Dokumen tersebut membahas tentang kasus seorang pasien wanita berusia 20 tahun yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang karena stroke hemoragik dan bronkopneumonia. Pasien mengalami penurunan kekuatan otot akibat stroke, namun kekuatan ototnya meningkat setelah mendapat latihan ROM (Range of Motion) selama perawatan.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
24 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang kasus seorang pasien wanita berusia 20 tahun yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang karena stroke hemoragik dan bronkopneumonia. Pasien mengalami penurunan kekuatan otot akibat stroke, namun kekuatan ototnya meningkat setelah mendapat latihan ROM (Range of Motion) selama perawatan.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus seorang pasien wanita berusia 20 tahun yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang karena stroke hemoragik dan bronkopneumonia. Pasien mengalami penurunan kekuatan otot akibat stroke, namun kekuatan ototnya meningkat setelah mendapat latihan ROM (Range of Motion) selama perawatan.
Dokumen tersebut membahas tentang kasus seorang pasien wanita berusia 20 tahun yang dirawat di RSUP Dr. M. Djamil Padang karena stroke hemoragik dan bronkopneumonia. Pasien mengalami penurunan kekuatan otot akibat stroke, namun kekuatan ototnya meningkat setelah mendapat latihan ROM (Range of Motion) selama perawatan.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4
BAB III
PEMBAHASAN
A. Resume kasus kelolaan
Penelitian dilakukan di RSUP DR.M.Djamil Padang di Bangsal Syaraf. Ruangan nya terdiri atas HCU pria, HCU wanita, ruang rawatan pria dan ruang rawatan wanita.Penelitian dilakukan tepatnya di ruang HCU wanita. Penelitian yang dilakukan pada tanggal 24 Mei – 28 Mei 2017 yaitu Ny.R dengan diagnosis medis Stroke Hemoragik di Bangsal Syaraf RSUP Dr. M. Djamil Padang. Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian, penegakkan diagnosis keperawatan, rencana keperawatan, implementasi serta evaluasi keperawatan yang dilakukan dengan metode wawancara, observasi, studi dokumentasi serta pemeriksaan fisik. Seorang perempuan Ny. R1, 20 th, belum menikah, pendidikan S1 di Universitas Negeri Padang, agama Islam, alamat di Belakang Balok Bukittinggi. Pasien dirawat sejak tanggal 17 Mei 2017 dengan alasan masuk penurunan kesadaran, diagnosa medis Stroke Hemoragik + Bronkopneumonia dengan No. MR: 97 89 27. Pasien masuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD pada tanggal 17 Mei 2017 pukul 10.30 WIBrujukan dari RS Ibnu Sina Bukittinggi dengan keluhan penurunan kesadaran. Awalnya ketika pasien dibangunkan dari tempat tidur masih menyahut panggilan namun anggota gerak kiri pasien terlihat lemah lalu tiba-tiba pasien muntah 3x isi makanan setelah itu baru pasien mengalami penurunan kesadaran dan dibawa ke RS Ibnu Sina Bukittinggi langsung di rujuk ke RSUP Dr. M. Djamil Padang. Tindakan yang dilakukan IGD yaitu penilaian saraf dengan tingkat kesadaran delirium, GCS10 (E2M5V3), terpasang infuse asering 12 jam/kolf, terpasang oksigen 5 liter, Tekanan Darah 100/70 mmHg, Nadi 79x/i, Pernapasan 21x/i, Suhu 36,6°c, terpasang NGT dan kateter. Keluarga mengatakan pasien tidak pernah sebelumnya menderita sakit seperti saat ini dan pasien tidak pernah jatuh, namun pasien sering mengeluh sakit kepala bagian belakang dan sering pusing namun tidak pernah periksa ke dokter dan pasien juga tidak rutin cek tekanan darah ke pelayanan kesehatan. Pasien juga memiliki riwayat sering marah tanpa alasan yang jelas. B. Analisis hasil penelitian berdasarkan tinjauan teori Kelemahan otot penderita stroke akan mempengaruhi kontraksi otot. Kontraksi otot dikarenakan berkurangnya suplai darah ke otak, sehingga menghambat syaraf-syaraf utama otak dan medula spuinalis. Terhambatnya oksigen dan nutrisi ke otak menimbulkan masalah kesehatan yang serius karena bisa menimbulkan hemiparese bahkan kematian. Terjadinya gangguan tingkat mobilisasi fisik pasien sering di sebabkan suatu gerakan dalam bentuk tirah baring. Dampak dari suatu melemahnya keadaan otot yang berhubungan dengan kurangnya aktifitas fisik biasanya tampak dalam beberapa hari. Kontrol otak untuk mengatur gerak otot mengalami suatu penurunan funsi yang mengakibatkan masa otot berkurang (Agustina dkk., 2021). Latihan ROM (Range of Motion) merupakansalah satu teknik untuk