Linda - LP Keluarga Pada Balita

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TAHAP


PERKEMBANAN ANAK BALITA

Disusun Oleh :

LINDA MARJULEN IRIATI YAKU

SN211080

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TAHAP
PERKEMBANAN ANAK BALITA

A. PENGERTIAN
Menurut Agadilopa M Marandika (2019), keluarga adalah unit terkecil
dalam masyarakat. Ada beberapa ahli menguraikan pengertian tentang
keluarga sesuai dengan perkembangan sosial yang terjadi di masyarakat.
Beberapa ahli tersebut diantaranya sebagai berikut :
1. Marilyn M. Friedman (1998) yang menyatakan bahwa keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan
aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga.
2. Duval dan Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan kelahiran dan adopsi yang
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari
tiap anggota keluarga.
3. Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) menjelaskan bahwa
keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.

Menurut Agadilopa M Marandika (2019), dari ketiga pengertian para


ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah
sebagai berikut:
1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial seperti peran suami, istri, anak, kakak dan adik
Mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisik psikologis dan sosial anggota keluarga
yang lain.

Uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu


sistem. Sebagai system, keluarga mempunyai anggota yaitu ayah, ibu dan
anak atau semua individu yang hidup di dalam rumah tangga tersebut.
Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi
untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem yang terbuka
sehingga dapat dipengaruhi oleh supra-sistemnya seperti lingkungan
(masyarakat). Sebaliknya, sebagai subsistem dari lingkungan masyarakat,
keluarga dapat mempengaruhi masyarakat (supra-sistem), (Agadilopa M
Marandika. 2019).
Di dalam keluarga yang memiliki anak usia batita maupun balita
membutuhkan perhatihan khusus, karena 1000 hari pertama kehidupan
merupakan masa – masa terbentuknya organ – organ penting didalam tubuh
bayi atau anak. Untuk itu orang tua perlu wasapa dengan situasi dan kondisi
anak – anak yang berusia 5 tahun ke bawah. Dalam asuhan keperawatan
praktikan mengambil keluarga dengan anak batita.
Toodler atau batita merupakan anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun),
dimana pada periode ini anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu
bekerja dan mengontrol orang lain melalui penolakan, kemarahan, dan
tindakan keras kepala. Pada periode ini adalah periode pertumbuhan dan
perkembangan anak berkembang secara optimal, (Kandiningsi Sri. 2021).

B. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Pasangan baru atau keluarga baru
Keluarga baru dimulai pada saat masing – masing individu, yaitu suami
dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing – masing. Tugas pengkembangan
keluarga pada tahap ini antara lain :
 Membina hubungan intim dan kepuasan bersama
 Menetapkan tujuan bersama
 Membina hubungan dengan keluarga yang lain,teman dan kelompok
sosial.
 Merencanakan anak
 Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.
2. Keluarga dengan kelahiran anak pertama
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30
bulan. Tugas perkembangan pada masa ini adalah :
 Persiapan menjadi orang tua
 Membagi peran dan tanggung jawab
 Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan.
 Mempersiapkan biaya atau dana child bearing.
 Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
 Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
 Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah sebagai
berikut :
 Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
 Membantu anak untuk bersosialisasi
 Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi
 Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga.
 Pembagian waktu individu, pasangan dan anak.
 Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
 Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada
usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah :
 Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar.
 Tahap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan.
 Mendorong anak untuk mencapai perkembangan daya intelektual.
 Menyediakan aktifitas untuk anak
 Menyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan mengikut sertakan
anak.
5. Keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhit sampai pada usia 19 – 20 tahun, pada saat anak meninggalkan
rumah orang tuanya. Tahap perkembangan pada masa ini adalah :
 Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat
otonominya.
 Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarganya.
 Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
 Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
6. Keluarga dengan anak dewasa
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahap ini tergantung pada banyaknya anak dalam keluarga atau jika anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
 Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
 Mempertahankan keintiman pasangan
 Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan
memasuki masa tua
 Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak
 Menata kembali failitas dan sumber yang ada pada keluarga
 Berperan sebagai suami, istri, kakek, dan nenek.
7. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada tahap ini
semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus untuk
mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas. Tugas
perkembangan pada tahap ini adalah :
 Mempertahankan kesehatan
 Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam art
mengelolah minat sosial dan waktu santai.
 Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua
 Keakraban dengan pasangan
 Memelihara hubungan / kontak dengan anak dan keluarga
 Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban
pasangan.
8. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir pekembangan keluarga dimulai saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Tahap perkembangan
pada tahap ini adalah :
 Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
 Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapat.
 Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
 Mempertahankan hubungan anak dan sosial masyarakat.
 Melakukan life review.
 Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian,
(Harmoko. 2012).

C. POLA DAN PROSES KOMUNIKASI KELUARGA

D. STRUKTUR PERAN KELUARGA


Struktur Keluarga menurut Agapito (2012) dalam Agadilopa M
Mirandika (2019). Dominasi jalur hubungan darat.
1. Patrilineal
Keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur garis keturunan
ayah. Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga
patrilineal.
2. Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis keturunan
ibu. Suku Padang merupakan salah satu contoh suku yang menggunakan
struktur keluarga matrilineal.

Sementara itu menurut Hetharia Meiske dkk (2016) Adapun macam-


macam Struktur Keluarga diantaranya adalah :
1. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudarasedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusunmelalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudarasedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusunmelalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal, adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersamakeluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal, adalah sepasang suami-istri yang tinggal bersamakeluarga
sedarah suami.
5. Keluarga Kawin, adalah hubungan suami-istri sebagai dasar
bagipembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadibagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang


dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapanharapan. Peran
keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam
kontks keluarga, jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat prilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi
dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan
dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat, (Kandiningsih
Sri. 2021).
Menurut Nasrul Effendi tahun 1998 dalam Agadilopa M Mirandika
(2019) Peran Formal dalam Keluarga adalah:
1. Peran sebagai ayah.
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anaknya yang berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman juga
sebagai kepala keluarga anggota kelompok sosial serta anggota
masyarakat dan lingkungan.
2. Peran sebagai ibu.
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus
rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung
dan salah satu anggota kelompok sosial serta sebagai anggota masyarakat
dan lingkungan di samping dapat berperan pula sebagai mencari nafkah
tambahan keluarga.
3. Peran sebagai anak.
Anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual

E. FUNGSI KELUARGA
Lima fungsi keluarga menurut M.Friedman (1998) dalam adalah sebagai
berikut :
1. Fungsi Afektif (affective function)
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif, perasaan memiliki perasaan yang
berarti dan merupakan sumber kasih sayang dan reinforcement. Hal
tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan berhubungan
dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan
fungsi afektif seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep
diri yang positif. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang
menentukan kebahagiaan keluarga. Perceraian atau masalah keluarga
sering timbul sebagai akibat tidak terpenuhinya fungsi afektif
2. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi (Socialization and Social
Placement Function)
Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan
kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi
keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antara anggota keluarga yang ditujukan dalam
sosialisasi. Anggota keluarga belajar tentang disiplin, norma-norma,
budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
3. Fungsi reproduksi (reproductive function)
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah
sumber daya manusia. Dengan adanya program Keluarga Berencana,
maka fungsi ini sedikit terkontrol. Di sisi lain, banyak kelahiran yang
tidak diharapkan atau di luar ikatan perkawinan sehingga lahirlah
keluarga baru dengan satu orang tua.
4. Fungsi ekonomi (economic function)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat
mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan
dan memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian dan rumah.
Fungsi ini sukar dipenuhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (health care function)
Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Kemampuan keluarga dalam memberikan
perawatan kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga. Bagi
tenaga kesehatan keluarga yang profesional, fungsi perawatan kesehatan
merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga. Untuk
menempatkannya dalam perspektif fungsi ini merupakan salah satu
fungsi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan kebutuhan fisik seperti
makan, pakaian, tempat tinggal dan perawatan kesehatan. Keluarga
menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan memelihara
kesehatan. Keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan. keluarga pula yang menentukan kapan anggota
keluarga yang terganggu meminta pertolongan tenaga profesional.
Kemampuan keluarga memberikan asuhan keperawatan memengaruhi
tingkat kesehatan keluarga dan individu. tingkat pengetahuan keluarga
tentang sehat-sakit juga memengaruhi perilaku keluarga menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga.
F. STRESS DAN KOPING KELUARGA
Menurut Friedman (2010), proses dan strategi koping keluarga
berfungsi sebagai proses atau mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi
keluarga. Tanpa koping keluarga yang efektif, fungsi afektif, sosialisasi,
ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak dapat dicapai secara adekuat.
Stresor dibagi menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Stresor
jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu 6 bulan. Stresor jangka panjang, yaitu stresor yang
saat ini dialami yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan,
(Kandiningsih Sri. 2021).

G. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


1. Pengkajian
Pengkajian Keluarga merupakan suatu tahapan dimana perawat
dimana suatu perawat mengambil informasi dari keluarga dengan
pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa,
sehingga dapat di ketahui kebutuhan keluarga yang di binanya. Metode
dalam pengkajian bisa melalui wawancara, observasi vasilitas dan
keadaan rumah, pemeriksaan fisik dari anggota keluarga. Proses
pengkajian keluarga ditandai dengan pengumpulan informasi yang terus
menerus dan keputusan profesional yang mengandung arti terhadap
informasi yang dikumpulkan. Dengan kata lain, data dikumpulkan secara
sistematik menggunakan alat pengkajian keluarga, kemudian
diklasifikasikan dan di analisis menginterpretasikan artinya, (freedman.
2015). Status keluarga adalah :

a. Struktur dan karakteristik keluarga.


b. Sosial, ekonomi, dan budaya
c. Faktor lingkungan
d. Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga.

2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Muncul


a. Ketidakmampuan koping keluarga
b. Penurunan koping keluarga
c. Manajemen kesehatan kelaurga tidak efektif
d. Defisit pengetahuan
3. Tujuan Dan Kriteria Hasil
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
1 Manajemen kesehatan tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan
efektif selama 2 x 15 menit maka manajemen
kesehatan membaik dengan kriteria
hasil sebagai berikut (L.12104) :
a. Melakukan tindakan untuk
mengurangi faktor resiko.
b. Menerapkan program perawatan
c. Aktivitas hidup sehari – hari efektif
memenuhi tujuan kesehatan.

2 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 2 x 15 menit maka tingkat
pengetahun meningkat dengan kriteria
hasil sebagai berikut (L.12111) :
a. Perilaku sesuai anjuran meningkat
b. Kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang suatu topik
meningkat.
c. Kemampuan menggambarkan
pengalaman sebelumnya yang
sesuai dengan topik.
d. Perilaku sesuai dengan
pengetahuan.
4. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
1 Manajemen kesehatan keluarga Edukasi Kesehatan (I.12383) :
tidak efektif 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi.
2. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan.
4. Berikan kesempatan untuk bertanya.
5. Jelaskan faktor resiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
2 Defisit pengetahuan Edukasi Nutrisi Bayi (I.12397) :
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
ibu atau pengasuh menerima
informasi.
2. Identifikasi kemampuan ibu atau
pengasuh menyediakan nutrisi.
3. Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan.
4. Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan.
5. Berikan kesempatan kepada ibu atau
pengasuh untuk bertanya.
6. Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat, misalnya cuci tangan sebelum
dan sesuadah makan.
7. Ajarkan cara memilih makanan sesuai
usia bayi.
5. Evaluasi
Evaluasi Keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi
kebutuhan klien. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
menilai tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan. Penilaian keberhasilan adalah tahap yang
menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan
tujuan, apabila dalam penilaian ternyata tujuan tidak tercapai, maka perlu
dicari penyebabnya, (Sitanggang Rahmatia.2017).
DAFTAR PUSTAKA

1. Agadilopa M Marandika.2019. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Perawatan Diri Pada Anak Usia sekolah ( 7 – 12 tahun) di SDN 03
Daosan Lor Kecamatan Ngrayu Kabupaten Ponorogo.
2. Duvall & Logan. (1986). Marriage & Family Development. New York :
Harper & Row Publisher. Edition, ST. Louis: Mosby Elsevier, Inc
3. Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan
Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
4. Freedman. (2015, Oktober 22). PENGKAJIAN ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA.
5. Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga Yogjakarta: Pustaka
Pelajar.
6. Hetharia Meiske dkk. 2016. Asuhan Keperawatan Keluarga.
https://www.academia.edu/31213359/MAKALAH_KELUARGA_FAMIL
Y_pdf
7. Kandiningsi Sri. 2021. Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Anak Usia
Batita Di Wilayah Kerja Puskesmas Baru Tengah Tahun 2021.
http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/1510/1/43.%20SRI
%20KANDININGSIH%20P07220118104.pdf
8. Setiana A Indra. 2016. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalh
TBC Pada Keluarga Tn.S Di Desa Srowot RT.01/RW.03 Kecamatan
Kalibagor Kabupaten Banyumas.
http://repository.ump.ac.id/1084/1/INDRA%20 AMARUDIN
%20SETIANA%20COVER.pdf
9. Sitanggang Rahmatia. 2017. Tujuan Evaluasi Dalam Keperawatan
file:///C:/Users/USER/Downloads/TUJUAN%20EVALUASI
%20DALAM%20KEPERAWATAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai