Proposal Tesis Onggy Aries Seka
Proposal Tesis Onggy Aries Seka
Proposal Tesis Onggy Aries Seka
PROPOSAL TESIS
DI SUSUN OLEH
ONGGY ARIES SEKA ( 94221001)
1
BAB I
PENDAHULUAN
Air formasi adalah air yang berada dalam suatu lingkungan pengendapan
tertentu, air ini didapat pada saat proses pengeboran atau produksi minyak dan gas
bumi. Penanganan permasalahan air timbul dari sifat air yang merupakan pelarut
yang sangat baik. Air dari bawah permukaan banyak berhubungan dengan tanah
dan batuan formasi dan akan melarutkan beberapa senyawa, selain itu juga akan
mengandung padatan tersuspensi dan beberapa gas yang terlarut didalamnya. Air
juga dapat melarutkan beberapa jenis logam. Mikroba juga akan lebih cepat
tumbuh dalam media air. Perubahan tekanan dan temperatur juga akan merubah
senyawa yang terlarut sehingga akan terjadi pengendapan. Analisa air formasi
berguna untuk mengetahui sifat kimia dan sifat fisika dan juga ion-ion yang ada di
dalamnya. pH, temperatur, total dissolved solid, total suspended solid, warna air dan
kesadahan.
Penelitian mengenai air formasi sudah sering dilakukan. Beberapa
penelitian yang berhubungan dengan air injeksi diantaranya adalah analisis
pengaruh injeksi air terproduksi pada kegiatan pressure maintenance terhadap
kualitas air tanah yang dilakukan oleh Bobby Andrian Sitorus, pada penelitian ini
didapatkan hasil bahwa sampel dengan parameter pH, Besi (Fe), Mangan (Mn),
Timbal (Pb) didapatkan pH 5,17 -7,32, Besi (Fe) berkisar antara 0,153-1,634 mg/l
, Mangan (Mn) 0,0074-0,0554 mg/l dan Timbal (Pb) 0,0027. Penelitian lain
mengenai air injeksi dilakukan oleh Yuniarto mengenai dampak limbah cair panas
bumi dan dampaknya terhadap lingkungan. Dari penelitian ini didapatkan hasil
bahwa pembuangan limbah cair panas bumi tidak memberikan dampak ke
lingkungan. Penelitian lain yang dilakukan terhadap air injeksi adalah penelitian
yang dilakukan oleh Tri Partuti mengenai efektivitas resin penukar kation untuk
menurunkan kadar total dissolved (TDS) dalam limbah air terproduksi industri
migas. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi TDS
konsentrasi TDS dalam limbah air terproduksi semakin cepat proses pertukaran
ion terjadi dan semakin cepat resin menjadi jenuh. Penelitian lainnya mengenai air
injeksi adalah Karakterisasi Air Terproduksi Industri Migas Sebagai Sumber Daya
Air Alternatif Di Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Riau. Yang dilakukan oleh
Maulana Hadi. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa Berdasarkan 46
parameter pengujian laboratorium yang disyaratkan pada PP 82/2001 untuk
golongan 1 (air minum), untuk air terproduksi industri migas di wilayah
Kecamatan Minas, masih terdapat 17 parameter (37%) belum memenuhi baku
mutu. Sedangkan untuk kualitas air masyarakat, untuk air minum dari depot isi
ulang mempunyai 4 parameter yang belum masuk dalam baku mutu (9%) dan
untuk air yang dari sumur masyarakat masih mempunyai 3 parameter yang belum
masuk baku mutu (7%).
2
Penelitian lain mengenai air injeksi yaitu analisis pengolahan air terinjeksi
di water treating plant perusahaan eksploitasi minyak bumi oleh pertiwi andarani,
hasil penelitian ini diperoleh bahwa Berdasarkan hasil analisa, API Separator
sudah memenuhi kriteria desain untuk beban permukaan (surface loading), tetapi
untuk kecepatan horizontal pada pit#A lebih tinggi dibandingkan dengan kriteria
desain. Berdasarkan hasil perhitungan, efisiensi penyisihan OC pada MFU adalah
berkisar 96-98%, sedangkan turbiditas adalah berkisar 94-98%. Efisiensi
penyisihan OC pada ORF 60 - 65% (belum memenuhi standar operasi),
penyisihan turbiditas 47-59%. Efisiensi penyisihan kesadahan (hardness) pada
softener mencapai 99%. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan di atas,
belum ada yang membahas secara spesifik kualitas air injeksi berdasarkan
parameter pH, TDS, TSS, DO dan kesadahan sehingga dilakukan penelitian
mengeani hal tersebut.
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah untuk mengetahui
kondisi air formasi sehingga mempertahankan kualitas terbaik dari air formasi
sebelum dilakukan injeksi seperti:
1. Dapat mengoperasikan peralatan yang digunakan selama pengujian
analisa air dilakukan.
2. Dapat memahami parameter yang digunakan dalam menganalisa air
formasi dan kualitas air injeksi dari nutshell filter as-f 512 e dan f.
3. Dapat mengetahui standar kualitas air injeksi yang digunakan sesuai
baku mutu yang digunakan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA , KERANGKA PENELITIAN DAN HIPOTESIS
4
2010.Pada periode tahun 2009-2012 direncanakan untuk melakukan pemboran
43 sumur baru untuk meningkatkan produksi minyak dan gas , barulah pada
tahun 2018 JOB-TALISMAN ENERGI di ambil alih sepenuhnya oleh
PERTAMINA HULU ENERGI.
Dalam industri minyak dan gas bumi, pengambilan minyak dan gas
bumi terbagi dalam beberapa istilah diantaranya primary oil recovery,
secondary oil recovery dan tertiary oil recovery. Hal ini dilakukan berdasarkan
metode produksi atau waktu perolehan yang tepat. Primary oil recovery
merupakan metode produksi hidrokarbon dengan mekanisme pendorong secara
alami dari reservoir tanpa adanya bantuan fluida injeksi seperti air dan gas.
Mekanisme pendorong secara alami ini merupakan proses yang relatif tidak
efisien dan memperoleh pendapatan minyak yang terbatas. Metode selanjutnya
ialah secondary oil recovery dimana metode produksi ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan fluida injeksi seperti air dan gas. Waterflooding ialah
metode secondary oil recovery yang paling sering digunakan. Sedangkan
tertiary oil recovery dilakukan setelah metode primary dan secondary oil
recovery masih belum mampu meningkatkan produksi minyak. Berkurangnya
produksi minyak dari suatu reservoir dapat diakibatkan oleh makin
menurunnya tekanan reservoir selama minyak diproduksikan, sehingga tekanan
drawdown tidak mampu lagi memberikan laju produksi yang ekonomis dan
produksi terpaksa harus berhenti, walaupun sebenarnya jumlah cadangan
minyak yang tertinggal masih cukup besar. Oleh karena itu pada reservoir jenis
ini perlu sekali dilakukan pemeliharaan tekanan reservoir (pressure
maintenance) untuk meningkatkan recovery minyaknya, yaitu salah satu
caranya dengan menginjeksikan air atau gas ke dalam reservoir tersebut.
Metode yang paling banyak digunakan ialah waterflooding.
5
lapisan reservoir untuk sampai kesumur produksi dan sampai ke permukaan..
Penginjeksian air bertujuan untuk memberikan tambahan energi kedalam
reservoir. Pada proses pendesakan, air akan mendesak minyak mengikuti jalur-
jalur arus (stream line) yang dimulai dari sumur injeksi dan berakhir pada
sumur produksi. Penentuan dilakuknnya injeksi ini didasarkan pada beberapa
pertimbangan diantaranya Mobilitas pendesakan yang menguntungkan (cukup
rendah), Berat kolom air dalam sumur membantu menekan, sehingga
mengurangi tekanan injeksi , Fluida pendesak (air) mudah tersebar di dalam
reservoir , dan efisiensi pendesakan baik. Injeksi air Waterflooding ini juga
bertujuan dalam mempertahankan tekanan reservoir yang berkurang sehingga
terjadi juga proses pressure maintenance, hanya penginjeksian waterflooding
ini dilakukan pada zona reservoir . Penentuan dilakuknnya injeksi
waterflooding didasarkan pada beberapa pertimbangan diantaranya:
6
II.3 PENGERTIAN FILTER ( FILTRASI )
Filtrasi adalah proses penyaringan untuk menghilangkan zat padat
tersuspensi dari air melalui media berpori. Filtrasi dapat juga diartikan sebagai
proses pemisahan liquid -liquid dengan melewatkan liquid melalui media berpori
atau bahan-bahan berpori untuk menyisihkan atau menghilangkan sebanyak-
banyaknya butiran-butiran halus zat padat tersuspensi dari liqud. Filtrasi adalah
suatu operasi pemisahan campuran antara padatan dan cairan dengan melewatkan
umpan (padatan + cairan) melalui medium penyaring. Proses filtarsi banyak
dilakukan di industri, misalnya pada pemurnian air minum, pemisahan kristal-
kristal garam dari cairan induknya, pabrik kertas dan lain-lain. Untuk semua
proses filtrasi, umpan mengalir disebabkan adanya tenaga dorong berupa beda
tekanan, sebagai contoh adalah akibat gravitasi atau tenaga putar. Secara umum
filtrasi dilakukan bila jumlah padatan dalam suspensi relatif lebih kecil
dibandingkan zat cairnya.
A. PRINSIP KERJA FILTRASI
1) Debit Filtrasi
7
menyebabkan partikel–partikel yang terlalu halus yang tersaring
akan lolos.
2) Konsentrasi Kekeruhan
Konsentrasi kekeruhan sangat mempengaruhi efisiensi dari filtrasi.
Konsentrasi kekeruhan air baku yang sangat tinggi akan
menyebabkan tersumbatnya lubang pori dari media atau akan
terjadi clogging. Sehingga dalam melakukan filtrasi sering dibatasi
seberapa besar konsentrasi kekeruhan dari air baku (konsentrasi air
influen) yang boleh masuk. Jika konsentrasi kekeruhan yang terlalu
tinggi, harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu, seperti
misalnya dilakukan proses koagulasi – flokulasi dan sedimentasi.
Filter drum vakum putar terdiri dari drum kompartemen Tertutup kain
yang ditangguhkan pada poros aksial di atas bak umpan yang
mengandung suspensi, dengan sekitar 50 hingga 80% dari area layar
terbenam dalam suspensi. Drum biasanya dibagi menjadi tiga bagian
yang dikenal sebagai pembuatan cake, zona penghapusan dan
penyiraman cake. Dua zona pertama berada di bawah vakum, di mana
air dalam material yang ditangani disedot melalui kain saringan, dan
8
padatan partikel menumpuk seperti kue di atas kain. Di zona ketiga
vakum dilepaskan danjet udara terkompresi dapat digunakan untuk
menghilangkan cake. Udara terkompresi juga bisa digunakan untuk
membersihkan kain penyaring.
3. Centrifugal filter
9
media filter berpori, biasanya anyaman kawat, pelat berlubang atau
layar kawat-baji yang dilas, dengan lintasan serat melalui keranjang
dari dalam
keluar ke casing sekitarnya, meninggalkan padatan di belakang sebagai
kue pada media filter.
A. PROSES FILTRASI
Selama proses filtrasi, feed pump P1 dalam posisi on, setting tekanan
pompa dengan mengatur bukaan valve A, Fluida kotor terpompa
mengalir melalui line inlet valve B. Minyak dan solid akan tertahan
oleh media filter karena pecan walnut meng-absorb minyak, dan
minyak yang ter-absorb akan menahan solid, Manga dan Garnet akan
mengabsorp padatan (TSS) yang terjadi dalam produced water.
Selanjutnya air bersih keluar melalui line inlet outlet valve D, menuju
clean water header. Pada tingkat kejenuhan tertentu, akan terjadi
perbedaan tekanan yang akan terbaca oleh Pressure Differential
Indicator yang selanjutnya operator harus segera melakukan proses
regenerasi. Pada proses ini Circulating Pump P2 off, dan valve
C,E,F,G,H dalam posisi tertutup.
B. REGERENASI
10
Regenerasi adalah proses melepaskan minyak dan solid yang ter-
absorb pada media filter, sehingga media filter kembali bersih dan bisa
digunakan kembali untuk filtrasi. Langkah pertama dari proses
regenerasi adalah fluidisasi dari tumpukan media filter.
C. FLUIDASI
Fluidisasi tahap 1 :
Maka air akan mengalir melalui jalur pipa pada valve C yang
terhubung dengan internal screen filter dan selanjutnya media filter
akan terangkat dan teraduk aduk dari sisi bawah karena tekanan
semburan air ini, proses ini berjalan selama 3 menit atau sesuai
kebutuhan. Pada proses ini Circulating Pump P2 off dan valve
B,H,D,E,G dalam posisi tertutup.
D. DISCHARGE
11
air kotor melalui valve G. Sedangkan media filter yang tidak dapat
menembus screen dikembalikan ke vessel dengan menggunakan
Circulating Pump P2.
‐ Valve G dalam posisi terbuka.
‐ Circulating Pump P2 dihidupkan, untuk mengembalikan ke media
filter vessel.
Proses ini membutuhkan waktu selama 11 menit atau sesuai dengan
kebutuhan. Pada proses ini, Feed Pump P1, Circulating Pump P2
dalam keadaan hidup, valve B,H,D,E dalam keadaan tertutup.
E. SETLLING
TABEL 2.1 Penjelasan buka dan tutup valve serta pompa pada setiap proses.
12
Total suspended solid atau jumlah padatan tersuspensi (TSS) adalah
padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak
dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran
maupun beratnya lebih kecil dari sedimen. Misalnya minyak, endapan,
tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme dan
bahan kimia yang tidak larut. Zat padat tersuspensi dapat bersifat
organis dan inorganis. Zat padat tersuspensi dapat diklasifikasikan
sekali lagi menjadi antara lain zat padat terapung yang selalu bersifat
organis dan zat padat terendap yang dapat bersifat organis dan
inorganis. Jumlah padatan tersuspensi dapat dihitung menggunakan
Gravimetri. Kandungan TSS dalam badan air sering menunjukan
konsentrasi yang lebih tinggi pada bakteri, nutrien, pestisida, logam
didalam air.
TDS (total dissolve solid) merupakan ukuran zat terlarut (baik itu zat
organik maupun anorganik, misalnya: garam, dll.) yang terdapat pada
sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam
part per million (ppm) atau sama dengan milligram per liter (mg/L).
Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut
dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2
mikrometer (2×10-6 meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah
untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan,
pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air
mineral, dll.. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang
baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia
(misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, makanan, dll.). Sampai
saat ini ada dua metoda yang dapat digunakan untuk mengukur
kualitas suatu larutan.
3. KESADAHAN
13
sabun. Ketika air yang anda gunakan adalah air sadah, maka sabun
akan sukar berbuih, kalaupun berbuih, buihnya sedikit. Kemudian
untuk mengetahui jenis kesadahan air adalah dengan pemanasan. Cara
yang lebih kompleks adalah melalui titrasi. Air sadah dapat
menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa
dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah
tangga, dan air sadah yang bercampur sabun tidak dapat membentuk
busa, tetapi malah membentuk gumpalan soap scum (sampah sabun)
yang sukar dihilangkan. Efek ini timbul karena ion 2 + menghancurkan
sifat surfaktan dari sabun dengan membentuk endapan padat (sampah
sabun tersebut). Komponen utama dari sampah tersebut adalah kalsium
stearat, yang muncul dari stearat natrium, komponen utama dari sabun:
2 C17H35COO- + Ca2+ → (C17H35COO) 2C.
Kesadahan total yaitu ion Ca2+ dan Mg2+ dapat ditentukan melalui
titrasi dengan EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang
peka terhadap semua kation tersebut. Kejadian total tersebut dapat
dianalisis secara terpisah misalnya dengan metode AAS (Automic
Absorption Spectrophotometry). Asam Ethylenediaminetetraacetic dan
garam sodium ini (singkatan EDTA) bentuk satu kompleks kelat yang
dapat larut ketika ditambahkan ke suatu larutan yang mengandung
kation logam tertentu. Jika sejumlah kecil Eriochrome Hitam T atau
Calmagite ditambahkan ke suatu larutan mengandung kalsium dan ion-
ion magnesium pada satu pH dari 10,0 ± 0,1, larutan menjadi berwarna
merah muda. Jika EDTA ditambahkan sebagai satu titran, kalsium dan
magnesium akan menjadi suatu kompleks, dan ketika semua
magnesium dan kalsium telah manjadi kompleks, larutan akan berubah
dari berwarna merah muda menjadi berwarna biru yang menandakan
titik akhir dari titrasi. Ion magnesium harus muncul untuk
menghasilkan suatu titik akhir dari titrasi. Untuk mememastikan ini,
kompleks garam magnesium netral dari EDTA ditambahkan ke larutan
buffer. Penentuan Ca dan Mg dalam air sudah dilakukan dengan titrasi
EDTA. pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator Eriochrom Black T
(EBT). Pada pH lebih tinggi 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga
EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide.
Adanya gangguan Cu bebas dari pipa-pipa saluran air dapat di masking
dengan H2S. EBT yang dihaluskan bersama NaCl padat kadangkala
juga digunakan sebagai indikator untuk penentuan Ca2+ ataupun
hidroksinaftol. Seharusnya Ca2+ tidak ikut terkopresitasi dengan
Mg2+, oleh karena itu EDTA direkomendasikan. Kejelasan dari titik
akhir banyak dengan pH peningkatan. Bagaimanapun, pH tidak dapat
ditingkat dengan tak terbatas karena akibat bahaya dengan kalsium
karbonat mengendap, CaCO3, atau hidroksida magnesium, Mg(OH)2 ,
dan karena perubahan celup warnai di ketinggian pH hargai.
Ditetapkan pH dari 10,0 ± 0,1 adalah satu berkompromi kepuasan.
Satu pembatas dari 5 min disetel untuk jangka waktu titrasi untuk
memperkecil kecenderungan ke arah CaCO3 pengendapan.
14
4. PH ( DERAJAT KEASAMAN)
Tabel 2.2 Baku mutu kualitas Air Produksi Migas dari Fasilitas Produksi
(on- shore)
15
II.8 KERANGKA PENELITIAN
Pengukuran kesadahan
a.prosedur analisa total hardness, yaitu:
1. Pipet 50 mL sampel, masukkan ke dalam erlenmeyer
100 ml.
2. Tambahkan 0,5 ml larutan buffer dan diaduk.
3. Tambahkan 2-3 tetes larutan hardness indicator dan
diaduk, biarkan selama lima menit.
4. Titrasi dengan larutan EDTA sampai tepat terjadi
perubahan warna dari merah menjadi biru.
b. Kesadahan kalsium (calsium hardness)
1. Pipet 50 mL sampel masukkan ke dalam Erlenmeyer
100 ml.
2. Tambahkan 2 ml larutan NaOH dan diaduk.
3. Tambahkan 0,2 gram Calsium indicator dan diaduk.
4. Titrasi dengan larutan EDTA sampai tepat terjadi
perubahan warna dari pink menjadi purple.
18
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
19
Gambar 3.1 Peta dan Topografi wilayah kerja pertamina hulu energi.
III.3 STUDI LITERATUR
20
2. Oven,
3. Pengaduk magnetik,
4. Pipet volum,
5. Timbangan analitik,
6. Gelas ukur,
7. Cawan aluminium,
8. Penjepit,
9. Kaca arloji, dan
10. Pompa vacuum.
C. KESADAHAN
21
Alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan analisa kesadahan total,
yaitu:
1. Erlenmeyer 100 ml,
2. Pipet volumetrik,
3. Buret mikro,
4. NH4OH (1+4),
5. Larutan Na2CO3 3%,
6. Larutan buffer NH4Cl-NH4OH,
7. Kalsium indicator (murexid),
8. Laruta hardness indicator,
9. Asam Klorida (1+4),
10. Larutan NaOH,
11. Larutan standar EDTA, dan
12. Larutan CaCl2.
D. DERAJAT KEASAMAN ( PH )
22
Penelitian ini di lakukan pada bulan April sampai dengan bulan juni
terhitung 3 bulan lama penelitian berikut table 3.1 jadwal penelitian
BULAN
NO KEGIATAN SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER
M.1 M.2 M.3 M. M.1 M.2 M.3 M.4 M. M.2 M.3 M.4
4 1
1 Studi X
literatur
2 Pengumpula X X
n data
3 Pengujian X
data
4 Pengolahan X X
dan analisis
data
5 Bab 1 X
pendahuluan
6 Bab 2 X X
Tinjauan
pustaka
7 Bab 3 X
metodelogi
penelitian
8 Bab 4 hasil X X
dan
pembahasan
9 Bab 5 X
kesimpulan
dan saran
Note “ M ’’ adalah minggu
23
DAFTAR PUSTAKA
Allan, Thomas. O dan Roberts, Allan. P., 1979. Production Operation (Vol 2), Oil
and Gas ConsultantInc, Tulsa.
Brown, KE. (1980). The Tecnology of Artificial Lift Methods. Volume 1. The
University of Tusla, Petroleum Publishing Co. Tulsa.
Crabtree, Mike., Eslinger, David., dkk, 1999 Fighting Scale, Removal, and
Prevention, Schlumberger, Texas.
James W., Amyx dan Bass. Jr., Daniel. Petroleum Reservoir Engineering :
Physical
Properties
24
Maulana, Hardi. 2017. Karakteristik Terproduksi Industri Migas Sebagai Sumber
Daya Air Alternatif Di Kecamatan Minas,Kabupaten Siak, Riau. Prosiding
Seminar
Nasional Pelestarian Lingkungan (Senpling).
Siregar, S., dan Kristanto, D., (1999). “Pengurasan Minyak Tahap Lanjut”,
Jurusan
TeknikPerminyakan , Yogyakarta, Fakultas Teknologi Mineral: Universitas
Pembangunan Nasional.
25