Laporan Kuretase

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERIODONSIA

DENTAL SITE TEACHING

KURETASE PADA DISTAL GIGI 37 DENGAN


DIAGNOSIS PERIODONTITIS KRONIS LOKALISATA

Oleh :
Putri Habci Amran
2141412025

Pembimbing :
drg. Saidina Hamzah D, Sp. Perio (K)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
BAB I
KAJIAN PUSTAKA

1.1 Periodontitis
Periodontitis merupakan faktor risiko yang berperan terhadap gangguan
fungsi pengunyahan dan hilangnya gigi. Kelainan ini sering dijumpai pada
masyarakat. Periodontitis adalah penyakit inflamasi kronis multifactorial dan
diasosiasi oleh dysbiosis bakteri dan dikarakteristikkan dengan adanya destruksi
pada jaringan pendukung gigi. Perawatan periodontitis ialah dengan initial phase
therapy yang terdiri dari scaling, root planing, peningkatan oral hygiene, bahkan
mungkin diperlukan penyesuaian oklusal. Secara umum penyakit periodontal
disebabkan oleh bakteri plak pada permukaan gigi.
Plak berupa lapisan tipis biofilm yang berisi kumpulan mikroorganisme
patogen seperti Porphyromonas gingivalis, Actinobacillus actinomycetem
comitans, Prevotela intermedia, Tannerella forsythia, serta Fusobacterium
nucleatum yang merupakan deposit lunak. Gingivitis dan poket gingiva terjadi
karena rusaknya perlekatan gingiva (loss of gum attachment) dengan akar gigi
yang menandakan adanya suatu periodontitis ringan. Kerusakan jaringan karena
infeksi jaringan periodontal mengandung bahan-bahan toksik (berasal dari bakteri
maupun respon inflamasi). Bakteri secara langsung dapat merusak jaringan
pejamu yang dapat menghasilkan bermacam-macam toksin (terutama protease).
Respons inflamasi menyebabkan keadaan inflamasi akut yang berakibat
kerusakan jaringan, dan bila terjadi secara masif dapat merusak jaringan serta
menghasilkan bahan-bahan toksik prooksidatif. Kerusakan progresif ligamen
periodontal dan tulang alveolar (alveolar bone loss) menyebabkan gigi goyah dan
mudah tanggal yang menandakan suatu periodontitis yang parah.
Kebersihan mulut yang buruk ditandai adanya timbunan plak bakterial pada
karang gigi subgingival berkorelasi positif dengan keparahan periodontitis.
Inflamasi merupakan barisan pertama pada sistem pertahanan tubuh terhadap jejas
bakterial. Neutrofil menandakan suatu respon fagosit, terutama untuk
memfagositosis dan menghancurkan antigen bakterial. Neutrofil memroduksi
bahan-bahan toksik prooksidatif seperti oksidan/radikal bebas serta enzim-enzim
hidrolitik dan proteolitik yang merupakan mekanisme penghancuran bakteri.
Bahan-bahan untuk membunuh bakteri ini juga dapat merusak molekul-molekul
pejamu dan menyerang jaringan di sekitar daerah inflamasi. Neutrofil berespons
terhadap infeksi bakteri dengan menghasilkan bahan-bahan toksik prooksidatif
sebagai berikut: 1) Reactive oxygen species (ROS), berupa radikal bebas dan
oksidan, seperti asam hipoklorit (HOCl), radikal superoksid (O2-), radikal
hidroksil (OH-), hidrogen, dan peroksida (H2O2). Bahan yang bersifat toksik
ditujukan untuk mengoksidasi molekul bakterial; 2) Fosfatase, enzim proteolitik,
glukorodinase, lipase, dan arilsulfatase merupakan enzim-enzim yang berasal dari
lisosom. Asam nukleat, fosfolipid, dan senyawa yang mengandung fosfat pada
bakteri diserang oleh enzim fosfatase. Enzim proteolitik menghidrolisis
glukoprotein bakteri seperti katepsin dan lisozim. Glukoronidase berperan untuk
mencerna karbohidrat. Lipase berperan untuk mencerna lipid sedangkan
arilsulfatase dapat menghancurkan senyawa aromatik yang mengandung sulfur
pada bakteri; 3) Enzim matrix metalloproteinase (MMP) yang mengandung ion
Zn+2 sebagai penghancur matriks ekstrasel yang tersusun atas kolagen. Mediator
pro-inflamatori (IL-1 dan TNFα) yang menginduksi produksi MMPs dihasilkan
oleh netrofil yang merupakan hasil stimulasi bakterial.
Adanya poket sering menandakan suatu penyakit periodontal. Proses
bertambah dalamnya sulkus gingiva merupakan suatu poket periodontal dan
gambaran klinis dari penyakit periodontal. Periodontitis memiliki manifestasi
klinis berupa kehilangan perlekatan (clinical attachment loss – CAL), poket
periodontal, serta dapat disertai dengan adanya perdarahan gingiva. Gambaran
radiograf menunjukkan adanya kehilangan tinggi dan densitas tulang alveolar
sehingga terjadi peningkatan kedalaman probing, resesi, atau keduanya.
Pembentukan poket periodontal merupakan ciri klinis paling mendasar dari
penyakit periodontal dan didefinisikan sebagai pendalaman sulkus gingiva secara
patologis.
Poket diklasifikasikan menjadi dua, yaitu poket gingiva dan poket
periodontal. Poket gingiva atau pseudo-poket terbentuk akibat adanya pembesaran
gingiva akibat hiperplasia, edema, maupun obat-obatan atau hormon tanpa adanya
destruksi jaringan periodontal dibawahnya. Poket periodontal merupakan
pendalaman sulkus secara patologis yang sudah melibatkan kerusakan jaringan
periodontal pendukung gigi. Poket periodontal terbagi menjadi dua jenis, yaitu
poket supraboni dan poket infraboni. Poket supraboni merupakan kondisi dimana
dasar poket terletak lebih koronal dari tulang alveolar, sedangkan poket infraboni
merupakan kondisi dimana dasar poket berada di apikal tulang alveolar.

1.2 Poket Periodontal


Poket periodontal merupakan gambaran klinis dari penyakit periodontal atau
periodontitis. Periodontitis memiliki manifestasi klinis berupa kehilangan perlekatan
(clinical attachment loss – CAL), poket periodontal, serta dapat disertai dengan adanya
perdarahan gingiva. Kehilangan densitas dan tinggi tulang alveolar menyebabkan terjadi
peningkatan kedalaman probing, resesi, atau keduanya. Pembentukan poket periodontal
merupakan ciri klinis paling mendasar dari penyakit periodontal dan didefinisikan sebagai
pendalaman sulkus gingiva secara patologis.
Poket periodontal merupakan sebuah sulkus gingiva yang bertambah dalam secara
patologis. Poket periodontal dapat terjadi karena pergerakan tepi gusi kearah koronal,
migrasi junctional epithelium kearah apikal atau kombinasi keduanya, sehingga
pembentukan poket yang progresif menyebabkan destruksi jaringan periodontal
pendukung dan kehilangan serta ekspoliasi gigi. Penyebab utamanya adalah perluasan
inflamasi menyebabkan pendalaman secara patologis sulkus gingiva.
Poket diklasifikasikan menjadi dua, yaitu poket gingiva dan poket periodontal. Poket
gingiva atau pseudo-poket terbentuk akibat adanya pembesaran gingiva akibat
hiperplasia, edema, maupun obat-obatan atau hormon tanpa adanya destruksi jaringan
periodontal dibawahnya. Poket periodontal merupakan pendalaman sulkus secara
patologis yang sudah melibatkan kerusakan jaringan periodontal pendukung gigi. Poket
periodontal terbagi menjadi dua jenis, yaitu poket supraboni dan poket infraboni. Poket
supraboni (suprakrestal/supraalveolar) merupakan kondisi dimana dasar poket terletak
lebih koronal dari tulang alveolar, sedangkan poket infraboni (Infrabony, Subkrestal,
Intraalveolar) merupakan kondisi dimana dasar poket berada di apikal tulang alveolar,
dinding poket lateral terletak di antara permukaan gigi dan tulang alveolar.
Gambar 1. Klasifikasi Poket
Bagian gingiva yang berbatasan langsung di daerah leher gigi disebut tepi gingiva
atau free gingiva atau gingival margin, yang berukuran sekitar 1 mm. Daerah ini tidak
melekat kuat dengan tulang, didasarnya terdapat perlekatan epitel, dimana jaringan gusi
mulai melekat ke gigi dan menjadi dasar dari sulkus gingiva. Sulkus gingiva adalah celah
antara free gingiva dan gigi, kedalaman sulkus yang sehat umumnya tidak melebihi 2-3
mm. Apabila kedalaman dari sulkus gingival melebihi batas normal maka sudah
dikategorikan sebagai poket periodontal yang merupakan tanda klinis dari penyakit
jaringan periodontal (Periodontitis). Pada periodontal yang sehat kedalaman sulkus
gingva hanya 1-3 mm, pada keadaan penyakit periodontal, infeksi telah menghancurkan
sebagian besar tulang alveolar sehingga menyebabkan periodontitis. Jika poket antara
gigi dan gingival lebih dari 8 mm, maka dapat mengakibatkan gigi tanggal.
Poket periodontal terjadi disebabkan oleh mekanisme terjadinya penyakit
periodontal dimulai dari gingivitis yang berkelanjutan sampai pada peradangan yang
dapat membentuk poket ginggiva. Dengan terbentuknya poket maka kecenderungan
akumulasi plak pada ligkungan poket yang anaerob, hal ini mendorong pertumbuhan
organisme patologis yang sulit dihilangkan. Jika hal ini diabaikan akan menyebabkan
kerusakan periodontium berlanjut. Apabila plak masuk ke dalam sulkus gingiva, maka
plak tersebut sulit dijangkau dan dibersihkan sehingga plak yang berakumulasi di dalam
mulut akan mengalami mineralisasi membentuk karang gigi. Karang gigi tidak secara
langsung menjadi penyebab penyakit jaringan periodontal gigi, tetapi menjadi media
untuk bakteri yang menimbulkan peradangan, yang memicu terjadinya penyakit
periodontal.
Poket dapat meliputi satu atau dua atau lebih permukaan gigi yang berbeda
kedalamannya pada satu gigi, dan sisi proksimal pada satu ruang interdental. Klasifikasi
poket berdasar bentuk mengelilingi gigi : a. Simple pocket : hanya mengenai permukaan
gigi. b. Compound pocket : poket yang hanya mengenai 1 atau lebih permukaan gigi,
dimana besar poket berhubungan langsung dengan marginal gingiva masing-masing
permukaan yang terkena poket : bukal, distal, mesial, lingual pada satu gigi. c. Complex
pocket / spiral pocket / multiple pocket : berasal dari satu permukaan gigi dan sekelilling
gigi meliputi 1 atau lebih permukaan tambahan.

Gambar 2.
Klasifikasi Poket
Berdasar Bentuk Mengelilingi Gigi

1.3 Kuretase
Kuretase merupakan prosedur untuk menanggulangi faktor-faktor etiogenik
pada poket periodontal yang bertujuan menghilangkan lesi. Jaringan patogen dan
debris yang berada dalam poket periodontal harus segera dihilangkan sehingga
tidak meluas menjadi lebih parah, dan kuretase merupakan suatu perawatan
alternatif poket periodontal. Penanganan periodontitis kronis dengan melakukan
perawatan kuretase bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan terjadinya
poket periodontal serta memperbaiki perlekatan dan merangsang terbentuknya
perlekatan baru. Kuretase adalah prosedur untuk menyingkirkan jaringan
granulasi terinflamasi yang berada pada dinding poket periodontal. Kuretase
diperlukan terutama bila diharapkan terjadinya perlekatan gingiva baru pada poket
dengan cara membersihkan jaringan yang rusak, sementum nekrotik, serta
jaringan yang dapat mengiritasi gingiva yang merupakan dinding dari poket.
Prosedur perawatan kuretase dilakukan menggunakan kuret Gracey untuk
gigi posterior. Bagian yang tajam dari kuret Gracey di arahkan pada daerah epitel
sulkuler kemudian dilakukan pengerokan sepanjang jaringan lunak sehingga
jaringan granulasi seperti fibroblastik dan proliferasi angioblastik, serta kalkulus
yang berisi akumulasi bakteri dapat terangkat. Setelah dilakukan perawatan
kuretase akan terjadi proses perbaikan pada epitel sulkuler yang berlangsung
antara 2-7 hari, sedangkan untuk perbaikan epitel cekat terjadi selama 5 hari,
pengerutan margin gingiva terjadi selama 1 minggu dan penyembuhan sempurna
terjadi antara 2-3 minggu setelah kuretase. Penyembuhan tersebut dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti faktor sistemik, sistem kekebalan tubuh pasien, dan
kepedulian pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulutnya.
Tindakan reduksi poket periodontal secara bedah yang terbatas pada gingiva
tanpa melibatkan jaringan tulang dibawahnya diklasfikasikan menjadi dua
prosedur, yaitu kuretase gingiva dan gingivektomi. Kuretase merupakan sebuah
prosedur mengikis dinding gingiva pada poket periodontal untuk menghilangkan
jaringan lunak yang telah terinfeksi menggunakan kuret. Kuretase gingiva akan
meninggalkan lapisan jaringan penghubung gingiva sehingga terbentuk perlekatan
baru. Kuretase Gingiva yaitu membuang keradangan pada jaringan lunak yang
terletak lateral dinding poket yang dilakukan dengan gerakan horizontal stroke.
Kuretase Subgingiva yaitu menghilangkan epithel attachment, sehingga terjadi
luka baru, blood clot, re-attachment dengan gerakan vertical stroke.
Perawatan menggunakan metode kuretase gingiva masih menimbulkan pro
dan kontra. American Academy of Periodontology (AAP) melaporkan bahwa
tujuan kuretase adalah merangsang pembentukan perlekatan baru. Hasil yang
sering didapatkan adalah long junctional epithelium, yaitu suatu jaringan yang
tersusun atas epitel yang melekat pada basal lamina dan hemidesmosome bukan
suatu perlekatan baru (new attachment). Hasil ini juga didapatkan dengan hanya
melakukan scaling and root planing saja. Sejak tahun 1989, American Dental
Association (ADA) telah meniadakan kuretase sebagai salah satu perawatan
periodontitis. Studi oleh Smiley dkk. melaporkan bahwa perawatan dengan
scaling and root planing saja menghasilkan rata-rata penurunan CAL sebesar 0,5
mm.
BAB II
KASUS

2.1 Skenario Kasus

Pasien perempuan berusia 35 th datang dengan keluhan gusi bagian kanan


belakang terasa gatal, tidak nyaman, bengkak dan perdarahan gusi saat menyikat
gigi. Gusi berdarah sudah sejak kurang lebih enam bulan lalu. Pasien melakukan
pembersihan karang gigi kurang lebih 3 minggu lalu. Pada awalnya terdapat
karang gigi yang menumpuk hingga permukaan gigi tertutupi. Gusi sering
berdarah terutama saat menyikat gigi namun tidak pernah berdarah spontan.
Pasien kedokter gigi 3 minggu yang lalu untuk membersihkan karang giginya.
Pasien memiliki kebiasaan mengunyah satu sisi di sebelah kiri karena gigi
geraham bawah kanan telah dicabut 4 tahun lalu akibat berlubang besar. Pasien
menyikat gigi 2 x sehari. Pasien dan keluarga diketahui tidak memiliki penyakit
sistemik dan tidak pernah mengonsumsi obat secara rutin. Pasien jarang
mengonsumsi air putih yang cukup begitupun sayur dan buah. Pasien seorang ibu
rumah tangga yang memiliki kebiasaan tidur pukul 10 malam selama 6-7 jam
sehari.
Pada pemeriksaan umum dan ekstra oral tidak ditemukan kelainan.
Sedangkan dari hasil pemeriksaan intraoral ditemukan missing gigi 46. Gambran
klinis gingiva pada regio 16  berwarna kemerahan, Bleading On Probing (+),
Probing depth 4 mm pada sisi mesial bukal dan distal, Gingival Margin 2 mm
dibawah Cementoenamel Junction, Clinical Attachment Loss 6 mm pada bukal
dan distal. Sebelumnya sudah dilakukan tindakan scaling and root planning.
Status periodontal = severe. OHI sedang.

Diagnosis : Periodontitis Kronis Lokalisata

Etiologi : Bakteri, plak dan kalkulus

Sikap Pasien : Kooperatif


Prognosis : Baik

Rencana Perawatan :

1. Fase inisial : DHE dan SRP


2. Fase Bedah : Kuretase Gigi 16 dan Graft Gingiva 16
3. Fase Rekonstruktif : Gigi Tiruan 46
4. Fase Pemeliharaan : Pemeriksaan OHIS, Kondisi Gingiva, Evaluasi
Kesehatan Gigi Mulut 1x 6 bulan

2.2 Penatalaksanaan
Alat dan Bahan

Alat Bahan
 Diagnostic set  Larutan salin
 Probe  Kasa steril
 Scaller  Antiseptik (povidone iodine)
 Kuret gracey #11-12  Anastetikum (pehacain)
 Kuret gracey #7-8
 Kuret gracey #13-14
 Spuit 3 cc
 Spuit 10 cc

Tahapan Pekerjaan
Presurgical Consideration
1. Pemeriksaan lengkap pada medical history: pasien tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik.
2. Pengukuran tekanan darah sebelum dilakukan kuretase.
3. Pengisian informed consent.

Prosedur Kuretase
1. Disinfeksi area kerja (area gigi16) dengan povidone iodine.
2. Anestesi infiltrasi pada bagian bukal gigi 16
3. Melakukan scaling dan root planing pada gigi yang akan dikuret untuk
menghilangkan jaringan sementum nekrotik dan penghalusan akar.
4. Menggunakan kuret gracey #13-14 untuk permukaan distal, kuret #7-8
untuk permukaan vestibular dan kuret gracey #11-12 untuk permukaan
mesial. Setiap kuret bermata ganda yang diganti setiap perubahan sisi sesuai
jenisnya.
5. Kuret dipegang dengan cara pen grasp dan dimasukkan ke dalam poket
searah sumbu axis gigi sehingga menyentuh dinding dalam poket sampai
dasar poket (junctional epithelium).
6. Penyingkiran pocket dilakukan dengan cara menyelipkan kuret ke dalam
pocket sampai menyentuh epitel pocket dengan sisi pemotong diarahkan ke
dinding jaringan lunak. Permukaan luar gingiva ditekan dari arah luar
menggunakan jari dari tangan yang tidak memegang alat untuk support
jaringan gingiva sehingga meningkatkan keefektifan pemotongan jaringan
dengan kuret. Kuret digerakkan secara horizontal sepanjang dinding dalam
poket dilanjutkan dengan gerakan vertikal untuk menghilangkan jaringan
nekrotik.
7. Penyikiran junctional ephitelium. Kuret diselipkan ke daerah yang lebih
dalam sehingga melewati junctional ephitelium sampai ke jaringan ikat yang
berada di antara dasar pocket dengan krista tulang alveolar. Dengan Gerakan
seperti menyekop kearah permukaan gigi jaringan ikat tersebut
disingkarkan.
8. Penyingkiran secara tuntas semua epitel dan jaringan granulasi perlu
dilakukan beberapa kali kuret. Kuret dilakukan sampai terlihat darah segar
dan encer.
9. Irigasi area yang sudah dikuretase dan semua sisa jaringan dengan larutan
saline.
10. Jaringan ditekan dengan jari menggunakan kassa steril 1-3 menit untuk
memastikan jaringan beradaptasi dengan baik ke arah gigi.

Pemberian resep obat


R/ Tab Metronidazole 250 mg No. XV
s.3.d.d.tab I a.c
R/ Capl Asam Mefenamat 500 mg No. X
s.p.r.n.tab I max tdd p.c

Instruksi pasca dilakukan kuretase


- Jaga kebersihan rongga mulut dan berhati-hati ketika menyikat gigi
- Jangan makan dan minum selama 1 jam
- Gigi yang dikuret tidak digunakan untuk mengunyah dahulu selama 24 jam
- Hindari makanan panas
- Tidak boleh merokok karena dapat mengakibatkan terganggunya proses
perbaikan jaringan sehingga inflamasi berlangsung lebih lama
- Tidak boleh berkumur terlalu keras
- Minum obat dengan teratur
- Instruksikan untuk kontrol

Kunjungan II (Kontrol 1 Minggu)


1. Tanya keluhan pasien dan pola minum obat pasien
2. Lihat klinis gingiva, cek warna, konsistensi, adaptasi gingiva
3. Bersihkan dan irigasi dengan antiseptik di area bekas luka jika
terdapat debris
4. RKP
5. DHE
Kunjungan III (Kontrol 1 Bulan)
1. Tanyakan keluhan pasien
2. Periksa konsistensi, warna, tekstur, permukaan, kontur gingiva dan
adaptasi gingival
3. Periksa RKP dan probing depth
4. Profilaksis (brushing)
5. DHE
DAFTAR PUSTAKA

1.Carranza FA, Takei HH. 2012, Rationale for periodontal treatment. In:
Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical
Periodontology (11th ed). Elsevier Inc., W.B. Saunders Co, 2012; p. 387-91.

2. Hinrichs JE, Kotsakis G. Classification of diseases and conditions affecting the


periodontium. In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA,
editors. Carranza’s clinical periodontology. 12th ed. St. Louis (MO): Elsevier
Saunders; 2015. p. 45– 67.

3.Papapanou PN, Sanz M, Buduneli N, Dietrich T, Feres M, Fine DH, et al.


Periodontitis : Consensus report of workgroup 2 of the 2017 world workshop on
the classification of periodontal and peri-implant disease and conditions. J
Periodontol. 2018;89 (Suppl.1):S173–S182
DAFTAR HADIR DENTAL SIDE TEACHING
DEPARTEMEN PERIODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS ANDALAS

Hari/tanggal : Jumat/ 28 Januari 2022


Jam : 16.00-18.00 WIB
Preseptor : drg. Saidina Hamzah Daliemunthe, Sp. Perio (K)

Presentan
1. Nama Mahasiswa : Andwitya Prameshwari
No. BP : 2041412021
Topik : Gingivectomy
2. Nama Mahasiswa : Putri Habci Amran
No. BP : 2141412025
Topik : Kuretase

Audiens

1. Balinda Millenia Fitri Sahilla

2. Athiyya Husna

3. Kerin Irawan

4. Realina Asfia

5. Puan Maharani

6. Suci Ramadhani

7. Dian Syahira

8. Adinda Rizki Amalia

9. Brilian Venica

10. Sri Fadhilla Saragih

11. Victoria Surya Dharma

12. Aaron Michelle Duvali

13. Kuntum Khaira Ummah

14. Kennisa Shabila Risendy


Preseptor

drg. Saidina Hamzah Daliemunthe, Sp. Perio (K)


Lampiran

Anda mungkin juga menyukai