mengembalikan sistem pergerakan, dan untuk memulihkan kekuatan otot untuk bergerak kembali memenuhi kebutuhan aktivitas seharihari seperti, 2018). Terdapat dua jenis ROM yaitu ROM aktif dan ROM pasif, ROM aktif yaitu menggerakan sendi dengan menggunakan otot tanpa bantuan, sementara ROM pasif perawat menggerakan sendi pasien. Latihan ROM merupakan salah satu bentuk awal rehabilitas pada penderita stroke untuk mencegah terjadinya stroke atau kecacatan, fungsinya untuk pemulihan anggota gerak tubuh yang kaku atau cacat. Latihan ini dapat dilakukan pada pagi dan sore hari untuk melenturkan otot-otot yang kaku, latihan rom juga dapat dilakukan berkali-kali dalam waktu satu hari, semakin pasien melakukan latihan rom berkali-kali kemungkinan pasien mengalami defisit kemampuan sagat kecil. Latihan ROM juga bentuk intervensi perawat dalam upaya pencegahan cacat permanen (Munif dkk., 2017). Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke Sebelum dan Sesudah Pelaksaan ROM (Range of Motion) Berdasarkan hasil penelitian dimana kekuatan otot sebelum dilakukan latihan ROM didapatkan nilai minimal kekuatan otot yaitu pada skala 2 dan nilai maximal kekuatan otot pada skala 4 dengan nilai rata-rata 3,50. Hal ini disebabkan karena pada penderita stroke memiliki komplikasi dan permasalahan yaitu terjadinya kelumpuhan separuh badan dan gangguan fungsional seperti gangguan gerak serta sensorik. Hal ini sesuai dengan konsep yang menyatakan bahwa gejalagejala stroke yang umum terjadi adalah lumpuh sebelah/separuh badan (hemiparese), kesemutan, mulut mencong. Sehingga penderita stroke memiliki keterbatasan dalam melakukan pergerakan (Indrawati., dkk 2018). Sedangkan sesudah dilakukan ROM didapatkan peningkatan kekuatan otot dimana nilai minimal 2 dan nilai maximal 5 dengan nilai rata – rata 4,00. Hal ini terdapat peningkatan kekuatan otot sesudah dilakukan intervensi. Sesuai dengan konsep yang menyatakan latihan ROM merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Secara konsep, latihan ROM dikatakan dapat mencegah terjadinya penurunan fleksibelitas sendi dan kekakuan sendi (Lewis et al., 2017). Dalam penelitian Anita (2018) mengatakan bahwa pasien Stroke seharusnya di lakukan mobilisasi sedini mungkin. Salah satu mobilisasi dini yang dapat segera dilakukan adalah pemberian latihan Range of Motion yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian pasien pasca Stroke. Menurut Peneliti Range of motion (ROM) jika dilakukan sedini mungkin dan dilakukan dengan benar dan secara terus menerus akan memberikan dampak yang baik pada kekuatan otot responden. Latihan Range Of Motion dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah dan mencegah kelainan bentuk. Jaringan otot yang memendek akan memanjang secara perlahan apabila dilakukan latihan range of motion dan jaringan otot akan mulai beradaptasi untuk mengembalikan panjang otot kembali normal (Murtaqib dalam Muchtar 2019).
C. Analisis hasil penelitian berdasarkan tinjauan kasus.
Analisis hasil penelitian berdasarkan tinjauan kasus Hambatan mobilitas fisik didapatkan adanya peningkatan aktifitas fisik, tidak ada kontraktur otot, tidak ada ankilosis pada sendi, tidak terjadi penyusutan otot. Hasil evaluasi pada diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan anggota gerak adalah nilai kekuatan otot pasien bertambah, sebelumnya 444 222 menjadi 444 333
444 222 444 333
Jadi berdasarkan tinjauan kasus dengan hambatan mobilitas fisik pengaruh
ROM pada pasien stroke terhadap peningkatan kekuatan otot dapat membuat pasien mengerti dan tahu cara berlatih dalam memberikan pergerakan baik otot, persendian yang sesuai dengan gerakan normal maupun secara aktif dan pasif saat melakukan kontraksi pergerakan. Pemberian latihan Range of Motion selama 2 minggu dan dilakukan 2 kali sehari dapat mempengaruhi luas derajat rentang gerak sendi ekstremitas atas. Latihan Range of Motion ini dapat dilakukan pada pagi hari dan sore hari. ROM (range of motion) berguna dalam meningkatkan kekuatan pada otot, dan mempertahankan fungsi pada jantung dan melatih pernafasan, sehingga dapat menghindari munculnya kontraktur serta kaku sendi.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Stroke Non Hemoragik Dengan Pemberian Terapi Rom Pasif Terhadap Gangguan MobilitasFisik Di Ruang RPU2 RSAn-Nisa Tangerang Pada Tahun 2024
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis