Makalah Keperawatan Anak Kecukupan Nutris Pada Bayi Konesling Asi KLMPK 4
Makalah Keperawatan Anak Kecukupan Nutris Pada Bayi Konesling Asi KLMPK 4
Makalah Keperawatan Anak Kecukupan Nutris Pada Bayi Konesling Asi KLMPK 4
DI SUSUN:
KELOMPOK 4
RIKMA 202431047
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………...................1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..18
3.2 Saran…………………………………………………………………………18
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………....19
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah keperawatan dasar dengan judul makalah
“INFEKSI PERNAPASAN SALURAN ATAS”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing
program studi D3 Keperawatan pada mata kuliah keperawatan dasar.selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang infeksi saluran pernapasan atas, pengkajian
masalah keperawatan, rencana dan evaluasi, bagi para pembaca dan penulis tentunya.
Kami menyadari makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya,
diharapkan saran serta kritik yang membangun agar kami menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.dan kami berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan dan memberi manfaat
bagi pembaca.
penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Status gizi diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam
jumlah cukup dan dalam kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar berkembang dan
berfungsi secara normal. Status gizi ditentukan oleh sepenuhnya zat gizi yang diperlukan tubuh
dan faktor yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut
(Triaswulan, 2012). Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan
dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi
(Notoatmodjo, 2003). Tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus
dengan usia 0-28 hari dan masa paska neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa neonatus
merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap
lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada
paska neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005).
2. Rumusan masalah
1. Pengertian status gizi?
2. Pemeliharaan status gizi pada bayi?
3. Penilaian status gizi pada bayi?
4. Pengertian pengetahuan ?
5. Tingkatan pengetahuan ?
6. Factor yg mempengaruhi pengetahuan makanan pendamping asi ?
3. Rumusan masalah
1. Untuk mengetahui status gizi
2. Untuk mengetahui pemeliharaan status gizi pada bayi
3. Untuk mengetahui status gizi pada bayi
4. Untuk mengethaui pengertian pengetahuan
4
5. Untuk mengetahui tingkatan pengetahuan
6. Untuk mengetahu pengetahuan makanan pendamping gizi
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Status gizi diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat ditentukan oleh ketersediaan zat gizi dalam
jumlah cukup dan dalam kombinasi waktu yang tepat di tingkat sel tubuh agar berkembang dan
berfungsi secara normal. Status gizi ditentukan oleh sepenuhnya zat gizi yang diperlukan tubuh
dan faktor yang menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut
(Triaswulan, 2012).
Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik
yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2003). Tahapan
pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa
paska neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa neonatus merupakan bulan pertama
kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi
darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh, dan pada paska neonatus bayi akan
mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005).
Status gizi merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi yang
diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk anak balita, aktifitas, pemeliharan
kesehatan, penyembuhan bagi mereka yang menderita sakit dan proses biologis lainnya di dalam
tubuh. Kebutuhan bahan makanan pada setiap individu berbeda karena adanya variasi genetik
yang akan mengakibatkan perbedaan dalam proses metabolisme. Sasaran yang dituju yaitu
pertumbuhan yang optimal tanpa disertai oleh keadaan defisiensi gizi. Status gizi yang baik akan
6
turut berperan dalam pencegahan terjadinya berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi dan
dalam tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal (Depkes RI, 2008).
a. Dimulai sejak dalam kandungan. Ibu hamil dengan gizi yang baik, diharapkan akan
melahirkan bayi dengan status gizi yang baik pula.
c. Pemberian makanan pendampingan ASI (weaning food) bergizi, mulai usia 6 bulan
secara bertahap sampai anak dapat menerima menu lengkap keluarga serta memperpanjang masa
menyususi (prolog lactation) selama ibu dan bayi menghendaki.
Penilaian status gizi penting untuk mengidentifikasi baik keadaan kurang maupun kelebihan gizi
dan memperkirakan asupan energi optimum untuk pertumbuhan dan kesehatan. Penilaian status
gizi dapat dibagi menjadi pemeriksaan fisik secara langsung dan pemeriksaan fisik secara tidak
langsung. Pemeriksaan fisik secara langsung dibagi mendjadi empat penilaian yaitu:
antopometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Pemeriksaan fisik secara tidak langsung dapat dibagi
tiga yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.
(TB/U), (BB/TB), (IMT/U) klasifikasi status gizi berat badan per umur
7
b. Gizi baik, jika -2,0 SD sampai +2,0 SD
B. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
(Notoatmodjo, 2011) .
2. Tingkatan Pengetahuan
tingkat yaitu :
a. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contoh: dapat
menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
8
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya).
d. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
1. Faktor Internal
a. Pendidikan
Secara umum, pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain baik individu, kelompok, atau masyarakat melalui kegiatan untuk memberikan dan
meningkatkan pengetahuan sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku
pendidik. Dari batasan ini, unsur-unsur pendidikan yakni: input adalah sasaran pendidikan
(individu, kelompok dan masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan), proses (upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), dan output (meningkatnya pengetahuan sehingga
melakukan apa yang diharapkan) (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
dan pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
9
b. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap proses mengakses informasi yang dibutuhkan
terhadap suatu objek, sehingga bisa dikatakan pekerjaan adalah media yang digunakan untuk
mengakses informasi untuk menambah pengetahuan seseorang.
c. Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercayai dari orang
yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b. Sosial budaya
c. Informasi
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula yang menekankan informasi
sebagai transfer pengetahuan. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan nomal maupun non
formal seperti dari iklan di media, keluarga atau orang terdekat, lingkungan sosial, petugas
kesehatan, dan lainnya dapat memberikan pengaruh yang dapat meningkatkan pengetahuan.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal, dapat memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya pengetahuan itu sendiri. Informasi bisa didapat dari:
10
Hal ini terkait dengan peran petugas kesehatan dalam hal promosi kesehatan dan edukasi
informasi ke masyarakat. Dalam hal MP-ASI, penjelasan petugas kesehatan tentang MP-ASI
yang baik sesuai yang tertulis dalam buku KIA akan berpengaruh pada pengetahuan ibu tentang
MP-ASI dan pemberian MP-ASI. Selain itu pemantauan juga diperlukan untuk mengevaluasi
pemberian MPASI yang baik agar gizi bayi dapat terpenuhi dengan baik dan mencegah masalah
kesehatan bayi terkait makanan.
Pada umumnya ibu akan patuh pada nasehat petugas kesehatan, oleh karena itu petugas
kesehatan diharapkan untuk memberikan informasi tentang kapan waktu yang tepat memberikan
MP-ASI, manfaat MP-ASI dan kerugian tidak memberikan MP-ASI (Novina, 2012). Peran
tenaga kesehatan antara lain sebagai komunikator, fasilitator, konselor, dan motivator.
d. Status Ekonomi
Keluarga dengan status ekonomi tinggi akan lebih mudah mencukupi kebutuhan primer dan
sekunder dibandingkan dengan kelurga status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi
kebutuhan akan informasi yang termasuk dalam kebutuhan sekunder. Status Ekonomi juga akan
menentukan ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status
ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
1. Pengertian
MP-ASI adalah singkatan dari Makanan Pendamping Air Susu Ibu. MP-ASI adalah makanan
yang diberikan untuk bayi atau batita yang masih menyusu pada ibunya. (Almatsier, 2009).
Sebagaimana diketahui, ASI merupakan makanan utama yang pertama bagi bayi. Kandungan
yang kaya akan berbagai macam kebutuhan yang diperlukan oleh bayi semuanya berada dalam
ASI, sehingga jenis makanan apapun akan sulit menandingi kehebatan ASI. Jangka waktu
11
pemberian ASI eksklusif yang baik bagi anak adalah hingga mencapai usia 6 bulan. Artinya,
sampai usia 6 bulan bayi tidak memerlukan makanan lain karena segala kebutuhan yang
diperlukan oleh bayi terdapat dalam ASI (Sudaryanto, 2014).
Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan makanan lunak yang bergizi yang sering disebut
MP-ASI. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga (Anton, 2008).
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun
jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi dan anak.
Menurut Sudaryanto (2014) makanan bayi dan batita jelas berbeda dengan makanan orang
dewasa. Makanan Pendamping ASI yang baik harus memenuhi syarat utama, yakni sehat, mudah
dicerna, dan mengandung sejumlah nutrisi terutama energi dan protein. Apalagi untuk MP-ASI
yang sudah diberikan rutin setiap hari. Berikut ini beberapa persyaratan MP-ASI yang baik.
a. Sehat
Makanan harus bebas dari kuman penyakit, pengawet, pewarna, dan racun. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi sangat rentan terhadap pengaruh kuman penyakit dan bahan tambahan
makanan (zat aditif). Zat tambahan yang umunya berupa bahan kimia harus dijauhkan dari
makanan bayi.
b. Mudah diperoleh
Makanan tambahan untuk bayi hanya terdiri dari satu bahan atau beberapa bahan saja. Ini karena
sistem pencernaan bayi yang belum siap untuk menerima bermacam-macam makanan.
Walaupun telah banyak pusat perbelanjaan yang menjual barang-barang impor, penggunaan
bahan makanan lokal akan lebih menjamin kesegaran dan merupakan bentuk ketahanan pangan
yang baik.
c. Masih segar
12
Sebaiknya MP-ASI disiapkan saat sebelum diberikan kepada bayi dan dibuat dari bahan-bahan
segar yang bebas polusi. Oleh karena itu, bahan MP-ASI harus memenuhi standar higienis baik
dalam bentuk bahan mentah maupun cara pengolahannya.
d. Mudah diolah
Pengolahan bahan MP-ASI sebaiknya tidak terlalu lama, tetapi teksturnya cukup lembut untuk
pencernaan bayi yang baru mengenal MP-ASI. Bahan yang mudah diolah tentu akan
memudahkan orang tua menyiapkan MP-ASI untuk anaknya.
e. Harga terjangkau
MP-ASI tidak harus mahal. Jika harganya terjangkau, tentu lebih baik. Secara umum, harga
bahan pangan nabati lebih murah daripada bahan pangan hewani. Selain itu, porsi makan bayi
masih sedikit sehingga tidak perlu membeli MP-ASI terlalu banyak.
Makanan tambahan yang diberikan ke bayi harus memenuhi kecukupan gizi bayi. Kombinasi
yang tepat antara bahan nabati dan hewani diharapkan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi untuk
tumbuh kembang dengan baik. Selain itu, bahan nabati lebih berisiko kecil menyebabkan alergi
daripada bahan hewani. Selain itu, perlu diingat bahwa bahan makanan sumber protein dapat
memacu pertumbuhan
Ada beberapa makanan yang tidak pantas diberikan untuk bayi usia 6 bulan karena baru tepat
diberikan ke bayi berumur 9 bulan. Ini harus diperhatikan karena kemampuan pencernaan bayi
yang lebih muda usianya berbeda dengan bayi yang sudah besar. Kemampuan cerna bayi
berkembang sesuai dengan umurnya. Untuk pengenalan MPASI awal, sari buah tunggal, bubur
buah tunggal, atau bubur nasi lembut lebih mudah dicerna daripada buah utuh, bubur aneka
buah, atau
13
roti.
Alat yang digunakan juga diperhatikan kebersihannya, agar bisa memberikan MP-ASI yang
sehat dan aman bagi anak.
Menurut Prabantini (2010) secara umum, bayi menunjukkan kesiapan menerima makanan
pendamping jika menunjukkan tanda-tanda berikut:
e. Bayi lebih tertarik pada makanan dibandingkan botol susu atau ketika disodori puting
susu.
f. Bayi rewel atau gelisah, padahal sudah diberi ASI atau susu formula sebanyak 4-5 kali
sehari.
g. Bayi sudah dapat duduk sembari disangga dan dapat mengontrol kepalanya pada posisi
tegak dengan baik.
h. Keingintahuannya terhadap makanan yang dimakan orang lain semakin besar. Bayi
memperhatikan dengan seksama saat orang lain makan
14
Tekstur makanan untuk bayi sebaiknya makanan cair dan lembut seperti bubur buah, bubur susu,
atau bubur sayuran yang dihaluskan.
Bayi mulai bisa diberikan makanan kental dan padat, tetapi tetap harus bertekstur lunak, seperti
aneka nasi tim.
c. Usia 12 – 24 bulan
Bayi sudah mulai dikenalkan pada makanan keluarga atau makanan padat, tetapi tetap
mempertahankan rasa. Pada masa ini, kenalkan finger snack atau makanan yang bisa dipegang
seperti cookies, nugget, atau potongan sayuran rebus atau buah. Ini penting untuk melatih
ketrampilan dalam memegang makanan dan merangsang pertumbuhan giginya (Sudaryanto,
2014).
ASI) yang dianjurkan oleh Depkes (2007) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Pola
0-6 Bulan V
6-9 Bulan V V
9-12 Bulan V V
12-24 Bulan V V
15
5. Jenis MP-ASI
Makanan tambahan lokal adalah makanan tambahan yang diolah dirumah tangga atau di
Posyandu, terbuat dari bahan makanan yang tersedia di tempat, mudah diperoleh dengan harga
terjangkau oleh masyarakat, dan memerlukan pengolahan sebelum dikonsumsi oleh
bayi.
Makanan tambahan hasil olahan pabrik adalah makanan yang disediakan dengan olahan dan
bersifat instan dan beredar dipasaran untuk menambah energi dan zat-zat gizi esensial pada bayi.
E.Kerangka teori
16
F. kerangka konsep
G. Hipotesis
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan ibu tentang MP-ASI
pada baduta usia 6-24 bulan di Puskesmas Colomadu I
2. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pengetahuan ibu tentang MPASI pada baduta
usia 6-24 bulan di Puskesmas Colomadu I.
3. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu tentang MP-ASI pada
baduta usia 6-24 bulan di Puskesmas Colomadu I.
4. Ada hubungan antara peran petugas kesehatan dengan pengetahuan ibu tentang MP-ASI
pada baduta usia 6-24 bulan di Puskesmas Colomadu I.
17
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Status gizi diartikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan
antara kebutuhan dan masukan zat gizi. Status gizi sangat ditentukan oleh
ketersediaan zat gizi dalam jumlah cukup dan dalam kombinasi waktu yang tepat
di tingkat sel tubuh agar berkembang dan berfungsi secara normal. Status gizi
ditentukan oleh sepenuhnya zat gizi yang diperlukan tubuh dan faktor yang
menentukan besarnya kebutuhan, penyerapan, dan penggunaan zat-zat tersebut.
SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, semoga
kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah "Kecukupan Nutrisi Pada Bayi Konseling Asi" dengan sumber-sumber
yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/73554/4/BAB%20II.pdf
http://news.unair.ac.id/2020/07/24/menyusui-eksklusif-media-apa-yang-
cocok-diberikan-oleh-tim-konseling-laktasi/
19