BAB I, II, III, IV Bismillah Minipro

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN MINI PROJECT

REVITALISASI “SAHABAT KB” DAN PROGRAM “SATE KB (SABTU RT/RW

BER-KB)” TINGKAT RT/RW di DESA PRAMBATAN LOR DALAM UPAYA

PENINGKATAN PROGRAM PELAKSANAAN KB DI WILAYAH PUSKESMAS

KALIWUNGU KABUPATEN KUDUS

Disusun oleh:

dr. Alya Putri Noormadianti

Pendamping:

dr. Aliyatunnajah

PUSKESMAS KALIWUNGU
KABUPATEN KUDUS

INTERNSIP DOKTER INDONESIA KABUPATEN KUDUS

PERIODE MEI 2021 - MEI 2022

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keluarga berencana adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera

dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan

yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran

seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Gerakan keluarga berencana diartikan sebagai upaya

peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui upaya pendewasaan usia perkawinan,

pengendalian kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan peningkatan kesejahteraan keluarga

dalam rangka melembagakan dan membudidayakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera .

Keluarga berencana pertama kali ditetapkan sebagai program pemerintah pada 29 Juni 1970,

bersamaan dengan dibentuknya Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

Pada tahun 2012 FP2020 Summit untuk Keluarga Berencana dilaksanakan di London untuk

merevitasisasi komitmen berbagai negara terhadap kebutuhan KB yang tidak terpenuhi. Sebagai

tindak lanjut FP2020 Summit dan komitmennya, komite nasional FP2020 terbentuk di Indonesia.

Komite ini dipimpin oleh BKKBN, UNFPA dan USAID yang kemudian digantikan oleh CanadaDi

dalam RPJMN, program KB disebutkan di arah kebijakan dan strategi sektor Kependudukan kan

Keluarga berencana dan sektor Kesehatan yang merupakan dua institusi utama yang menangani

program KB.
Data menunjukan bahwa tingkat penggunaan kontrasepsi dan kebutuhan KB yang tidak

terpenuhi (unmet need) di tingkat kabupaten/kota sangat bervariasi yang mengindikasi adanya

disparitas pelaksanaan program KB di berbagai wilayah yang menyebabkan sebagian kelompok

masyarakat tidak mendapatkan hak mereka. Tingkat komitmen yang bervariasi antar kabupaten/kota

dan sering terjadinya stock-out juga mempengaruhi ketersediaan kontrasepsi dan pelayanan KB. Arah

kebijakan, strategi, dan pedoman KB nasional memegang peranan penting dalam menentukan

bagaimana program KB dilaksanakan. Walaupun demikian, faktor sosial, budaya, dan ekonomi yang

juga mempengaruhi akses terhadap pelayanan KB dan memastikan apakah program tersebut

memenuhi hak individu dan keluarga. Dalam dua dekade terakhir terjadi stangnasi pada angka

penggunaan kontrasepsi dan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi di Indonesia.

Di Kabupaten Kudus peserta program Keluarga berencana (KB) menurut data BPS tercatat

dari tahun 2018-2020 mengalami peningkatan namun masih tergolong rendah. Data pasangan usia

subur tahun 2018 di kabupaten Kudus adalah 137. 473 dan yang mengikuti KB IUD adalah sebanyak

4.174, pada tahun 2019 jumlah PUS adalah 139.951 dan sebanyak 4.734 mengikuti KB IUD, dan

pada tahun 2020 sebanyak 142.797 PUS mengikuti KB IUD sebanyak 5.076. Data RISKESDAS

2013 menunjukkan bahwa Wanita usia 15-49 tahun dengan status kawin sebesar 59,3% menggunakan

metode KB modern (implant, MOW, MOP, IUD, Kondom, suntikan, pil). 0,4% menggunakan KB

tradisional (menyusui/MAL, pantang berkala/ kalender, sengaama terputus, lainnya), 24,7% tidak

menggunakan KB, dan 15,5% tidak pernah melakukan KB.

Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota

(Permenkes RI no 741/Menkes/Per/VII/2008), pelayanan program KB dimulai dari tingkat pelayanan

kesehatan pertama yaitu Puskesmas. Tujuan umum program KB di Puskesmas adalah meningkatnya

kesejahteraan keluarga dalam rangka terwujudnya norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera

(NKKBS) yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian
pertumbuhan penduduk. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah menyelenggarakan pelayanan

kontrasepsi yang lebih diarahkan pada metode kontrasepsi yang bersifat jangka panjang, yakni IUD

(Intra Uterine Device), susuk (implant), Metode Operasi Wanita (MOW), dan Metode Operasi Pria

(MOP) Kedua metode kontrasepsi ini dikenal dengan nama Metode Jangka Panjang (MJP).

Kegiatan program KB adalah:

a) Penyuluhan KB

b) Pengenalan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)

c) Pembinaan akseptor IUD, implan, suntik, dan kontap

d) Pelayanan medis

e) Pemeriksaan status kesehatan pasangan calon pengantin

f) Pemasangan alat kontrasepsi

g) Rujukan kasus yang tidak dapat ditangani oleh puskesmas

h) Pembinaan peran serta masyarakat.

Banyaknya penduduk yang masih belum mengikuti program KB tentu memberikan dampak

yang cukup besar, diantaranya adalah jumlah kelahiran yang tinggi yang tentu dapat meningkatkan

angka kematian ibu dan anak. Akibat lain yang ditimbulkan adalah tingginya angka kemiskinan dan

rendahnya pendidikan. Cakupan KB aktif tahun 2015 di Puskesmas Kelurahan Warakas mengalami

penurunan dibandingkan tahun 2013 dan 2014 (turun sekitar 15%). Perilaku wanita usia subur dalam

penggunaan KB dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki oleh wanita tersebut dan sikap yang

dimiliki terhadap penggunaan KB.BA

1.2. Pernyataan Masalah


1.2.1. Bagaimana tingkat pengetahuan pasangan usia subur mengenai metode KB?

1.2.2. Bagaimana sikap pasangan usia subur terhadap program KB?

1.2.3. Bagaimana program pelaksanaan akseptor KB terlaksana?

1.2.4. Bagaimana pemberdayaan kader KB ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengubah sikap pasangan usia subur yang enggan berKB.

1.3.2. Tujuan Khusus

a) Mengetahui gambaran pengetahuan pasangan usia subur mengenai metode KB.

b) Mengetahui gambaran sikap pasangan usia subur mengenai program KB.

c) Meningkatkan pengetahuan pasangan usia subur mengenai metode KB yang

tersedia

d) Menciptakan program pelayanan pemasangan KB tingkat RT/RW Desa Prambatan

Lor, Kaliwungu, Kudus

e) Memberdayakan Kader KB untuk membantu mensukseskan program KB

1.4. Manfaat

1.4.1. Penulis

a) Berperan serta dalam usaha peningkatan kesadaran masyarakat mengenai

pentingnya program KB dan peningkatan pelaksanaan program KB


b) Melatih penulis dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan seputar mitos/ fakta yang

dimiliki PUS mengenai KB dilapangan

c) Menambah pemahiran dalam pelaksanaan pemasangan KB

c) Untuk memenuhi salah satu tugas penulis dalam menjalankan program internsip

1.4.2. Puskesmas

a) Membantu memberikan konseling terhadap calon akseptor KB sebelum memilih

KB dipuskesmas

b) Membantu meningkatkan capaian KB aktif di Puskesmas Kaliwungu

1.4.3. Masyarakat

a) Membantu mensosialisasikan kepada masyarakat macam-macam metode KB yang ada

b) Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya program KB


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air

Susu Ibu (ASI). MAL sebagai kontrasepsi bila:

a) Menyusui secara penuh (full breast feeding)

b) Belum haid

c) Umur bayi kurang dari 6 bulan

Metode MAL Efektif sampai 6 bulan. Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode

kontrasepsi lainnya. Menyusui secara ekslusif merupakan suatu metode kontrasepsi sementara yang

cukup efektif, selama klien belum mendapat haid, dan waktunya kurang dari 6 bulan pascapersalinan.

Efektivitas dapat mencapai 98%. Efektif bila menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat

cukup asuhan per laktasi; ibu belum mendapat haid, dan dalam 6 bulan pasca persalinan.

2.1.1. Cara kerja:

Penundaan atau penekanan ovulasi.

2.1.2. Keuntungan kontrasepsi:

a) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pascapersalinan).

b) Segera efektif.

c) Tidak menggangu sanggama.


d) Tidak ada efek samping secara sistemik.

e) Tidak perlu pengawasan medis.

f) Tidak perlu obat atau alat.

g) Tanpa biaya.

2.1.3. Keuntungan Non-kontrasepsi

a) Untuk Bayi

1) Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindugan dari

ASI).

2) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh

kembang bayi yang optimal.

3) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain,

atau formula, atau alat minum yang dipakai.


2.9 Kerangka Teori

Faktor-faktor
KB
- Faktor
Ekonomi
Pengetahuan dan
- Faktor
sikap ber-KB
Budaya
- Faktor
Sosial

Dipengaruhi oleh Teori


L.Green
1. Faktor Predisposisi
2. Faktor Pemungkin
3. Faktor Penguat
BAB III

METODE

3.1. Definisi Operasional

Variabel bebas

Sahabat Kb adalah kader yang ditentukan oleh tenaga kesehatan untuk membantu

pelayanan KB

SATE KB adalah program pelayanan KB yang dilakukan setiap hari Sabtu tingkat

RT/RW Desa Prambatan Lor

Variabel Terikat

Setiap pasangan usia subur dan Wanita usia subur dari usia 14-49 tahun yang belum

menggunakan KB atau belum pernah ber-KB

3.2. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian experimental true-experimental yang bertujuan untuk

memberikan perubahan pengetahuan dan sikap pasangan usia subur mengenai metode KB di RT/RW

Desa Prambatan Lor

3.3. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Rumah Kader Desa Prambatan Lor dan Rumah ketua RW 04

Desa Prambatan Lor

3.4. Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1 September 2021 – 11 September 2021.


3.5. Sampel Pengumpulan Data

Sampel adalah sebagian atau populasi yang diteliti, apabila subjeknya kurang dari 100

maka lebih baik diambil semua hingga sampel penelitian menggunakan seluruh populasi.

Jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25%. Sampel pengumpulan data

Berjumlah orang. Adapun kriteria sampel adalah :

a) Kriteria Inklusi

1) Warga Desa Prambatan Lor

2) Wanita Usia Subur (14 – 49 tahun)

3) Status Kawin

4) Pasangan Usia Subur

b) Kriteria Eksklusi

1) Memiliki pasangan yang berusia <15 tahun atau >49 tahun

3. 6. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti

dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan mudah.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Kuesioner kepuasan penyuluhan dan data

pendaftaran pelayanan program KB.

3.7. Tehnik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dimulai dengan pelaksanaan program revitalisasi “SAHABAT KB” dan

pengumpulan data dari program “SATE KB (SABTU RT/RW Ber-KB) di Warga RT 09/RW 001, RT

07/RW 002, RT 08/RW 003, RT 09/RW 004.

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner kepuasan pemberian penyuluhan dan

pendataan pendaftaran pelayanan program KB. Dari data program tersebut, didapatkan sampel

penelitian. Kemudian dilakukan pengumpulan data dari sampel dengan kuesioner disertai pendataan

pendaftaran pelayanan program KB.

Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data dilakukan dari tanggal 11 September 2021.

3.7. Pengolahan Data dan Analisa Data

Untuk pengolahan data digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data

menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat

adalah dengan menggunakan analisa univariat. Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk

mengenali setiap variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas

kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang

berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.

3.8. Intervensi

Pada Mini-project kali ini mengacu pada Teori L.Green mengenai perubahan perilaku pada

sektor faktor Predisposisi (Predispocing factor) dan faktor Penguat (Reinforcement factor) dimana

kurangnya dukungan dari keluarga dan tokoh masyarakat maupun kader dapat mempengaruhi sikap

suatu Individu dan pada kali ini sangat berhubungan dengan faktor keberhasilan program KB. Metode

yang digunakan adalah :

1. Revitalisasi SAHABAT KB dengan memberikan komunikasi informasi dan edukasi

mengenai KB, jenis-jenis KB, tujuan KB


2. Komunikasi informasi dan edukasi yang dilakukan menggunakan alat penunjang Video dan

alat peraga KB

3. Komunikasi interaktif Mitos/ Fakta seputar KB

4. Program “SATE KB (Sabtu RT/RW ber-KB)” di desa Prambatan Lor yang dilaksanakan

setiap hari Sabtudi Puskesmas Kaliwungu dengan sasaran wanita usia subur mulai dari usia

14-59 tahun yang belum mendapatkan KB dan belum pernah melakukan KB agar dapat

meningkatkan cakupan pelayanan KB

5. Memberikan pelayanan pemasangan KB IUD gratis pada peserta PUS yang mempunyai

antusias tinggi

Desa yang terpilih untuk pengajuan program miniproject ini adalah Desa Prambatan Lor

dimana pelaksanaan program acceptor KB di Desa Prambatan Lor Menjadi Desa paling rendah di

antara Desa lain di area wilayah Kaliwungu, Kudus. Pengajuan program yang terdapat pada

miniproject diharapkan mampu memberikan kemudahan dan dapat mempengaruhi perubahan

perilaku individu terkhusus wanita pasangan usia subur yang belum mendapatkan KB dan belum

melakukan KB dapat melakukan program KB sesuai tujuan KB dan mampu menyukseskan program

Pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kudus.

Data cakupan pelayanan KB pada Puskesmas Kaliwungu mencakup capaian pada bulan

Januari-Maret berturut-turut yaitu 7745, 142, 145 dimana sasaran cakupan pelayanan KB mencapai

angka 11541. Target cakupan pelayanan KB yang ditargetkan puskesmas Kaliwungu pada tahun 2021

adalah 82%. Hasil perhitungan menunjukkan prosentase capaian komulatif cakupan pelayanan KB

pada tahun 2021 sebanyak 69,6% data menunjukkan bahwa prosentase ini masih berada dibawah

target dengan selisih sebesar 12,4%.


Data pelaksanaan program layanan KB aktif pada wilayah Puskesmas Kaliwungu pada

Pasangan Usia Subur pada bulan Juli berdasarkan Desa yaitu :

 Setrokalangan : Jumlah KB aktif sebesar 342 dengan prosentase 73,23%

 Garung Kidul : Jumlah KB aktif sebesar 488 dengan prosentase 75,89%

 Kedung Dowo I : Jumlah KB aktif sebesar 765 dengan prosentase 75,37

 Kedung Dowo II : Jumlah KB aktif sebesar 689 dengan prosentase 70,45%

 Mijen I : Jumlah KB aktif sebesar 816 dengan prosentase 78,16%

 Mijen II : Jumlah KB aktif sebesar 547 dengan prosentase 71,60%

 Karangampel : Jumlah KB aktif sebesar 819 dengan prosentase 73,85%

 Garung Lor I : Jumlah KB aktif sebesar 544 dengan prosentase 73,22%

 Garung Lor II : Jumlah KB aktif sebesar 416 dengan prosentase 71,72%

 Prambatan Lor : Jumlah KB aktif sebesar 1160 dengan prosentase 69,75%

 Prambatan Kidul : Jumlah KB aktif sebesar 1010 dengan prosentase 76,28%

 Bakalan Krapyak : Jumlah KB aktif sebesar 886 dengan prosentase 73,16%

Pemilihan Desa yang menjadi populasi terjangkau berdasarkan rumus Jumlah KB aktif ÷ Jumlah PUS

× 100% dan pada hasil perhitungan tersebut diperoleh hasil Desa Prambatan Lor yang mendapatkan

hasil prosentase yang paling rendah.

Melalui pengajuan Miniproject pengadaan Program “Sahabat KB dan SATE KB (Sabtu

RT/RW ber-KB)” mampu meningkatkan pelaksanaan program acceptor KB pada wanita pasangan

usia subur dan mempu membantu program Pemerintah dalam menekan laju pertumbuhan penduduk.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHAN

4.1 Data Geografis

Kabupaten Kudus merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah terletak

diantara 110 º 35’ dan 110 º 50’ BT (Bujur Timur) serta 6 º 51 dan 7 º 16 ’ LS (Lintang Selatan) juga

4 (empat) Kabupaten dengan luas wilayah 425,165 Km2 yang terbagi atas 9 Kecamatan, 123 Desa

dan 9 Kelurahan dengan batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Kabupaten Jepara dan Pati

 Sebelah Timur : Kabupaten Pati

 Sebelah Selatan : Kabupaten Grobogan dan Pati

 Sebelah Barat : Kabupaten Demak dan Jepar


Puskesmas di Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus menurut Kecamatan:

1. Kecamatan Kaliwungu

a. UPT Puskesmas Kaliwungu : Kaliwungu Raya kudus Jepara No.280 Kaliwungu Kudus

b. UPT Puskesmas Sidorekso : Kaliwungu Ds. Sidorekso Kaliwungu Kudus

2. Kecamatan Kota

a. UPT Puskesmas Wergu Wetan : Komplek Gor Wergu Wetan Kota Kudus

b. UPT Puskesmas Purwosari : Ganesa No.18 Purwosari Kota Kudus

c. UPT Puskesmas Rendeng : Cendono No.1c, Rendeng Kota Kudus

3. Kecamatan Jati

a. UPT Puskesmas Jati : Jl.Kresna No.156 Jati Kudus

b. UPT Ngembal Kulon Kudus : Jl.Soekarno Hatta, Ngembal Kulon Jati Kudus

4. Kecamatan Undaan

a. UPT Puskesmas Undaan : Undaan Purwodadi, Undaan Kudus

b. UPT Puskesmas Ngemplak : Jl. Kudus- Purwodadi Km. 6 Ngemplak Undaan Kudus

5. Kecamatan Mejobo

a. UPT Puskesmas Mejobo : Jl.Kesambi Raya Mejobo Kudus

b. UPT Puskesmas Jepang : Jl.Budi Utomo Jepang Mejobo Kudus


6. Kecamatan Jekulo

a. UPT Puskesmas Tanjungrejo : Jl. Bareng- Colo Tanjungrejo Kudus

b. UPT Puskesmas Jekulo : Jl. Pati – Kudus Jekulo Kudus

7. Kecamatan Bae

a. UPT Puskesmas Bae : Jl. Bae – Colo no.5 Bae Kudus

b. UPT Puskesmas Dersalam : Dersalam – UMK Bae Kudus

8. Kecamatan Dawe

a. UPT Puskesmas Dawe : Lapangan cendono Dawe Kudus

b. UPT Puskesmas Rejosari : Jl.Dawe – Bareng – Colo Km.13 Rejosari Kudus

9. Kecamatan Gebog

a. UPT Puskesmas Gribig : Gebog Raya Besito No.71 Gribig Kudus

b. UPT Puskesmas Gondosari : Jl.Rahtawu Raya no.03 Gondosari Gebog

Letak Kabupaten Kudus sangat strategis, yaitu berada di persimpangan antara Surabaya-

Semarang, Jepara-Surabaya-Jakarta. Ketinggian rata-rata 55 m di atas permukaan laut, beriklim

tropis dan bertemperatur sedang berkisar 19,1° C s.d 30,7° C, dengan kelembaban rata-rata

bervariasi dari 71,8 % s.d 87,9%, sedangkan jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Maret yaitu

21 hari dengan curah hujan tertinggi 432 mm. Curah hujan di Kabupaten Kudus relatif rendah, rata-

rata dibawah 2.000 mm/tahun dan berhari hujan rata-rata 97 hari/tahun. Pola penggunaan tanah

pada wilayah Kabupaten Kudus dapat diperinci menjadi :

