DUMINANGA Files 20200910163352

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

GEOLOGI DAN MINERALISASI SULFIDA

DERAH DUMINANGA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOLAANG UKI


KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN, SULAWESI UTARA

Oleh:

Djauhari Noor *)
Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknik – Universitas Pakuan

Abstract

Tujuan penelitian geologi dan mineralisasi sulfida di daerah Duminanga dan sekitarnya, Kecamatan
Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara adalah untuk mengetahui tatanan
geologi daerah penelitian yang mencakup geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan
mineralisasi sulfida yang terdapat di daerah penelitian

Metodologi penelitian yang dipakai dalam penelitian dan pemetaan geologi daerah Duminanga dan
sekitarnya, Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ini meliputi 3 tahap, yaitu: (1).
Tahap Studi Literatur; (2). Tahap Pekerjaan Lapangan; (3). Tahap Pekerjaan Laboratorium dan Studio dan
Penulisan Laporan.

Hasil yang dicapai dalam penelitian di daerah Duminanga dan sekitarnya, Kecamatan Bolaang Uki,
Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara adalah sebagai berikut:

Geomorfologi daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu: (1).
Satuan geomorfologi perbukitan gunungapi; (2). Satuan Perbukitan Batugamping; dan (3). Satuan Dataran
Aluvial. Pola aliran sungai yang terdapat di daerah penelitian berpola dendritik yang dikontrol oleh jenis litologi
yang homogen.

Tatanan batuan dari tua ke muda adalah: (1). Satuan Batuan Breksi, Tufa dan Lava (Batuan Gunungapi
Belungala yang berumur Miosen Awal - Miosen Akhir dan diendapkan pada lingkungan darat; (2).Satuan
Batugamping Terumbu yang diendapkan pada Akhir Plistosen - Holosen di lingkungan laut dangkal; (3). Satuan
Aluvial Sungai merupakan satuan termuda di daerah penelitian berupa material lepas berukuran lempung hingga
bongkah.

Struktur geologi yang terdapat di daerah penelitian berupa struktur kekar dan sesar. Adapun kekar-kekar
yang dijumpai berupa kekar gerus dengan arah umum Baratlaut - Tenggara dan Baratdaya - Timurlaut. Kekar
tarik berarah Utara - Selatan. Struktur patahan yang dijumpai berupa Sesar Geser Jurus Tangagah-1, Sesar Geser
Jurus Tangagah-2; Sesar Geser Jurus Tangagah-3, Sesar Geser Jurus Dudepo, Sesar Geser Jurus Ponii.
Keseluruhan struktur geologi yang ada terjadi pada kala Pliosen - Plistosen.
Zona ubahan hidrotermal yang terdapat di daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) zona,
yaitu: (1). Zona Ubahan Silisifikasi dan (2). Zona Ubahan Propilitik. Mineralisasi sulfida yang terdapat di
daerah penelitian bertipe endapan epithermal dan terjadi pada purna magmatik (post-magmatic) kala Miosen
Akhir - Pliosen. Berdasarkan genesa pembentukan endapan hidrotermal di daerah penelitian merupakan
endapan hidrotermal tipe porphyry Au-Ag.
________________________________________________________________________________________

Kata Kunci: Geomorfologi, Stratigrafi, Struktur Geologi dan Mineralisasi Sulfida


1. PENDAHULUAN 1.4 Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam
1.1 Latar Belakang penelitian dan pemetaan geologi daerah Duminanga
dan sekitarnya, Kecamatan Bolaang Uki,
Secara fisiografi Sulawesi Utara merupakan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan ini
busur gunungapi yang membawa banyak meliputi 3 tahap, yaitu: (1) Tahap Persiapan ; (2).
mineralisasi karena adanya jalur penunjaman Tahap Studi Literatur; (3). Tahap Pekerjaan
ganda, yaitu Lajur Tunjaman Sulawesi Utara dan Lapangan; (4). Tahap Pekerjaan Laboratorium dan
Lajur Tunjaman Sangihe Timur. (Simandjuntak, Studio dan (5). Penulisan Laporan.
T.O.,1986). Tatanan tektonik Sulawesi, khususnya
lengan utara pulau Sulawesi dibatasi oleh 2 1.5 Peneliti Terdahulu
penunjaman yaitu Jalur Penunjaman Sulawesi Daerah penelitian dan sekitarnya telah banyak
Utara di bagian Utara dan Jalur Penunjaman diteliti dan beberapa laporan geologi yang telah
Sangihe Timur serta Sesar Palu-Koro dibagian diterbitkan serta dipublikasikan oleh beberapa
barat dan Sesar Balantak di bagian selatan. Dampak peneliti terdahulu, antara lain:
dari adanya penunjaman ganda ini menghasilkaan 1. Van Bemmelen (1949), “The Geology of
lajur gunungapi muda Kuarter yang berarah dari Indonesia”. Vol. IA: General Geology of
selatan (Teluk Tomini) hingga kepulauan Sangihe Indonesia and Adjacent Archipelagoes,
di bagian utara. Pembentukan struktur tektonik ini Government Printing Office, The Hague.
di mulai zaman Tersier dan menerus hingga zaman 2. Simandjuntak, T.O., 1986, Sedimento logy and
Kuarter. Tectonics of The Collision Complex of The
Berdasarkan kondisi fisiografi dan tektonik East Arm of Sulawesi, Indo-
lengan utara Sulawesi utara ini, maka penulis nesia. Ph.D. Thesis, Royal Holloway and
tertarik untuk melakukan penelitian pemetaan Bedford NewCollege, London University, 37
geologi dan studi mineralisasi di daerah 4 p.
Duminanga dan sekitarnya, Kecamatan Bolaang 3. T. Apandi & S. Bachri., 1997, Peta Geologi
Uki, Kab. Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Lembar Kotamobagu, Sulawesi, Direktorat
Utara yang yang merupakan bagian dari lengan Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral,
utara Sulawesi Utara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
1.2 Tujuan Penelitian
1. GEOLOGI UMUM
Tujuan dari penelitian geologi dan mineralisasi 2.1. Geomorfologi.
sulfida di daerah Duminanga dan sekitarnya di 2.1.1. Fisiografi Lengan Utara Sulawesi
Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Fisiografi lengan utara Sulawesi Utara
Mongondow Selatan, Sulawesi Utara adalah untuk menurut Simanjuntak, T.O (1986), merupakan
mengetahui tatanan geologi daerah penelitian yang busur gunungapi yang terbentuk karena adanya
mencakup geomorfologi, stratigrafi, struktur jalur penunjaman ganda, yaitu Lajur Tunjaman
geologi, sejarah geologi dan mineralisasi sulfida Sulawesi Utara (Utara) dan Lajur Tunjaman
yang terdapat di daerah penelitian. Sangihe Timur (Timur-Selatan).
Batuan-batuan yang menyusun wilayah
1.3 Letak, Luas dan Kesampaian Daerah Sulawesi Utara Bagian Minahasa (Minahasa
Penelitian Section) terdiri dari batuan vulkanik, batuan
terobosan dan batuan sedimen. Formasi Tinombo
Daerah penelitian secara administratif Facies Gunungapi tersusun dari lava basal, lava
termasuk kedalam wilayah Kecamatan Bolaang andesit, berselingan batupasir hijau, konglomerat,
Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, batugamping merah dan kelabu; Batuan Vulkanik
Sulawesi Utara (gambar 1-1). Secara geografis Bilungala yang terdiri dari breksi gunungapi, tufa
daerah penelitian dibatasi oleh koordinat 00°21'31“ dan lava berjenis andesit, dasit dan riolit. Diorit
- 00°22'35“ LU dan 123°52'23“ - 123°54'46“ BT Bone terdiri dari diorit kuarsa, diorit, granodiorit,
dengan luas 5000 Ha. dan granit.Batuan Gunungapi Pinogu yang terdiri
dari tufa, tufa lapili, breksi dan lava.
Daerah penelitian dapat dicapai dari kota
Menado menuju Kotamobagu – Molibagu – 2.1.2 Geomorfologi Daerah Penelitian
Tangagah yang berjarak sekitar 290 km. Adapun Secara umum Geomorfologi daerah pene litian
lokasi daerah penelitian yaitu daerah Duminanga dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan
dan sekitarnya hanya dapat ditempuh dengan geomorfologi, yaitu (lihat lampiran peta
berjalan kaki. geomorfologi): 1.Satuan Geomorfologi Perbukitan
Gunung api; 2.Satuan Geomorfologi Bukit 3. Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial.
Gamping; 3. Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial
Satuan geomorfologi dataran aluvial dibentuk
1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Gunung oleh hasil pengendapan sungai. Satuan ini
api menempati ± 8 % dari luas daerah penelitian.
Satuan ini menempati di dataran banjir, kelokan-
Genesa satuan geomorfologi perbukitan kelokan sungai dan gosong-gosong pasir yang
gunungapi di daerah penelitian merupakan hasil tersebar disepanjang sungai utama yaitu di Sungai
aktivitas vulkanisme yang terjadi selama jaman Tangagah, Sungai Dudepo dan Sungai Ponii.
Tersier kala Eosen hingga Plistosen. Satuan Morfometri satuan ini berada pada ketinggian
geomorfologi ini terutama disusun oleh batuan 0 mdpl - 50 mdpl. Satuan ini memiliki relief hampir
breksi gunungapi, batuan tufa dan lava yang datar dengan prosentase kemiringan dari 00 hingga
berkomposisi andesit, dasit dan riolit. 20. Batuan yang menempati satuan ini berupa
Satuan geomorfologi ini di daerah penelitian material lepas yang berukuran lempung hingga
menempati sekitar 88 % dari luas daerah penelitian bongkah hasil rombakan batuan yang lebih tua
dan satuan ini tersebar di bagian barat hingga ke Proses-proses geomorfologi yang teramati
timur. pada satuan ini adalah erosi (pengikisan) dan
Morfometri satuan ini berbentuk pung gungan pengendapan (sedimentasi), sedangkan jentera
punggungan bukit yang berada pada ketinggian geomorfik satuan ini berada dalam tahapan muda
antara 50 - 500 mdpl dan kelerengan berkisar antara dikarenakan proses pengendapan masih terus
10% - 70%. Proses-proses geomorfologi yang terjadi hingga saat ini.
teramati adalah pelapukan batuan yang
menghasilkan tanah dengan ketebalan 20 cm – 8 m. 2.1.3 Pola Aliran Sungai dan Stadia Erosi Sungai
Proses erosi (denudasi) berupa erosi gully dan erosi
lembah yang diperlihatkan oleh bentuk relief Berdasarkan pengamatan di lapangan terhadap
topografi yang bertekstur sedang dengan internal intensitas erosi sungai dan bentuk lembah
relief berkisar antara 10 – 20 meter. sungainya, maka dapat disimpulkan bahwa tahapan
Jentera geomorfik satuan geomorfologi adalah erosi sungai-sungai yang ada di daerah penelitian
dewasa didasarkan atas kenampakan relief berada pada tahapan muda dan dewasa.
bentangalam yang bertekstur sedang dimana proses Stadium erosi muda umumnya dicirikan oleh
denudasi terhadap bentangalam sudah bekerja profil lembah sungai yang berbentuk huruf “V”
cukup intensif dan hal ini diperlihatkan oleh bentuk yang disebabkan oleh proses erosi yang lebih
lembah diantara bukit-bukitnya berbentuk “U”. intensif ke arah vertikal. Pada stadia erosi sungai
muda, arus sungai umumnya masih deras sehingga
2. Satuan Geomorfologi Perbukitan Batu sedimentasi masih sedikit. Stadia erosi sungai muda
gamping. di daerah penelitian diwakili oleh sungai Sungai
Dudepo Utara.
Satuan geomorfologi bukit gamping yang Stadia erosi sungai dewasa dicirikan oleh
terdapat di daerah penelitian dibangun oleh profil lembah sungai yang berbentuk huruf “U”
batugamping yang tersusun oleh cangkang- dikarenakan erosi sungai kearah lateral dan vertikal
cangkang keranglaut yang berbentuk terumbu. Dan sudah seimbang. Pada stadia ini arus sungai relatif
diperkirakan berumur Plistosen Akhir atau lebih lambat dan pada saluran sungai sudah terdapat
Holosen. . gosong pasir serta dataran banjir.

Satuan geomorfologi ini menempati sekitar 5 2.2. Stratigrafi


% dari luas daerah penelitian.dan tersebar di bagian
selatan. Secara morfometri satuan ini berada pada 2.2.1. Stratigafi Regional Kotamubagu Su-
ketinggian 12.5 - 50 mdpl, dengan relief landai lawesi Utara
dengan kemiringan lereng 50 - 100. Proses-proses
geomorfologi yang teramati berupa pelapukan dan Berdasarkan peta geologi bersistem lembar
erosi. Proses pelapukan berupa lapisan tanah Kotamubagu, Sulawesi Utara skala 1: 100.000 yang
dengan ketebalan berkisar dari 0 – 0,5 m. dibuat oleh T Apandi dan S. Bachri (1997), tatanan
batuan dari yang tertua hingga termuda seperti
Jentera geomorfik satuan bukit gamping terlihat pada tabel 3-1.
adalah muda didasarkan atas kenampakan
morfologi yang belum mengalami perubahan yang
berarti.
Tabel 3-1. Kotamobagu yag dilakukan oleh Villeneuva dkk
Kolom Statigrafi Regional Kotamubagu, Sulawesi Utara
(T Apandi dan S. Bachri, 1997).
(1990) adalah sekitar 50 juta tahun yang lalu atau
UMUR SIMBOL FORMASI Eosen.

K Aluvial 2. Formasi Tinombo Facies Sedimen.


U Formasi Tinombo Facies Sedimen tersusun
A HOLOSEN Batugamping Terumbu dari batu serpih dan batupasir dengan sisipan
R batugamping dan rijang. Serpih kelabu dan merah,
getas, sebagian gampingan.Rijang mengandung
T radiolaria. Batupasir berupa greywacke dan
PLISTOSEN Molassa Selebes batupasir kuarsa, kelabu dan hijau, pejal, berbutir
E halus sampai sedang, sebagian mengandung pirit.
Sisipan batugamping berwarna merah, pejal dan
R berlapis baik. Satuan ini diterobos oleh granit, diorit
Batuan Gunungapi
Pinogu
dan trahkit. Satuan ini mempunyai hubungan
menjemari dengan Formasi Tinombo Facies
PLIOSEN
Gunungapi.
Umur formasi ini menurut Ratman (1976)
Diorit Bone adalah Eosen sampai Oligosen Awal. Sedangkan
menurut Sukamto (1997) dan Brower (1994) adalah
T ATAS Kapur Akhir – Eosen Awal. Tebal formasi diduga
lebih dari 1000 meter sedang lingkungan
E Batugamping anggota pengendapannya laut dalam.
Belungala
R MIO- TENGAH 3. Batuan Gunungapi Bilungala
SEN Batuan Gunungapi Bilungala tersusun dari
S
Batuan Gunungapi
breksi, tufa dan lava bersusunan andesit, dasit dan
I
riolit. Zeolit dan kalsit sering dijumpai pada
BAWAH
Belungala kepingan batuan penyusun breksi. Tufa umumnya
E bersifat dasitan, agak kompak dan berlapis buruk
dibeberpa tempat. Tebal satuan diperkirakan lebih
R dari 1000 meter, sedang umurnya berdasarkan
kandungan fosil dalam sisipan batugamping adalah
OLIGOSEN Miosen Bawah – Miosen Akhir.

Formasi Tinombo Facies 4. Anggota Batugamping Batuan Gunung api


Sedimen Belungala
Anggota Batugamping Batuan Gunung api
Belungala tersusun dari batu-gamping kelabu
EOSEN
Formasi Tinombo Facies mengandung fosil Lepidocyclina sumatransis
Gunungapi (Brady), Myogipsina Thecidaeformis (Rutten)
dimana kumpulan fosil ini menunjukan umur
Miosen Awal - Miosen Akhir (Kadar D.G).
1. Formasi Tinombo Facies Gunungapi.
Formasi Tinombo Facies Gunungapi tersusun 5. Diorit Bone
dari lava basal, lava andesit selingan batupasir Diorit Bone terdiri dari diorit kuarsa, diorit,
hijau, batulanau hijau, sedikit konglomerat, granodiorit, graanit. Diorit kuarsa banyak dijumpai
batugamping merah dan batugamping kelabu. Lava di daerah sungai Taludaa, dengan keragaman diorit,
basal umumnya berstruktur bantal, banyak zeolit granodiorit dan granit. Sedang granit utamanya
dan barik barik silika, serta batulumpur merah dijumpai di Sungai Bone. Satuan ini menerobos
gampingan yang mengisi antara struktur bantal. Batuan Gunungapi Bilungala maupun Formasi
Berdasarkan asosiasi litologi dan struktur Tinombo. Umur satuan ini sekitar Miosen Akhir.
sedimennya maka satuan batuan ini diduga
diendapkan di laut dalam. Selingan batuan 6. Breksi Wobudu
sedimennya diduga merupakan facies turbidit. Satuan batuan ini terdiri dari breksi gunungapi,
Umur satuan ini berdasarkan pentarikhan aglomerat, tuf, tuf lapili, dan lava. Breksi
radiometri lava basal dibeberapa tempat di lembar gunungapi berwarna kelabu, tersusun dari kepingan
andesit dan basal berukuran kerikil sampai
bongkah. Tuf dan tuff lapili berwarna kuning dibagi menjadi 3 satuan batuan dari yang tertua
kecoklatan, berbutir halus sampai kerikil, hingga termuda sebagai berikut (Tabel 3.2), yaitu:
umumnya lunak dan berlapis. Lava berwarna 1. Satuan Batuan Breksi, Tuff dan Lava
kelabu bersusunan andesit sampai basal. Satuan ini 2. Satuan Batugamping Terumbu
menindih takselaras Formasi Dolokapa yang 3. Satuan Aluvial Sungai.
berumur Miosen Tengaah – Miosen Akhir di daerah
lembar Tilamuta. (Bachri, Dkk, 1994). Sehingga Tabel 3-2.
Kolom Statigrafi Daerah Duminanga Dsk, Kecamatan Bolaang Uki, Kab.
umurnya diduga Pliosen Awal. Tebal sekitar 1000 Bolaang Mongondow Selatan - Propinsi Sulawesi Utara
– 1500 meter.
UMUR SIMBOL FORMASI
7. Batuan Gunungapi Pinogu
Batuan Gunungapi Pinogu terdiri dari tuf, tuf K Aluvial
lapili, breksi dan lava. Breksi gunungapi di U
Pegunungan Bone, G.Mongadalia dan Pusian A HOLOSEN Batugamping Terumbu
bersusunan andesit piroksin dan dasit. Tuf yang R
tersingkap di G. Lemibut dan Lolombulan
umumnya berbatuapung, kuning muda, berbutir T
sedang sampai kasar, diselingi oleh lava bersusunan
menengah sampai basa. Tuf dan tuf lapili di sekitar E
PLISTOSEN
Sungai Bone bersusunan dasitan. Lava berwarna
kelabu muda hingga kelabu tua, pejal, umumnya R
bersusunan andesit piroksin. Satuan ini secara
umum termampatkan lemah sampai sedang
umurnya diduga Pliosen – Plistosen (John dan Bird, PLIOSEN
1973).
T
8. Molasa Selebes
Molasa Selebes merupakan endapan pasca E ATAS
orogen yang terbentuk di cekungan-cekungan kecil,
terdiri dari konglomerat, breksi, serta batupasir, R
uumnya termampatkan lemah. Konglomerat dan
breksi tersusun oleh aneka bahan komponen berupa S MIO- TENGAH
Satuan Batuan Breksi
kepingan andesit, granit, basal, granodiorit, batu SEN
Gunungapi, Tufa dan Lava
I
gamping, batupasir, maupun kuarsa. Satuan ini bersusunan andesit, dasit
menunjukan kemiringan landai sampai sekitar 300, E
dan riolit.
BAWAH
tebalnya mencapai beberapa puluh meter, umurnya
di duga Pliosen – Plistosen. R

9. Batugamping Terumbu OLIGOSEN


Batugamping terumbu terangkat dan
batugamping klastik dengan komponen utama EOSEN
koral, setempat setempat berlapis, terutama
dijumpai di daerah pantai selatan dan setempat di
dekat Panong, daerah pantai utara. 1. Satuan Batuan Breksi, Tufa dan Lava

10. Aluvial Sungai. a. Penamaan


Aluvium sungai terdiri dari material lepas Penamaan satuan ini didasarkan pada
berukuran pasir, lempung, lumpur, kerikil, kerakal singkapan singkapan batuan yang dijumpai di
hingga bongkah. sepanjang lintasan daerah penelitian yaitu berupa
batuan breksi, tufa dan lava, dimana batuan batuan
2.2.2 Stratigrafi Daerah Penelitian. tersebut di lapangan tidak dapat dipisah-pisahkan.

Berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran b. Penyebaran dan Ketebalan


dan ploting singkapan-singkapan batuan yang Satuan batuan breksi, tufa dan lava di daerah
dilakukan disepanjang lintasan-lintasan yang penelitian tersebar cukup luas mencapai 88% dari
direncanakan di daerah penelitian, maka batuan- luas daerah penelitian dan pada peta geologi diberi
batuan yang terdapat di daerah penelitian dapat warna coklat tua. Singkapan satuan batuan ini
umumnya cukup baik dan segar dan dijumpai di
sepanjang lintasan pengamatan di Sungai Dudepo, coklat pucat-coklat tua sampai kehijauan, euhedral–
Sungai Peangaso, Sungai Ponii dan Sungai subhedral, kristalin halus-sedang, pleokroisme
Tangagah. kuat, telah terkoksidasi mineral opak; mineral opak
Kedudukan batuan satuan ini sulit dipastikan, (8%) : hitam, opak, tidak tembus cahaya, terdapat
namun dari beberapa singkapan batuan tufa menginklusi pada beberapa fenokris dan sebagian
diperoleh kedudukan batuan berkisar dari N 550 E hadir hasil ubahan dari mineral mafik. massadasar
- N 700 E dengan kemiringan lapisannya berkisar (35%), terdiri atas: mikrolit plagioklas (23%): tidak
dari 150 – 250. Ketebalan satuan ini di daerah berwarna-kekuningan, setempat kehitaman, bentuk
penelitian berdasarkan penampang geologi kristalin halus, anhedral-subhedral dan gelas
diperkirakan mencapai 1000 meter. (12%): warna terang, hitam pada nikol bersilang,
tersebar merata bersama mikro kristalin
c. Ciri Litologi membentuk massadasar. Mineral sekunder (4%),
Satuan batuan breksi, tufa dan lava yang terdiri atas mineral-mineral: klorit (2%): warna
terdapat di daerah penelitian dicirikan dengan hijau terang, berserabut halus, agak lapuk, ukuran
breksi yang berwarna abu-abu muda - abu-abu tua 0.05 mm -0.5mm, hadir menggantikan mineral
dan pada breksi sering dijumpai mineral zeolit dan felsik; karbonat (2%): tidak berwarna sampai coklat
kalsit pada fragment batuan penyusun breksi. Tufa terang, kristalin halus-sedang, relief bergelom-
berwarna putih kecoklatan, umumnya bersifat bang, memben-tuk relief, interferensi kuning
dasitan, agak kompak dan dibeberapa tempat tufa terang, pleokroisme lemah.
dijumpai memperlihatkan perlapisan yang cukup Berdasarkan tekstur dan komposisi mineral
baik dan dibeberapa tempat tidak berlapis. Di hasil pengamatan petrografi dapat disimpulkan
bagian selatan dekat pantai di daerah Bilungala fragmen batuan breksi gunung api adalah Basalt
satuan ini didominasi oleh batuan lava dan breksi Andesite (Streckeisen, 1978).
yang umumnya bersusunan dasit dan dicirikan oleh Kondisi singkapan satuan tufa gunungapi di
warna alterasi kuning sampai coklat. daaerah penelitian umumnya segar hingga lapuk
Secara megaskopis breksi berwarna kelabu dan umumnya tidak memperlihatkan adanya
muda sampai tua dan agak putih kuning. perlapisan hanya dibeberapa tempat mem-
Kepingannya (fragmennya) terdiri dari batuan perlihatkan perlapisan. Satuan ini dibeberapa
andesit dan riolit; bentuk butir menyudut sampai tempat telah mengalami ubahan (teralterasi) yang
menyudut tanggung, berukuran dari kerikil sampai sedang dan warnanya cukup bervariasi yaitu ber-
bongkah yang tertanam dalam massa dasar warna putih kekuningan, kecoklatan, kehijauan,
batupasir tufan, terkompakan cukup baik. Lava dan abu-abu kehi taman, kadang pada satuan ini
berwarna kelabu muda, bertekstur halus dan dijumpai mengandung oksida besi dan mineral
sebagian berongga. Tufa berwarna abu-abu muda – sulfida.
kecoklatan sampai kehijauan, mengandung pirit, Pengamatan secara megaskopis, batuan tufa
berlapis cukup baik dan kekerasan lunak. berwarna abu-abu kehitaman hingga kecoklatan,
Kenampakan lapangan satuan ini menunjukan abu-abu kehijauan, umumnya teralterasi, dengan
warna abu-abu, sebagian berlapis, tersusun oleh sifat fisik kompak, dan kristalin. Berdasarkan hasil
fragmen yang berukuran 1 cm – 35 cm dengan pengamatan sayatan tipis petrografi terhadap conto
bentuk membulat-menyudut tanggung. Komposisi batuan dengan nomor HNC 010 yang diambil di
fragmen terdiri atas batuan andesit, dasit, lava dan Sungai Tengagah. memperlihatkan ukuran butir
tuf. Batuan ini telah teralterasi, dengan komposisi halus sampai sedang, derajat kristalisasi
mineral terdiri dari piroksen, hornblende, hipokristalin, bentuk mineral subhedral – anhedral
plagioklas, ortoklas, kuarsa, pirit, gelas, feldspar dan umumnya telah teralterasi oleh pengaruh
dan mineral opak. Terdapat urat-urat kuarsa, silika larutan hidrotermal terdapat urat-urat halus
sebagai semen, vuggy dan adanya teroksidasi. Hasil (veinlet) yang diisi oleh mineral kuarsa. Komposisi
pengamatan petrografis terhadap fragmen batuan mineral terdiri atas epidot, klorit, serisit, mineral
breksi yang diambil pada LP HNC-31 menunjukan lempung, fragmen batuan dan mineral opak yang
komposisi sebagai berikut: Fenokris (61%), terdiri tertanam dalam massadasar kuarsa sekunder yang
atas mineral-mineral: Plagioklas (35%) : Tidak mengubah gelas vulkanik.
berwarna; euhedral – subhedral; halus - sedang; Deskripsi sayatan petrografi terdiri dari: Matriks
kembar albit, albit-kalsbad, jenis plagioklas (68%), tidak berwarna-abu-abu terang, kristalin,
andesine (An32); Feldspar (9%) : Tidak berwarna, berbutir halus, ukuran < 0,25 mm, terdapat sebagai
anhedral – subhedral, kembar albit, albit-kalsbad, hasil ubahan dari gelas vulkanik, hadir berupa
relief sedang; Piroksen (6%) : Kuning kecoklatan – mikrokristalin kuarsa, sebagian tampak membentuk
agak kehijauan, subhedral, belahan 1 arah, relief urat-urat halus/veinlet.
tinggi, sebagian terdapat membentuk kumulo Deskripsi sayatan petrografi terdiri dari:
porfiritik dengan plagioklas; hornblende (3%) : Matriks (68%), tidak berwarna-abu-abu terang,
kristalin, berbutir halus, ukuran < 0,25 mm, terdapat Satuan Batuan Breksi, Tuf dan Lava yang
sebagai hasil ubahan dari gelas vulkanik, hadir terdapat di daerah penelitian apabila dibandingkan
berupa mikrokristalin kuarsa, sebagian tampak dengan ciri-ciri batuan yang terdapat pada setiap
membentuk urat-urat halus/veinlet. Fragmen jenis facies pengendapan gunungapi yang
butiran/kristal (32%), terdiri dari sisa fragmen dikemukakan Visser dan Davies (1981), maka
batuan (5%), berwarna coklatmuda, agak lapuk, satuan batuan breksi gunungapi yang terdapat di
teroksidasi, ukuran 0,5 –5,14 mm, terdiri dari sisa daerah penelitian dapat ditafsirkan sebagai Facies
fragmen batuan ubahan; Epidot (4%), warna hijau Endapan Proximal Volcanic-clastic.
terang, ukuran 0,1 - 0,43 mm, bentuk kristal f. Hubungan Stratigrafi
euhedral-subhedral, relief tinggi, bias rangkap Kedudukan stratigrafi satuan breksi, tuf dan
tinggi, hadir sebagai mineral sekunder; Serisit lava dengan satuan di bawahnya di daerah
(5%), warna kuning terang, interferensi kuning penelitian tidak dijumpai, sedangkan hubungan
kusam, relief berge-lombang, bias rangkap tinggi, stratigrafi satuan ini dengan satuan batugamping
hadir mengubah mineral mafik; Mineral lempung terumbu dan endapan aluvial diatasnya dibatasi
(4%), warna kuning pucat, berserabut halus, hadir oleh bidang erosi.
mengubah plagioklas dan sebagian telah
tergantikan serisit, hadir sebagai mineral sekunder; g. Kesebandingan Stratigrafi
Klorit (6%), warna hijau terang, berserabut halus, Satuan batuan breksi, tuf dan lava di daerah
hadir mengubah mengubah mineral mafik terutama penelitian memiliki ciri litologi yang sama dengan
biotit; Mineral opak (8%), warna hitam, tidak Batuan Gunungapi Bilungala (T. Apandi & S.
tembus cahaya, gelap pada posisi nikol bersilang, Bachri, 1997), dengan demikian penulis menya-
sebagian berbentuk anhedral, berukuran 0,1 - 0,54 takan satuan ini sebagai Batuan Gunungapi
mm, hadir bersamaan dengan epidot dan mengubah Bilungala.
mineral mafik.
d. Umur 2. Satuan Batugamping Terumbu
Penentuan umur satuan ini merujuk pada Penamaan satuan batugamping terumbu ini
peneliti terdahulu yaitu T. Apandi dan S. Bachri didasarkan pada batuan yang dijumpai di daerah
(1997) yang menyatakan bahwa satuan breksi, tuf penelitian berupa batugamping terumbu tersusun
dan lava yang merupakan Batuan Gunungapi dari cangkang-cangkang koral tidak berlapis dan
Bilungala diperkirakan berumur Miosen Awal setempat setempat berlapis, terutama dijumpai di
hingga Miosen Akhir yang didasarkan atas fosil- daerah pantai selatan. Satuan ini terdapat di satu
fosil yang dijumpai pada sisipan batugamping yang lokasi, yaitu di bagian tengah lembar peta sebelah
terdapat pada batuan ini. selatan. Satuan ini menempati sekitar 5 % dari luas
Batuan yang terdapat di daerah penelitian, daerah penelitian dan pada peta geologi di warnai
yaitu batuan breksi, tufa dan lava adalah ekivalen dengan warna biru. Satuan ini memiliki ketebalan
dengan Batuan Gunungapi Bilungala sehingga sekitar 5 – 15 meter.
penulis menganggap bahwa satuan batuan ini juga Umur satuan batugamping terumbu adalah
memiliki umur yang sama dengan Batuan Holosen dan terbentuk akibat pengangkatan akibat
Gunungapi Bilungala yaitu umur Miosen Awal – penunjaman ganda Sangihe Timur dan penun-
Miosen Akhir. jaman Sulawesi Utara dan pembentukan jalur
e. Lingkungan Pengendapan gunungapi Kuarter.
Lingkungan pengendapan satuan breksi, tufa
dan lava yang terdapat di daerah penelitian 3. Satuan Aluvial Sungai
ditentukan berdasarkan ciri litologinya yang berupa Penamaan satuan stratigrafi ini didasarkan
batuan yang berasal dari hasil erupsi gunungapi. kepada material yang menyusun satuan ini, yaitu
Satuan ini tersusun oleh batuan breksi vulkanik material lepas hasil pelapukan batuan yang lebih tua
yang merupakan produk gunungapi, tufa dan lava. yang diendapkan oleh proses fluviatil (aktivitas
sungai). Satuan ini tersebar di sekitar sungai-sungai
besar yang terdapat di daerah penelitian menempati
sekitar 7 % dari luas daerah. Satuan ini dapat dilihat
dibagian hilir sungai Dudepo, sungai Ponii dan
sungai Tangagah, memiliki ketebalan sekitar 1 – 3
meter.
Satuan ini di susun oleh material aluvial
berukuran lempung, pasir, kerikil, kerakal, dan
bongkah. Umur satuan aluvial sungai adalah
Gambar 3.1 Model Fasies Endapan Gunungapi, Pyroclastic Holosen.
Volcanoclastic Fasies (Vessel dan Davies, 1981).
2.3. Geologi Struktur sedangkan kelurusan yang berarah NW–SE dan
2.3.1 Struktur Geologi Regional Lengan Sula- WNW–ESE berhubung an dengan sesar mendatar.
wesi Utara
1. Struktur Kekar
Tatanan Tektonik Sulawesi, khususnya lengan Struktur kekar yang dapat di amati di daerah
utara pulau Sulawesi terbentuk oleh 2 penunjaman penelitian adalah kekar gerus (shear joint) dan
(penunjaman ganda) antara Jalur Penunjaman kekar tarik (tensional joint). Kekar gerus umumnya
Sulawesi Utara di bagian Utara dan Jalur berarah N 3250 E sampai 3300 E dan N 350 E – N
Penunjaman Sangihe Timur serta Sesar Palu-Koro 450 E atau berarah Baratlaut-Tenggara dan
dibagian barat dan Sesar Balantak di bagian selatan. Timurlaut–Baratdaya, sedangkan kekar tarik
Dampak dari penunjaman ganda tersebut umumnya berarah N 50 E – N 80 E atau Utara –
membentuk lajur gunungapi muda Kuarter yang Selatan.
berarah dari selatan hingga kepulauan Sangihe di
bagian utara. Pembentukan struktur tektonik ini di 2. Struktur Patahan
mulai kala Tersier dan menerus hingga Kuarter. Berdasarkan penafsiran data citra satelit
Landsat terhadap kelurusan-kelurusan (linea-
Struktur geologi yang berkembang berda ments) yang terdapat dalam citra dan ditunjang
sarkan data hasil pengamatan lapangan dan data dengan ground-check di lapangan, maka di daerah
citra satelit antara lain sesar dan perlipatan. Sesar penelitian terdapat 5 struktur sesar geser jurus
normal umumnya arahnya tidak beraturan namun di dengan arah sesar Baratlaut-Teggara (NW-SE);
bagian barat cenderung berarah barat – timur. Sesar UtaraBaratlaut-SelatanTenggara (NNW-SSE) ser
mendatar berpasangan UUB – SST (Sesar mendatar ta Selatan Baratdaya-UtaraTimurlaut (SSW–NNE).
menganan) dan UUT – SSB (sesar mendatar Kelima struktur sesar tersebut adalah: 1) Sesar
mengiri). Sesar mendatar terbesar adalah sesar Geser Jurus Tangagah-1; 2). Sesar Geser Jurus
Gorontalo yang berdasarkan analisis kekar Tangagah-2; 3). Sesar Geser Jurus Tangagah-3 ; 4).
penyertanya menunjukan arah pergeseran Sesar Geser Jurus Dudepo; 5). Sesar Geser Jurus
menganan. Beberapa zona sesar naik bersudut Ponii.
sekitar 300 dapat diamati di beberapa tempat,
khususnya pada Batuan Gunungapi Bilungala. 1). Sesar Geser Jurus Tangagah-1.
Penamaan Sesar Geser Jurus Tangagah-1
2.3.2 Struktur Geologi Daerah Penelitian didasarkan pada bukti sesar berupa bidang sesar dan
offset batuan yang terdapat di Sungai Tangagah.
Berdasarkan hasil analisa citra satelit dan data- Sesar ini berada di bagian barat sebelah selatan
data struktur geologi yang dijumpai di lapangan, lembar peta, memanjang dari Baratlaut – Tenggara
maka struktur geologi yang berkembang di daerah sepanjang ± 2, Km. Sesar ini memotong Satuan
penelitian berupa struktur kekar dan patahan. Untuk Tufa Gunungapi Formasi Kawangan dan Satuan
mempermudah dalam pengenalan dari setiap Breksi Gunungapi Formasi Pengulung.
struktur geologi yang ada maka penamaan Adapun bukti-bukti struktur Sesar Geser Jurus
strukturnya disesuaikan dengan nama lokasi Tangagah-1 di lapangan adalah sebagai berikut:
geografis dimana struktur tersebut berada. a. Bidang sesar dan offset batuan yang dijumpai
di Sungai Tangagah N 1200 E/ 870 serta offset
Berdasarkan hasil plotting data lineament pada batuan tuf.(Foto 4-3)
diagram roset diperoleh puncak kelurusan- b. Gawir sesar yang berupa lembah diantara 2
kelurusan yang berarah NW – SE; ENE – WSW dan bukit memanjang dari Baratlaut – Tenggara
N – S. Kelurusan-kelurusan ini ditafsirkan (Foto 4-4).
berhubungan dengan kekar dan sesar yang
berkembang di daerah penelitian. Gambar 4-4 2). Sesar Geser Jurus Tengagah -2
adalah peta struktur Geologi daerah penelitian yang Penamaan Sesar Geser Jurus Tengagah-2
memperlihatan bahwa Sesar Mendatar umumnya dikarenakan jalur sesar ini melalui sungai Tengagah
berarah Baratlaut – Tenggara (NW – SE) dan pada lokasi pengamatan LP-1-8 yang berada di
Timur-Timurlaut – Barat-Baratdaya (ENE–WSW) bagian barat sebelah utara lembar peta. Sesar ini
dan berarah Timurlaut – Baratdaya (NE–SW), berada di bagian barat sebelah utara lembar peta,
sedangkan Sesar Normal umumnya berarah relatif memanjang dari UtaraBaratlaut – SelatanTenggara
Utara – Selatan. Berdasarkan pola struktur geologi sepanjang ± 5 kilometer. Adapun bukti-bukti
daerah penelitian dan data kelurusan (lineament) struktur sesar geser jurus Tengagah-2 di lapangan
pada citra Landsat dapat disimpulkan bahwa arah adalah sebagai berikut:
lineament N–S berhubungan dengan sesar normal, a. Bidang sesar dengan arah N3300 E / 850 pada
tebing kiri dibagian hulu percabangan Sungai
Tengagah di bagian barat sebelah utara daerah Pembentukan struktur geologi di daerah
penelitian. penelitian diperkirakan baru terjadi pada kala
b. Gawir sesar dengan arah sesar N 3400 E Pliosen hingga Awal Plistosen hal ini sesuai dengan
dijumpai di bagian hilir Sungai Tengagah yang tektonik yang pada saat itu terjadi aktivitas
berada disebelah selatan daerah penelitian. gunungapi, sedangkan di daerah penelitian
terbentuk sesar-sesar geser jurus yang berarah
3). Sesar Geser Jurus Tengagah -3 Baratlaut-Tenggara (NW– SE), UtaraBaratlaut-
Penamaan Sesar Geser Jurus Tengagah-3 SelatanTenggara (NNW–SSE) dan Baratlaut-
dikarenakan jalur sesar ini melalui sungai Tengagah
Baratdaya (NE–SW) dengan arah gaya utama
yang berada di bagian barat sebelah utara lembar
berarah N 50 E - N 80 E (Utara-Selatan). Sesar-sesar
peta. Sesar ini berada di bagian barat sebelah utara
lembar peta, memanjang dari Baratlaut–Tenggara normal yang berarah Timurlaut–Baratdaya merupa
sepanjang ± 6 kilometer. Adapun bukti-bukti Sesar kan sesar-sesar yang terjadi pada kala Plistosen
Geser Jurus Tengagah-3 di lapangan adalah sebagai Akhir ketika gaya tektonik sudah melemah atau
berikut: berhenti. Sesar-sesar normal yang terdapat di
a. Gawir sesar dengan arah sesar N 330 E daerah penelitian dipengaruhi oleh gaya gravitasi.
dijumpai di bagian hulu Sungai Tengagah yang .
berada disebelah barat bagian utara daerah
penelitian.
b. Bidang sesar dengan arah N3300 E / 850 pada
tebing kiri dibagian hilir Sungai Tengagah di
selatan daerah penelitian.

4). Sesar Geser Jurus Dudepo


Penamaan Sesar Geser Jurus Dudepo
dikarenakan jalur sesar ini melalui sungai dudepo
yang berada di bagian tengah lembar peta. Sesar ini
berada di bagian tengah daerah penelitian,
memanjang dari Baratlaut –Tenggara sepanjang ± 8
kilometer.
Adapun bukti-bukti Sesar Geser Jurus Dudepo di
lapangan adalah sebagai berikut:
a. Gawir sesar dengan arah sesar N 3300 E
dijumpai di bagian hulu Sungai Dudepo yang
berada di bagian tengah peta pada lokasi LP-2- Gambar 4-3 Peta Struktur Geologi Daerah Duminanga DSK
20..
b. Bidang sesar dengan arah N3300 E / 850 pada 2.4 Minerlisasi Sulfida Daerah Penelitian.
tebing kiri dibagian hilir Sungai Tengagah di 2.4.1 Mineralisasi dan Alterasi Hidro termal
selatan daerah penelitian.
1. Alterasi Hidrotermal
5). Sesar Geser Jurus Ponii Lindgren (1933) menyebutkan bahwa proses
Penamaan Sesar Geser Jurus Ponii hydrothermal merupakan suatu proses perubahan
dikarenakan bukti sesar ini dijumpai di Sungai dalam batuan yang diakibatkan naiknya H2O panas
Ponii. Sesar ini berada di bagian timur sebelah utara ke permukaan, sedangkan Schwartz (1954)
lembar peta, memanjang dari Timurlaut-Baratdaya memasukan unsur gas sebagai salah satu medium
sepanjang ± 4 kilometer. pengubah batuan tersebut. Pada umumnya suatu
Adapun bukti-bukti struktur sesar geser jurus intrusi batuan beku selalu diikuti oleh adanya
Labuan Poh di lapangan adalah sebagai beri-kut: injeksi larutan sisa yaitu larutan hydrothermal.
a. Zona breksiasi yang terdapat di batuan lava Menurut Schwartz (1954), alterasi terjadi bila
andesit dengan arah N 400 E yang tersingkap di larutan hidrotermal berdifusi, mengisi dan
Sungai Ponii pada Lokasi Pengamatan LP.4-6. mempengaruhi rekahan-rekahan dinding batuan.
b. Breksiasi yang terdapat di batuan lava andesit
Charles Meyer (1967), mengatakan bahwa ubahan
dengan arah N 400 E yang tersingkap di Sungai
Ponii pada Lokasi Pengamatan LP.3-8. silisifikasi (silisification) adalah salah satu ubahan
yang umum terjadi dalam pembentukan endapan
2.3.3 Mekanisme Pembentukan Struktur bijih sulfida. Mineral ubahan umumnya berupa
Geologi Daerah Penelitian. mineral kuarsa yang berbentuk urat dan merupakan
hasil peleburan (extraxtion) dari silika yang
terdapat pada batuan dinding yang dekat dengan batuan yang mengalami alterasi hidrotermal dapat
tubuh endapan bijih. Peristiwa ini dapat terbentuk mengalami mineralisasi bijih.
akibat adanya larutan dalam lingkungan kimia yang Tipe alterasi tertentu biasanya akan menunjukan
kuat dan luas, yang kemungkinan sekali akan zonasi himpunan mineral tertentu akibat ubahan
berasosiasi dengan zona ubahan argilik, serisitasi, oleh larutan hidrotermal yang melewati batuan
kloritisasi, potassium silikat atau dengan albitisasi sampingnya (Guilbert dan Park, 1986, Evans,
dalam karbonatisasi dalam greisen. 1993). Himpunan mineral ubahan tersebut
Meyer dan Hemley (1967), membeda kan terbentuk bersamaan pada kondisi keseimbangan
ubahan batuan dinding menjadi empat, yaitu : yang sama (aqulibrium assemblage). Mineral-
1. Ubahan Argilik Lanjut. Dicirikan oleh serisit, mineral baru yang terbentuk, diendapkan mengisi
kuarsa, kaolin, piropropilit, kadang turmalin, alunit, rekahan-rekahan halus atau dengan proses
pirit, topas dan mineral lempung. Terdapat pada penggantian (replacement). Mineral-mineral baru
zona yang paling dekat urat bijih. Serisit dalam ini dikenal sebagai mineral sekunder.
jenis ubahan ini merupakan mika berbutir halus
sering sekali kaya akan silika.
2. Ubahan Serisit. Dicirikan oleh mineral ubahan
seperti serisit, kuarsa dan pirit. Jenis ubahan ini
mendekati ubahan kalium silikat yang ditandai
dengan adanya kungkungan alkali feldspar.
Merupakan jenis ubahan yang paling umum dapat
tersebar luas. Dapat terjadi pada semua lingkungan
pembentukan bijih hipogen pada batuan alumina.
3. Ubahan Argilik. Dicirikan oleh kaolin dan
monmorilonit merupakan gradasi menuju zona
ubahan propilitik yang merupakan zona ubahan
yang penting pada peristiwa ubahan hipogen.
4. Ubahan Propilitik. Dicirikan oleh epidot, klorit,
karbonat, serisit, oksida besi dan kadang-kadang
zeolit serta mineral lempung.
Gambar 5-1. Hubungan alterasi dengan mineralisasi pada tipe
endapan epitermal logam dasar (Guilbert dan Park, 1986)
2.4.2 Mineralisasi
Menurut Bateman & Jensen (1981), mineral
bijih adalah mineral yang mengandung satu atau Alterasi hidrotermal menyebabkan perubahan
lebih jenis logam dan dapat diambil secara pada mineralogi dan komposisi batuan yang
berinteraksi dengan fluida hidrotermal. Perubahan
ekonomis. Mineral bijih dapat terdiri dari satu unsur
saja atau merupakan kombinasi dari beberapa unsur mineralogi dan komposisi batuan akibat proses
atau elemen yang dikenal sebagai complex ore. alterasi hidrotermal, erat kaitannya dengan
Mineral-mineral bijih keterdapatannya selalu perubahan unsur-unsur kimia pada batuan yang
berasosiasi dengan mineral penyerta (gangue teralterasi. Dengan mempelajari perubahan
mineral), dimana mineral tersebut biasanya kurang komposisi unsur-unsur kimia dalam batuan yang
berharga dan bersifat non logam, umumnya adalah teralterasi dengan menggunakan pendekatan
mineral kuarsa. Mineral penyerta meskipun kurang mineralogi dan geokimia, dapat diketahui seberapa
berharga akan tetapi dapat digunakan sebagai intens batuan tersebut telah teralterasi. Hal tersebut
mineral penunjuk (guide minerals) keberadaan akan sangat membantu untuk mengetahui
mineral bijih yang bersifat ekonomis. karakteristik alterasi hidrotermal dan mineralisasi
di daerah tersebut (Corbett dan Leach, 1996)
2.4.3. Hubungan Alterasi Hidrotermal dan Mineralisasi sulfida dipengaruhi oleh larutan
Mineralisasi hidrotermal yang mengalir melewati permeabilitas
(sekunder maupun primer) batuan, sehingga terjadi
Alterasi dan mineralisasi sangat erat proses alterasi yang merubah komposisi kimiawi,
kaitannya, dikarenakan tipe alterasi tertentu akan mineralogi dan tekstur batuan asal yang dilaluinya.
dicirikan dengan hadirnya suatu himpunan mineral Tipe alterasi dan mineralisasi pada suatu daerah
yang khas sebagi pencirinya. Alterasi dapat mempunyai sifat dan karakteristik tersendiri yang
menghasilkan mineral bijih dan mineral penyerta sering dicirikan dengan adanya himpunan mineral
(gangue mineral). Namun demikian, tidak semua tertentu.
Keberadaan zona alterasi dan mineralisasi ini lampiran peta) dapat dibagi menjadi 3 (tiga) zona,
akan membantu dalam perencanaan pengembangan yaitu (1). Zona Silisifikasi (warna merah) dan (2).
eksplorasi mineral bijih yang mengandung emas. Zona Propilitisasi (warna kuning).
Salah satu indikator yang berpengaruh terhadap
kehadiran urat -urat pembawa mineral bijih (1). Zona Ubahan Silisifikasi
berharga adalah struktur rekahan (kekar dan sesar). Zona ubahan silsifikasi adalah salah satu
Jaringan kekar yang berkembang merupakan jalan ubahan yang umum terjadi dalam pembentukan
bagi larutan sisa magmatisme untuk mengisi dan endapan bijih sulfida. Mineral ubahan umumnya
tempat terendapkannya mineral-mineral bijih. berupa mineral kuarsa yang berbentuk urat dan
merupakan hasil peleburan dari silika yang terdapat
pada batuan dinding yang dekat dengan tubuh
endapan bijih. Peristiwa ini dapat terbentuk akibat
adanya larutan dalam lingkungan kimia yang kuat
dan luas, yang dapat berasosiasi dengan zona
ubahan argilik, seperti serisit, klorit, potassium
silikat atau dengan albitisasi dalam greisen. Mineral
silika ini dapat terbentuk setelah mineral serisit
terbentuk, yang merupakan hasil ubahan dari
ortoklas sebagai akibat dari kegiatan larutan berupa
air yang mengandung silika tinggi. Leach (1996)
berpendapat bahwa temperatur dan pH fluida
merupakan dua faktor utama yang mengontrol
sistem hidrothermal.

a. Ciri Mineral Ubahan Silisifikasi.


Zona ubahan silisifikasi dicirikan oleh
hadirnya mineral-mineral silika atau kuarsa yang
berlimpah yang berasosiasi dengan mineral sulfida
seperti Bornit (Cu3FeS4), Kalkopirit (CuFeS₄),
Magnetite (Fe₃O₄), dan mineral-mineral Pyrite
(FeS2), Rutil dan Hematit (Fe203) relative
Gambar 5-.2. Alterasi mineral di dalam sistem hidrotermal
(Corbett dan Leach, 1996) jarang/sedikit.

2.4.4 Aletrasi dan Mineralisasi Daerah b. Sebaran Zona Ubahan Silisifikasi Daerah
Penelitian Penelitian
Pada peta zona ubahan dan mineralisasi, zona
Alterasi hidrotermal pada suatu daerah tertentu ubahan silisifikasi tersebar secara merata di daerah
akan mempunyai karakteristik tersendiri. Didaerah penelitian zona ini tersebar hampir diseluruh bagian
penelitian sumber panas yang memicu hadirnya daerah penelitian pada satuan batuan breksi, tufa
fluida hidrothermal diperkirakan berasal dari dan lava. Di lokasi ini batuan tufa telah mengalami
larutan hidrotermal yang menerobos batuan. Batuan ubahan silisifikasi dengan hadirnya mineral-
yang terdapat di daerah penelitian dijumpai mineral ubahan silika sebagai mineral ubahan. Pada
sebagian dalam keadaan telah teralterasi dan ada zona ubahan silisifikasi ini dijumpai mineral-
juga yang tidak teralterasi. Mineral-mineral ubahan mineral logam berupa kalkopirit, magnetit, bornit
yang dapat diamati antara lain mineral-mineral dan pirit.
kuarsa, lempung, pyrite, magnetit, rutile, serisit, Penyebaran zona ini diduga dikontrol oleh
epidot, bornit, dan klorit. pola kekar yang terdapat di daearah ini sehingga
Pengelompokan zona ubahan hidrotermal di ubahan silisifikasi penyebaranya cenderung
daerah penelitian mengacu pada klasifikasi yang mengikuti pola kekar yang ada
dibuat Leach (1998). Dengan cara mengom c. Pembahasan
binasikan data hasil pengamatan lapangan, analisa Zona ubahan silisifikasi yang terdapat pada
petrografi, dan analisis mineral ubahan pada batuan tufa umumnya didominasi oleh mineral
contoh-contoh batuan yang diambil. Peta zona ubahan silika. Kenampakn fisik batuan tufa yang
ubahan dan mineralisasi di daerah penelitian (lihat terubah berwarna putih kecoklatan. Zona ubahan
silisifikasi dicirikan oleh kumpulan mineral silika biotit mengalami perubahan menjadi klorit dengan
dan mineral lempung.Secara mineragrafi, pada atau tanpa karbonat.
zona ubahan silisifikasi terdapat mineral-mineral
logam yaitu: Pada pengamatan lapangan, batuan yang
§ Magnetit (Fe3O4) berwarna abu-abu termasuk pada zona ini umumnya menampakan
kecoklatan, isotropik, ukuran butir halus - warna abu-abu gelap hingga abu-abu kehijauan, hal
kasar, bentuk butir membulat (magnetit butir ini disebabkan oleh ubahan dari mineral penyusun
kasar), sebarannya tidak merata, sebagian batuan menjadi mineral yang umumnya berwarna
berkelompok, dan sebagian berikatan dengan hijau yaitu kloriote dan epidot.
kalkopirit terutama yang berbutir halus.
§ Kalkopirit (CuFeS2), berwarna kuning, relief a. Ciri
rendah, isotropik, berbutir halus, tersebar Ciri mineral ubahan yang ada pada Zona
relatif merata, sebagian berikatan dengan Ubahan Propilitik adalah: Epidot; Klorit; Karbo-
bornit dan magnetit. nat; dan Pyrite
§ Bornit (Cu5FeS4) berwarna merah muda
(pink), an-isotropik, berbutir halus sebagian b. Lokasi dan Cakupan Area
berikatan dengan kalkopirit. Zona propilitik merupakan zona alterasi yang
§ Pyrite (FeS2) warna kuning krem pucat, relief menempati kurang lebih 22 % dari keseluruhan luas
tinggi, isotropik, diketemukan beberapa butir daerah penelitian. Zona alterasi ini telah mengubah
halus. Satuan Batuan Breksi, Tufa dan Lava. Alterasi ini
terlihat pada daerah bagian selatan, baratdaya dan
Berdasarkan kehadiran mineral-mineral barat di daerah penelitian.
tersebut diatas maka tipe ubahan silisifikasi yang
terdapat di daerah penelitian temperatur pemben- c. Pembahasan
tukannya diperkirakan dimulai dari 2500 C dan hal Alterasi propilitik dapat dijumpai pada daerah
ini didukung juga oleh hadirnya mineral mineral penelitian, penyebaran alterasi ini menyebar dari
ubahan silika dan serisit. barat hingga tenggara daerah penelitian, alterasi ini
Tabel 5-1. Hubungan Temperatur dengan Mineral Ubahan pada Zona
terdapat pada litologi breksi vulkanik dan tufa dan
Slisifikasi di daerah penelitian (Reyes, 1990 dalam Hedenquist, 1998). lava dasit. Alterasi propilitik tersingkap baik pada
dinding terjal bagian selatan dan baratdaya, yang
mengalami proses propilitik dengan intensitasnya
yang cukup banyak. Proses propilitik ini didominasi
oleh mineral klorit-kalsit-pirit serta pada alterasi
terdapat mineral bijih berupa magnetit dan pirit, hal
ini merupakan proses penggantian dari mineral
plagioklas pada breksi vulkanik. Hal ini semua
dikontrol oleh fluida hidrotermal serta rekahan
batuan sebagai celah atau ruang akumulasi fluida
pada wallrock breksi vulkanik.
Kenampakan fisik alterasi ini yaitu berwarna
warna abu-abu gelap hingga abu – abu kehijauan,
(2). Zona Ubahan Propilitik tidak menunjukan adanya kedudukan, teraltrasi,
Jenis alterasi ini umumnya dicirikan oleh kompak, dengan komposisi mineral: Plagioklas 7
kehadiran mineral klorit – epidot – aktinolit %; Felspar 15 %; Piroksen 4 %; Mineral opak 5 %;
(Corbett & Leach, 1996). Zona ini berkembang Gelas 25 % dan Mikrokristalin 35 %. Teralterasi
pada bagian luar dari zona alterasi, yang dicirikan dengan mineral sekunder yang terdiri dari klorit (5
oleh kumpulan mineral epidot maupun karbonat %) Karbonat (5 %). Terdapat urat-urat kuarsa, pasir
dan juga klorit. Klorit adalah mineral yang umum sebagai semen, vuggy dan adanya oksidasi.
pada zona ini. Pirit, kalsit, dan epidot berasosiasi Fragmen: andesit, dasit, lava, tuf, dan caly. Ukuran
dengan mineral mafik (biotit dan horblenda) yang fragmen 1 cm – 35 cm dengan bentuk membulat
teralterasi sebagian atau seluruhnya menjadi klorit sampai menyudut tanggung.
dan karbonat. Alterasi ini dipengaruhi oleh Secara petrografi sayatan bertekstur porfiritik-
penambahan unsur H dan CO2. Kristal plagioklas trachytic, masa dasar afanitik, hipo-kristalin,
mengalami argilitisasi dengan intensitas kecil, hipidiomorf, kumuloporfiritik, aliran masa dasar,
vesikuler, komposisi mineral terdiri dari
plagioklas, k-felspar, piroksen, hornblend dan Tabel 5-3. Perbandingan endapan tipe epitermal dengan daerah
mineral opak, yang tertanam dalam masadasar penelitian
mikrokristalin dan gelas. Mineral sekunder yang
hadir berupa epidot, klorit dan karbonat. Karbonat
hadir sebagai penggantikan plagioklas.
Pembagian temperatur menurut Reyes
(1990) dalam Hedenquis 1998 klorit pada zona ini
memiliki zona temperatur antara 110⁰ C – 340 ⁰ C
dan epidot antara 220⁰ C - 270⁰ C. Temperatur
untuk pembentukan zona ini antara 220⁰ C - 270⁰
C. Berdasarkan Corbett dan Leach (1998) dan
kehadiran asosiasi mineral silika, klorit, epidot
maka zona alterasi ini dapat disebandingkan dengan
zona propilitik yang mendekati kondisi netral pH 6- Dapat digambarkan bahwasanya daerah
7. penelitian berdasarkan bentuk sebaran dimensi
alterasi dan mineralisasi, tekstur dan struktur
Tabel 5-2. Kisaran temperatur dan pH pembentukan
vein/veinlets, temperatur fluida hidrothermal yang
mineral-mineral penciri Zona Poplitiki di daerah
penelitian (Reyes, 1990 dalam Hedenquist, 1998). terperangkap, dan kehadiran mineral gangue. Maka
sistem alterasi dan mineralisasi daerah penelitian
termasuk dalam tipe endapan bijih epithermal low
sulphidation (klasifikasi Lindgren (1933), serta
Hayba dkk 1986), sebagaimana diperlihatkan pada
tabel 5-4. di berikut ini :
Tabel 5-4. Karakteristik mineralisasi tipe endapan
ephithermal low sulphidation daerah Duminanga
DSK.

1.4.4 Tipe Endapan


Sistem endapan yang berkembang di
sepanjang magmatic arc dicirikan oleh tipe
epitermal sulfida rendah, epitermal sulfida tinggi,
dan porfiri. Endapan epitermal terbentuk pada
kedalaman yang dangkal, yaitu antara 1-2 km dari
permukaan dan pada suhu <150°C sampai 300°C
(Corbett dan Leach, 1998).
Terdapat dua jenis endapan epitermal, yaitu
endapan sulfida tinggi (High Sulphides) dan
endapan sulfida rendah (Low Sulsphides). Kedua
sistem tersebut terbentuk dari fluida dengan
komposisi kimia yang berbeda dalam lingkungan Mekanisme mineralisasi dapat diinterpre-
volkanik yang berbeda. Endapan tipe HS tasikan berdasarkan kumpulan mineral ubahan,
berasosiasi dengan fluida dominan magmatik, suhu, dan kondisi pH. Urut-urutan tahapan alterasi
sedangkan tipe LS berasosiasi dengan pH netral dalam gambar Leach, 1998 didasarkan pada
dengan fluida dominan meteorik. Kesebandingan pengelompokkan kehadiran mineral ubahan yang
karakter jenis endapan dengan daerah penelitian ditunjukkan pada Gambar 5.3.
sebagai berikut :
Daerah penelitian memiliki pH netral Bagian pertama dimulai dengan akitifitas
mendekati asam, kehadiran mineral bijih Pirit, magmatisme yang menyebabkan intrusi dasit
kalkopirit, rutil, magnetit, bornit, mineral gangue sebagai sumber panas sekaligus sumber larutan
kuarsa, epidot, klorit, maka dapat disimpulkan tipe hidrotermal. Aktifitas tektonik yang telah terjadi
endapan di daerah penelitian termasuk tipe endapan sebelumnya dan mengontrol patahan menyebabkan
epitermal low sulfida (Corbett dan Leach, 1998). larutan hidrotermal yang dapat berasal dari larutan
sisa magma naik melalui jalur patahan dan
berinteraksi dengan batuan samping yang fologi Perbukitan Gunungapi; (2). Satuan
menyebabkan terjadinya proses alterasi Geomorfologi Perbukitan Batu-gamping; dan
hidrotermal. (4). Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial.
Pola aliran sungai yang terdapat di daerah
penelitian berpola dendritik yang dikontrol
oleh jenis litologi yang homogen. Jentera
geomorfik bentangalamnya berada pada
tahapan dewasa.

2. Tatanan batuan dari tua ke muda adalah Satuan


Batuan Breksi, Tufa dan Lava (Batuan
Gunungapi Belungala yang berumur Miosen
Awal- Miosen Akhir dan diendapkan pada
lingkungan darat. Satuan Batugamping
Terumbu yang diendapkan pada Akhir
Plistosen-Holosen dilingkungan laut dangkal.
Satuan Aluvial Sungai merupakan satuan
termuda di daerah penelitian berupa material
lepas berukuran lempung hingga bongkah.

3. Struktur geologi yang terdapat di daerah


penelitian berupa struktur kekar dan sesar.
Adapun kekar-kekar yang dijumpai berupa
kekar gerus dengan arah umum Baratlaut –
Tenggara dan Baratdaya – Timurlaut. Kekar
Gambar 5.3 Tahapan pembentukan Zona Alterasi Hidrotermal tarik berarah Utara – Selatan. Struktur patahan
daerah penelitian dalam Sistem Alterasi Hidrotermal
(modifikasi dari Leach, 1998).
yang dijumpai berupa Sesar Geser Jurus
Tangagah-1, Sesar Geser Jurus Tangagah-2;
2.5 Sejarah Geologi Daerah Penelitian Sesar Geser Jurus Tangagah-3, Sesar Geser
Jurus Dudepo, Sesar Geser Jurus Ponii.
Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada Keseluruhan struktur geologi yang ada terjadi
kala Miosen Awal yaitu dengan mulai terbentuknya pada kala Pliosen – Plistosen (orogenesa
busur gunungapi akibat adanya jalur penunjaman Pliosen – Plistosen).
ganda, yaitu Lajur Tunjaman Sulawesi Utara di
bagian utara dan Lajur Tunjaman Sangihe Timur di 4. Zona ubahan hidrotermal yang terdapat di
bagian timur - selatan). Pembentukan Lengan daerah penelitian dapat dikelompokan menjadi
gunung api yang mulai terbentuk pada Kenozoik 2 (dua) zona, yaitu: (1). Zona Ubahan
(Miosen Awal – Miosen Akhir) membentang dari Silisifikasi dan (2). Zona Ubahan Propilitik.
timur ke barat (Gorontalo section) berasosiasi Mineralisasi sulfida yang terdapat di daerah
dengan batuan sedimen. penelitian bertipe endapan epithermal dan
terjadi pada purna magmatik (post-magmatic)
Pada kala Pliosen hingga Holosen, di sebelah kala Miosen Akhir - Pliosen. Berdasarkan
timur lengan utara yang membelok ke arah timur genesa pembentukan endapan hidrotermal di
laut (Minahasa section) terbentuk busur gunung api daerah penelitian merupakan endapan
Kuarter. Gugusan gunung api muda muncul ke arah hidrotermal tipe porphyry Au – Ag.
utara melalui kepulauan Sangihe sehingga disebut
dengan busur gunung api Sangihe Timur.
DAFTAR PUSTAKA
3. KESIMPULAN
1. Bateman, A. M. and Jensen, M. L., 1981,
Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana Economic Mineral Deposit, ed. 3, John Willey
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, & Sons, New York.
dapat disimpulkan sebagai berikut:
2. Bemmelen, RW, Van, 1949, The Geology of
1. Geomorfologi daerah penelitian dapat Indonesia, Netherlands : The Heque Martinus
dikelompokan menjadi 3 (tiga) satuan Nijhoff, Vol 1A.
geomorfologi, yaitu: (1). Satuan Geomor-
3. Billings, Marlan P., 1960, Structural Geology, 15. Thornbury, W.D., 1969, Principles of
Second Edition, Prentice – Hall Inc. Geomorphology, John Willey & Sons, New
Englewood Cliffs, New Jersey, 514 p. York.
4. Corbett, G. J. & Leach, T. M., 1996,
Southwest Pasific Rim Gold-Copper System
Structure, Alteration and Mineralisation;
CMS New Zeland Ltd. Auckland, New
Zeland.
5. Fisher, R. V., 1984, Pyroclastic Rocks,
Springer-Verlag. Berlin-Heidenberg. New
York-Tokyo, Hal 1-8.
6. Garwin, S., 2002. The geologic setting of
intrusion-related hydrothermal systems near
the Batu Hijau porphyry copper-gold deposit,
Sumbawa, Indonesia, Society of Economic
Geologists, Special Publication 9, p.333-366.
7. Guilbert, John M and Park, Charles F Jr, 1986,
The Geology of Ore Deposits, W.H Freeman
and Company, New York.
8. Hamilton, W.B., 1979. Tectonics of the
Indonesian region, U.S. Geological Survey
Professional Paper
9. Hedenquist, J. and Reid, F. W. 1985,
Ephitermal Gold, The Earth resources
Foundation, University of Sydney.

10. Lawless JV, White PJ, Bogie I, Peterson LA,


Carwright AJ, 1988, Hydrothermal Minerals
Deposits in the Arc Setting. Exploration Based
on Mineralization Models.
11. Simanjuntak, T.O., 1986, Sedimentology and
Tectonics of The Collision Complex of The
East Arm of Sulawesi, Indone-
sia. Ph.D. Thesis, Royal Holloway and Bed
ford New College, London University, 374 p.
12. Sukamto, Rab, 1975, Perkembangan tektonik
di Sulawesi dan Daerah Sekitarnya;
Suatu Sintesis Perkembangan Berdasar-
kan Tektonik Lempeng. PIT Ikatan Ahli
Geologi Indonesia (IAGI) vol. 2, 1, p. 1-13.
13. T. Apandi & S. Bachri., 1997, Peta Geologi
Lembar Kotamobagu, Sulawesi, Direktorat
Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
14. Lindgren, W., 1933, Mineral Deposits, Mc
Graw Hill Book Company Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai