS sebanyak 2 orang (6,7 %), pasien dengan pekerjaan
Wiraswasta sebanyak 11 orang (36,7 %), pasien dengan pekerjaan
Karyawan sebanyak 5 orang (16,7 %), pasien IRT Ibu Rumah Tangga)
sebanyak 12 orang (40 %). Dan berdasarkan Pendidikan pasien dengan
pendidikan terakhir SMA sebanyak 22 orang (73,3 %), pasien dengan
pendidian terakhir Diploma 3 (D3) sebanyak 4 orang (13,3 %), pasien
dengan pendidikan terakhir Strata 1 (S1) sebanyak 4 0rang (13,3 %).

4.2 Rasionalitas Penggunaan Obat Gerd


4.2.1 Tepat Dosis

Tepat Dosis
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tepat 30 100,0 100,0 100,0

Berdasarkan hasil pada Tabel menunjukkan jumlah peresepan dilihat dari


tepat pemberian dosis yaitu 30 orang (100%). Pada kasus ini pemberian
obat omeprazol yang diberikan kepada pasien adalah 40 mg setiap 24 jam
hal ini sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk penyakit GERD yaitu
20-40 mg/24 jam (Tjay & Kirana, 2013) selama 4 minggu yang diikuti 4-8
minggu berikutnya jika tidak sembuh akan ditingkatkan menjadi 40 mg
setelah 8 minggu pada pasien yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi
lain. Dan dosis pemeliharan 20 mg (PIONAS, 2014). Untuk sediaan
injeksi intravena omeprazol yang diindikasikan untuk kasus berat
Gastroesophageal Refluks Disease, tukak duodenum dan tukak lambung
diberikan dosis lazim 40 mg sekali sehari selama 8 minggu (ISO, 2015).
4.2.2 Tepat Pasien

22
DAFTAR PUSTAKA

Abata, 2014. Ilmu Penyakit Dalam. Madiun, Yayasan Al-furqon


Akhir et al, 2018. Ir. Perpustakaan Univ Airlangga
Angkow, 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Kota Manado, Jurnal Keperawatan
Burmana, 2015. Mekanisme PPI Dan Omeprazole, YogyakartaZ: Universtitas
Gaja Mada
Dwi Meilani, 2019. Pencegahan Gatritis
De Bruyne, 2018. Toksisitas penggunaan jangka panjang inhibitor pompa proton
Pada anak-anak, Arsip Penyakit di Masa Kanak-kanak
Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional: Bentuk dan Cara Penyelenggaraan
Pembangunan Kesehatan Republik Indonesia 2009. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Ehrlich, 2017. Articles Gastritis. Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada.
Emereziani, 2013. Pengertian Gatritis, Jakarta: Studi Farmasi
Farikhah, 2017. Evaluasi Interaksi Obat Potensial Pada Pasien Gastritis.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Guarner, 2014. Gerd, Jakarta: TIM
Hirlan, 2014. Faktor Resiko Gerd, Jakarta: Studi Farmasi
Herdelbaugh, 2013. Pengertian Gerd, Jakarta : Universitas Indonesia
Khalifa, 2010. Helicobacter pylori: patogen usus orang miskin, Patogen usus
Kristanto, 2017. Resiko Penggunaan Jangka Panjang Golongan PPI. Jakarta: Studi
Farmasi
Laksmi Putri, 2020. Ketidaktepatan Indikasi Penggunaan Obat Golongan Proton
Pump Inhibitor Pada Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit. S1 thesis,
Universitas Ngudi Waluyo
Megawati, 2014. Beberapa factor yang berhubungan dengan kejadian gastritis
Pada pasien yang dirawat di RSUD pelabuang baji Makassar: Jurnal
Ilmiah kesehatan diagnosis volume 4 nomor 6.Makassar: Stikes Nari

22
Hasanuddin
Ndraha, 2016. Artikel Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Keberhasilan Terapi GERD Factors Associated with The Success of
GERD Therapy. Journal Kedokteran Meditek
Nurjanah, 2016. Hubungan Antara Waktu Tunggu Pelayanan Resep Dengan
Kepuasan Pasien di Apotek Pelengkap Kimia Farma BLU Prof. Dr. R. D.
Kandau Manado
Organization, 2006. Asuhan Kefarmasian, Jakarta: Program Studi Farmasi
Panggabean, 2017. Tinjauan atas GERD di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer.
Journal Continuing Medical Education
PerMenkes. 2016. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas nomor 74 tahun
2016. Jakarta: Menkes RI
Revaiah, 2018. Bakteri Di Usus Halus. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Salahuddin, 2018. Hubungan Pola Makan Dengan Gatritis, Jurnal Kesehatan
Bakti Tunas Husada Vol. 18 No. 1 Tahun 2018
Santika, 2019. PPI. Makassar: Balai Pustaka Pelatihan Kesehatan
Sakata, 2020. Sebuah Studi tentang Status Resep Inhibitor Pompa Proton
Menggunakan Data Kombinasi Prosedur Diagnosis di Jepang, Pencernaan
Strand, 2017. Pengertian Omeprazole. Jakarta: Program Studi Farmasi
Sudoyo, 2011. buku ajaran penyakit dalam jilid II , edisi V, Jakarta: Interna
Publishing
Wahyuni Rumpiati, 2017. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gatritis Pada
Remaja. Journal Global Health Science
Zeng, 2015. Metaanalisis kemanjuran lansoprazole dan omeprazole untuk
Pengobatan ulkus duodenum terkait H. Pylori, Jurnal Fisiologi Internasional,
Patofisiologi dan Farmakologi

22
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Pernyataan Persetujuan Berpartisipasi Dalam Penelitian

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN BERPARTISIPASI


DALAM PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Evaluasi penggunaan obat
omeprazole pada pasien penyakit GERD diklinik risky desa pagar merbau
tahun 2022.
Setiap pasien yang menjadi responden akan diajukan beberapa
pertanyaan dalam bentuk kuisioner. Peneliti sangat mengharapkan
pasrtisipasi dari Bapak/Ibu/Saudara. Semoga penelitian ini memberi
manfaat bagi kita semua.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Dengan ini menyatakan persetujuan untuk berpartisipasi dalam
penelitian sebagai responden. Saya menyadari bahwa keikutsertaan diri
saya pada penelitian ini adalah sukarela. Saya setuju akan memberikan
informasi yang berkaitan dengan penelitian ini. Demikianlah pernyataan
ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak ada paksaan daripihak
manapun.

Lubuk pakam,
Peneliti Yang membuat pernyatan

22
(Ria Tri Utami) ( )
Tlp. 082284772106

KUESIONER PENELITIAN ASPEK PENGETAHUAN

KUESIONER PENGETAHUAN RESPONDEN

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

No. Telepon :

Pendidikan terakhir :

Pekerjaan :

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya

dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian) Jawablah pertanyaan

di bawah ini denganmemberi tanda  pada jawaban yang anda pilih

Daftar kuesioner penelitian

Petunjuk :

1) Berilah tanda cek list (˅) pada jawaban yang anda anggap sesuai.

2) Isilah dengan sejujur-jujurnya karena penilaian anda dijamin kerahasiannya

dan tidak akan mempengaruhi pelayanan yang anda terima.

3) Pilihlah jawaban dengan kategori :

SS : Sangat setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

22
Kepuasan Harapan
No Pertanyaan
SS S TS STS SS S TS STS
Dimensi Keandalan (Reliability)
1 Petugas farmasi
menjelaskan cara
penggunaan obat
2 Petugas farmasi
menjelaskan
tentang dosis /
seharusnya obat
yang diminum
3 Petugas farmasi
menjelaskan
tentang cara
penyimpanan obat
4 Petugas farmasi
menjelaskan
tentang efek
samping obat
Dimensi daya tanggap (Responsiveness)
1 Prosedur
penyampaian
informasi jelas
dan mudah
dimengerti
2 Petugas farmasi
memberi
tanggapan yang
baik dan cepat
terhadap keluhan
pasien

3 Petugas farmasi
cakap dalam
melakukan
pelayanan di
instalasi farmasi
rumah sakit

22
4 Petugas farmasi
nampak terampil
semasa pelayanan
pasien
5 Kaunter informasi
disediakan jika
ada persoalan
tentang
pengobatan
Dimensi kepastian (Assurance)
1 Pasien yakin obat
yang diberikan
dapat
menyembuhkan
mereka
2 Petugas farmasi
dapat dipercaya

3 Kualitas
pelayanan di
farmasi dijamin
mutunya
4 Petugas farmasi
ramah dan sopan
kepada pasien
saat memberikan
obat
5 Privasi informasi
pasien selalu
dijaga oleh
petugas farmasi
6 Petugas farmasi
mempunyai
kecakapan dalam
memberikan
pelayanan
Dimensi Empati ( Emphaty)
1 Petugas farmasi
memahami
keperluan pasien

22
2 Petugas farmasi
memberikan
layanan dengan
sepenuh hati
3 Komunikasi yang
baik antar pasien
dan petugas
farmasi
4 Petugas farmasi
memberikan
perhatian tentang
masalah pasien
terkait
pengobatan
5 Petugas farmasi
senantiasa
menunjukkan
sikap perhatiaan
saat kerja

Dimensi berwujud (Tangible)


1 Petugas farmasi
berpenampilan rapi
dan menarik
2 Tempat duduk di
ruang tunggu
instalasi farmasi
mencukupi
3 Letak instalasi
farmasi di rumah
sakit yang mudah
dicapai
4 Fasilitas seperti
AC maupun kipas
angin maupun TV
yang ada di ruang
tunggu membuat
nyaman
5 Arahan pada label
obat mudah
dipahami
6 Petugas farmasi
cekatan dan serasi
selama
menjalankan
pelayanan

22
22

Anda mungkin juga menyukai