Kel10 Gizi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEBUTUHAN GIZI PADA USIA LANJUT


Mata Kuliah : Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi

Oleh :
KELOMPOK 10
DEA LAILANI GIOPANI (11194862111349)
DHEA PUTRI ARUM N (11194862111350)
IMA NOORHAYATI (11194862111351)

Dosen Pengampu :
Novita Dewi Iswandari., SSiT.,M.Kes

PROGRAM STUDI ALIH JENJANG S1 KEBIDANAN


UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Allhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi dengan judul
“Kebutuhan Gizi Pada Usia Lanjut”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, sarah dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia Pendidikan.

Banjarmasin, Juni 2022


DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1. Latar Belakang....................................................................................................
2. Rumusan Masalah...............................................................................................
3. Tujuan.................................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................
A. Kebutuhan Gizi Pada Usia Lanjut.......................................................................
B. Penentuan Status Gizi Pada Usia Lanjut.............................................................
C. Masalah Gizi Pada Usia Lanjut...........................................................................
D. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Usia Lanjut........................
E. Peran Zat Gizi Selama Orang Usia Lanjut..........................................................
F. Prinsip Gizi Seimbang Pada Orang Usia Lanjut
G. Menu Yang Sehat Untuk Orang Usia Lanjut......................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................
1. Kesimpulan.........................................................................................................
2. Saran....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Lansia merupakan golongan yang mempunyai karakteristik
berusia lebih dari 60 tahun (pasal 1 ayat 2 UU No. 13 tahun 1998 tentang kesehatan).
Usia lanjut juga dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang dapat
mencapai usia lanjut, maka jika seseorang telah berusia lanjut akan memerlukan tindakan
perawatan yang lebih, baik yang bersifat promotif atau perventif, agar ia dapat menikmati
masa usia
emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.
Proporsi penduduk lansia di Indonesia sejak tahuan 1980 sampai 2010 dan proyeksi
tahuan 2020. Sejak tahun 2020, persentase penduduk lansia melebihi 7% yang berarti
Indonesia mulai masuk kedalam kelompok Negara berstruktur tua (ageing population).
Adanya struktur ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya rata-rata
usia harapan hidup (UHH). Tingginya UHH merupakan salah satu indicator keberhasilan
pencapaian pembangunan nasional terutama di bidang kesehatan.
Permasalahan psikologis yang dialami lansia di panti dan merupakan bagian dari
komponen yang menentukan kualitas hidup seseorang dan berhubungan dengan
dukungan keluarga. Interaksi sosial atau dukungan social dalam keluarga dapat berjalan
dengan baik apabila keluarga menjalankan fungsi keluarga dengan baik, terutama dalam
fungsi pokok kemitraan (partnership), kasih sayang (affection), dan kebersamaan
(resolve).
Perubahan gizi pada lanjut usia merupakan salah satu masalah yang harus dihadapi,
hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain perubahan pola makan, faktor
ekonomi keluarga, dan perubahan fisik yang dialami oleh lansia itu sendiri. Penuaan yang
terjadipun menyebabkan keterbatasan lansia untuk mencerna makanan,oleh karena itu
kita harus memperhatikan cara pengolahan makanan untuk lansia. Pola makan sehat pada
lansia sangat menunjang kesehatannya. Pola makan yang tidak baik dapat menimbulkan
penyakit degeneratife. Hal ini disebabkan pemilihan jenis makanan yang kurang
tepat, jumlah yang tidak proporsional, dan ada bahan makanan yang berbahaya bagi
tubuh yang terdapat dalam makanan.
Lansia termasuk dalam kelompok rentan gizi, konsumsi nutrisi yang baik sebaiknya
tidak hanya dilakukan pada saat masa tua agar tidak menimbulakan beberapa penyakit
degeneratifh. Pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu
dalam proses beradaptasi atau penyesuaian diri dengan perubahan-perubahan yang
dialaminya, selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga
dapat memperpanjang usia. Semua proses pertumbuhan memerlukan zat gizi yang
terkandung dalam makanan. Kecukupan makanan sehat sangat penting bagi para lansia.
Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya sama dengan saat berusia 50 tahun,
namun nafsu makan mereka cenderung terus menurun, karena itu harus terus diupayakan
konsumsi makanan penuh gizi. Kondisi kesehatan pada tahap lansia sangat ditentukan
oleh kualitas dan kuantitas asupan gizi. Gizi yang baik akan berperan dalam upaya
penurunan prosentase timbulnya penyakit dan angka kematian lansia. Konsumsi energy
dan zat gizi yang tidak sesuai dengan anjuran akan menimbulkan masalah gizi ganda
pada lansia yang berdampak pada status kesehatan lansia. Lanisa merupakan salah satu
kelompok yang rawan menderita kekurangan gizi dan
kelebihan gizi. Kekurangan gizi disebabkan oleh penurunan selera makan, penurunan
pada indra perasa. Sedangkan kelebihan gizi disbabkan oleh perubahan gaya hidup.
Bentuk penyajian makanan pada lansia dapat disesuaikan dengan kondisi fisik dan
psikisnya misalnya makanan dalam bentuk makanan biasa, makanan lunak, makanan
cincang, makanan saring, dan makanan cair.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Kebutuhan Gizi Pada Usia Lanjut?
2. Bagaimana Penentuan Status Gizi Pada Usia Lanjut?
3. Apa Saja Masalah Gizi Pada Usia Lanjut?
4. Apa Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Usia Lanjut?
5. Bagaimana Peran Zat Gizi Selama Orang Usia Lanjut?
6. Bagaimana Prinsip Gizi Seimbang Pada Orang Usia Lanjut?
7. Apa Saja Menu Yang Sehat Untuk Orang Usia Lanjut?

C. Tujuan
1. Mahasiswa Mengetahui Apa Saja Kebutuhan Gizi Pada Usia Lanjut
2. Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Penentuan Status Gizi Pada Usia Lanjut
3. Mahasiswa Mengetahui Apa Saja Masalah Gizi Pada Usia Lanjut
4. Mahasiswa Mengetahui Apa Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Usia
Lanjut
5. Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Peran Zat Gizi Selama Orang Usia Lanjut
6. Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Prinsip Gizi Seimbang Pada Orang Usia Lanjut
7. Mahasiswa Mengetahui Apa Saja Menu Yang Sehat Untuk Orang Usia Lanjut
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Kebutuhan Gizi Pada Usia Lanjut


Gizi seimbang adalah keseimbangan antara zat-zat penting yang terkandung di dalam
makanan maupun minuman yang dikonsumsi oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Almatsier gizi yang seimbang dikelompokkan berdasarkan tiga fungsi utama yaitu:
1. Zat energi atau tenaga yaitu yang didapatkan dari padi-padian atau serealia seperti beras,
jagung, gandum, umbi-umbian seperti ubi singkong dan talas serta hasil olahannya seperti
tepung-tepungan, mie dan bihun. Berfungsi sebagai pemberi energi atau tenaga untuk
kegiatan hidup manusia.
2. Zat pembangun yaitu suatu zat yang didaptkan dari sumber protein hewani, seperti daging
ayam telur, dan susu. Sumber protein nabati, seperti kacang-kacangan: kacang kedelai kacang
tanah, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, serta hasil olahannya seperti tempe, tahu,
susu kedelai, dan oncom. Fungsi utama dari zat pembangunan adalah untuk memberi tubuh
perlindungan maksimal terhadap serangan penyakit.
3. Zat pengatur seperti sayuran dan buah, sayuran diutamakan yang berwarna hijau dan jingga,
seperti bayam, daun singkong, daun katuk, kangkung, wortel, serta sayur kacang kacangan
seperti kacang panjang, buncis dan kecipir. Buah-buahan yang diutamakan yang berwarna
jingga dan kaya akan serat dan barasa asam, seperti pepaya, mangga, nanas, nangka masak,
jambu biji, apel, sirsat dan jeruk. Zat pembangun sangat berguna untuk meregenerasi sel-sel
yang mati agar bisa berganti dengan yang baru.
Sumber zat gizi terdapat pada makanan, oleh karena itu pola makan dan menunya perlu
dijadikan perhatian utama. Pola makan yang baik dan seimbang sesuai dengan ukuran kebutuhan
tubuh, dapat membantu seorang lanjut usia tetap dalam kondisi fit dan segar meski usia sudah
senja.
Besaran zat gizi yang dibutuhkan seorang lanjut usia dipaparkan sebagai berikut:
1. Energi
Kebutuhan energi pada masa menua akan menurun. Hal ini karena jumlah sel-sel
otot menurun dan sel-sel lemak meningkat karena aktivitas yang berkurang.
Keseimbangan antara asupan dan keluaran energi akan seimbang jika seorang lanjut usia
memiliki ukuran dan komposisi tubuh yang ideal dan tetap dalam waktu yang lama. Bagi
lanjut usia laki-laki, kecukupan gizi yang disarankan adalah 2050 kalori, berbeda pada
wanita sedikit di bawah laki-laki, yaitu 1600 kalori. Jika seseorang sudah mencapai usia
kepala empat, demi keseimbangan gizi disarankan untuk menurunkan konsumsi energi
sebanyak 5% dari konsumsi gizi sebelumnya. Angka tersebut kemudian ditambah 5% lagi
pada 10 tahun kemudian, yaitu ketika seseorang telah mencapai usia 50 tahun. Pada lanjut
usia, pengurangan asupan gizi ditambah 10%, yaitu pada usia 60 tahun ke atas. Dan jika
seseeorang lanjut usia mencapai 70 tahun, maka dikurangi lagi 10%.
Sumber energi yang diperlukan dapat diperoleh dari karbohidrat, protein, dan lemak.
Bagi masyarakat Indonesia, penyumbang energi terbesar biasanya karbohidrat yang
tersaji dalam makanan pokok. Artinya, semakin tua, seseorang perlu mengurangi
konsumsi makanan pokok tersebut. Asupan energi yang berlebihan dapat mengundang
penyakit degeneratif. Energi yang berlebihan dan tidak digunakan akan disimpan oleh
tubuh dalam bentuk jaringan lemak. Lemak akan mengakibatkan berat badan lebih.
2. Karbohidrat
Dalam karbohidrat terdapat senyawa dari molekul hydrogen, karbo, dan oksigen.
Sebagai salah satu zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam
tubuh. Sumber karbohidrat yang dimaksud biasa terdapat pada nasi, roti, mie, bihun,
kentang, macaroni dan gula. Seorang lanjut usia harus membatasi mengkonsumsi
makanan tersebut, apalagi jika menunjukkan tanda tanda peningkatan kadar gula sebagai
gejala awal kencing manis.
Usia yang semakin menua biasanya akan menganggu fungsi dari organ organ tubuh
pada lanjut usia. Hal ini akan sangat mempengaruhi aktivitas sel tubuh. Gangguan lainnya
adalah pada sistem pencernaan dan metabolisme pada lanjut usia berupa kekurangan
bahkan kelebihan gizi. Munculnya gangguan tersebut akan menimbulkan penyakit
tertentu.
Mengenai kebutuhan karbohidrat, berbeda-beda pada setiap usia dan jenis kelamin.
Laki-laki usia 55-56 tahun membutuhkan karbohidrat sebanyak 400 gram, lanjut usia
lebih dari 65 tahun menurun menjadi 350 gram. Sementara dari perempuan, di usia 55-64
tahun membutuhkan asupan karbohidrat sebanyak 285 gram dan menurun di usia 65
tahun ke atas menjadi 248 gram.
3. Protein
Kebutuhan protein dari masa dewasa hingga masa ini tetap sama. Protein dibutuhkan
untuk mengganti sel-sel yang rusak, seperti otot, tulang, enzim, dan sel darah merah.
Meski demikian, konsumsi protein tidak perlu berlebihan, sebab kelebihan protein
merupakan salah satu sebab gangguan fungsi dan kerja ginjal.
Di dalam protein terdapat substansi kimia makanan yang merupakan bagian dari
asam amino. Protein dalam makanan akan berubah menjadi asam amino ketika diproses
oleh tubuh. Selain untuk membangun dan memelihara sel, fungsi lainnya adalah sebagai
sumber energi dengan menyediakan 4 kalori per gram. Meski demikian, protein tidak
dapat dijadikan sebagai sumber utama energi.
Pemilihan protein yang baik untuk lansia sangat penting mengingat sintesis protein
di dalam tubuh tidak sebaik saat masih muda, dan banyak terjadi kerusakan sel yang
harus segera diganti. Kebutuhan protein untuk usia 40 tahun masih tetap sama seperti usia
sebelumnya. Pakar gizi menganjurkan kebutuhan protein lansia dipenuhi dari yang
bernilai biologis tinggi seperti telur, ikan dan protein hewani lainnya karena kebutuhan
asam amino esensial meningkat pada usia lanjut. Akan tetapi harus diingat bahwa
konsumsi protein yang berlebihan akan memberatkan kerja ginjal dan hati.
Untuk kebutuhan detail protein, laki-laki di usia 55-64 tahun membutuhkan 60 gram,
dan relatif tetap meski usianya semakin tua. Begitu pula dengan perempuan, dimulai pada
usia 55 tahun, protein yang dibutuhkan akan tetap sama hingga lanjut usia, yaitu 50 gram.
4. Lemak
Di antara sumber energi lainnya (karbohidrat dan protein), lemak merupakan
penyumbang energi terbesar per gramnya. Jika per gram protein dan karbohidrat mampu
menghasilkan 4 kilo kalori, maka per gram lemak mengandung 9 kilo kalori. Selain itu,
lemak juga dapat berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K untuk keperluan
tubuh.
Lemak terbagi menjadi dua, lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Di dalam lemak jenuh
terdapat struktur kimia yang mengandung asam lemak jenuh. Konsumsi lemak jenis ini
sebaiknya secukupnya saja. Jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan akan
berakibat pada tingginya kolestrol dalam darah. Kolestrol dan trigliserida yang
merupakan komponen-komponen lemak di dalam darah yang dapat membahayakan
kesehatan. Sementara untuk lemak tak jenuh yakni lemak ini memiliki ikatan rangkap
yang terdapat di dalam minyak (lemak cair) dan dapat berada dalam 2 bentuk, yaitu
isomer cis dan trans.
Lemak dibutuhkan oleh laki-laki berusia 55-64 tahun berkisar pada angka 50 gram,
dan sedikit menurun pada usia lanjut 65 tahun ke atas, yaitu pada angka 45,5 gram.
Sementara pada perempuan berusia 55-64 tahun membutuhkan asupan gizi sebanyakn 39
gram dan menurun menjasi 36 gram pada usia lanjut.
Mengenai kebutuhan masing-masing zat gizi seperti diuraikan di atas, secara detail
dapat dilihat melalui tabel berikut ini.
5. Gizi seimbang
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat
badan normal untuk mencegah masalah gizi.
Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa gizi seimbang mengandung komponen
komponen yang lebih kurang sama, yaitu: cukup secara kuantitas, cukup secara kualitas,
mengandung berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin dan mineral) yang diperlukan
tubuh untuk tumbuh (pada anak-anak), untuk menjaga kesehatan dan untuk melakukan
aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari (bagi semua kelompok umur dan fisiologis),
serta menyimpan zat gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh saat konsumsi makanan
tidak mengandung zat gizi yang dibutuhkan.
a) Gizi seimbang untuk lanjut usia
Dengan bertambahnya usia, khususnya usia di atas 60 tahun, terjadi berbagai
perubahan dalam tubuh yaitu mulai menurunnya fungsi berbagai organ dan jaringan tubuh,
oleh karenanya berbagai permasalahan gizi dan kesehatan lebih sering muncul pada
kelompok usia ini. Perubahan tersebut meliputi antara lain organ pengindra termasuk
fungsi penciuman sehingga dapat menurunkan nafsu makan, melemahnya sistem organ
pencernaan sehingga saluran pencernaan menjadi lebih sensitif terhadap makanan tertentu
dan mengalami sembelit, gangguan pada gigi sehingga mengganggu fungsi mengunyah,
melemahnya kerja otot jantung, pada wanita memasuki masa menopause dengan berbagai
akibatnya, dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan kelompok usia lanjut lebih rentan
terhadap berbagai penyakit, termasuk terlalu gemuk, terlalu kurus, penyakit hipertensi,
penyakit jantung, diabetes mellitus, osteoporosis, osteoartritis. Oleh karena itu kebutuhan
zat gizi pada kelompok usia lanjut agak berbeda pada kelompok dewasa, sehingga pola
konsumsi agak berbeda, misalnya membatasi konsumsi gula, garam dan minyak, makanan
berlemak dan tinggi purin. Mengonsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang
cukup.

6. Makanan sehat
Makanan sehat adalah makanan yang didalamnya terkandung zat-zat gizi. Zat-zat gizi
itu adalah zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral yang sangat banyak manfaatnya. Kebutuhan gizi pada lanjut usia perlu
mendapat perhatian. Berikut syarat dalam penyusunan menu lansia :
a. Menu hendaknya mengandung zat gizi dari beranekaragam bahan makanan yang terdiri
dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50% dari Hidrat
Arang yang bersumber dari karbohidrat kompleks.
c. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yang 20-25% dari total kalori.
d. Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya 10-15% dari total kalori.
e. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah besar yang bersumber pada buah,
sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah yang bertahap.
f. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat, yoghurt, ikan.
g. Makanan mengandung zat besi (Fe) dalam jumlah besar, seperti kacangkacangan,
hati,daging, bayam atau sayuran hijau.
h. Membatasi penggunaan garam. Perhatikan label makanan yang mengandung garam,
seperti adanya monosodium glutamat, sodium bikarbonat, sodium citrat.
i. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan
mudah dicerna.
j. Hindari bahan makanan yang mengandung alkohol dalam jumlah besar.
k. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah, seperti bahan makanan lembek.
l. Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya
diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang
kecil.
m. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus,atau
dipanggang kurangi makanan yang digoreng.

B. Penentuan Gizi Pada Usia Lanjut


Status gizi lansia dapat dinilai dengan cara pengukuran antropometri (Supariasa, 2012).
Pengukuran antropometri adalah pengukuran tentang ukuran, berat badan, dan proporsi
tubuh manusia dengan tujuan untuk mengkaji status nutrisi dan ketersediaan energi pada
tubuh serta mendeteksi adanya masalah-masalah nutrisi pada seseorang.
Pengukuran antropometri yang dapat digunakan untuk menetukan status gizi pada lansia
meliputi tinggi badan, berat badan, tinggi lutut (knee high), lingkar betis, tebal lipatan kulit
(pengukuran skinfold), dan lingkar lengan atas. Cara yang paling sederhanan dan banyak
digunakan adalah dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT).
Adapun beberapa pengukuran antropometri yang dapat dilakukan pada lansia adalah
sebagai berikkut:
1. Berat badan
Berat badan merupakan gambaran masa jaringan tubuh dan cairan tubuh. Berat badan
adalah variabel antropometri yang sering digunakan dan hasilnya cukup akurat.
Pengukuran berat badan sering digunakan berbagai kelompok usia karena pengukuran
berat badan juga dapat digunakan sebagai indikator status gizi pada saat skrining gizi
dilakukan. Hal ini disebabkan karena berat badan sangat sensitive terhadap berbagai
perubahan komposisi tubuh, sehingga penurunan atau kenaikan berat badan ini berkaitan
erat dengan komposisi tubuh.
Pengukuran berat badan lansia dapat diukur menggunakan alat ukut timbangan injak
digital (Seca) dengan ketelitian 0,1kg. Subyek diukur dalam posisi berdiri dengan
ketentuan subyek memakai pakaian seminimal mungkin, tanpa isi kantong dan
sepatu/sandal.
Pada pengukuran lansia yang mengalami gangguan psikomotorik dapat diukur
dengan menggunkan Flush mounted floor scal adalah timbangan yang dapat digunakan
untuk pasien yang menggunakan kursi roda maupun terbaring di tempat tidur yang
memiliki roda. Prinsip penggunannya ditimbang beserta kursi roda ataupun tempat tidur
yang telah diketahui beratnya dengan alat yang sama. Dihitung menggunkan dengan
rumus BB Responden = Berat Orang dan Kursi Roda – Berat Kursi Roda
2. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan hasil pertumbuhan kumulatif sejak lahir sehingga parameter
ini dapat memberikan gambaran mengenai riwayat status gizi masa lalu. Tinggi badan ini
diukur dengan menggunakan alat ukur seperti microtoise dengan ketepatan 0,1 cm tetapi
bisa juga dengan alat pengukuran non elastik ataupun metal. Pengukuran di lakukan pada
posisi berdiri tegak pada permukaan tanah/lantai yang rata (flat surface) tanpa
menggunakan alas kaki. Ujung tumit kedua telapak kaki dirapatkan dan menempel di
dinding dalam posisi agak terbuka di bagian jari-jari kaki, pandangan mata lurus ke
depan, kedua lengan dikepal erat, tulang belakang dan pantat menempel di dinding.
Pada pengukuran tinggi badan lansia yang mengalami kelainan tulang, tidak dapat
dilakukan pengukuran tinggi badan secara tepat. Menurut Chumlea, bagi lansia yang
tidak dapat berdiri ataupun bongkok, maka pengukuran tinggi lutut dapat dilakukan untuk
memperkirakan tinggi badan.
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi badan bisa
didapatkan dari tinggi lutut bagi orang yang tidak dapat berdiri. Teknik pengukuran tinggi
lutut diukur dengan caliper berisi mistar pengukuran dengan mata pisau menempel pada
sudut 90°. Alat yang digunakan adalah alat ukur tinggi lutut terbuat dari kayu. Subyek
yang diukur dalam posisi duduk atau berbaring/tidur. Pengukuran dilakukan pada kaki
kiri subyek antara tulang tibia dengan tulang paha membentuk sudut 90° Alat
ditempatkan di antara tumit sampai bagian proksimal dari tulang platela. Pembacaan
skala dilakukan pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm (Gambar 1). Hasil penguluran
dalam cm dikonversikan menjadi tinggi badan menggunakan rumus Chumlea:
TB pria = 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) +
(2,02 x tinggi lutut dalam cm)
TB wanita = 84,88 – (0,24 x usia dalam tahun) +
(1,83 x tinggi lutut dalam cm)

3. Indeks masa tubuh (IMT)


IMT merupakan indikator status gizi yang cukup peka digunakanuntuk menilai status gizi
orang dewasa diatas umur 35 tahun dan mempunyai hubungan yang cukup tinggi dengan
persen lemak dalam tubuh. IMT juga merupakan sebuah ukuran “berat terhadap tinggi”
badan yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori
underweight (kekurangan berat badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan obesitas
(kegemukan). Rumus atau cara menghitung IMT yaitu dengan membagi berat badan
dalam kilogram dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m2)

C. Masalah Gizi Pada Usia Lanjut


Pada lansia terdapat dua masalah gizi yaitu gizi lebih dan gizi kurang :
1. Gizi lebih
Prevalensi obesitas menunjukan peningkatan sesuai dengan pertambahan usia. Pada
umumnya berat badan laki-laki mencapai puncak pada usia 50-55 tahun. Pada wanita antara usia
55-60 tingkat metabolisme basal dan pengeluaran untuk aktivitas fisik menurun saat memasuki
usia dewasa. Akan tetapi asupan kalori tidak diimbangi sehingga berat badan meningkat.
2. Gizi kurang
Penurunan asupan kalori biasanya sejalan dengan penurunan tingkat metabolisme susutnya
masa tubuh serta menurunnya penggunaan energi untuk aktivitas fisik. Hampir 20% lansia
mengkonsumsi 1000 kalori sehari kekurangan protein kalori umum ditemukan pada lansia.
Masalah gizi Ianjut usia merupakan rangkaian proses masalah gizi sejak
usia muda yang manifestasinya terjadi pada lanjut usia. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa masalah gizi pada lanjut usia sebagian besar merupakan masalah gizi lebih
yang merupakan faktor risiko timbulnya penyakit degenerative seperti penyakit jantung koroner,
diabetes mellitus, hipertensi, gout rematik, ginjal, perlemakan hati, dan lain-lain. Namun
demikian masalah kurang gizi juga banyak terjadi pada lanjut usia seperti Kurang Energi Kronik
(KEK), anemia dan kekurangan zat gizi mikro lain.
Dampak apabila terjadinya masalah gizi pada lansia adalah sebagai berikut.
a. Kegemukan atau obesitas
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh pola konsumsi yang berlebihan,
banyak mengandung lemak dan jumlah kalori yang melebihi kebutuhan. Proses metabolisme
yang menurun pada lanjut usia, bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktifitas fisik atau
penurunan jumlah makanan, sehingga jumlah kalori yang berlebih akan diubah menjadi
lemak yang dapat mengakibatkan kegemukan. Selain kegemukan secara keseluruhan,
kegemukan pada bagian perut
lebih berbahaya karena kelebihan lemak di perut dihubungkan dengan
meningkatnya risiko penyakit jantung koroner pada bagian lemak lain.
Kegemukan atau obesitas akan meningkatkan risiko menderita penyakit jantung koroner 1-3
kali, penyakit hipertensi 1,5 kali, diabetes mellitus 2,9 kali dan penyakit empedu 1-6 kali.
b. Kurang energy kronik (KEK)
Kurang atau hilangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lanjut usia,
dapat menyebabkan penurunan berat badan. Pada lanjut usia kulit dan jaringan ikat mulai
keriput, sehingga makin kelihatan kurus. Disamping kekurangan zat gizi makro, sering juga
disertai kekurangan zat gizi mikro. Beberapa penyebab
KEK pada lanjut usia :
1) Makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuman
2) Gigi-geligi yang tanggal, sehingga mengganggu proses mengunyah makanan
3) Faktor stress/depresi, kesepian penyakit kronik, efek samping obat, meokok dll
c. Kurang zat gizi mikro lain
Biasanya menyertai lanjut usia dengan KEK, namun kekurangan zat gizi
mikro dapat juga terjadi pada lanjut usia dengan status gizi baik. Kurang zat besi, Vitamin
A, Vitamin B, Vitamin C, Vitamin D, Vitamin E, Magnesium, kalsium, seng dan kurang
serat sering terjadi pada lanjut usia.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Usia Lanjut


1. Asupan makanan
Asupan makanan merupakan faktor utama yang dapat menentukan gizi
seseorang. Seseorang dengan stastus gizi baik biasanya dengan asupan makanan dengan baik
pula. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat
gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan. Status gizi kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu zat esensial. Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat
gizi dalam jumlah berlebih, sehingga menimbulkan efek toksik atau membahayakan.
Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder. Faktor primer adalah apabila
susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan atau kualitas yang disebabkan oleh
kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan,
ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, dan sebagainya. Faktor sekunder meliputi
semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan
dikonsumsi.
2. Pengetahuan gizi
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah
orang melakukan penginderaan suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yakni indera penglihatan, penciuman, pendengaran, rasa dan raba. Sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Adanya pengetahuan gizi yang baik merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan sikap dan perilaku seseorang terhadap makanan. Selain itu, pengetahuan gizi
mempunyai peranan penting untuk dapat membuat manusia hidup sejahtera dan berkualitas.
Semakin banyak pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis dan kualitas makanan
yang dipilih dikonsumsinya.
Tingkat pengetahuan gizi yang tinggi dapat membentuk sikap positif terhadap masalah
gizi. Pada akhirnya pengetahuan akan mendorong untuk
menyediakan makanan sehari-hari dan jumlah dan kualitas gizi yang sesuai
dengan kebutuhan.

3. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi dan demam dapat menyebabkan merosotnya nafsu makanatau
menimbulkan kesulitan menelan dan pencernaan makanan, parasit dalam usus, seperti
cacing gelang dan parasit cacing pita, bersaing dalam tubuh untuk memperoleh makanan
sehingga menghalangi penyerapan zat gizi, keadaan ini membuat terjadinya kurang gizi.
Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan status gizi lansia, antara lain:
a. Perubahan sisiologia
Penurunan fungsi fisiologis pada lansia merupakan hal yang terjadi secara alami seiring
dengan pertambahan usia. Penurunan ini meliputi perubahan kemampuan lansia dalam
merespon rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Perubahan fungsi anatomi dan
fisiologis sistem panca indera dan system pencernaan memiliki hubungan erat dengan
penurunan status gizi. Perubahan tersebut menyebabkan lansia tidak menikmati makanan
dengan baik. Selain perubahan fisiologis, penggunaan gigi palsu yang tidak tepat akan
memberikan rasa sakit dan kurang nyaman ketika mengunyah. Hal-hal inilah yang dapat
menyebabkan asupan nutrisi berkurang sehingga berakibat pada penurunan status gizi lansia.
b. Status ekonomi
Masa pensiun yang dialami lansia akan berdampak salah satunya pada keadaan
keuangan keluarga. Kondisi keuangan keluarga yang menurun secara tidak langsung
berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas asupan zat gizi. Apabila hal ini
berlangsung dalam waktu lama dapat mengakibatkan lansia mengalami gizi kurang.
c. Psikologis
Demensia atau orang awam menyebutnya “pikun” diderita sebagian kecil
lansia di atas 65 tahun dan semakin meningkat sekitar 20% pada usia 80 tahun. Manifestasi
“pikun” diantaranya disorientasi, kecemasan dan kegelisahan. Manifestasi tersebut dapat
menurunkan asupan makanan dan perubahan aktivitas fisik sehingga bila berlangsung dalam
jangka waktu lama akan menyebabkan penurunan status gizi.
d. Status kesehatan
Status kesehatan dan status gizi saling berhubungan erat satu sama lain. Meningkatnya
penyakit infeksi, penyakit degeneratif dan non degeneratif serta masalah kesehatan gigi-
mulut merupakan bagian dari status kesehatan yang berperan dalam perubahan status gizi.
Kondisi tersebut dapat mengubah cara makan sehingga mempersulit asupan nutrisi. Efek
samping mengonsumsi obatobatan sistemik mengakibatkan lansia mengalami penurunan
selera makan, mulut kering, perubahan pada indera pengecap, mual dan muntah. Apabila
berlangsung lama dapat menyebabkan penurunan asupan nutrisi yang pada akhirnya
menyebabkan lansia kekurangan gizi.

E. Peran Zat Gizi Selama Orang Usia Lanjut


Peran makan dan zat gizi seringkali berubah selama penuaan. selain mengurangi resiko penyakit
dan menunda kematian, diet berkontribusi pada Kesehatan. Sehat berarti memeliki energi dan
kemampuan untuk melakukan kegiatan yang ingin dilakukan. Banyak lansia memiliki kebutuhan
gizi khusus karena penuaan mempengaruhi penyerapan, penggunaan dan aksresi zat gizi. Peran
zat gizi meningkatkan asupan serelia utuh, sayuran hijau tua dan oranye, kacang-kacangan dan
susu, menurunkan asupan nutrium dan lemak jenih. Penelitian lain menunjukkan bahwa lansia
memiliki asupan kalori, lemak total, serat, kalsium, mangnesium, seng, tembaga, folat, dan
vitamin B12, C, E, dan D yang tergolong rendah.

F. Prinsip Gizi Seimbang Pada Orang Usia Lanjut


Pada prinsipnya kebutuhan gizi pada lanjut usia mengikuti prinsip gizi seimbang. Konsumsi
makanan yang cukup dan seimbang bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau
mengurangi risiko penyakit degeneratif dan kekurangan gizi. Kebutuhan gizi lanjut usia dihitung
secara individu .
Pesan gizi seimbang pada lanjut usia
1. Makanlah aneka ragam makanan
Makanan ya beraneka ragam adalah makanan yang terdiri dari minimal 4sumber bahan
makanan yaitu bahan makanan pokok, lauk-pauk, sayuran dan buah. Semakin beraneka ragam
dan bervariasi jenis makanan yang dikonsumsi, semakin baik. Sayur dan buah sangat baik
untuk dikonsumsi (dianjurkan 5 porsi per hari).
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energy
Karbohidrat perlukan guna memenuhi kebutuhan energi. Bagi lanjut usia, dianjurkan
untuk memilih karbohidrat kompleks seperti beras, beras merah, havermout, jagung, sagu, ubi
jalar, ubi kayu dan umbi-umbian. Karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan kacang-
kacangan utuh berfungsi sebagai sumber energy dan sumber serat. Dianjurkan agar lanjut usia
mengurangi konsumsi gula sederhana seperti gula pasir dan sirup.
3. Batasi konsumsi lemak dan minyak
Bagi lanjut usia, mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi
tidak dianjurkan, karena akan menambah risiko terjadinya berbagai penyakit
degeneratif seperti tekanan darah tinggi, jantung, ginjal, dan lain-lain. Sumber lemak yang
baik adalah lemak tidak jenuh yang berasal dari kacang-kacangan, alpukat, minyak jagung,
minyak zaitun. Lemak minyak ikan mengandung omega 3, yang dapat menurunkan kolesterol
dan mencegah arthritis, sehingga baik dikonsumsi oleh lanjut usia. Lanjut usia sebaiknya
mengkonsumsi lemak tidak lebih dari seperempat kebutuhan energi.
4. Makanlah makanan sumber zat besi
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Zat
besi secara alamiah diperoleh dari makanan seperti daging, hati dan sayuran hijau.
Kekurangan zat besi yang dikonsumsi bila berkelanjutan akan menyebabkan penyakit anemia
gizi besi dengan tanda-tanda pucat, lemah, lesu, pusing, dan mata berkunang-kunang.
Demikian juga pada lanjut usia, perlu mengkonsumsi makanan sumber zat besi dalam jumlah
cukup.
5. Biasakan makan pagi
Makan pagi secara teratur dalam jumlah cukup dapat memelihara ketahanan fisik,
mempertahankan daya tahan tubuh dan meningkatkan produktifitas kerja. Lanjut usia
sebaiknya membiasakan makan pagi agar selalu sehat dan produktif.
6. Minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnya
Air minum yang bersih dan aman adalah air yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak
berasa dan telah dididihkan serta disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup. Air sangat
dibutuhkan sebagai media dalam proses
metabolisme tubuh. Apabila terjadi kekurangan air minum akan mengakibatkan kesadaran
menurun.
7. Lakukan aktivitas fisik olah raga secara teratur
Agar dapat mempertahankan kebugaran, lanjut usia harus tetap berolah raga. Aktifitas fisik
sangat penting peranannya bagi lansia. Dengan melakukan aktifitas fisik, maka lanjut usia
dapat mempertahankan bahkan meningkatkan derajat kesehatannya. Namun, karena
keterbatasan fisik yang dimilikinya perlu dilakukan penyesuaian dalam melakukan aktifitas
fisik sehari-hari.
8. Tidak minum alcohol dan membaca label makanan
disarankan untuk tidak minum alkohol karena alkohol bagi lansia dapat meningkatkan
risiko demensia atau penyakit Alzheimer menyebabkan
perubahan pada jantung dan pembuluh darah. Ketika membeli makanan kemasan diharapkan
dapat lebih dahulu membaca label makanan guna mengetahui bahan bahan apa saja yang
terkandung di dalam produk makanan sehingga aman dimakan lansia.

G. Menu Yang Sehat Untuk Orang Usia Lanjut


Perencanaan makanan untuk lansia
1. Makanan harus mengandung zat besi gizi dari makanan yang beranek ragam, yang terdiri
dar :Zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur
2. Perlu di perhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur
merata dalam atu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil.
Contoh menu:
Pagi : bubur ayam jam
Jam 10:00 roti
Siang : nasi, pindang telur, sup, papaya
Jam 16:00 nagasari
Malam : nasi, sayur bayam, tempe goring, pepes ikan, pisang
Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan
kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
3. Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti
santan, mentega dll.
4. Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut : Memakan makanan yang mudah dicerna, menghindari makanan yang
terlalu manis, gurih, dan goring-gorengan, bila kesulitan mengunyah karena gigi rusak atau
gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang, makan dalam porsi
kecil tetapi sering, makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah sebaiknya
diberikan.
5. Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula
untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
6. Makanan mengandung zat besi seperti : kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak,
bayam, dan sayuran hijau.
7. Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang
kurangi makanan yang digoreng.
Berikut ini adalah beberapa tips perencanaan makanan untuk usia lanjut :
1. Kebutuhan kalori usia lanjut relatif lebih rendah dibandingkan ketika masih muda karena
tingkat aktivitas tubuh yang berkurang. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk usia
lanjut di Indonesia adalah 1850 kalori untuk wanita dan 2000 kalori untuk pria.
2. Kurangi konsumsi makanan tinggi kalori untuk menjaga agar berat badan tetap ideal.
3. Konsumsi karbohidrat sehari sekitar 60% dari total kalori. Makanan sumber karbohidrat
adalah nasi, roti,mie, jagung, tepung terigu, kentang pasta, ubi, singkong, dll.
4. Batasi konsumsi karbohidrat sederhana seperti gula pasir, sirup, dll.
5. Dianjurkan untuk mengkonsumsi sumber protein berkualitas baik seperti susu, telur,
ayam tanpa kulit, tempe, dan tahu. Protein yang dikonsumsi sebaiknya berjumlah 15-20%
dari total kalori atau sekitar 40-74 gram sehari.
6. Kebutuhan lemak dalam sehari tidak lebih dari 25% dari total kalori atau sekitar 50 gram
sehari. Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi seperti
otak, kuning telur, jerohan, daging berlemak, susu penuh (full cream), keju dan mentega.
7. Dianjurkan untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak nabati
atau lemak tidak jenuh, seperti tempe, tahu, minyak jagung, alpukat, dll
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Lansia termasuk dalam kelompok rentan gizi, konsumsi nutrisi yang baik sebaiknya
tidak hanya dilakukan pada saat masa tua agar tidak menimbulakan beberapa
penyakit degeneratifh. Pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik
dapat membantu dalam proses beradaptasi atau penyesuaian diri dengan perubahan-
perubahan yang dialaminya, selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-
sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Semua proses pertumbuhan
memerlukan zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kecukupan makanan sehat
sangat penting bagi para lansia. Orang yang berusia 70 tahun, kebutuhan gizinya
sama dengan saat berusia 50 tahun, namun nafsu makan mereka cenderung terus
menurun, karena itu harus terus diupayakan konsumsi makanan penuh gizi.

B. PENUTUP

Patut diingat bahwa keperluan energi lansia sudah menurun, jadi jangan disediakan
seperti masih belum berlanjut usia. Ada baiknya bila mereka dijaga jangan sampai
menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita berbagai kelainan atau
penyakit gizi yang berhubungan dengan konsisi obesitas. Frekuensi penyakit
diabetes militus, cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Merryana dan Bambang Wirjatmadi. (2014). Peranan gizi dalam siklus kehidupan.
Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Christy, Johanna dan Lamtiur Junita Bancin. (2020). Status Gizi Lansia. Yogyakarta :
Deepublish
Hatta, H., Pakaya, R., & Laiya, M. (2018). Analisis Hubungan Status Gizi Lansia Di Puskesmas
Limboto Barat. Gorontalo Journal of Public Health, 1(1), 24–31.
Heriyandi dkk. (2018). Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Diet Hipertensi Lansia Di Aceh
Selatan. Jurnal Ilmu Keperawatan, 6(1).
Ismawanti dkk. ( 2021). Demonstrasi Pengenalan Variasi Menu Diet Diabetes Militus Bagi
Penderita Diabetes Militus Tipe 2. Martabe:Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(1),56-62.
Yuliani, F. & Mail, E. (2019). Menu Sehat Untuk Lansia Di Dusun Tambak Rejo Kecamatan
Mojoanyar. Proseding Seminar Naional,62-67.
Kasus gizi keluarga berencana untuk kelompok 10
1. Nyonya Sita berumur 70 tahun, hidup di rumahnya ditemani dengan seorang pembantu.
Sejak usia muda ia dikenal sebagai wanita yang ceria, mandiri, dan kuat. Beliau berhasil
menyekolahkan ke tiga anaknya menjadi orang yang sukses. Namun, semua anaknya
tidak ada yang tinggal bersamanya karena bekerja di luar kota. Menurut pengakuan
pembantunya, Ny. Sita tidak banyak bicara, terutama dalam 10 tahun terakhir, yaitu
sejak anak bungsunya memilih untuk pergi dan tinggal di Jakarta karena urusan bisnis.
Nyonya Sita juga tidak banyak bekerja di rumah untuk bersih-bersih sejak ia terjatuh
dari kursi saat membersihkan lemarinya. Namun, Ny. Sita masih dapat mandi sendiri
walaupun kadang ia tidak dapat menahan buang air kecilnya hingga ke kamar mandi. Ia
masih bisa makan secara mandiri, walaupun hanya sekali sehari sehingga badannya
tampak semakin kurus. Ny. Sita mengalami demam sejak tiga hari yang lalu, sering
mengoceh sendiri dan bicara tidak nyambung ke pembantunya. Pembantunya khawatir,
lalu membawa Ny. Sita untuk berobat ke rumah sakit. Dalam satu bulan terakhir ini,
Ny. Sita hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur, yaitu setelah beliau terjatuh lagi di
kamar mandi sehingga tidak bisa berjalan. Nyonya Sita hanya makan sedikit sekali. ia
sesekali batuk, tapi tampaknya sulit untuk mengeluarkan dahak. Ketika diperiksa oleh
dokter, ternyata Ny. Sita juga mengalami hipertensi, diabetes melitus, dislipidemia, dan
hiperurisemia. Dokter pun memberikan antibiotika dan obat mukolitik sebagai terapi
awal, kepada pasien setelah mempertimbangkan banyak hal yang dialami oleh Ny. Sita.
Namun, setelah dua minggu rawatan, Ny. Sita tampak semakin lemah dan kemudian di
bawa ke rumah sakit karena sepsis yang dialaminya. Dari pemeriksaan Nyoya sita
dokter meminta untuk ada kolaborasi dengan ahli gizi terkait kondisi nyonya sita. Agar
cukup nutrisi selama nyonya sita di Rawat di rumah sakit, bisa di perhatikan sehingga
tidak memperparah kondisi nyonya sita
Pembahasan :
a. Ny. Sita dianjurkan untuk melakukan diet hipertensi
Pelaksanaan diet yang teratur dapat menormalkan hipertensi, yaitu dengan
mengurangi makanan tinggi garam, dan makanan berlemak, mengkonsumsi
makanan yang tinggi serat, perbanyak asupan kalium, penuhi kebutuhan
magnesium, lengkapi kebutuhan kalsium, dan melakukan aktifitas olahraga. Prinsip
diet pada penderita hipertensi adalah makanan harus beraneka ragam dan jenis
komposisi makanan disesuaikan dengan konsisi penderita.
b. Ny. Sita dianjurkan untuk melakukan diet rendah gula
Diet diabetes adalah bukan mengurangi makanan manis, tetapi mengatur pola
makan agar sesuai dengan kebutuhan kalori dan menghindari makanan dengan
indeks glukosa yang tinggi. Pengetahuan keluarga mengenai cara mengatur dan
Menyusun menu DM, aktifitas fisik yang masih rendah, dan keluarga hanya
mengetahui cara merawat DM dengan minum obat. Oleh karena itu diperlukan
intervensi dengan demonstrasi pengenalan variasi menu diet diabetes militus bagi
penderita DM.

c. Memberitahu kepada Ny. Sita dan keluarga tentang Zat Gizi Kurang yaitu,
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga
karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan
menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan
kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat
diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan tubuh terhadap penyakit menurun,
kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
Kurang energy kronik (KEK)
Kurang atau hilangnya nafsu makan yang berkepanjangan pada lanjut usia, dapat
menyebabkan penurunan berat badan. Pada lanjut usia kulit dan jaringan ikat mulai
keriput, sehingga makin kelihatan kurus. Disamping kekurangan zat gizi makro,
sering juga disertai kekurangan zat gizi mikro. Beberapa penyebab KEK pada lanjut
usia :
1) Makan tidak enak karena berkurangnya fungsi alat perasa dan penciuman
2) Gigi-geligi yang tanggal, sehingga mengganggu proses mengunyah makanan
3) Faktor stress/depresi, kesepian, penyakit kronik, efek samping obat, meokok dll

d. Memberikan asupan nutrisi yang bergizi kapada Ny. Sita


Pagi : bubur ayam jam jam 10:00 roti
Siang : nasi, pindang telur, sup, papaya, jam 16:00 nagasari
Malam : nasi, sayur bayam, tempe goring, pepes ikan, pisang
 Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan
memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
 Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang
berlemak seperti santan, mentega dll.

2. Seorang perempuan usia 60 tahun datang ke puskesmas di antar oleh keluarga ingin
berkonsultasi. Dari hasil pengkajian yang di dapatkan perempuan memiliki riwayat
diabetes sejak 3 tahun yang lalu dan akhir2 ini sedangkan mengalami gejala
perimenopause yang sangat menganggu aktifitas ibu tersebut.Hasil pemeriksaan : TD :
150/90, N : 85 x/menit, R : 24 x/menit, S : 36,5 0C . Karena dari hasil pengkajian
tersebut pasien ingin berkonsultasi tentang kebutuhan gizi dengan penyakit dan gejala
yang sedang di alami pasien?

Pembahasan :
a. Menjelaskan tentang kebutuhan gizi yaitu,
1) Kalori
2) Protein
3) Lemak
4) Karbohidrat dan serat makanan
5) Vitamin dan mineral

6) air
b. Menjelaskan tentang Diet diabetes
Diet diabetes adalah bukan mengurangi makanan manis, tetapi mengatur pola
makan agar sesuai dengan kebutuhan kalori dan menghindari makanan dengan
indeks glukosa yang tinggi. Pengetahuan keluarga mengenai cara mengatur dan
Menyusun menu DM, aktifitas fisik yang masih rendah, dan keluarga hanya
mengetahui cara merawat DM dengan minum obat. Oleh karena itu diperlukan
intervensi dengan demonstrasi pengenalan variasi menu diet diabetes militus bagi
penderita DM.

Anda mungkin juga menyukai