Makalah Perkembangan Peserta Didik Kelompok 7
Makalah Perkembangan Peserta Didik Kelompok 7
Makalah Perkembangan Peserta Didik Kelompok 7
DOSEN PENGAMPU:
Windy Makmur, S.Pd., M. Pd.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
SOFYAN A32121009
DINA AMALIA A32121022
ERISKA RISKI A32121011
PUTRI PATRISIA MARIALA A32121018
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan nikmat dari-Nya
sehingga makalah kami yang berjudul “PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEPRIBADIAN”
dapat diselesaikan, shalawat serta taslim tak lupa kirimkan atas junjungan kita Nabi Muhammad
shallallahu ‘alahi wa sallam yang telah membawa ummat ini dari alam gelap gulita menuju alam
yang terang benderang.
Dalam rangka penyelesaian makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak
yang ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan arahan dan bimbingan
pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Walaupun dengan usaha maksimal telah saya lakukan, tapi sebagai manusia biasa
tentunya tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati saya dari
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini, dan kiranya
makalah ini dapat memberikan masukan dan informasi kepada semua pihak yang berkaitan
dengan hal ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf atas segala kekhilafan dan
kesalahan. Kiranya segala bantuan pengorbanan yang telah diberikan oleh semua pihak,
mendapat ridho dari Allah Subhanahu Wataala.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………...2
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………….2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Sosial...........................................…………....3
2.2 Karakteristik Teori Perkembangan Sosial..................................................4
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial........................5
2.4 Bentuk-bentuk Tingkah Laku Sosial..........................................................6
2.5 Pengertian Perkembangan Kepribadian.....................................................7
2.6 Macam-macam karakteristik dan Aspek-aspek kepribadian......................9
2.7 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian............14
2.8 Perkembangan kepribadian (posted underuncategorized).........................16
2.9 Pengaruh kepribadian terhadap peserta didik............................................17
Kesimpulan……………………………………………………….…………...19
Saran……………………………………………………………….………….19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..……20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Perkembangan Sosial?
2. Bagaimana Karakteristik Teori Perkembangan Sosial?
3. Apa Saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial?
4. Apa Saja Bentuk-Bentuk Tingkah Laku Sosial?
5. Apa yang dimaksud dengan Perkembangan Kepribadian?
6. Apa macam-macam kepribadian yang dimiliki oleh manusia khususnya peserta didik
dan aspek-aspek kepribadiannya?
7. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Kepribadian?
8. Bagaimana Perkembangan kepribadian (posted underuncategorized)?
9. Apa pengaruh kepribadian peserta didik terhadap proses pembelajaran?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Perkembangan Sosial Secara Lengkap
Perkembangan sosial adalah perolehan perilaku yang sesuai dengan tuntutan
sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat (sozialized) memerlukan tiga proses.
Masing-masing proses terpisah dan sangat berbeda satu sama yang lain, tapi saling
berkaitan, sehingga kegagalan dalam satu proses akan menurunkan kadar sosialisasi
inividu.
Perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan
diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan sosial
diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons
terhadap dirinya. Perkembangan sosial merupakan proses pembentukan social self
(pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan
seterusnya.
Dapat dipahami bahwa perkembangan sosial adalah perkembangan yang
menuntut suatu individu agar dapat berkembang dengan bersosial atau bermasyarakat
dan mampu beradaptasi pada lingkungan masyarakat dengan mengikuti aturan-aturan
dalam masyarakat tersebut. Perkembangan sosial juga pembentukan diri pribadi dalam
lingkungan sosial yang dari lingkungan yang kecil dari keluarga hingga ke lingkungan
masyarakat yang lebih luas seperti lingkungan budaya dan bangsa.
Perkembangan sosial Peserta Didik, Perkembangan sosial menurut Hurlock,
(1998: 250) adalah kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya,
bagaimana anak tersebut memahami keadaan lingkungan dan mempengaruhinya dalam
berperilaku baik kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain.
Dari pernyataan ini dapat ditegaskan bahwa perkembangan sosial peserta didik
merupakan kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
dan tradisi yang berlaku pada kelompok atau masyarakat, kemampuan untuk saling
berkomunikasi dan kerja sama. Perkembangan sosial peserta didik dapat
diketahui/dilihat dari tingkatan kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain
dan menjadi masyarakat di lingkungannya.
3
2.2 Karakteristik Teori Perkembangan Sosial
Perkembangan Sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai
dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu bermasyarakat
(sozialized)memerlukan tiga proses. Diantaranya adalah belajar berperilaku yang dapat
diterima secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan
perkembangan sifat sosial. Perkembangan sosial seseorang ditekankan agar dapat
diterima dalam masyarakat. Tentunya individu harus menjalani proses pembelajaran
agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan sosial supaya dapat diterima oleh
masyarakat.
Perkembangan sosial merupakan “Pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan
saling berkomunikasi dan bekerja sama.” Perkembangan sosial diharapkan agar mampu
bermanfaat bagi masyarakat dan berdampak positif pada perkembangan masyarakat
dengan adanya saling membantu antar individu sosial. Pengembangan sosial juga
ditujukan untuk berkembangnya moral seseorang.
Berdasarkan tahapan perkembangan psikososial yang dikembangkan oleh
Erikson, nampak bahwa usia remaja, termasuk pada tahap kelima yaitu pencarian
identitas versus kebingungan identitas. Dimana pada masa itu remaja dihadapkan pada
pencarian pengetahuan tentang dirinya, apa dan dimana serta bagaimana tentang
dirinya. Remaja banyak dihadapkan peran baru dan status orang dewasa, seperti
pekerjaan, kehidupan yang romantik. Remaja pada saat itu dihadapkan banyak peran
sehingga oleh Erikson dikenal dengan krisis identitas, namun jika remaja dapat
mengetahui dirinya, atau melalui krisis identitas, maka remaja akan memiliki perasaan
senang berkaitan dengan mantapnya perasan diri, yang selanjutnya akan berpengaruh
pada kesuksesan dalam komitmen dasar kehidupan; pekerjaan; ideologi; sosial; agama;
etika dan seksual. Sebaiknya remaja yang tidak dapat menjalankan perannya sesuai
dengan harapan, akan dapat menimbulkan masalah dalam pengembangan identitas.
Erikson dalam Steinberg (1993), mengidentifikasi ada 3 problem identitas, yaitu
kekaburan identitas (identity diffusion), identity foreclosure, negative identity dan
respectively.
Berkaitan dengan pencapaian identitas, James Marcia melakukan penelitian
yang menfokuskan pada identitas bidang pekerjaan, ideologi dan hubungan
4
interpersonal. Mendasarkan pada respon yang diberikan pada saat wawancara atau
pengisian angket individu memilih dua pilihan yaitu 1) melakukan komitmen 2)
melakukan eksplorasi. Berdasarkan hasil penelitian remaja dapat dikategorikan menjadi
empat status identitas, yaitu identity achievement (identitas remaja mantap setelah
mengalami periode krisis dan percobaan; moratorium (individu masih dalam periode
krisis dan eksperimen); foreclosure (individu langsung komitmen tanpa melalui periode
krisis atau eksperimentasi dan identity diffusion (individu tidak mempunyai komitmen
dan tidak mencoba melakukan sesuatu).
5
kematangan sosial,anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang
lain.
Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman
bergaul dengan orang-oran dilingkungannya, baik orang tua, saudara, teman sebaya
maupun orang dewasa lainnya. Proses sosialisasi itu sebagai proses belajar yang
membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi
anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif.
6
Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau
perilaku anak lain. Biasanya perselisihan terjadi karena berbedanya pendapat antara
individu yang satu dengan yang lainnya.
Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakanserangan
mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan)
yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.
Persaingan ( Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain.
Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestice dan pada
usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.
Kerja sama (Cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan orang lain. Sikap ini mulai nampak pada usia
tiga tahun atau awal empat tahun, pada usia enam hingga tujuh tahun sikap ini
semakin berkembang dengan baik.
Tingkah laku berkuasa ( Ascendant behavior )
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap
memerintah dan mengambil alih kontrol orang lain. Wujud dari sikap ini adalah
memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.
Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi keinginannya sendiri dan melakukan
tindakan apapun untuk mencapai keinginannya. Sikap mementingkan diri sendiri
biasanya tidak akan mendengarkan apa yang dikatakan orang lain dan hanya
mempedulikan dengan apa yang ia yakini.
Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap
orang lain mau mendekati atau bekerja sama dengan dirinya.
2.5 Pengertian Perkembangan Kepribadian
Perkembangan adalah Sedangkan “Kata kepribadian dalam bahasa asing disebut dengan
kata personality. Kata ini berasal dari kata latin, yaitu persona yang berarti “topeng”
atau seorang individu yang berbicara melalui sebuah topeng yang menyembunyikan
identitasnya dan memerankan tokoh lain dalam drama” (Buchori, 1982:91). Sehingga
7
kepribadian seseorang adalah perangsang dari orang tua atau kesan yang ditimbulkan
oleh keseluruhan tingkah laku orang lain.
Mendefinisikan kepribadian sebenarnya bukan hal yang mudah karena
kepribadian merupakan sesuatu yang abstrak. Disini penulis akan mencoba untuk
mengemukakan beberapa pengertian kepribadian sebagai berikut;
a. G.W. Allport berpendapat "Personality is the dynamic organization with in the
individual of those psychophycal sistem, that determines his unique adjtisment to
his emvironment". Artinya : personaliti itu adalah suatu organisasi psichophysis
yang dinamis dari pada seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
b. May berpendapat bahwa "kepribadian adalah suatu aktualisasi dari proses hidup
dalam seorang individu yang bebas, terintegrasi dalam masyarakat dan memiliki
satu perasaan cemas dalam batin, yang berhubungan dengan religiositas.
c. Pengertian kepribadian menurut Withington adalah "Kepribadian adalah
keseluruhan tingkah laku seseorang yang diintegrasikan, sebagaimana yang nampak
pada orang lain. Kepribadian ini bukan hanya yang melekat dalam diri seseorang
tetapi lebih merupakan hasil dari pada suatu pertumbuhan yang lama suatu kultural.
d. Kepribadian adalah dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut
menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan
lingkungannya.
Dari uraian tentang pengertian kepribadian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepribadian yaitu suatu organisasi yang unik (khas) pada diri setiap individu yang
ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan, sehingga
menjadi penentu atau pengaruh tingkah laku.
Perkembangan kepribadian seseorang mengalami suatu tahapan-tahapan yang
diawali dari struktur fisik yang tumbuh dan berkembang. Bersamaan dengan itu
berkembang pula tingkat kecerdasan atau kebodohan psikis individu menentukan
penyesuaian diri di lingkungan kepemilikan bakat akan mempengaruhi tendensi
bertingkah laku.
Hal yang bisa mempengaruhi proses perkembangan kepribadian adalah dari
adanya emosi kepribadian yang berhubungan dengan kejiwaan seseorang. Di samping
itu adanya lingkungan sebagai pembentuk pola tingkah laku, juga pengaruh rumah serta
pengalaman di sekolah, Adapun kepribadian adalah tingkah laku yang berarti moral
alam diri seseorang yang dapat mencerminkan baik suatu individu. Dapat dikatakan
8
bahwa kepribadian individu itu berakar pada kemampuan fisik dan psikisnya karena
faktor-faktor biologis itu berinteraksi dengan pengaruh sosial atau lingkungan,
kemudian terjadi pola kepribadian dengan tingkah laku diatur atau ditentukan oleh
adanya kekuatan ciri-ciri tertentu.
Proses diartikan sebagai runtutan perubahan yang terjadi dalam perkembangan
sesuatu. Adapun maksud proses dalam perkembangan anak adalah tahapan-tahapan
perubahan yang dialami seorang anak baik jasmaniah maupun rohaniah.
Proses perkembangan kepribadian anak adalah :
a. Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku
sebagai pribadi yang sudah dan benar atau baik dan buruk oleh orang tua, guru atau
orang dewasa lainnya dan hal yang penting adalah keteladanan itu sendiri.
b. Identifikasi yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau
tingkah laku seseorang yang menjadi idolanya.
c. Proses coba-coba (trial and error) yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku
moral semacam coba-coba, Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau
penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan
hukuman atau celaan akan dihentikan.
d. Dalam proses pembentukan kepribadian seorang remaja, hal yang paling
mempengaruhi adalah sekolah. Pentingnya sekolah dalam memainkan peranan di
diri siswa dapat dilihat dari realita sekolah sebagai tempat yang harus dihadiri setiap
hari. Sekolah memberi pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan masa
perkembangan konsep diri, anak-anak menghabiskan waktu lebih banyak di sekolah
dari pada di rumah. Di samping itu sekolah memberi kesempatan siswa untuk
meraih sukses serta memberi kesempatan pertama kepada anak untuk menilai
dirinya dan kemampuannya secara realistik.
9
Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) menyatakan bahwa tipe
kepribadian dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati
kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil
bagian dalam aktivitas sosial.
2. Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai
kontrol diri yang baik.
3. Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang
disertai dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.
Menurut Mahmud 1990 (dalam Suadianto 2009) menyatakan kepribadian
terbagi menjadi dua belas kepribadian, yang meliputi kepribadian sebagai berikut:
1. Mudah menyesuaikan diri, baik hati, ramah, hangat VS dingin.
2. Bebas, cerdas, dapat dipercaya VS bodoh, tidak sungguh-sungguh, tidak kreatif.
3. Emosi stabil, realistis, gigih VS emosi mudah berubah, suka menghindar (evasive),
neurotik.
4. Dominat, menonjolkan diri VS suka mengalah, menyerah.
5. Riang, tenang, mudah bergaul, banyak bicara VS mudah berkobar, tertekan,
menyendiri, sedih.
6. Sensitif, simpatik, lembut hati VS keras hati, kaku, tidak emosional.
7. Berbudaya, estetik VS kasar, tidak berbudaya.
8. Berhati-hati, tahan menderita, bertanggung jawab VS emosional, tergantung,
impulsif, tidak bertanggung jawab.
9. Petualang, bebas, baik hati VS hati-hati, pendiam, menarik diri.
10. Penuh energi, tekun, cepat, bersemangat VS pelamun, lamban, malas, mudah lelah.
11. Tenang, toleran VS tidak tenang, mudah tersinggung.
12. Ramah, dapat dipercaya VS curiga, bermusuhan.
Menurut Hippocrates dan Galenus (dalam Kurnia 2007) Tipologi kepribadian
yang tertuang bersifat jasmaniah atau fisik. Mereka mengembangkan tipologi
kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang menentukan temperamen seseorang. Tipe
kepribadian itu antara lain:
1. Tipe kepribadian choleric (empedu kuning), yang dicirikan dengan pemilikan
temperamen cepat marah, mudah tersinggung, dan tidak sabar.
2. Tipe melancholic (empedu hitam), yang berkaitan dengan pemilikan temperamen
pemurung, pesimis, mudah sedih dan mudah putus asa.
10
3. Tipe phlegmatic (lendir), yang bertemperamen yang serba lamban, pasif, malas, dan
kadang apatis/ masa bodoh.
4. Tipe sanguinis (darah), yang memiliki temperamen dan sifat periang, aktif, dinamis,
dan cekatan.
Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) menyatakan bahwa
tipologi kepribadian berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam
kepribadian ini adalah:
• Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus
memiliki sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan
sensitif.
• Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek,
memiliki sifat periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas,
banyak teman, dan suka makan.
• Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis
memiliki sifat senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik,
pemberani, agresif, dan mudah menyesuaikan diri.
Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran
(dysplastic).
Menurut Jung (dalam Sudianto 2009) Tipologi kepribadian dikelompokan
berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:
• Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.
• Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh
nilai-nilai subjektif.
Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara
ekstrovert dan introvert yang disebut ambivert.
Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya
seperti orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya
(1988) menyatakan “karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:
1. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.
2. Anak yang biasa-biasa saja.
3. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan
kegiatan pembelajaran di dekolah”.
11
Menurut Kurnia (2007) menjelaskan bahwa karakteristik atau kepribadian
seseorang dapat berkembang secara bertahap. Berikut ini adalah krakteristik
perkembangan pada masa anak sampai masa puber.
Karakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan
masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan
sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku,
minat, dan nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses
penegmbangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit
diatur, bandel, keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini
memang sangat menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup
sampai SD harus lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik
siswa. Disiplin mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar
hidup secara tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak.
Karakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)
Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri
periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan
pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang
menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman
sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang
memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda
miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada
rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar,
anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang
dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam
kehidupannya kelak.
Karakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa
remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan
pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa
anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana
ciri kematangan seksual emakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber
12
bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber
relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat
dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan
tidak aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada
menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep
diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa
maupun pendidik perlu memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menaik
diri, emosional, perilaku negative dan lai-lain, serta membantunya agar anak dapat
menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat
di sekitarnya.
Aspek-Aspek Kepribadian
Para pakar ilmu jiwa mengatakan bahwa aspek kepribadian manusia ada tiga
yaitu kejasmanian, aspek kejiwaan dan aspek keharmonisan yang luhur.
1. Aspek Kejasmanian
Meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dan ketahuan dari luar :
a. Yang dikerjakan oleh lesan, seperti membaca Al-Qur'an, mempelajari ilmu yang
bermanfaat dan mengerjakannya.
b. Yang dikerjakan oleh anggota tubuh lain, seperti berbakti kepada orang tua,
memenuhi kebutuhan, sholat, puasa, menetapkan suatu berdasarkan
musyawarah. memenuhi peraturan, menghormati orang lain dan sebagainya.
2. Aspek kejiwaan
Meliputi aspek-aspek yang tidak dapat dilihat dan tidak ketahuan dari luar. Seperti :
mencintai Allah SWT dan Rosul, mencintai dan memberi karena Allah SWT, ikhlas
dalam beramal, sahar tidak sombong, pemaaf, tidak mendendam, tawadhu' dan lain-
lain.
3. Aspek kerohanian yang luhur Meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak
yaitu filsafat hidup dan kepercayaan, meliputi sistem nilai-nilai yang telah meresap
di dalam kepribadian yang mengarah dan memberi corak sebuah kehidupan
individu. Bagi yang beragama aspek inilah yang menentukan kebahagiaan hidup di
dunia dan akhimt. Yoesoef Noessyirwan (1978) menganalisis kepribadian ke dalam
empat daerah bagian atau aspek, yaitu :
a. Vitalitas sebagai konstanta dari semangat hidup pribadi.
b. Temperamen sebagai konstanta dari warna dan corak pengalaman pribadi serta
cara bereaksi dan bergerak.
13
c. Watak sebagai konstanta dan hasrat, perasaan dan kehendak pribadi mengenai
nilai-nilai.
d. Kecerdasan, bakut, daya nalar sebagai konstanta kemampuan pribadi.
14
1. Faktor bawaan, termasuk sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, misalnya sifat
sabar anak dikarenakan orang tuanya juga memiliki sifat sabar, demikian juga
wawasan sosial anak dipengaruhi oleh tingkat kecerdasannya.
2. Pengalaman awal dalam lingkungan keluarga ketika anak masih kecil. Pengalaman
itu membentuk konsep diri primer yang sangat mempengaruhi perkembangan
kepribadian anak dalam mengadakan penyesuaian diri dan sosial pada
perkembangan kepribadian periode selanjutnya.
3. Pengalaman kehidupan selanjutnya dapat memperkuat konsep diri dan dasar
kepribadian yang sudah ada, atau karena pengalaman yang sangat kuat sehingga
mengubah konsep diri dan sifat-sifat yang sudah terbentuk pada diri seseorang.
Pada perkembangan kepribadian pesera didik, tidak ada kepribadian dan sifat-
sifat yang benar-benar sama. Tiap anak adalah individu yang unik dan mempunyai
pengalaman belajar dalam penyesuaian diri dan sosial yang berbeda secara pribadi.
Menurut Suadianto (2007) menjelaskan bahwa hal penting dalam perkembangan
kepribadian adalah ketetapan dalam pola kepribadian atau persistensi. Artinya, terdapat
kecenderungan ciri sifat kepribadian yang menetap dan relatif tidak berubah sehingga
mewarnai timbul perilaku khusus terhadap diri seseorang. Persistensi dapat disebabkan
oleh kondisi bawaan anak sejak lahir, pendidikan yang ditempuh anak, perilaku orang
tua dan lingkungan kelompok teman sebaya, serta peran dan pilihan anak ketika
berinteraksi dengan lingkungan sosial.
Berikut pula faktor mempengaruhi kepribadian:
1. Lingkungan alam adalah pola perilaku masyarakat yang dipengaruhi lingkungan
alam, Contoh : Perbedaan iklim dan sumber daya alam yang menyebabkan manusia
harus menyesuaikan diri dengan alam.
2. Genetik merupakan manusia mempunyai biologis yang unik berbeda dengan orang
lain, Contoh : Anak kembar sekalipun mempunyai karakteristik yang berbeda
3. Kebudayaan adalah nilai-nilai dan norma yang mengatur perilaku dan
mempengaruhi pembentukan kepribadian, Contoh : Negara bagian barat di
perbolehkan menggunakan pakian terbuka,sedangkan negara bagian timur tidak
mengijinkan
4. Sifat merupakan perubahan perilaku yang baik dan buruk, Contoh :
a. Jujur, baik, berpikir posetif, suka menolong.
b. Merasa iri, mersa paling pintar, malas kerja tugas, berbohong.
15
2.8 Perkembangan kepribadian (posted underuncategorized)
Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan
salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan
Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. ini dikarenakan ia
menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia: satu hal
yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam
wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial
dan fungsi budaya dianggap lebih realistis.
Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena
didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya sangat representatif
dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu
aspek yang mendekati kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya
perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan.
dan yang ketiga/terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya
dalam menggabungkan pengertian klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat
memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian di dalam sebuah
lingkungan. Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam
mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat
maju guna memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada
jaman modern seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk
menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik
anak, dewasa, maupun lansia. Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat
berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan
egonya. Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran
dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson
adalah seorang post-freudian atau neofreudian Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju
pada masyarakat dan kebudayaan.
Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan
terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah
insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep
struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada
konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud. Bagi
Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara
16
kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial.
Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini
dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan.
Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumpsi
mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah
ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam
setiap tahap yang telah disusun sangat berpengaruh terhadap "Epigenetic Principle"
yang sudah dewasa/matang. Dengan kata lain, Erikson mengemukakan persepsinya
pada saat itu bahwa pertumbuhan berjalan berdasarkan prinsip epigenetic. Di mana
Erikson dalam teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu:
1. Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami
keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada tiap
individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk saling
mempengaruhi, dalam radius sosial yang lebih luas.
2. Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk memelihara
saat setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut guna berinteraksi dan
berusaha menjaga serta untuk mendorong secara tepat berdasarkan dari perpindahan
di dalam tahap-tahap yang ada.
2.9 Pengaruh kepribadian terhadap peserta didik
Memahami karakter seseorang memang sangat sulit, namun sangat penting.
Apalagi kita sebagai pendidik selalu bersama dengan peserta didik yang sangat banyak
dan masing-masing mempunyai karakter-karakter tersendiri. Keadaan atau proses beajar
dan mengajar tidak dapat berjalan dengan baik apabila kita tidak saling mengenal
dengan peserta didik. Saling mengenal tidak harus dengan menghafal nama-nama dari
peserta didik, tetapi pendidik harus mengenal kepribadian dari murid-muridnya.
Berdasarkan tipe-tipe kepribadian yang telah tercantum di atas bahwa setiap
sifat yang baik pasti ada sifat yang jelek. Ada peserta didik yang diajak berbicara selalu
merespon, ada peserta didik yang periang, ada sifat atau pribadi yang tertutup, ada
peserta didik yang kurang menghargai pendidikya dan mengaggap suatu hal biasa. Kita
sebagai pedidik, kita harus mengendalikan ego dan menambah kesabaran saat
berinteraksi dengan peserta didik untuk mengingatkan bahwa hal tersebut salah, benar,
sopan dan lain-lain. Misalnya, anak yang suka bergurau dan menganggap guru adalah
teman, saat pendidik melakukan kesalahan dan peserta didik mengejek dengan kata
17
kurang sopan. Apabila kita langsung memarahi dan tidak bisa menahan emosi kita,
maka kita akan ditakuti oleh dia dan bisa saja peserta didik tersebut dan yang lain
langsung merasa tegang dan akhirnya pada saat peajaran, bukan suasana yng
menyenangkan yang didapat melainkan suasana tegang. Kita sebagai pendidik harus
melihat kepribadian siswa tersebut apakah mudah tersingung atau tidak. Bila murid
tersebut tidak muah tersinggung, kita bisa mengingatkan kesalahannya dengan cara
lelucon. Namun bila dia mudah tersinggung maka kita bisa menegur saat di luar jam
pelajaran. Bila suasana yang tercipta adalah tegang maka materi yang diberikan tidak
diserap hingga maksimal dan akhirnya prestasi menurun.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan
diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan sosial
diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons
terhadap dirinya. Perkembangan sosial merupakan proses pembentukan social self
(pribadi dalam masyarakat), yakni pribadi dalam keluarga, budaya, bangsa, dan
seterusnya.
Kepribadian yaitu suatu organisasi yang unik (khas) pada diri setiap individu
yang ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan, sehingga
menjadi penentu atau pengaruh tingkah laku.
Perkembangan kepribadian seseorang mengalami suatu tahapan-tahapan yang
diawali dari struktur fisik yang tumbuh dan berkembang. Bersamaan dengan itu
berkembang pula tingkat kecerdasan atau kebodohan psikis individu menentukan
penyesuaian diri di lingkungan kepemilikan bakat akan mempengaruhi tendensi
bertingkah laku.
Selama proses belajar berlangsung, pengembangan kepribadian peserta didik pun
ikut berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah faktor bawaan, termasuk
sifat-sifat yang diturunkan kepada anaknya, pengalaman awal dalam lingkungan
keluarga ketika anak masih kecil pengalaman kehidupan selanjutnya dapat
memperkuat konsep diri dan dasar kepribadian yang sudah ada. Begitu banyak tipe
dan karakteristik dari kepribadian dan tiap individu.
Dan setiap orang memiliki kepribadian yang tidak sama, sehingga dengan
ketidaksamaan tiap individu, para pendidik harus bisa memahami kepribadian
masing-masing agar prestasi peserta didik satu dengan peserta lainnya mempunyai
peluang yang sama tanpa membuat kepribadian buruk mereka muncul.
3.2 Saran
Untuk perbaikan makalah selanjutnya, diperlukan lebih banyak referensi untuk
mengetahui dan memahami lebih jauh tentang perkembangan sosial anak usia dini,
anak-anak, dan remaja dan semoga perkembangan kepribadian siswaa dapat dipahami
agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/42222368/Makalah_Perkembangan_Sosial_Peserta_Didik
file:///C:/Users/user/Downloads/Documents/_DEWA-AYU-MADE-MANU-OKTA-
PRIANTINI,-S.PD.,-M.PD_UNDWI_MODUL-PERKEMBANGAN-PESERTA-
DIDIK_65738.pdf
https://buguruku.com/perkembangan-sosial-peserta
didik/#:~:text=Perkembangan%20sosial%20Peserta%20Didik%2C%20Perkembangan,sendir
i%20maupun%20kepada%20orang%20lain
https://www.academia.edu/19385228/MAKALAH_PERKEMBANGAN_PESERTA_DIDIK
_TENTANG_PERKEMBANGAN_KEPRIBADIAN
https://nafisahminji94.wordpress.com/2014/12/15/perkembangan-kepribadian/
https://www.gurupendidikan.co.id/fase-perkembangan-kepribadian/
20