Biomassa Setengah Jadi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Ekologi Hutan Medan, September

2021

PENGUKURAN BIOMASSA TUMBUHAN BAWAH

Dosen Penanggungjawab :
Dr. Budi Utomo, SP., MP.

Disusun Oleh :
Romaulina Br Purba 201201073
Ahsanul Karim 201201088
Alex Febrianto Pratama S 201201089
Aulia Putri 201201099
Dea Amelia 201201103
Kelompok 8
HUT 3D

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum ekologi
hutan ini dengan baik. Laporan Praktikum Ekologi Hutan yang berjudul
“Pengukuran Biomassa Tumbuhan Bawah” ini dimaksudkan untuk memenuhi
tugas Praktikum Ekologi Hutan sebagai syarat masuk praktikum di minggu yang
akan datang pada Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggungjawab
Praktikum Ekologi Hutan Dr. Budi Utomo, SP., MP. karena telah memberikan
materi dengan baik dan benar. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
asisten yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis mengikuti
kegiatan praktikum ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam upaya untuk memperbaiki
isi laporan ini akan sangat penulis hargai. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.

Medan, September
2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................iii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ............................................................................................
Tujuan .........................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat.......................................................................................
Alat dan Bahan ............................................................................................
Prosedur Praktikum......................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil.............................................................................................................
Pembahasan..................................................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan..................................................................................................
Saran.............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
DAFTAR TABEL

No Teks
Halaman
1. Ekosistem Hutan Sebelum dikeringkan.....................................................................8
2. Ekosistem Non Hutan Sebelum dikeringkan...............................................................8
3. Ekosistem Hutan Setelah dikeringkan.......................................................................8
4. Ekosistem Non Hutan Setelah dikeringkan.................................................................8

iii
iv
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hutan merupakan kesatuan sistem yang berupa hamparan lahan
yang berisi sumber alam hayati yang di dominasi pepohonan alam
lingkungan, yang di ketahui bahwa hutan memiliki kekayaan yang sangat
berlimpah. Hutan merupakan kawasan yang ditumbuhi pepohonan lebat,
dan dihuni oleh tumbuhan lainnya. Kawasan semacam ini terdapat di
wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi sebagai penopang
karbon dioksida (carbon dioxidesink), habitan hewan, modulatorarus
hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan bentuk kehidupan yang
tersebar diseluruh dunia. Hutan adalah paru-paru bumi. Bila hutan mati,
maka bumi pasti mati, termasuk manusia yang mendiami bumi. Kerusakan
hutan banyak terjadi diberbagai daerah, yang sangat berdampak negatif
bagi kehidupan umat manusia dan spesies lainnya. Langkah yang tegas
agar dampak buruk akibat kerusakan hutan tidak terjadi adalah secara
sadar melakukan pelestarian hutan yaitu bijak dalam pengkonversian
hutan, melakukan tebang pilih kemudian melakukan penghijauan atau
reboisasi jika kerusakan hutan telah terjadi (Hriyanto, 2016).
Biomassa merupakan bahan yang berasal dari zat-zat organik yang
dapat diperbaharui, dan dari mahluk hidup baik hewan ataupun tumbuhan.
Umumnya biomassa dapat diperoleh dari tumbuhan secara langsung
maupun tidak langsung dan dimanfaatkan sebagai energi atau bahan dalam
jumlah yang besar. Secara tidak langsung mengacu pada produk yang
diperoleh melalui peternakan dan industri makanan. Biomassa dapat
digunakan sebagai makanan, pakan ternak, serat, bahan baku, produk
kehutanan, pupuk dan bahan kimia. Selama biomassa digunakan sebagai
bahan mentah, karbonnya dapat dipertahankan di dalam bahan dan tidak
memberikan efek kepada emisis gas rumah kaca yang memberikan
kontribusi terhadap pemanasan global. Biomassa terdiri atas senyawa
makromolekul alami yaitu selulosa, lignin dan protein. Metode adsorpsi
menggunakan biomassa tumbuhan dikenal dengan fitofiltrasi. Dasar
2

fitofiltrasi adalah mengunakan biomassa tumbuhan mati sebagai pengikat


ion logam. Biomasa merupakan bahan yang bersifat biodegradabel
sehingga ramah lingkungan (Tangio, 2013).
Tumbuhan bawah merupakan vegetasi yang menempati lapisan
bawah suatu komunitas pohon. Komunitas pohon tersebut dapat berupa
hutan alam ataupun hutan tanaman. Komunitas tumbuhan bawah selalu
identik dengan gulma yang sejak dahulu dipandang sebagai tanaman
pengganggu dan merugikan. Keberadaan komunitas tumbuhan bawah pada
hutan tanaman merupakan komponen keanekaragaman hayati yang sangat
penting untuk dilestarikan, karena mempunyai beberapa nilai yaitu: nilai
eksistensi, etika, estetika, nilai jasa lingkungan, nilai warisan, nilai pilihan,
nilai konsumtif dan nilai produktif. Tumbuhan bawah juga mempunyai arti
ekologis karena pada hakekatnya tumbuhan bawah adalah sebagian dari
penyusun ekosistem hutan. Kehadiran tumbuhan bawah pada hutan
tanaman selain sebagai sumber keragaman hayati juga berperan untuk
melindungi tanah dan organisme tanah, membantu menciptakan iklim
mikro di lantai hutan, menjaga tanah dari bahaya erosi, serta dapat
memelihara kesuburan tanah. Hilangnya tumbuhan bawah dan seresah
dalam pengelolaan hutan tanaman dapat meningkatkan besarnya erosi dan
aliran (Nikmah et al., 2016)
Keberadaan tumbuhan bawah sebagai akibat adanya bukaan tajuk
(gap) merupakan keuntungan tersendiri bagi ekosistem lokal termasuk
penyediaan nutrisi bagi berbagai jenis pohon. Tumbuhan bawah secara
ekologis merupakan indikator kelestarian karena dua aspek, yaitu sebagai
cadangan untuk regenerasi hutan dan fungsi jangka panjang dalam proses
di dalam tanah seperti proses dekomposisi, aliran nutrisi, dan memperkuat
nutrisi tanah. Variasi bukaan tajuk yang terjadi mengakibatkan berbagai
respon pertumbuhan dan perkembangan jenis tumbuhan bawah. suatu pola
distribusi dan kemampuan adaptasi dari suatu spesies terhadap kondisi
lingkungannya sehingga mempunyai pengaruh terhadap komunitas
vegetasi tumbuhan bawah. Respon komunitas tumbuhan bawah secara
3

spesifik menunjukkan kualitas tempat tumbuh yang spesifik pula


(Purnomo et al., 2018).

Tujuan
Tujuan dari Praktikum Ekologi Hutan yang berjudul “Pengukuran
Biomassa Tumbuhan Bawah” adalah untuk mempelajari cara-cara pengukuran
biomassa dan mengetahui biomassa tumbuhan bawah per satuan luas per satuan
waktu untuk biomassa keseluruhan jenis atau per jenis, terutama biomassa di atas
permukaan tanah.
TINJAUAN PUSTAKA

Hutan merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari berbagai jenis tumbuh-
tumbuhan dan hewan. Masyarakat tumbuh-tumbuhan dalam suatu ekosistem
hutan memiliki hubungan erat satu sama lain dengan lingkungannya. Hutan juga
memiliki peran sebagai tempat tinggal dan makanan bagi berbagai jenis fauna
yang hidup di dalamnya. Populasi tumbuhan dan hewan di dalam hutan
membentuk masyarakat yang saling berkaitan erat satu sama lain dengan
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, hutan dipandang sebagai suatu sistem
ekologi atau merupakan ekosistem yang sangat berguna bagi kehidupan manusia.
Di dalam hutan terdapat berbagai keanekaragaman hayati, baik satwa liar maupun
tumbuhan. Dari keanekaragaman sumber daya hayati di hutan tersebut tidak
hanya terbatas pada jenis tumbuhan berkayu, namun juga ditumbuhi oleh
beranekaragam tumbuhan bawah (ground cover/ undergrowth) yang memiliki
keanekaragaman jenis yang tinggi. Tumbuhan bawah merupakan suatu jenis
vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan
kecuali anakan pohon. Tumbuhan bawah meliputi rumput-rumputan, herba,
semak belukar dan paku-pakuan (Yuniawati, 2013).
Keragaman jenis dari kerapatan tegakan diduga akan berpengaruh
terhadap produksi biomassa tumbuhan bawah. Kerapatan tegakan mempengaruhi
besarnya ruang cahaya matahari yang menembus lantai hutan, semakin rapat
tegakan, maka cahaya matahari akan sedikit menembus lantai hutan karena
tertahan oleh massa tajukakibatnya tumbuhan bawah tidak dapat tumbuh.
4

Biomassa tumbuhan bawah didapatkan dari pengambilan sampel tumbuhan bawah


dan pengovenan di laboratorium. Tumbuhan bawah adalah komunitas yang
menyusun stratifikasi bawah dekat permukaan tanah. Tumbuhan ini umumnya
berupa rumput, herba, semak atau perdu rendah. Jenis – jenis vegetasi ini ada
yang bersifat annual, biannual, atau perenial, dengan bentuk hidup soliter,
berumpun, tegak menjalar atau memanjat. Secara taksonomi vegetasi bawah
umumnya anggota dari suku Poceae, Cyperaceae, Araceae, Asteraceae, paku –
pakuan dan lain – lain. Komposisi dari keanekaragaman jenis tumbuhan bawah
sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, kelembaban, pH tanah,
tutupan tajuk dari pohon disekitarnya, dan tingkat kompetisi dari masing – masing
jenis (Aulia et al., 2020).
Di dalam hutan terdapat keanekaragaman hayati, baik satwa liar
maupun tumbuhan. Dari keanekaragaman sumber daya hayati di hutan
tersebut tidak hanya terbatas pada jenis tumbuhan berkayu, namun juga
ditumbuhi oleh beranekaragam tumbuhan bawah (ground cover/
undergrowth) yang memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi.
Tumbuhan bawah merupakan suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di
bawah tegakan hutan kecuali anakan pohon. Tumbuhan bawah meliputi
rumput–rumputan, herba, semak belukar dan paku– pakuan. Tumbuhan
bawah dalam susunan stratifikasi menempati lapisan D yang memiliki
tinggi < 4,5 m dan diameter batangnya sekitar 2 cm. Jenis tumbuhan
bawah bersifat annual, biennial, perennial serta pola penyebarannya terjadi
secara acak, berumpun/berkelompok dan merata. Keberadaan tumbuhan
bawah di lantai hutan dapat berfungsi sebagai penahan pukulan air hujan
dan aliran permukaan sehingga meminimalkan bahaya erosi. Selain itu,
vegetasi tumbuhan bawah berperan penting dalam ekosistem hutan dan
menentukan iklim mikro (Destaranti et al., 2017).
Biomassa merupakan istilah untuk bobot hidup biasanya
dinyatakan sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh
organisme, populasi atau komunitas. Biomassa tumbuhan merupakan
jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup. Biomassa
tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap kabondioksida (CO2)
5

dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organic melalui proses
fotosintesis. Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam
suatu area atau volume tertentu. Biomassa adalah total jumlah materi
hidup diatas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan
ton berat kering per satuan luas. Pengukuran biomassa yang dilakukan
pada bagian hilir DAS Bompon dengan jenis longsor aktif. Tipe longsor
pada lokasi penelitian adalah slide. Tipe Morfologi lokasi penelitian terdiri
atas dua bagian saja yaitu puncak bukit dan lereng tengah dengan
penggunaan lahan kebun campuran. Terdapat 143 pohon pada lokasi yang
terdiri dari beberapa jenis pohon (Samudera et al., 2018).
Satu hektar hutan tropis Indonesia sanggup menyerap 150-200 ton
karbon per tahun. Jumlahnya bisa meningkat lebih besar lagi karena
belum ada metode perhitungan yang benar-benar akurat. Karbon-karbon
tersebut disimpan di badan pohon, akar, tumbuhan bawah dan di atas
permukaan tanah (serasah) serta di dalam tanah (humus). Karbon yang
terdapat dihutan tersimpan diatas dan bawah permukaan tanah. Sumber
karbon hutan salah satunya terdapat pada lantai hutan seperti tumbuhan
bawah dan bahan organic mati (dead organic matter) termasuk di
dalamnya serasah. Keberadaan tumbuhan bawah dan serasah sebagai salah
satu tempat penyimpanan karbon di hutan penting di ketahui karena
tumbuhan bawah juga menyerap karbon dan serasah yang berpotensi untuk
melepaskan CO2 ke atmosfir melalui proses dekomposisi. Dekomposisi
dari serasah yang cukup besar tersebut juga menghasilkan emisi karbon
(Nofrianto et al., 2018).
Biomassa dinyatakan dalam ukuran berat kering per satuan luas.
Jumlah berat kering tumbuhan bawah memiliki jumlah yang berbeda antar
plot pengamtan dalam petak tegakan yang sama maupun antar petak
tegakan pengamatan. Rata-rata biomassa dan karbon stock tumbuhan
bawah tertinggi diperoleh pada petak tegakan Manilkara fasciculate yaitu
sebesar 161,333 sedangkan karbon stocknya 0,807 tonC/Ha. Pada
tumbuhan bawah, jumlah biomassa dan kandungan karbonnya dipengaruhi
oleh komposisi vegetasi tumbuhan bawah penyusunnya. Tanah yang subur
6

dan ketersediaan airnya cukup akan membuat tumbuhan bawah dapat


hidup dengan subur sehingga jumlahnya menjadi banyak. Kesuburan tanah
dan ketersediaan air ini pun berkaitan pula dengan kondisi iklim, di musim
penghujan ketersediaan air sangat mencukupi kebutuhan tanah dalam
menyuplai air untuk tumbuhan yang hidup di atasnya sehingga tumbuhan
pun dapat hidup dengan subur dan baik (Pariri et al., 2020).
Tumbuhan bawah adalah suatu tipe vegetasi dasar yang terdapat di
bawah lahan hutan yang meliputi semak, herba, tumbuhan berkayu, dan
tanaman merambat yang berada di bawah kanopi pohon. Pada kawasan
perkebunan kelapa sawit, tumbuhan bawah seringkali dianggap sebagai
gulma, sehingga berbagai upaya dilakukan untuk mengendalikannya, baik
di perusahaan perkebunan kelapa sawit swasta maupun perkebunan kelapa
sawit rakyat. Anggapan bahwa tumbuhan bawah sebagai gulma kelapa
sawit tidaklah seluruhnya benar karena dapat dimanfaatkan untuk pakan
ternak sapi. Biomassa tumbuhan bawah dimanfaatkan sebagai pakan
ternak sapi potong menurut umur tegakan kelapa sawit. Pada umur
tanaman kelapa sawit 2 tahun, biomassa tumbuhan bawah menjadi hijauan
pakan ternak sebesar 8.845,1 kg/ha. Pada umur kebun kelapa sawit 7
tahun, biomassa tumbuhan bawah menurun menjadi 5.445,1 kg/ha (Firison
et al., 2019).
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat


Praktikum Ekologi Hutan yang berjudul “Pengukuran Biomassa
Tumbuhan Bawah” dilaksanakan pada hari Rabu, 15 September 2021 pada
pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai. Praktikum ini dilaksanakan
secara daring melalui aplikasi Google Classroom, Zoom Meeting, Whats
App dan Googlet Meet.

Alat dan Bahan


7

Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain Patok, Label,
Gunting, Timbangan, Alat Tulis, Golok, Cangkul, Kantong Koran,
Meteran Besar, Oven dan Tali Rafiah.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Padang Rumput,
Semak Belukar, Tegakan Hutan dan Manual Pengenalan Jenis Tumbuhan
Bawah.

Prosedur Praktikum
1. Dibuat patok bujur sangkar dengan ukuran 1 x 1 m di dua tempat sebagai
petak ukur, yaitu padang rumput dan semak belukar atau di bawah tegakan
hutan.
2. Dibatasi petak tersebut dengan tali rafia dan pada setiap sudutnya diberi
patok.
3. Dibuang semua tumbuhan yang terdapat pada petak ukur tersebut dengan cara
memotong tepat di atas permukaan tanah.
4. Diukur intensitas cahaya masing-masing petak ukur.
5. Dibiarkan petak ukur yang sudah dibersihkan tersebut selama 2 (dua) bulan.
6. Setelah 2 (dua) bulan, diidentifikasi semua tumbuhan yang tumbuh tersebut,
kemudian semua tumbuhan tersebut dipotong tepat di atas permukaan tanah.
7. Dipisahkan bagian batang, cabang dan daun per jenis tumbuhan.
8. Dimasukkan ke dalam kantong koran ukuran 2 kg-an bagian batang, cabang
dan daun per jenis, per petak dan berikan label jenis rumput dan lokasi
pengukuran (petak ukurnya).
9. Dikeringkan dengan oven pada suhu 105±20C selama 24 jam, kemudian
ditimbang.

Contoh Tabel
Tabel 1. Ekosistem Hutan Sebelum dikeringkan
Jenis Berat Berat Berat Berat Kadar
Batang akar daun total Air
8

Tabel 2. Ekosistem Non Hutan Sebelum dikeringkan


Jenis Berat Berat Berat Berat Kadar
Batang akar daun total Air

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Adapun hasil dari praktikum yang berjudul Pengukuran Biomassa
Tumbuhan Bawah adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Ekosistem Hutan Sebelum dikeringkan
9

Jenis Berat Berat Berat Berat Kadar


batang akar daun total Air
Suplir Rumpun 40 gr 120 gr 90 gr 250 gr 100%
(Adiantum tenerum)
Pakis Kayu Hitam 20 gr 80 gr 40 gr 140 gr 100%
(Dryopteris cycadina)
Rumput Israel 20 gr 20 gr 40 gr 80 gr 100%
(Circeae ivtetiana)
Total 80 gr 220 gr 170 gr 370 gr

Tabel 2. Ekosistem Non Hutan Sebelum dikeringkan


Jenis Berat Berat Berat Berat Kadar
batang Akar daun total Air
Wujia Pia 60 gr 15 gr 30 gr 105 gr 100%
(Eleutherococcus nodiflorus)
Total 60 gr 15 gr 30 gr 105 gr

Tabel 3. Ekosistem Hutan Setelah dikeringkan


Jenis Berat Berat Berat Berat Kadar
Batang akar daun total Air
Suplir Rumpun 1,2 gr 4,1 gr 2,9 gr 10,2 gr 30%
(Adiantum tenerum)
Pakis Kayu Hitam 0,5 gr 2,1 gr 1 gr 3,6 gr 30%
(Dryopteris cycadina)
Rumput Israel 1,3 gr 0,3 gr 0,4 gr 2 gr 30%
(Circeae ivtetiana)
Total 3 gr 6,5 gr 4,3 gr 15,8 gr

Tabel 4. Ekosistem Non Hutan Setelah dikeringkan


Jenis Berat Berat Berat Berat Kadar
batang Akar daun total Air
Wujia Pia 19 gr 5 gr 9 gr 33 gr 30%
(Eleutherococcus nodiflorus)
Total 19 gr 5 gr 9 gr 33 gr

Pembahasan
Pada Praktiikum Ekologi yang berjudul “Pengukuran Biomassa
Tumbuhaan Bawah” ini didapatkan hasil seperti yang terdapat pada tabel 1, 2, 3
dan 4. Dari ekosistem hutan dan ekosistem non hutan pada tabel 1 dan 2
ditemukan beberapa jenis tumbuhan dan ekosistem jenis tumbuhan yang lebih
banyak didapat yaitu pada ekosistem hutan yang terdapat tiga jenis tumbuhan.
Jenis tumbuhan itu ialah Suplir Rumpun (Adiantum tenerum), Pakis Kayu Hitam
(Dryopteris cycadina) dan Rumput Israel (Circeae ivtetiana). Didapatkanlah hasil
pengukuran berat batang, berat akar, berat daun, berat total serta kadar air yang
diambil dari plot contoh yang telah dibuat untuk diamati. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Wahyuni (2016) yang menyatakan pengukuran biomassa tumbuhan
bawah dan serasah dengan menggunakan metode destructive sampling.
10

Semakin rapat tajuk pohon penyusun suatu lahan maka biomassa


tumbuhan bawah akan semakin berkurang karena kurangnya cahaya matahari
yang mencapai lantai hutan, sehingga menyebabkan pertumbuhan vegetasi bawah
menjadi tertekan. Hal ini akan berpengaruh pada besarnya cadangan karbon pada
biomassa tumbuhan bawah. Dengan kata lain kualitas tempat tumbuh berpengaruh
terhadap pertumbuhan tumbuhan bawah seperti halnya dengan pertumbuhan
pohon pada tegakan, dimana tegakan yang memiliki kualitas tempat tumbuh yang
baik akan menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dengan lebih baik
pula bagi tumbuhan bawah sehingga pertumbuhan tumbuhan bawah akan semakin
baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ariani et al., (2014) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan tumbuhan bawah berpengaruh terhadap kualitas tempat
tumbuhnya.
Jumlah berat total dari biomasaa batang, akar, daun pada ekosistem hutan
dan ekosistem non hutan berbeda-beda, begitu juga berat total biomassa antar
vegetasi. Serta jumlah jenis vegetasi yang didapatkan pada ekosistem hutan dan
ekosistem non hutan berbeda-beda. Seperti pada ekosistem hutan ditemukan ada 3
jenis tumbuhan yaitu Suplir Rumpun (Adiantum temerum) dengan berat batang
40gr, berat akar 120gr, berat daun 90gr dan berat total 250gr. Kedua ada
tumbuhan Pakis Kayu Hitam (Dryopteris cycadina) dengan berat total 140gr,
serta Rumput Israel (Circeae ivtetiana) dengan berat total 80gr. Sedangkan pada
ekosistem Non hutan hanya ditemukan 1 tumbuhan yaitu Wujia Pia
(Eleutherococcus nodiflorus) dengan berat total 105gr. Perbedaan besar biomassa
pada pengamatan dipengaruhi oleh beberaoa faktor. Hal ini didukung dengan
pernyataan dari Tuah (2017) yang menyatakan bahwa Tingginya rendah cadangan
biomassa pada suatu lokasi atau plot terkait dengan kerapatan vegetasi dari plot
tersebut dan semakin besar diameter pohon dan umur pohon juga turut
meningkatkan biomassa dan cadangan karbon di lokasi tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
1. Biomassa merupakan bahan yang berasal dari zat-zat organik yang dapat
diperbaharui, dan dari mahluk hidup baik hewan ataupun tumbuhan.
11

2. Tumbuhan bawah merupakan vegetasi yang menempati lapisan bawah


suatu komunitas pohon.
3. Berat total yang paling tinggi diperoleh adalah 250gr yaitu Suplir Rumpun
dan berat total terendah adalah 80 gr yaitu Rumput Israel.
4. Pada ekosistem hutan sebelum dikeringkan diperoleh Suplir Rumpun dengan
berat batang 40gr, berat akar 120gr, berat daun 90gr, berat total 250gr, Pakis
Kayu Hitam diperoleh berat batang 20gr, berat akar 80gr, berat daun 40gr, berat
total 140gr, Rumput Israel berat batang 20gr, berat akar 20gr, berar daun 40gr,
berat total 80gr dan pada ekosistem non hutan diperoleh Wu Jia Pia berat batang
60gr, berat akar 15gr, berat daun 30gr, berat total 105 gr dengan kadar air yang
sama yaitu 100%.
5. Pada ekosistem hutan setelah dikeringkan diperoleh Suplir Rumpun
dengan berat batang 1,2gr, berat akar 4,1gr, berat daun 2,9gr, berat total
10,2gr, Pakis Kayu Hitam diperoleh berat batang 0,5gr, berat akar 2,1gr,
berat daun 1r, berat total 3,6gr, Rumput Israel berat batang 1,3gr, berat
akar 0,3r, berar daun 0,4gr, berat total 2gr dan pada ekosistem non hutan
diperoleh Wu Jia Pia berat batang 19gr, berat akar 5gr, berat daun 9gr,
berat total 33gr dengan kadar air yang sama yaitu 30%.

Saran
Sebaiknya pada praktikum ini para praktikan lebih teliti dalam
menganalisis jenis tumbuhan serta lebih teliti dalam melakukan perhitungan.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani A, Sudhartono A, Wahid A. (2014). Biomassa dan karbon tumbuhan


bawah sekitar danau Tambing pada kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Jurnal Warta Rimba, 2(1): 164-170
12

Aulia LN, Nugroho Y, Asysyifa. 2020. Pengaruh Kelas Lereng terhadap


Kerapatan Individu dan Produksi Biomassa Tumbuhan Bawah di KHDTK
Mandiangin. Jurnal Sylva Scienteae, 3(1): 140-148.

Destaranti N, Sulistyani, Yani E. 2017. Struktur dan Vegetasi Tumbuhan Bawah


pada Tegakan Pinus di RPH Kalirajut dan RPH Baturraden Banyumas.
Scripta Biologica, 4(3): 32-41.

Firison J, Wiryono, Brata B, Ishak A. 2019. Identifikasi Jenis Tumbuhan Bawah


pada Tegakan Kelapa Sawit dan Pemanfaatannya sebagai Pakan Ternak
Sapi Potong. Jurnal Littri, 25(2): 559-68.

Hriyanto S. 2016. Hutan dalam Karya Seni Grafis. Karya Akhir, 7(2): 1–20.

Nikmah N, Jumari, Wiryani E. 2016. Struktur Komposisi Tumbuhan Bawah


Tegakan Jati di Kebun Benih Klon (KBK) Padangan Bojonegoro. Jurnal
Biologi, 5(1): 30-38.

Nofrianto, Ratnanigsih AT, Ikhwan M. 2018. Pendugaan Potensi Karbon


Tumbuhan Bawah dan Serasah di Arboretum Universitas Lancang Kuning.
Jurnal Kehutanan, 13(2): 144-155.

Pariri IF, Mofu WF, Tampang A. 2020. Dugaan Cadangan Biomasa Tumbuhan
Bawah dan Serasah pada Beberapa Petak Tegakan di Kawasan Hutan
Pendidikan Anggori. Jurnal Kehutanan Papuasia, 6(2): 172-183.

Purnomo DW, Usmadi D, Hadiah JT. 2018. Dampak Keterbukaan Tajuk


terhadap Kelimpahan Tumbuhan Bawah pada Tegakan Pinus oocarpa
Schiede dan Agathis alba (Lam) Foxw. Jurnal Ilmu Kehutanan, 12(1): 61-
73.

Samudera G, Koja R, Nanda Y, Oktaviani T, Dayanti F, Irmayani D, Syarief A.


2018. Kajian Biomassa Pohon pada Longsor Aktif di Bagian Hilir Das
Bompom Magelang Jawa Tengah. Jurnal Geografi, 7(2): 132-135.

Tangio SJ. 2013. Adsorpsi Logam Timbal (Pb) dengan Menggunakan Biomassa
Enceng Gondok (Eichhorniacrassipes). Jurnal Entropi, 8(1): 501-506.

Tuah. 2017. Penghitungan Biomassa dan Karbon Di Atas Permukaan Tanah di


Hutan Larangan Adat Rumbio Kab Kampar. JOM Faperta 4(1): 16-21

Wahyuni, S. 2016. Estimasi Cadangan Karbon di Atas Permukaan Tanah di


Hutan Bukit Tangah Pulau Area Produksi PT. Kencana Sawit Indonesia
(KSI), Solok Selatan. Bio-Lectura: Jurnal Pendidikan Biologi, 3(1): 48-62.

Yuniawati Y. 2013. Pengaruh Pemanenan Kayu Terhadap Potensi Karbon


Tumbuhan Bawah dan Serasah di Lahan Gambut (Studi Kasus di Areal Hti
Kayu Serat PT. Rapp Sektor Pelalawan, Propinsi Riau). Jurnal Hutan
Tropis, 1(1): 40-51.
13

LAMPIRAN
14

Gambar 1. Daun sebelum Gambar 2. Daun setelah


dikeringkan dikeringkan

Gambar 4. Batang sebelum Gambar 5. Batang setelah


dikeringkan dikeringkan

Gambar 6. Pengukuran daun Gambar 7. Pengukuran


setelah dikeringkan batang setelah dikeringkan

Anda mungkin juga menyukai