DUMINANGA Files 20200910163352
DUMINANGA Files 20200910163352
DUMINANGA Files 20200910163352
Oleh:
Djauhari Noor *)
Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknik – Universitas Pakuan
Abstract
Tujuan penelitian geologi dan mineralisasi sulfida di daerah Duminanga dan sekitarnya, Kecamatan
Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara adalah untuk mengetahui tatanan
geologi daerah penelitian yang mencakup geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan
mineralisasi sulfida yang terdapat di daerah penelitian
Metodologi penelitian yang dipakai dalam penelitian dan pemetaan geologi daerah Duminanga dan
sekitarnya, Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ini meliputi 3 tahap, yaitu: (1).
Tahap Studi Literatur; (2). Tahap Pekerjaan Lapangan; (3). Tahap Pekerjaan Laboratorium dan Studio dan
Penulisan Laporan.
Hasil yang dicapai dalam penelitian di daerah Duminanga dan sekitarnya, Kecamatan Bolaang Uki,
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara adalah sebagai berikut:
Geomorfologi daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu: (1).
Satuan geomorfologi perbukitan gunungapi; (2). Satuan Perbukitan Batugamping; dan (3). Satuan Dataran
Aluvial. Pola aliran sungai yang terdapat di daerah penelitian berpola dendritik yang dikontrol oleh jenis litologi
yang homogen.
Tatanan batuan dari tua ke muda adalah: (1). Satuan Batuan Breksi, Tufa dan Lava (Batuan Gunungapi
Belungala yang berumur Miosen Awal - Miosen Akhir dan diendapkan pada lingkungan darat; (2).Satuan
Batugamping Terumbu yang diendapkan pada Akhir Plistosen - Holosen di lingkungan laut dangkal; (3). Satuan
Aluvial Sungai merupakan satuan termuda di daerah penelitian berupa material lepas berukuran lempung hingga
bongkah.
Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian berupa struktur kekar dan sesar. Adapun kekar-kekar
yang dijumpai berupa kekar gerus dengan arah umum Baratlaut - Tenggara dan Baratdaya - Timurlaut. Kekar
tarik berarah Utara - Selatan. Struktur patahan yang dijumpai berupa Sesar Geser Jurus Tangagah-1, Sesar Geser
Jurus Tangagah-2; Sesar Geser Jurus Tangagah-3, Sesar Geser Jurus Dudepo, Sesar Geser Jurus Ponii.
Keseluruhan struktur geologi yang ada terjadi pada kala Pliosen - Plistosen.
Zona ubahan hidrotermal yang terdapat di daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) zona,
yaitu: (1). Zona Ubahan Silisifikasi dan (2). Zona Ubahan Propilitik. Mineralisasi sulfida yang terdapat di
daerah penelitian bertipe endapan epithermal dan terjadi pada purna magmatik (post-magmatic) kala Miosen
Akhir - Pliosen. Berdasarkan genesa pembentukan endapan hidrotermal di daerah penelitian merupakan
endapan hidrotermal tipe porphyry Au-Ag.
________________________________________________________________________________________
2.4.4 Aletrasi dan Mineralisasi Daerah b. Sebaran Zona Ubahan Silisifikasi Daerah
Penelitian Penelitian
Pada peta zona ubahan dan mineralisasi, zona
Alterasi hidrotermal pada suatu daerah tertentu ubahan silisifikasi tersebar secara merata di daerah
akan mempunyai karakteristik tersendiri. Didaerah penelitian zona ini tersebar hampir diseluruh bagian
penelitian sumber panas yang memicu hadirnya daerah penelitian pada satuan batuan breksi, tufa
fluida hidrothermal diperkirakan berasal dari dan lava. Di lokasi ini batuan tufa telah mengalami
larutan hidrotermal yang menerobos batuan. Batuan ubahan silisifikasi dengan hadirnya mineral-
yang terdapat di daerah penelitian dijumpai mineral ubahan silika sebagai mineral ubahan. Pada
sebagian dalam keadaan telah teralterasi dan ada zona ubahan silisifikasi ini dijumpai mineral-
juga yang tidak teralterasi. Mineral-mineral ubahan mineral logam berupa kalkopirit, magnetit, bornit
yang dapat diamati antara lain mineral-mineral dan pirit.
kuarsa, lempung, pyrite, magnetit, rutile, serisit, Penyebaran zona ini diduga dikontrol oleh
epidot, bornit, dan klorit. pola kekar yang terdapat di daearah ini sehingga
Pengelompokan zona ubahan hidrotermal di ubahan silisifikasi penyebaranya cenderung
daerah penelitian mengacu pada klasifikasi yang mengikuti pola kekar yang ada
dibuat Leach (1998). Dengan cara mengom c. Pembahasan
binasikan data hasil pengamatan lapangan, analisa Zona ubahan silisifikasi yang terdapat pada
petrografi, dan analisis mineral ubahan pada batuan tufa umumnya didominasi oleh mineral
contoh-contoh batuan yang diambil. Peta zona ubahan silika. Kenampakn fisik batuan tufa yang
ubahan dan mineralisasi di daerah penelitian (lihat terubah berwarna putih kecoklatan. Zona ubahan
silisifikasi dicirikan oleh kumpulan mineral silika biotit mengalami perubahan menjadi klorit dengan
dan mineral lempung.Secara mineragrafi, pada atau tanpa karbonat.
zona ubahan silisifikasi terdapat mineral-mineral
logam yaitu: Pada pengamatan lapangan, batuan yang
§ Magnetit (Fe3O4) berwarna abu-abu termasuk pada zona ini umumnya menampakan
kecoklatan, isotropik, ukuran butir halus - warna abu-abu gelap hingga abu-abu kehijauan, hal
kasar, bentuk butir membulat (magnetit butir ini disebabkan oleh ubahan dari mineral penyusun
kasar), sebarannya tidak merata, sebagian batuan menjadi mineral yang umumnya berwarna
berkelompok, dan sebagian berikatan dengan hijau yaitu kloriote dan epidot.
kalkopirit terutama yang berbutir halus.
§ Kalkopirit (CuFeS2), berwarna kuning, relief a. Ciri
rendah, isotropik, berbutir halus, tersebar Ciri mineral ubahan yang ada pada Zona
relatif merata, sebagian berikatan dengan Ubahan Propilitik adalah: Epidot; Klorit; Karbo-
bornit dan magnetit. nat; dan Pyrite
§ Bornit (Cu5FeS4) berwarna merah muda
(pink), an-isotropik, berbutir halus sebagian b. Lokasi dan Cakupan Area
berikatan dengan kalkopirit. Zona propilitik merupakan zona alterasi yang
§ Pyrite (FeS2) warna kuning krem pucat, relief menempati kurang lebih 22 % dari keseluruhan luas
tinggi, isotropik, diketemukan beberapa butir daerah penelitian. Zona alterasi ini telah mengubah
halus. Satuan Batuan Breksi, Tufa dan Lava. Alterasi ini
terlihat pada daerah bagian selatan, baratdaya dan
Berdasarkan kehadiran mineral-mineral barat di daerah penelitian.
tersebut diatas maka tipe ubahan silisifikasi yang
terdapat di daerah penelitian temperatur pemben- c. Pembahasan
tukannya diperkirakan dimulai dari 2500 C dan hal Alterasi propilitik dapat dijumpai pada daerah
ini didukung juga oleh hadirnya mineral mineral penelitian, penyebaran alterasi ini menyebar dari
ubahan silika dan serisit. barat hingga tenggara daerah penelitian, alterasi ini
Tabel 5-1. Hubungan Temperatur dengan Mineral Ubahan pada Zona
terdapat pada litologi breksi vulkanik dan tufa dan
Slisifikasi di daerah penelitian (Reyes, 1990 dalam Hedenquist, 1998). lava dasit. Alterasi propilitik tersingkap baik pada
dinding terjal bagian selatan dan baratdaya, yang
mengalami proses propilitik dengan intensitasnya
yang cukup banyak. Proses propilitik ini didominasi
oleh mineral klorit-kalsit-pirit serta pada alterasi
terdapat mineral bijih berupa magnetit dan pirit, hal
ini merupakan proses penggantian dari mineral
plagioklas pada breksi vulkanik. Hal ini semua
dikontrol oleh fluida hidrotermal serta rekahan
batuan sebagai celah atau ruang akumulasi fluida
pada wallrock breksi vulkanik.
Kenampakan fisik alterasi ini yaitu berwarna
warna abu-abu gelap hingga abu – abu kehijauan,
(2). Zona Ubahan Propilitik tidak menunjukan adanya kedudukan, teraltrasi,
Jenis alterasi ini umumnya dicirikan oleh kompak, dengan komposisi mineral: Plagioklas 7
kehadiran mineral klorit – epidot – aktinolit %; Felspar 15 %; Piroksen 4 %; Mineral opak 5 %;
(Corbett & Leach, 1996). Zona ini berkembang Gelas 25 % dan Mikrokristalin 35 %. Teralterasi
pada bagian luar dari zona alterasi, yang dicirikan dengan mineral sekunder yang terdiri dari klorit (5
oleh kumpulan mineral epidot maupun karbonat %) Karbonat (5 %). Terdapat urat-urat kuarsa, pasir
dan juga klorit. Klorit adalah mineral yang umum sebagai semen, vuggy dan adanya oksidasi.
pada zona ini. Pirit, kalsit, dan epidot berasosiasi Fragmen: andesit, dasit, lava, tuf, dan caly. Ukuran
dengan mineral mafik (biotit dan horblenda) yang fragmen 1 cm – 35 cm dengan bentuk membulat
teralterasi sebagian atau seluruhnya menjadi klorit sampai menyudut tanggung.
dan karbonat. Alterasi ini dipengaruhi oleh Secara petrografi sayatan bertekstur porfiritik-
penambahan unsur H dan CO2. Kristal plagioklas trachytic, masa dasar afanitik, hipo-kristalin,
mengalami argilitisasi dengan intensitas kecil, hipidiomorf, kumuloporfiritik, aliran masa dasar,
vesikuler, komposisi mineral terdiri dari
plagioklas, k-felspar, piroksen, hornblend dan Tabel 5-3. Perbandingan endapan tipe epitermal dengan daerah
mineral opak, yang tertanam dalam masadasar penelitian
mikrokristalin dan gelas. Mineral sekunder yang
hadir berupa epidot, klorit dan karbonat. Karbonat
hadir sebagai penggantikan plagioklas.
Pembagian temperatur menurut Reyes
(1990) dalam Hedenquis 1998 klorit pada zona ini
memiliki zona temperatur antara 110⁰ C – 340 ⁰ C
dan epidot antara 220⁰ C - 270⁰ C. Temperatur
untuk pembentukan zona ini antara 220⁰ C - 270⁰
C. Berdasarkan Corbett dan Leach (1998) dan
kehadiran asosiasi mineral silika, klorit, epidot
maka zona alterasi ini dapat disebandingkan dengan
zona propilitik yang mendekati kondisi netral pH 6- Dapat digambarkan bahwasanya daerah
7. penelitian berdasarkan bentuk sebaran dimensi
alterasi dan mineralisasi, tekstur dan struktur
Tabel 5-2. Kisaran temperatur dan pH pembentukan
vein/veinlets, temperatur fluida hidrothermal yang
mineral-mineral penciri Zona Poplitiki di daerah
penelitian (Reyes, 1990 dalam Hedenquist, 1998). terperangkap, dan kehadiran mineral gangue. Maka
sistem alterasi dan mineralisasi daerah penelitian
termasuk dalam tipe endapan bijih epithermal low
sulphidation (klasifikasi Lindgren (1933), serta
Hayba dkk 1986), sebagaimana diperlihatkan pada
tabel 5-4. di berikut ini :
Tabel 5-4. Karakteristik mineralisasi tipe endapan
ephithermal low sulphidation daerah Duminanga
DSK.