 Lahan Sawah : 20.629 Ha


 Bukan Lahan Sawah : 7.637 Ha

 Bukan Lahan Pertanian : 14.250 Ha

4.2 Kependudukan

Menurut data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kudus, jumlah penduduk Kabupaten

Kudus Tahun 2013 tercatat 797.003 terdiri dari laki-laki 394.381 jiwa dan perempuan 402.620

jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Kudus pada tahun 2012 sebesar 791.891 jiwa, sedang pada

tahun 2013 menjadi 797.003 jiwa sehingga terjadi pertambahan penduduk sebesar 5.112 jiwa (0,64

%). Adapun komposisi penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten Kudus tahun 2013 seperti

terlihat pada tabel 2 di bawah ini :

Dilihat dari susunan penduduk tersebut di atas, jenis penduduk Kabupaten Kudus masih

tergolong jenis penduduk muda (usia produktif) dimana jumlah penduduk umur antara 15-64 tahun

mencapai 496.222 jiwa (62,26 %) yaitu lebih dari 50 % dari jumlah penduduk seluruhnya. Sedang

kelompok usia 0 -14 Tahun berjumlah 270.858, dan kelompok usia 65 sampai lebih dari 70 Tahun

berjumlah 29.924. Usia Produktif dibanding dengan non produktif : 300.782: 496.222= 0,61. Di
Kabupaten Kudus pada tahun 2014 angka beban ketergantungan sebesar 61 %, hal ini berarti bahwa

setiap 100 orang produktif harus menanggung 61 orang yang tidak produktif atau setiap satu orang

produktif harus menanggung 2 orang yang tidak produktif. Makin besar ratio ketergantungan

(dependency ratio) berarti makin besar tanggungan bagi kelompok usia produktif.

Tinggi rendahnya angka ketergantungan dapat digolongkan menjadi 3 : Rendah ( < 30),

sedang (30-40) dan tinggi (>40). Kabupaten Kudus termasuk mempunyai Dependency ratio yang

tinggi.

4.3 Gambaran sikap terhadap penggunaan KB

a) Gambaran sebelum diberikan penyuluhan

Cakupan KB di Kabupaten Kudus dalam bulan Desember 2012 sesuai data dari BPMPKB

Kabupaten Kudus berhasil membina keluarga yang menjadi peserta KB Aktif (PA) sebanyak 118.707

dari PUS sebanyak 144.149. Dari jumlah total PA tersebut, menurut metode kontrasepsi yang

digunakan oleh PUS, terdiri sebagai berikut:

 IUD : 8.193

 MOW : 2.684

 MOP : 1.279

 KONDOM : 2.164

 IMPLANT : 9.533

 SUNTIK : 70.034

 PIL : 24.820

Untuk tahun 2019 Jumlah peserta program keluarga berencana (KB) aktif per Oktober 2018 di

Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, mencapai 91.750 akseptor atau 66,91 persen dari total pasangan usia

subur (PUS) sebanyak 137.118 pasangan. Sementara jumlah peserta KB paling sedikit, yakni di
Kecamatan Kota tercatat 7.368 akseptor. Metode kontrasepsi yang diminati masyarakat, yakni jenis

IUD, implant, medis operasi wanita (MOW), medis operasi pria (MOP), suntik, pil, dan kondom.

Jenis kontrasepsi yang paling banyak diminati, yakni KB suntik dengan jumlah peminat mencapai

69.997 orang, disusul pil sebanyak 9.915 orang, dan paling sedikit KB jenis MOP atau vasektomi.

Sementara jumlah peserta KB baru hingga bulan Oktober 2018 tercatat sebanyak 15.896 orang atau

79,66 persen dari target perkiraan permintaan masyarakat (PPM) yang dipatok oleh BKKBN.

Data di puskesmas pada bulan Juli 2021 untuk penggunaan KB diprosentasikan sebagai

berikut

KB aktif Komplikasi Kegagalan Drop Out PUS miskin KB PUS 4T berkB

b) Gambaran sesudah diberikan penyuluhan


BAB V

DISKUSI

Penelitian dilakukan pada wanita usia subur dirumah kader bersamaan dengan kegiatan

Posyandu Desa Prambatan Lor dan Rumah Ketua RW 04 Desa Prambatan Lor Kelurahan

Kaliwungu. Pelaksanaan penelitian dimulai dari tanggal 1 September 2021 dan 16 September 2021.

5.1 Gambaran Pengetahuan Wanita Usia Subur Mengenai Metode KB

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang berpengetahuan baik

sejumlah responden () sisanya berpengetahuan kurang sejumlah responden (). Hal ini menunjukan

bahwa sebagian besar wanita usia subur belum mempunyai pengetahuan baik dan mengerti tentang

metode KB yang ada dalam upaya menunda kehamilan. Sebagian penderita takut akan efek

samping dari KB. Beberapa juga tidak mengetahui bahwa terdapat alat kontrasepsi non hormonal

sebagai alternatif seperti IUD dan kondom. Kurangnya pengetahuan responden ini dapat

disebabkan beberapa faktor antara lain: rendahnya tingkat pendidikan responden, kurangnya

keaktifan responden dalam mengikuti penyuluhan kesehatan yang diadakan oleh petugas kesehatan

setempat, responden enggan melakukan konseling KB sebelum melakukan pemilihan KB, dan

adanya info simpang siur dari orang sekitar.

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni

: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar berpengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu

tindakan karena dari pengalaman dan penelitian yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng

dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.


Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2002) peningkatan pengetahuan mempunyai

hubungan yang positif dengan perubahan variabel perilaku. Pengetahuan dapat diperoleh dari

tingkat pendidikan seseorang realitas cara berfikir dan ruang lingkup jangkauan berfikirnya

semakin luas.

5.2 Gambaran Sikap Wanita Usia Subur Terhadap Penggunaan KB

Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang memiliki sikap positif dalam

penggunaan KB berjumlah responden () dan responden yang memiliki sikap negatif dalam upaya

mencegah kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah responden () Hal ini menununjukan bahwa

sikap responden masih negatif meskipun masih ada 5 responden yang mempunyai sikap positif.

Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:

Pengetahuan yang kurang tentang metode KB yang tersedia, beredarnya informasi

mengenai KB yang tidak jelas keabsahannya, dan adanya larangan penggunaan KB dari orang

sekitar.

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan salah satu domain perilaku kesehatan yang

dapat diartikan sebagai suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup suatu

stimulus/objek. Sedangkan menurut Newcomb (Notoatmodjo, 2003) sikap merupakan kesiapan

atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu sikap belum

otomatis terwujud dalam bentuk praktek (overt behavior) untuk terwujud suatu sikap agar menjadi

perbuatan nyata (praktek) diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan

antara lain fasilitas dan dukungan keluarga.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

a) Wanita usia subur yang memiliki pengetahuan baik mengenai metode KB

berjumlah orang atau hanya dan sisanya yang berpengetahuan kurang sebanyak

orang atau

b) Wanita usia subur yang memiliki sikap baik terhadap penggunaan KB berjumlah

orang atau ,sedangkan yang memiliki sikap buruk berjumlah orang atau

c) Setelah konseling, jumlah wanita usia subur berpengetahuan baik meningkat

menjadi orang, atau , sedangkan yang masih berpengetahuan kurang orang atau.

Jumlah peserta yang memiliki sikap baik juga meningkat menjadi orang atau.

6.2.1. Untuk Masyarakat

1) Diharapkan masyarakat lebih aktif dalam mengumpulkan informasi

mengenai KB

2) Melakukan cross check dengan petugas kesehatan mengenai keraguan,

ataupun informasi yang simpang siur mengenai KB

6.2.2. Untuk Puskesmas

1) Diharapkan untuk melakukan penyuluhan rutin mengenai KB

2) Melakukan penilaian mengenai efektifitas penyuluhan yang telah dilakukan

6.2.3. Untuk Peneliti Selanjutnya

Melakukan sosialisasi yang lebih terencana atau memilih metode yang lebih
baik untuk menurunkan drop out peserta dan meningkatkan pengetahuan maupun

sikap terhadap penggunaan KB.

Anda mungkin juga menyukai