Skripsi Agus Aprianto (D1a013014)
Skripsi Agus Aprianto (D1a013014)
Skripsi Agus Aprianto (D1a013014)
SKRIPSI
Oleh :
AGUS APRIYANTO
D1A 013 014
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2017
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran ALLAH SWT karena atas berkat dan rahmat-
Mataram guna memperoleh gelar Sarjana Hukum. Skripsi ini dapat diselesaikan
atas bantuan, dukungan, bimbingan dan arahan dari berbagi pihak dan oleh karena
1. Bapak Prof. Dr. H. Lalu Husni, SH., M.Hum. Selaku Dekan Fakultas
3. Bapak Abdul Hamdi, SH., MH. Selaku Dosen Pembimbing Pertama yang
4. Bapak Nanda Ivan Natsir, SH., MH. Selaku Dosen Pembimbing Kedua
skripsi ini dan sekaligus sebagi anggota satu dalam tim dewan penguji
5. Bapak Lalu Parman, SH., M.Hum, Dosen Penguji Netral yang telah
skripsi ini dan terimah kasih juga atas pengalaman sidang yang luar
biasa.
8. Kedua Orang tua saya yaitu Bapak Hadi Mulyono dan Ibu Nurul
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
Penyusun
Agus Apriyanto
ii
vii
RINGKASAN
AGUS APRIYANTO
NIM: D1A013014
ABSTRAK
ABSTRACT
The purpose compiler doing this study is to determine the constraints faced in conducting
training for prisoners that have implications for the administration of disciplinary
punishment and to know the implementation of disciplinary punishment for inmates who
violate the rules in prisons Class IIA Mataram. Method used in this research is empirical law
research method. The results of this study explained that the constraints faced in conducting
training for prisoners, among others: the number of officer personnel, budget, and in terms of
prisoners, facilities and infrastructure development. And the implementation of disciplinary
sanctions for prisoners who violate rules that for disciplinary offenses mild level of
punishment disciplined by warning strikes orally, for breach of discipline moderate levels of
disciplinary punishment given is the delay time of the visit, and for disciplinary offenses
weight level administration Disciplinary punishment is included in the cell of exile.
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................ i
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
Mataram ........................................................................................ 38
A. Kesimpulan.................................................................................... 76
B. Saran .............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yang berkeadilan. Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan apa saja
yang tidak boleh dilakukan. Sasaran hukum yang hendak dituju bukan saja
mungkin akan terjadi, dan kepada alat perlengkapan negara untuk bertindak
menciptakan keadaan yang teratur, aman dan tertib. Demikian juga hukum
pidana yang merupakan salah satu hukum yang dibuat oleh manusia. Hukum
dan berhak atas lingkungan hidup yang nyaman dan damai,karena itu
merupakan salah satu bentuk hak asasi manusia yang ada di Negara ini yang
dijamin langsung oleh Negara karena Indonesia adalah Negara hukum sesuai
1
Evi Hartanti, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika, hlm. 1.
2
Hukum”2 dan ciri dari Negara hukum adalah adanya perlindungan terhadap
perlindungan terhadap hak asasi manusia dan adanya peradilan yang terbuka.
dalam hukum pidana positif Indonesia, karena pidana juga berfungsi sebagai
pranata sosial yang di mana dalam hal ini pidana adalah bagian dari reaksi
sosial dalam masyarakat, dan proses penjatuhan pidana ini dilakukan sesuai
yang ada di Indonesia maka seseorang yang telah dianggap bersalah melalui
proses peradilan pidana dan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan
Pemasyarakatan atau sering disebut dengan Lapas, dimana dalam hal ini
dikatakan bersalah dalam hukum pidana yang biasa disebut narapidana untuk
binaan agar menjadi manusia yang lebih baik dan tidak lagi mengulangi
2
Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 1 ayat (3)
3
patut dihormati dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabat manusia
dibina agar menjadi insan yang lebih baik demi kemajuan bangsa ini. Dalam
hal ini yang memiliki peran yang sangat penting adalah Lapas dimana Lapas
1945.
seperti ini, Hak Asasi Manusia (HAM) yang ada seakan tidak dapat
bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan tujuan dari hukum pidana itu sendiri,
adalah alat untuk menegakan tata tertib dalam masyarakat. Pidana adalah alat
untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan dengan tujuan agar tata tertib
Lembaga Pemasyarakatan.
dari warga binaan pemasyarakatan sendiri yang kurang taat pada aturan yang
3
Muhammad Zainal Abidin & I Wayan Edy Kurniawan, 2013, Catatan Mahasiswa
Pidana, Indie Publishing, Depok, hlm. 6.
4
Indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, LN
Nomor 77, TLN Nomor 3614, Pasal 2.
5
Tertib.”
B. Rumusan Masalah
Mataram?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merumuskan:6
5
PP.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Untuk Mempelajari Hukum Pidana yang Berlaku di
Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997, Cet. III, hlm. 1
6
Ibid
7
Moeljatno Dalam TeguhPrasetyo, HukumPidana, (Jakarta: Rajawali Pers 2011), hlm. 6-
7
8
8
Ibid
9
Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Jakarta Timur: Sinar Grafika,2012, Cet. II,
hlm. 11-13
9
sebagai berikut:
menjalankan fungsinya.
prinsipil terkait dua hal tersebut, dalam teori hukum pidana dikenal
10
Ibid, hlm 9
10
sebagai berikut:
Pidana.
11
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, hlm.1588.
12
Ibid
12
negara.
dalamnya memuat tentang hak dan kewajiban serta larangan bagi para
13
Tri Andrisman, Hukum Pidana, Bandar Lampung, Universitas Lampung, 2011. hlm
78
13
dilakukan oleh napi/tahanan yang diatur dalam Pasal 10 ayat (1), ayat (2),
14
Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013,
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 356, Pasal 10.
14
faktor situasi (extern) serta faktor dalam diri terpidana itu sendiri.
dalam masalah ini karena bagaimanapun juga niat atau itikad yang murni
15
Tina Asmarawati, Pidana dan Pemidanaan Dalam Sistem Hukum di Indonesia,
Yogyakarta, Deepublish, 2015. hlm 30.
15
16
Dellyana, Shant, 1988, Konsep Penegakan Hukum. Yogyakarta: Liberty, hlm. 32.
16
Tahanan Negara (Rutan) adalah tempat orang yang ditahan secara sah
oleh pihak yang berwenang dan tempat terpidana penjara (dengan masa
pidana tertentu).17
Baharuddin Suryobroto:18
17
Dirjen Pemasyarakatan Departemen Kehakiman RI, Petunjuk Pelaksanaan dan Teknis
Perawatan Rumah Tahanan Negara, Jakarta, 1986. hlm. 3.
18
Baharuddin Suryobroto, Bunga Rampai Pemasyarakatan, Jakarta, Dirjen
Pemasyarakatan, 2002. hlm. 10.
17
pengadilan.
dilakukan baik oleh polisi, jaksa maupun hakim dalam rangka pendekatan
hukum.19
Sahardjo (Menteri Kehakiman pada saat itu) pada tanggal 5 Juli 1963
19
Erna Dewi, Hukum Penitensier Dalam Perspektif, Bandar Lampung, Penerbit
Lembaga Penelitian Universitas Lampung, 2013. hlm.90.
20
http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Pemasyarakatan, diakses pada hari Selasa 01
Februari 2017, Pukul 09:00 WITA
18
sebagai tujuan dari pidana penjara. Satu tahun kemudian, pada tanggal
yang baik. Maka yang perlu dibina adalah pribadi dan budi pekerti
21
Indonesia, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, LN Nomor 77,
TLN Nomor 3614, Pasal 5.
20
sebagai berikut:22
22
Adi Sujatno, Loc Cit, hlm.13
23
Adi Sujatno dan Didin Sudirman, Pemasyarakatan Mejawab Tantangan Jaman,
(Jakarta: Vetlas Production, 2008), hlm. 15
24
Ibid, hlm. 17
21
25
Dwija Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, (Bandung: Refika
Aditama, 2006), hlm. 99
23
26
Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013,
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 356, Pasal 6.
25
berlaku.27
restitutif.28
27
RitaPristiwati, 2009, “Peranan Pendidikan Agama Islam Bagi Pembinaan Narapidana
(Studi Kasus di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Kota Pekalongan)”, Medan : USU. hlm. 79
28
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: CV. Rajawali, 1982, Cet. Ke-
4. hlm. 15
26
tersebut meliputi :
2. Pembinaan Narapidana
jenisnya, dan bahkan ada sarana yang sudah demikian lama sehingga
perusahan).
27
1) Berpikir realitas
d) Tujuan Pembinaan
untuk menjadi lebih produktif, untuk menjadi lebih baik dari sebelum
menjalani pidana.
29
Priyanto, 2009, Farmakoterapi dan Terminologi Medis, hal 143-155 Leskonfi,
Depok.hlm. 20-22
30
LAPAS.
1) Terpidana
Yang di maksud dengan Terpidana berdasarkan ketentuan umum
pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 Tentang
Pemasyarakatan “Terpidana adalah seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap”.
31
2) Narapidana
Pengertian dari Narapidana menurut Undang-Undang Nomor 12
tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan berdasarkan ketentuan umum
pasal 1 ayat (7) “Narapidana adalah terpidana yang menjalani
pidana hilang kemerdekaan di LAPAS.”
OIeh karena itu suasana aman dan tertib di Lembaga Pemasyarakatan perlu
Lembaga Pemasyarakatan perlu adanya tata tertib yang wajib dipatuhi oleh
Menurut Pasal 1 ayat (7) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
30
Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, BN Nomor 356, Pasal
1.
31
Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, BN Nomor 356, Pasal
1.
33
Pasal 9 ayat (1), ayat (2), ayat (3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak
32
Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, BN Nomor 356, Pasal
9.
34
tingkat berat itu sendiri dilihat dari berat kecilnya pelanggaran yang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
metode penelitian hukum yang berfungsi untuk melihat hukum dalam artian
diambil dari fakta-fakta yang ada di dalam suatu masyarakat, badan hukum
B. Metode Pendekatan
3) Pendekatan Sosiologis
1) Sumber Data
penafsiran terhadap data yang ada sehingga dapat dipahami untuk dijadikan
primer.
2) Jenis Data
lembaga-lembaga terkait.
ini.
lain:
E. Analisis Data
33
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cet. 8, Rajawali
Pers, Jakarta, hlm. 107.
38
BAB IV
Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dan juga
merupakan himpunan dari norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada
Sistem peradilan pidana itu sendiri terdiri dari 4 (empat) sub-sistem yaitu
IIA Mataram yang selanjutnya disebut LAPAS Kelas IIA Mataram merupakan
bangunan penjara peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1936 dengan
luas bangunan kurang lebih 5.706 M2 dan telah beberapa kali mengalami
(Polrest) Mataram sekitar ± 6 KM dan dengan Rumah Sakit Provinsi NTB sekitar
± 7 KM.
Narapidana dan Tahanan Pria, Bangunan Blok Narapidana dan Tahanan Wanita,
Masjid, Pura, Ruang Besukan, Ruang Pendidikan, Bangunan Poliklinik Tower Air
dan Bangunan Gudang, Bangunan Blok Narapidana dan Tahanan Pria berbentuk
KALAPAS
KA. KPLP
KA.URUSAN KA. URUSAN
KEP/KEU UMUM
REGU JAGA,
I,II,III,IV
KA. SEKSI KA. SEKSI KA. SEKSI
ADM.KAMTIB BIMKER BINAPI/BINADIK
DOKTER &
JFT
PERAWAT
40
tujuan yakni :
Fungsi :
tentang Pemasyarakatan).
Tujuan :
berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga
pengadilan.
dan misi lembaga itu untuk menyiapkan para narapidana kembali ke masyarakat .
Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Mataram mempunyai visi dan misi yakni :
IIA Mataram tidak terlepas dari sebuah dinamika, yang bertujuan untuk lebih
34
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999, LN Nomor 68, TLN Nomor
3842 , Pasal 1 Ayat 1.
42
setelah selesai menjalani masa hukuman (bebas). Seperti halnya yang terjadi jauh
dengan visi dan misi lembaga itu untuk menyiapkan para narapidana kembali ke
menyadari kesalahan dan memperbaiki diri serta tidak mengulangi tindak pidana
a) Pembinaan Kerohanian
Pembinaan kerohanian bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan
narapidana terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Melalui pembinaan
kerohanian dengan penerapan nilai-nilai agama dan nilai-nilai moral
diharapkan narapidana lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan dapat
menyadari kesalahan yang telah dilakukannya. Berdasarkan pada tujuan
pemasyarakatan bahwa sistem pemasyarakatan diselenggarakan dalam
rangka membentuk warga binaan pemasyarakatan menjadi manusia
seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi
tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan
masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup
secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab. Sehingga
melalui pembinaan kerohanian diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran
dalam diri narapidana. Narapidana dapat menyadari kesalahannya dan
35
I Gede Ardita, Petugas KASI BINAPI diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara,
Selasa, Tanggal 23 Mei 2017
43
Tabel. I
Agama Kegiatan
b) Pembinaan Kemandirian
Program pembinaan kemandirian yang diberikan pihak LAPAS Kelas IIA
Mataram adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri warga binaan agar
dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung pada orang lain, siap bersaing
untuk maju, ditandai dengan adanya sikap inisiatif, mampu memecahkan
masalahnya sendiri, dan dapat bertanggung jawab dengan apa yang
dilakukannya. Program pembinaan ini juga bertujuan untuk melatih bakat
dan kemampuan yang dimiliki oleh warga binaan, yang nantinya
diharapkan setelah mendapatkan pelatihan ini warga binaan bisa
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembinaan kemandirian diberikan melalui program-program:
1) Keterampilan untuk mendukung usaha-usaha mandiri, misalnya
kerajinan tangan, reparasi mesin dan alat-alat elektronika dan
sebagainya.
44
dan dapat hidup secara wajar seperti sediakala. Fungsi Pemidanaan tidak lagi
reintegrasi sosial Warga Binaan yang ada di dalam LAPAS Kelas IIA
Mataram.
45
binaan yang sudah dibina itu pasti mau mentaati peraturan dan tidak melakukan
kejahatan lagi, serta juga tidak ada jaminan bahwa program yang dilaksanakan
dapat berfungsi sebagai faktor pendukung dan lebih lagi yang perlu diperhatikan
yakni apabila terdapat sebagai faktor yang menjadi kendala. Munculnya kendala-
kendala tersebut tentunya perlu untuk segera dicari pemecahannya agar dalam
Dari hasil wawancara peyusun dengan bapak I Gede Ardita Anggota Petugas
KASI BINAPI (Binaan Narapidana), kendala yang dihadapi LAPAS Kelas IIA
tenaga petugas juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi LAPAS Kelas
36
I Gede Ardita, Petugas KASI BINAPI diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara,
Selasa, Tanggal 23 Mei 2017
46
IIA Mataram pada saat ini, karena jumlah petugas LAPAS Kelas IIA Mataram
Tabel. II
Jumlah Pejabat di LAPAS Mataram
No Pejabat Total
1. Pejabat Struktural 14
2. Pejabat Fungsional Tertentu 6
3. Petugas Staf 56
4. Petugas Pengamanan 28
5. Jumlah 104
Sumber : Profil LAPAS
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah petugas LAPAS Kelas
(lima) petugas membina 300 (tiga ratus) warga binaan. Jadi sudah jelas
perbandingan yang sangat tidak seimbang antara petugas dan jumlah warga
keamanan dan ketertiban LAPAS Kelas IIA Mataram adalah 28 (dua puluh
penjagaan yakni 14 (empat belas) petugas di waktu pagi dan 14 (empat belas)
petugas diwaktu malam, sedangkan jadwal pengawasan yaitu untuk waktu pagi
pukul 07:00 sampai 18:00 dan untuk pengawasan malam yaitu pukul 18:00
keamanan dan ketertiban. Keadaan seperti ini sudah tentu merupakan kendala
terbesar bagi LAPAS Kelas IIA Mataram untuk mencegah warga binaan
petugas perkantoran atau staf yang dalam hal ini yang bekerja dibagian
diperkantoran atau staf bagian tata usaha, staf kepegawaian dan keuangan
perlu sekiranya dilakukan upaya yang tepat yakni misalnya untuk memberikan
pegawai negeri sipil terutama diwilayah Nusa Tenggara Barat ini apalagi
2. Anggaran Dana
1(satu) macam saja melainkan banyak macamnya sesuai dengan bidang minat
yang dalam hal ini biaya untuk membeli bahan dan alat yang
perlengkapan beribadah, dan buku bacaan lainnya. Yang dalam hal ini
maka untuk 360 (tiga ratus enampuluh) hari saja setiap narapidana
rupiah), dan jika dikalikan dengan jumlah narapidana di LAPAS Kelas IIA
Mataram yakni sebanyak 881 (delapan ratus delapan puluh satu) narapidana,
limapuluh tujuh juta empat ratus ribu rupiah) ini untuk 1(satu) program
Rp.14.272.200.000 (empatbelas miliar dua ratus tujuhpuluh dua juta dua ratus
ribu rupiah), anggaran tersebut sangat kurang dari anggaran dana yang
padahal masih banyak dana yang dibutuhkan bagi para narapidana seperti dana
yang diberikan menjadi salah satu faktor penyebab yang menjadi faktor
berjalan dan tidak terealisasinya semua program pembinaan bagi warga binaan
bahwa: 37
37
I Gede Ardita, Petugas KASI BINAPI diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara,
Selasa, Tanggal 23 Mei 2017
50
Jadi upaya yang tepat untuk mengatasi anggaran dana tersebut adalah dengan
binaan tidak hanya tergantung dari faktor petugasnya, melainkan juga dapat
berasal dari faktor warga binaan pemasyarakatan itu sendiri juga memegang
lagi, namun jika tidak adanya minat maka proses kegiatan dari program
LAPAS Kelas IIA Mataram, Tidak adanya minat dari warga binaan itu
pemasyarakatan.
c. Watak diri
pembinaan.
Dalam hal ini warga binaan yang tidak memahami keseluruan aturan
warga binaan banyak melanggar aturan tata tertib yang ada di LAPAS
itu sendiri.
hambatan dari segi warga binaan itu sendiri, dalam hal ini penyusun juga
berikut :
dijadikan acuan untuk membuat rasa nyaman dan senang terhadap semua
pembinaan dengan tepat serta rasa ketipuasan dari narapidana itu sendiri
Bapak Ibrahim, “bahwa untuk bakat yang tidak sesuai misalnya narapidana
c. Watak diri yang berbeda dari satu narapidana dengan narapidana lainnya,
petugas untuk setiap narapidana. Padahal sudah jelas ketika ada narapidana
baru masuk dan narapidana yang sudah lama berada di LAPAS seharusnya
38
Ibrahim, Narapidana diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara, Selasa, Tanggal 23
Mei 2017
53
dalam diperlakukan, misalnya untuk jam makan ada yang sekiranya yang
tidak suka makanan tersebut malah disinilah narapidana dipaksa suka atau
LAPAS Mataram, karena dari sinilah hambatan dari narapidana itu terjadi
ada juga yang jauh. Jadi berdampak pada sulinya pemahaman mengenai
kesadaran hukum yang tinggi sehingga sebagai warga binaan yang dibina
pada setiap warga binaan yang taat kepada aturan hukum yang berlaku.
Kurangnya peralatan atau fasilitas, baik dalam jumlah dan mutu juga
banyaknya peralatan yang rusak menjadi salah satu faktor penghambat untuk
tidak aman dan tertibnya keadaan di dalam penjara. Bahkan meskipun warga
dan prasarana yang tidak mendukung. Seperti yang dikatakan oleh bapak I
39
Agus Surya, Narapidana diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara, Selasa, Tanggal
23 Mei 2017
40
I Gede Ardita, Petugas KASI BINAPI diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara,
Selasa, Tanggal 23 Mei 2017
55
bertakwa dan taat kepada hukum serta terciptanya kehidupan sosial yang
disiplin di LAPAS Kelas IIA Mataram sangatlah penting karena tidak hanya
untuk menciptakan rasa aman dan tertib di LAPAS tetapi juga agar setiap
ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor
56
dapat menjamin bahwa apapun yang sudah jelas wajib bagi narapidana taati
malah justru dilanggar ataupun sulit untuk dilaksanakan. Maka dari sinilah
perlu adanya batasan atau larangan yang tidak boleh dilakukan oleh
narapidana dan harus taat pada setiap larangan di LAPAS Kelas IIA
Mataram.
Manusia Nomor 6 Tahun 2013, memuat mengenai larangan yang tidak boleh
41
Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, BN Nomor 356,
Pasal 3.
42
Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, BN Nomor 356, Pasal
4.
57
harus ditaati dan dipatuhi oleh setiap narapidana tidak bisa menjamin
bahwa warga binaan yang sudah dibina itu pasti mau menaati peraturan
43
Taufik, Narapidana diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara, Kamis, Tanggal 25
Mei 2017
59
44
Mustakim, Narapidana diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara, Kamis, Tanggal 25
Mei 2017
45
Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, BN Nomor 356, Pasal
4 ayat 2.
60
maupun dari luar LAPAS. Maka dari itu pihak petugas LAPAS harus
dilakukan oleh narapidana atau tahanan yang diatur dalam Pasal 10 ayat
62
(1), ayat (2), ayat (3) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
46
Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013,
Berita Negara Republik Indonesia Nomor 356, Pasal 10.
63
Dari Ketentuan Pasal 9 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 6 Tahun 2013, Adapun jenis hukuman disiplin yang bagi narapidana
Kelas IIA Mataram dapat diketahui dari tahun 2014-2016 ada sekitar 325
berikut :
47
Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, BN Nomor 356, Pasal
9.
65
Tabel. III
Jenis-Jenis Pelanggaran Tata Tertib yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan
Kelas IIA Mataram dari Tahun 2014-2016.
No Jenis-Jenis Pelanggaran Jumlah Pelanggar Hukuman Tahun
1. a. Pelanggaran Tingkat Ringan a.64 orang -Peringatan teguran 2014
b. Pelanggaran Tingkat Sedang b.73 orang -Penundaan waktu
pelaksanaan
kunjungan
c. Pelanggaran Tingkat Berat c. - -
2. a. Pelanggaran Tingkat Ringan a.50 orang -Peringatan teguran 2015
b. Pelanggaran Tingkat Sedang b.47 orang -Penundaan waktu
pelaksanaan
kunjungan
c. Pelanggaran Tingkat Berat c. - -
3. a. Pelanggaran Tingkat Ringan a.65 orang Peringatan teguran 2016
b. Pelanggaran Tingkat Sedang b.24 orang -Penundaan waktu
pelaksanaan
kunjungan
c. Pelanggaran Tingkat Berat c.2 orang -Memasukkan
dalam sel
pengasingan 6 hari
-Dipindahkan ke
LAPAS lain
4. Jumlah 325 Pelanggar 2014-2016
seragam karena pakaian tersebut ada yang kurang layak dipakai seperti
seragam.
satu dengan narapidana yang lain maupun dari segi narapidana dengan
tersebut jangan sampai berakibat lebih jauh lagi pelanggaran tata tertib
tingkat berat. 50
49
Jumasih, Kepala KPLP diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara, Rabu Tanggal 24
Mei 2017
50
Benny Triani, Narapidana yang Melanggar Tata Tertib diLAPAS Kelas IIA Mataram,
Wawancara, Rabu Tanggal 24 Mei 2017
68
dijerat dengan Pasal 351 Ayat (2) KUHP tentang Penganiayaan, yakni:
51
Galung Andip, Kepala KANTIP diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara, Rabu
Tanggal 24 Mei 2017
52
Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara, BN Nomor 356, Pasal
17.
53
Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Pasal 351 Ayat 2.
69
membuat dirinya lebih baik dalam hal pembinaan. Dalam hal penerapan
sidang TPP akan diberikan kepada Kepala LAPAS Mataram sebagai bahan
55
Wawancara Gajali, Petugas KANTIP diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara,
Kamis Tanggal 25 Mei 2017
71
dengan ketentuan dari Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
56
Wawancara Arya Galung, Kepala KANTIP diLAPAS Kelas IIA Mataram,
Wawancara, Kamis Tanggal 25 Mei 2017
72
1) Pengamanan Fisik
pembagiannya adalah :
57
I Gede Ardita, Petugas KASI BINAPI diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara,
Kamis, Tanggal 25 Mei 2017
73
ibadah, klinik, aula, kantin, dan sebagainya. Area ini hanya diakses
tertentu.
berdasarkan hasil rapat dan tim pembuat hukuman disiplin yang ada di
LAPAS.
serta menegakkan hukum secara tegas dan adil terhadap narapidana yang
sendiri. Maka dalam hal ini upaya yang dilakukan petugas dalam melakukan
daripada mengobati.
ketika terjadi pelanggaran masih dirasa belum sesuai dengan apa yang
pemasyarakatan yakni:58
penanganan lebih lanjut dengan cara melerai dan menempatkan dalam sel
58
Iswandi, Narapidana diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara, Kamis, Tanggal 25
Mei 2017
75
2. Upaya pendekatan atau bersosialisi, dalam hal ini ketika sudah diberikan
dan simpati terhadap pelanggar tata tertib terlebih lagi bagi narapidana
saran yang terbaik sebagai upaya untuk memberikan efek jera dan
59
Supardi, Narapidana diLAPAS Kelas IIA Mataram, Wawancara, Kamis, Tanggal 25
Mei 2017
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
pembinaan yang dilakukan, c). Dari segi warga binaan yang tidak ada
minat dan bakat untuk melakukan program pembinaan, serta watak diri
hukum, d). Sarana dan prasarana yang masih kurang baik dalam jumlah
maupun mutu.
berikut : a). Untuk pelanggar disiplin tingkat ringan yang dilakukan oleh
yaitu penempatan dalam sel pengasingan selama 6 (enam) hari dan bisa
tahun 2016 telah terjadi kasus pelanggaran tata tertib dengan total 325
B. Saran
2. Disarankan Kepada LAPAS Kelas IIA Mataram agar lebih tegas dalam
tata tertib LAPAS dengan aturan yang telah diatur didalam Undang-
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2013 tentang
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Mahrus, Ali, 2012, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Cet. II, Jakarta Timur: Sinar
Grafika.
Muhammad Zainal Abidin & I wayan Edy Kurniawan, 2013, Catatan Mahasiswa
Pidana, Indie Publishing, Depok.
Soekanto, Soerjono, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Cet. Ke- 4, Jakarta: CV.
Rajawali.
B. Peraturan
C. Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_Pemasyarakatan.