Skripsi Ria
Skripsi Ria
Skripsi Ria
SKRIPSI
Oleh i:
RIA TRI UTAMI
NPM.1851136
Pembimbing
apt.Asti Pratiwi.S.Farm,M.K.M
NPP. 06.19.11.10.1996
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi Penelitian Dengan Judul :
Oleh :
Skripsi ini telah Disetujui untuk diujikan dan dipertahankan dihadapan Komisi
Penguji Skripsi pada ujian sidang Skripsi Program Studi Farmasi Program Sarjana
Fakultas Farmasi Institut Kesehatan MEDISTRA Lubuk Pakam.
Disahkan oleh :
Dekan Ketua
Program Studi Farmasi
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan
tinggi,dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacuh dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
i
8. Kepada ikedua orang tua sayaiterutama iayahanda Tercinta iKusno idan
ibunda tercinta Poniyati Serta adik saya Fellyx Ramadhana iyang
senantiasa imemberikan idoa, imotivasi i,dan idukungan imoral ikepada
penulis iagar itetep ioptimis idalam imengikuti ipendidikan.
9. Kepada iteman-teman iFarmasi iyang itelah imemberikan isemangat dan
kerjasama iyang ibaik idalam ipenyelesian iproposal ipenelitian iini.
10. Kepada isahabat isaya iSyofia fadillaa purba iyang selalu mendampingi
serta imemberikan idukungan i,motivasi, doa yang iselalu iada idalam
suka idan iduka
11. Kepada Nenek dan kakek beserta keluarga tercinta saya yang iselalu
memberikan tempat tinggal ketika saya libur kuliah dan yang selalu saya
repotkan ketika saya libur dan selalu memberikanidukungan, doa,
motivasi iserta ihal-hal ipembelajaran iyang ibaru.
Peneliti ijuga imenyadari ikurang imemadainya iilmu ipenhetahuan,
isehinga imasih iterdapat ibanyak ikekuranga idalm ipenelitian iini. iMohon imaaf
isebesar-besarnya. iPada ikesempatan iini ijuga ipeneliti imegharapkan ikeritik,
isaran idan imasukan idari ipembaca idemi iksempurnaan ipenelitian iini.
Semoga iTuhan iYang iMaha iEsa isenantiasa imembalas isemua
kebaikanidan ibantuan iyang ipenelitian iterima idalam iproses ipnulisan iproposal
ipenelitian iilmiah iini
ii
DAFTAR ISI
iii
2.5.Kerangka Teori.................................................................................... 17
2.5.1 Penjelasan Kerangka Teori
2.6 Kerangka Pikir .................................................................................... 19
2.7 Hipotesis.............................................................................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN......................................................... 20
3.1.Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... 20
3.1.1.Jenis Penelitian .......................................................................... 20
3.1.2.Rancangan Penelitian ................................................................. 20
3.2.Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................. 20
3.2.1.Waktu Penelitian ........................................................................ 20
3.2.2.Lokasi Penelitian ....................................................................... 20
3.3.Populasi dan Sampel............................................................................ 20
3.3.1.Populasi ..................................................................................... 20
3.3.2.Sampel ....................................................................................... 20
3.4.Teknik Pengambilan Sampel .............................................................. 21
3.5.Prosedur Penelitian ............................................................................. 21
3.5.1.Persiapan ..................................................................................... 21
3.5.2.Pengumpulan Data ...................................................................... 21
3.6.Analisi Data ........................................................................................ 22
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013
penyakit gastritis banyak dialami pada usia 20 tahun keatas, angka kejadian
gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan pravelensi
274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Berdasarkan data 10 besar
penyakit di UPT Kesmas (Akhir et al., 2018)
Seiring dengan semakin berkembangnya zaman, berbagai penyakit terus
mengancam kesehatan manusia yang muncul dari gaya hidup manusia itu sendiri
dan penularan bakteri. Salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah gastritis
(Shalahuddin dan Rosidin, 2018)
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang diperhitungkan di tingkat dunia.
Menurut World Health Organization (WHO) kasus gastritis di dunia mencapai
1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Menurut WHO angka kejadian
gastritis di berbagai daerah di Indonesia cukup tinggi yaitu 40,8 % dengan
prevalensi 274,396 kasus dari jumlah penduduk 238,452,952 jiwa (Wahyuni
Rumpiati, 2017).
Gastritis merupakan penyakit yang cenderung mengalami kekambuhan
sehingga menyebabkan pasien harus berulang kali untuk berobat. Gastritis dapat
terjadi tiba tiba (gastritis akut) atau secara bertahap (gastritis kronis). Kebanyakan
kasus gastritis tidak secara permanen merusak lambung tetapi seseorang yang
menderita gastritis sering mengalami serangan kekambuhan yang mengakibatkan
nyeri ulu hati. Gastritis akut merupakan suatu peradangan permukaan mukosa
lambung (Dwi Meilanii, 2019).
Gatritis atau juga dikenal dengan “maag”atau sakit uluh hati merupakan
proses terjadinya inflamasi atau peradangan pada mukosa dan submukosa
dibagian lambung. Gatritis merupakan salah satu gangguan kesehatan yang paling
sering dijumpai di klinik,karena diagnosanya sering hanya berasarkan gejala klinis
bukan pemeriksaan histopatologi. Namun kebanyakan gatritis muncul tanpa
memiliki gejala. mereka yang mempunyai keluhan biasanya tidak khas, yaitu
berupa nyeri panas dan pedih di uluh hati disertai mual kadang kadang sampai
1
2
muntah dan keluhan tersebut tidak berkolerasi baik dengan gastritis (Hirlan,
2014).
Beberapa faktor resiko terjadinya GERD antara lain obesitas usia lebih dari
40 tahun, stress, kehamilan ,meoko, diabetes. beberapa obat dan suplemen diet
pun dapat memperparah gejala GERD seperti obat obatan yang dapat
mengganggu kerja otot sfingter esophagus bagian bawah seperti antidepresan dan
narkotika. termasuk juga penggunaan rutin beberapa jenis nonsteroidal anti
inflammatory drugs dan antibiotika. gejala klinik yang khas dari gerd adalah rasa
nyeri/rasa tak enak di epigastrium yang ditandai dengan seperti rasa terbaka ,
kadang kadang bercampur dengan gejala disfagia (kesulitan menlan makanan)
sertarasa mual dan pahit dilidah,pemeriksaan endoskopik tidak berkolerasi dengan
derajat berat atau ringannya keluhan heartburn (Ndraha, 2016).
Gastritis biasanya diawali dengan pola makan yang tidak baik dan tidak
teratur sehingga lambung menjadi sensitif di saat asam lambung meningkat.
Peningkatan asam lambung diluar batas normal akan menyebabkan terjadinya
iritasi dan kerusakan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan jika
peningkatan asam lambung ini dibiarkan saja maka kerusakan lapisan lambung
atau penyakit gastritis akan semakin parah.
Kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya menjaga kesahatan
lambung masih sangat rendah, sehingga sangat rentan terkena gastritis atau sakit
maag yang dapat mengganggu aktivitas seharihari (Putri, rezal, & Akifah, 2017).
Penyakit gastritis dapat menyerang seluruh lapisan masyarakat dari semua tingkat
usia maupun jenis kelamin, tetapi dari beberapa survei menunjukkan bahwa
gastritis paling sering menyerang usia produtif (Angkow, 2014).
Pengobatan penyakit gastritis harus didasarkan pada penyebabnya, umumnya
dilakukan dengan pemberian obat-obatan untuk menanggulangi sekresi asam
lambung yang berlebihan seperti menggunakan antasida yang dapat menetralkan
asam lambung. Penghambat reseptor H2 diberikan ketika antasida sudah tidak
cukup untuk meredakan gejala gastritis, umumnya dokter akan memberikan obat
jenis simetidin, ranitidin, atau famotidin. Bila pemberian penghambat reseptor H2
dinilai kurang mampu menurunkan sekresi asam lambung, maka dapat diberikan
3
5
6
d) Sulit menelan
Sulit menelan (disfagia) dapat menjadi gejala khas penyakit naiknya asam
lambung ini. Tak hanya itu, sebagian kasus diikuti rasa nyeri menelan hingga
radang pada pita suara. Namun tak hanya asam lambung naik yang menyebabkan
gejala ini, penyakit lain seperti stroke, penyakit Parkinson, kanker dan multiple
sclerosis juga dapat menimbulkan gejala yang sama.
e) Sendawa mual dan cegukan
Gejala lain yang mungkin Anda alami adalah sering mengalami mual,
cegukan, dan sendawa. Sering kali, sendawa juga diikuti dengan aroma yang tidak
sedap.
f) Nafas bau
Sama seperti sendawa, jika asam lambung sudah naik ke saluran cerna
bagian atas Anda bisa mengalami gejala napas bau (halitosis). Segera
konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Selain
itu, lakukan juga penanganan untuk meredakan napas bau yang mengganggu.
g) Batuk kering
Gejala lain yang dialami saat asam lambung naik adalah batuk kering.
Beberapa orang mungkin merasa ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokan
dan menyebabkan mereka perlu batuk berulang kali untuk membersihkan
tenggorokannya.
h) Suara serak
Ternyata suara serak bisa menjadi salah satu gejala asam lambung yang
naik. Asam lambung yang naik sampai ke kerongkongan bisa saja
mengiritasi pita suara Anda menyebabkan suara serak. Nyeri tenggorokan
juga sering menjadi keluhan penyakit ini.
2.2.6 Penyebab Gerd
Menurut Dipiro, (2015) gastritis disebabkan oleh beberapa faktor utama,
seperti infeksi Helicobacter pylori dan penggunaan OAINS jangka panjang. Selain
itu faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan dispepsia, gastritis dan GERD
adalah konsumsi kopi, alkohol dan pola makan yang tidak teratur, dimana hal ini
dijawab dengan benar oleh hampir seluruh orang yaitu 94 (92,2%) orang. Salah
satu faktor risiko GERD adalah obesitas, dimana sebanyak 34 (33,3%) orang
12
menjawab dengan benar. Hal ini dapat berbahaya bagi pasien obesitas karena
dapat memperparah keadaan pasien melalui peningkatan tekanan intra abdomen,
penurunan tekanan Lower Esopagheal Sphincter (LES), serta peningkatan kadar
TNF-α dan IL-6 (Emerenziani, 2013).
Stres adalah sekumpulan perubahan fisiologis akibat tubuh terpapar
terhadap bahaya atau ancaman. Stres dapat menimbulkan suatu pengaruh yang
tidak menyenangkan pada seseorang berupa gangguan atau hambatan dalam
pengobatan, meningkatkan resiko kesakitan seseorang, menimbulkan kembali
penyakit yang sudah mereda , mencetuskan atau mengeksaserbasi suatu gejala
dari kondisi medis umum. Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme
neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami
gastritis. Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stres, misalnya
pada beban kerja berat, panik tergesa-gesa. Kadar asam lambung yang meningkat
dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika hal ini dibiarkan maka dapat
menyebabkan terjadinya peradangan mukosa lambung atau gastritis.
2.3 Omeprazole
Omeprazole adalah PPI generasi pertama yang menjadi andalan untuk terapi
terkait gangguan asam lambung. Omeprazole lebih baik dalam toleransi,
keamanan, dan kemampuan dalam menekan asam jika dibandingkan dengan agen
golongan lainnya seperti histamine2-receptor antagonist (H2RAs), analog
prostaglandin, dan antikolinergik (Strand, 2017).
Proton Pump Inhibitor (PPI) bekerja dengan cara menghambat pengeluaran H
+ /K+ -adenosine triphosphatase sehingga mengurangi sekresi asam lambung
(Aronson, 2016). Omeprazole dan lansoprazole merupakan generasi pertama
pump proton inhibitor. Omeprazole merupakan jenis PPI yang paling banyak
digunakan dengan presentase 76.9% disusul dengan lansoprazole 1,7 % (Granero-
melcon et al., 2018). Lansoprazole mempunyai empat fluorides pada rantai
pyridine ringside, tiga kelompok substituen yang digantikan oleh ethyoxyl
fluoride, membuatnya 30% lebih efektif daripada omeprazole. Lansoprazole lebih
lipofilik daripada omeprazole karena dapat menembus membran sel lebih cepat
untuk mengubah asam sulfonat dan turunan sulfonil, sehingga menghasilkan efek
penekan asam (Zeng, 2015).
13
dalam bentuk aktif.Metabolit obat ini diekskresikan dalam urin dan fases. Dosis
omeprazol 2x20 mg atau 1x40 mg, lansprazol /pantoprazol 2x40 mg atau 1x60
mg. Sediaan omeprazol adalah kapsul. Saat mengkonsumsi omeprazol, kapsul
harus ditelan utuh dengan air (kapsul tidak dibuka, dikunyah, atau dihancurkan).
Sebaiknya diminum sebelum makan. Minum obat 30-60 menit sebelum makan,
sebaiknya pagi hari (Burmana, 2015).
2.3.3 Efek Samping
Efek samping omeprazole biasanya dapat diterima baik oleh tubuh. Namun
dalam penggunaan jangka panjang, obat tersebut dapat meningkatkan insidensi
tumor karsinoid lambung yang kemungkinan berhubungan dengan efek
hiperklorhidria yang berkepanjangan dan hipergastrinemia sekunder (Burmana,
2015).
2.4 Evaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi pengunaan obat ( EPO) adalah suatu proses jaminan mutu yang
terstruktur, dilaksanakan terus menerus, dan di otorisasi rumah sakit, ditunjukkan
untuk memastikan bahwa obat-obatan digunakan dengan aman, tepat, dan efektif.
Lingkungan pelayanan kesehatan, penggunaan obat yang ekonomis harus juga
diberikan prioritas tinggi dan karena itu, menjadi suatu komponen dari EPO.
Defenisi EPO tersebut diatas difokuskan pada penggunaan obat secara kualitatif
dan kuantitatif (PerMenkes, 2016).
Penggunaan obat yang dapatdi analisis adalah penggunaan obat melalui
bantuan tenaga kesehatan maupun swamedikasi oleh pasien,berikut merupakan
indikator rasionalisasi :
1) Tepat pasien
Tepat pasien adalah ketepatan penggunaan obat yang tidak mempunyai
kontraindikasi dengan kondisi pasien dan kemungkinan reaksi yang
merugikan kecil.
2) Tepat pemilihan obat
Pemilihan obat yang tepat dapatdi timbang dari ketepatan kelas terapi dan
jenis obat yang sesuai dengan diagnosis. Selain itu, obat juga harus terbukti
manfaat dan keamanannya. Obat juga harus merupakan jenis yang sangat
16
mudah di dapatkan. Jenis obat yang akan digunakan pasien juga seharusnya
jumlahnya seminimal mungkin.
3) Tepat indikasi
Pengobatan dikatakan tepat indikasi jika pemilihan dan pemberian obat
berdasarkan diagnosis yang benar dengan keluhan yang dialami pasien.
Indikasi juga dapat dilihat dari munculnya keluhan pasien yang biasa hadir
pada pasien dengan TB paru seperti adanya gejala batuk berdahak, sesak
nafas, demam, penurunan berat badan dan keringat malam hari tanpa adanya
aktifitas.
4) Tepat dosis
Pengobatan tepat dosis adalah pemberian dosis yang telah sesuai dilihat dari
parameter tepat dosis, frekuensi pemberian, rute pemberian serta durasi
penggunaan obat. Jika pasien tidak memenuhi keempat kriteria tepat dosis
tersebut, maka pasien tidak keempat ktiteria tepat dosis tersebut, maka pasien
dinyatakan sebagai tidak tepat dosis.
5) Waspada efek samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek tidak diinginkan yang timbul
pada pemberian obat dengan dosis terapi.
17
Gatritis
Penyebab:
Faktor Resiko: 1. infeksi
1.Kebiasaan merokok Helicobacter pylori
2. konsumsi kopi
2.stres 3.konsumsi alkohol
3.minum alkohol dan kopi 4. pola makan yang
tidak teratur
4.mengkonsumsi makanan yang
dapat mennyebabkan gatritis
Gejala:
1.Nyeri bagian dada
2.Merasa begah
3.Mual
4.nafas bau
5.batuk kering
Terapi
Terapi Non
Farmakologi:
Farmakologi:
Mengonsumsi
Pola hidup
obat
sehat
Omeprazole
1. Tepat Indikasi
Pasien GERD:
2. Tepat Pasien
Kondisi Pasien
GERD Kuisioner
3. Tepat Obat
4. Tepat Dosis
5. Tepat Lama
Pemberian
20
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien GERD pada Klinik
Rizki Desa Pagar Merbau pada periode Mei s/d Juli 2022. dengan jumlah sampel
sebanyak 30 responden.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian atau sejumlah cuplikan penelitian yang diambil dari
suatu populasi dan penelitian secara rinci (Sugiyono, 2015). Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data resep pasien GERD di Klinik Rizki
Desa Pagar Merbau periode Mei s/d Juli 2022.
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling yang digunakan teknik pengambilan data secara purposive
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Bernadi,
2015). Untuk membatasi karakteristik dari sampel pada pasien, dilakukan kriteria
yaitu kriteria inkulisi dan eksklusi :
1) Kriteria Inklusi
Pasien GERD yang menggunakan obat Omeprazole
2) Kriteria Eklusi
Pasien yang didiagnosa GERD dengan komplikasi penyakit lain
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Persiapan
a) Pembuatan dan penyerahan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian
dari Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam kepada Klinik Rizki Desa
Pagar Merbau.
b) Penyerahan surat persetujuan penelitian dari Klinik Rizki Desa Pagar
Merbau.
3.5.2 Pengumpulan Data
a) Penyerahan surat persetujuan penelitian dari Klinik Rizki Desa Pagar
Merbau.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah dengan menggunakan SPSS
dan disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dianalisis secara deskriptif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Analisa Univariat
a) Karakteristik Pasien GERD Di Klinik Rizki dari nulai Mei – Juni 2022
Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 18 - 40 15 50,0 50,0 50,0
Tahun
40 - 60 8 26,7 26,7 76,7
Tahun
> 60 Tahun 7 23,3 23,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid laki - laki 11 36,7 36,7 36,7
Perempuan 19 63,3 63,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid SMA 2 6,7 6,7 6,7
D3 11 36,7 36,7 43,3
S1 5 16,7 16,7 60,0
4,00 12 40,0 40,0 100,0
Total 30 100,0 100,0
Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid PNS 22 73,3 73,3 73,3
Wiraswasta 4 13,3 13,3 86,7
Karyawan 4 13,3 13,3 100,0
Total 30 100,0 100,0
22
b) Berdasarkan analisis menggunakan SPSS diatas laralteristik Pasien Gerd di
Klinik Rizki pasien dengan usia 18 – 40 tahun ada sebanyak 15 orang (50
%) , usia 40 – 60 tahun sebanyak 8 orang (26,7 %) dan usia > 60 tahun
sebanyak 7 orang (23,3 %), jenis kelamin laki – laki sebanyak 11 orang
(36,7 %) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang (63,3 %), pasien
dengan pekerjaan PNS sebanyak 2 orang (6,7 %), pasien dengan pekerjaan
Wiraswasta sebanyak 11 orang (36,7 %), pasien dengan pekerjaan
Karyawan sebanyak 5 orang (16,7 %), pasien IRT Ibu Rumah Tangga)
sebanyak 12 orang (40 %). Dan berdasarkan Pendidikan pasien dengan
pendidikan terakhir SMA sebanyak 22 orang (73,3 %), pasien dengan
pendidian terakhir Diploma 3 (D3) sebanyak 4 orang (13,3 %), pasien
dengan pendidikan terakhir Strata 1 (S1) sebanyak 4 0rang (13,3 %).
Tepat Dosis
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tepat 30 100,0 100,0 100,0
22
DAFTAR PUSTAKA
22
Hasanuddin
Ndraha, 2016. Artikel Penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Keberhasilan Terapi GERD Factors Associated with The Success of
GERD Therapy. Journal Kedokteran Meditek
Nurjanah, 2016. Hubungan Antara Waktu Tunggu Pelayanan Resep Dengan
Kepuasan Pasien di Apotek Pelengkap Kimia Farma BLU Prof. Dr. R. D.
Kandau Manado
Organization, 2006. Asuhan Kefarmasian, Jakarta: Program Studi Farmasi
Panggabean, 2017. Tinjauan atas GERD di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer.
Journal Continuing Medical Education
PerMenkes. 2016. Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas nomor 74 tahun
2016. Jakarta: Menkes RI
Revaiah, 2018. Bakteri Di Usus Halus. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia
Salahuddin, 2018. Hubungan Pola Makan Dengan Gatritis, Jurnal Kesehatan
Bakti Tunas Husada Vol. 18 No. 1 Tahun 2018
Santika, 2019. PPI. Makassar: Balai Pustaka Pelatihan Kesehatan
Sakata, 2020. Sebuah Studi tentang Status Resep Inhibitor Pompa Proton
Menggunakan Data Kombinasi Prosedur Diagnosis di Jepang, Pencernaan
Strand, 2017. Pengertian Omeprazole. Jakarta: Program Studi Farmasi
Sudoyo, 2011. buku ajaran penyakit dalam jilid II , edisi V, Jakarta: Interna
Publishing
Wahyuni Rumpiati, 2017. Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gatritis Pada
Remaja. Journal Global Health Science
Zeng, 2015. Metaanalisis kemanjuran lansoprazole dan omeprazole untuk
Pengobatan ulkus duodenum terkait H. Pylori, Jurnal Fisiologi Internasional,
Patofisiologi dan Farmakologi
22
LAMPIRAN
Lubuk pakam,
Peneliti Yang membuat pernyatan
22
(Ria Tri Utami) ( )
Tlp. 082284772106
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
No. Telepon :
Pendidikan terakhir :
Pekerjaan :
Petunjuk :
1) Berilah tanda cek list (˅) pada jawaban yang anda anggap sesuai.
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
22
Kepuasan Harapan
No Pertanyaan
SS S TS STS SS S TS STS
Dimensi Keandalan (Reliability)
1 Petugas farmasi
menjelaskan cara
penggunaan obat
2 Petugas farmasi
menjelaskan
tentang dosis /
seharusnya obat
yang diminum
3 Petugas farmasi
menjelaskan
tentang cara
penyimpanan obat
4 Petugas farmasi
menjelaskan
tentang efek
samping obat
Dimensi daya tanggap (Responsiveness)
1 Prosedur
penyampaian
informasi jelas
dan mudah
dimengerti
2 Petugas farmasi
memberi
tanggapan yang
baik dan cepat
terhadap keluhan
pasien
3 Petugas farmasi
cakap dalam
melakukan
pelayanan di
instalasi farmasi
rumah sakit
22
4 Petugas farmasi
nampak terampil
semasa pelayanan
pasien
5 Kaunter informasi
disediakan jika
ada persoalan
tentang
pengobatan
Dimensi kepastian (Assurance)
1 Pasien yakin obat
yang diberikan
dapat
menyembuhkan
mereka
2 Petugas farmasi
dapat dipercaya
3 Kualitas
pelayanan di
farmasi dijamin
mutunya
4 Petugas farmasi
ramah dan sopan
kepada pasien
saat memberikan
obat
5 Privasi informasi
pasien selalu
dijaga oleh
petugas farmasi
6 Petugas farmasi
mempunyai
kecakapan dalam
memberikan
pelayanan
Dimensi Empati ( Emphaty)
1 Petugas farmasi
memahami
keperluan pasien
22
2 Petugas farmasi
memberikan
layanan dengan
sepenuh hati
3 Komunikasi yang
baik antar pasien
dan petugas
farmasi
4 Petugas farmasi
memberikan
perhatian tentang
masalah pasien
terkait
pengobatan
5 Petugas farmasi
senantiasa
menunjukkan
sikap perhatiaan
saat kerja
22
22