Adminjurnal,+10 ++Mimbar+PGDS+8 1+Putu+Budiasa+hal+252-263
Adminjurnal,+10 ++Mimbar+PGDS+8 1+Putu+Budiasa+hal+252-263
Adminjurnal,+10 ++Mimbar+PGDS+8 1+Putu+Budiasa+hal+252-263
ARTICLEINFO Abstrak
Article history: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
Received 27 Mei 2020 inkuiri terbimbing berbantuan media gambar terhadap keaktifan dan hasil
Received in revised form belajar IPA siswa kelas IV SD. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan
27 Juni 2020 desain Nonequivalent Pre-Test Post Test Control Group Design untuk variabel
Accepted 10 Juli 2020
keaktifan belajar IPA siswa dan One Shot-Case Study untuk variabel hasil
Available online Juli 2020
belajar IPA siswa. Populasi penelitian ini sebanyak 198 orang. Sampel
penelitian ini sebanyak 25 orang (eksperimen) dan 21 orang (kontrol). Sampel
Kata Kunci:
inkuiri terbimbing, diambil dengan teknik random selection. Keaktifan belajar IPA siswa
keaktifan, hasil, IPA dikumpulkan menggunakan angket kuesioner dan data hasil belajar IPA siswa
dikumpulkan menggunakan tes pilihan ganda. Data dianalisis dengan statistik
inferensial (uji T sampel beda untuk uji hipotesis 1 dan uji T Bruning untuk uji
Keywords: hipotesis 2) dengan bantuan program SPSS 25.0 for Windows. Hasil analisis
guided inquiry, activeness, data uji hipotesis 1 diperoleh nilai (Sig. (2-tailed)) = 0,000 < 0,05 sehingga H0
results, natural science ditolak dan H1 diterima dan uji hipotesis 2 diperoleh nilai (Sig. (2-tailed)) =
0,000 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan temuan, dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan media gambar terhadap keaktifan dan hasil belajar IPA siswa.
.
ABSTRACT
This study aimed to determine the effect of guided inquiry learning model assisted by picture media on the learning
activities and learning outcomes of science students in grade IV elementary school. The research was an experimental
design Non-equivalent Pre-Test Post Test Control Group Design for the variable learning activeness of students
'science and One Shot-Case Study for students' learning outcomes variable. The population of this study was 198
people. The sample of this study was 25 people (experimental) and 21 people (control). The samples took by random
selection technique. The activeness of the student’s science learning obtained through a questionnaire and the
student’s data on science learning outcomes through multiple choice tests. The data were analysed with inferential
statistics (different sample T test for hypothesis 1 test and Bruning T test for hypothesis 2 test) with the help of SPSS
25.0 for Windows. The results of the analysis data of hypothesis 1 test data obtained the value of Sig. (2-tailed) =
0,000 <0.05 so that H0 was rejected and H1 was accepted and hypothesis test 2 was obtained value (Sig. (2-tailed) =
0,000 <0.05 so that H0 was rejected and H1 was accepted. Based on the findings, it concluded that there was an
influence of guided inquiry learning model assisted by picture media on the activeness and learning outcomes of
students of Natural Sciences.
Pendahuluan
Memasuki abad ke-21, perkembangan globalisasi sangatlah cepat. Upaya yang dapat dilakukan
untuk mengimbangi hal tersebut dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu
bersaing di era global. Salah satu langkah yang ditempuh dengan meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan adalah salah satu hal yang terpenting bagi anak. Pendidikan akan memberikan ilmu
pengetahuan pada anak yang nantinya akan membentuk karakter anak. Pendidikan merupakan usaha
sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara
mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka.
Dalam proses pembelajaran akan diajarkan materi-materi yang ada pada masing-masing mata
pelajaran salah satunya IPA. Trianto (2012) menjelaskan hakikat pembelajaran IPA merupakan ilmu
yang mempelajari gejala-gejala alam melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah
Copyright © Universitas Pendidikan Ganesha. All rights reserved.
Corresponding author
E-mail addresses: [email protected], [email protected]
Jurnal Mimbar PGSD Undiksha (2020) Vol. 8 No. 2 Tahun 2020 pp. 252-263
253
dan menghasilkan produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen berupa konsep, prinsip, dan teori
yang berlaku secara menyeluruh. Samatowa (2010) menjelaskan bahwa Ilmu pengetahuan alam
adalah terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, yang memiliki arti ilmu
pengetahuan (IPA). Sejalan dengan hal tersebut, menurut Desstya, dkk (2017) ilmu pengetahuan alam
adalah munculnya pengetahuan, yang terdiri dari sekumpulan konsep, fakta, hukum, dan teori yang
diperoleh melalui proses ilmiah. Berdasarkan penjelasan para ahli, dapat disimpulkan bahwa IPA
merupakan suatu ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang mempelajari tentang
peristiwa-peristiwa alam melalui serangkaian proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan
hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah.
Riastini (dalam Suryantari, dkk 2019) menyatakan IPA atau sains mempunyai tiga komponen
yaitu sebagai produk, proses dan sikap ilmiah. Produk dari IPA kumpulan ilmu pengetahuan berupa
fakta-fakta, konsep, prinsip, hukum, dan terori merupakan produk dari IPA. Dalam pembelajaran IPA
di sekolah dasar, yang perlu diajarkan guru adalah produk dan proses IPA karena kedua hal tersebut
tidak dapat dipisahkan. Pembelajaran IPA tidak hanya penentuan dan penguasaan materi, tetapi aspek
apa yang perlu diajarkan dan dengan cara bagaimana, agar siswa dapat memahami konsep yang
dipelajarinya. Sehingga semakin jelas bahwa proses pembelajaran IPA lebih menekankan pada
pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa mampu menemukan fakta-fakta yang sebenarnya,
membangun konsep-konsep yang baru, teori-teori dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa yang mampu
meningkatkan kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan (Trianto, 2012). Pembelajaran
IPA dapat dilakukan dengan berbagai cara yang inovatif, sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna dan menyenangkan. Selain itu, IPA diharapkan dapat menjadi tempat bagi siswa untuk
mempelajari alam semesta beserta gejala-gejala alam di dalamnya. Akan tetapi, pendidikan saat masih
kurang mengikutsertakan siswa kedalam pembelajaran didalam kelas. Saat ini, banyak siswa yang
lebih suka menghafal daripada memahami materi yang dibelajarkan. Sehingga membuat kemampuan
siswa berkurang dalam memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu, siswa perlu memahami
konsep yang ada dalam pembelajaran IPA sehingga siswa mampu mengingat materi lebih lama
dibandingkan hanya menghafal konsep tanpa memahami terlebih dahulu. Keberhasilan siswa dalam
memahami materi pembelajaran IPA dapat dilihat dari keaktifan dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan observasi di lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-22 Oktober 2019 pada
saat pembelajaran IPA dilaksanakan dan diperoleh kenyataan sebagai berikut. Pertama, dalam proses
pembelajaran guru cenderung menggunakan pendekatan ekspositori dengan menggunakan metode
ceramah dan metode penugasan. Sehingga dalam proses pembelajaran, siswa jarang memperhatikan
guru yang sedang menjelaskan materi ajar dan cepat merasa bosan. Kedua, guru jarang memberikan
kesempatan pada siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran IPA dengan melakukan sebuah
percobaan atau eksperimen. Ketiga, dalam proses pembelajaran guru jarang menggunakan media
sebagai sarana penunjang kegiatan pembelajaran IPA. Padahal, media pembelajaran salah satu alat
yang penting dalam pembelajaran. Hal ini dikarenaka media pembelajaran dapat merangsang pikiran,
perasaan, kemampuan dan perhatian siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses
pembelajaran yang efektif. Keempat, evaluasi terhadap aspek belajar yang belum dilakukan secara
optimal. Hal tersebut dikarenakan guru belum sepenuhnya mengetahui cara mengevaluasi, apa yang
diukur, dan kriteria penilaiannya. Sehingga guru belum mengetahui tingkat ketercapaian hasil belajar
selama proses pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan permasalahan di atas, perlu adanya solusi dan inovasi untuk mengatasi berbagai
permasalahan dalam dunia pendidikan khusnya yang berkaitan dengan pembelajaran IPA. Perubahan
yang dimaksudkan adalah perubahan cara berfikir dari konvensional menuju inovatif. Pada dasarnya,
saat ini banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di dalam
kelas. Tentunya dalam penerapan model pembelajaran tersebut disesuaikan dengan karakteristik
siswa, materi yang diajarkan, kesiapan guru dan siswa serta kurikulum yang digunakan. Salah satu
model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa adalah model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Menurut Anurrahman (dalam Gading, dkk 2018;138) menyatakan bahwa “Model pembelajaran
merupakan blueprint yang dapat digunakan untuk membimbing guru dalam mempersiapkan dan
merencanakan pembelajaran”. Nurdyansyah dan Eni (2016:34) menyatakan “Model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing
pembelajaran di kelas yang lain”. Menurut Joyce & Weil (dalam Gading, dkk 2018:139) “Model
pembelajaran terdiri atas lima aspek, yaitu: sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung,
serta dampak instruksional dan pengiring”.
Gulo (dalam Suryaningsih, dkk 2016) membahas inkuiri merupakan rangkaian pembelajaran
yang mengikutsertakan seluruh kemampuan siswa agar mampu mencari dan menyelidiki secara krtis,
sistematis, logis dan analitis, sehingga siswa mampu merumuskan penemuannya dengan percaya diri.
Anam (2016) menyatakan, inkuiri juga berasal dari kata bahasa Inggris yaitu inquiry yang memiliki
arti penyelidikan atau meminta keterangan, terjemahan bebas untuk pengertian ini adalah siswa
dituntut untuk mampu mencari sebuah konsep secara mandiri. Menurut Kurniasih dan Sani
(2016:113) “Model pembelajaran inkuiri merupakan pembelajaran dengan seni merekayasa situasi-
situasi yang sedemikian rupa sehingga siswa bisa berperan sebagai ilmuwan”.
Sejalan dengan hal tersebut, Jauhar (dalam Yulianti, 2016) menyatakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan guru membimbing
siswa untuk melakukan pemecahan permasalahan dengan terlebih dahulu memberikan pertanyaan
awal dan mengarahkan siswa pada suatu diskusi. Inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran
yang kegiatan pembelajarannya guru membimbing atau memberikan petunjuk yang cukup luas pada
siswa. Sund dan Throwbidge (dalam Endahwuri, 2015). Sejalan dengan hal tersebut Sari (dalam
Widani,dkk 2019:17) menyatakan bahwa “model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan
langkah-langkah pembelajaran yang menekankan proses penyelidikan (investigasi) dalam pemahaman
materi dimana siswa juga diharapkan memiliki kemampuan menarik kesimpulan sebagai suatu hasil
dari berbagai kegiatan investigasi sederhana dengan dibantu bimbingan dari guru”. Tujuan utama
pembelajaran yang berorientasi pada inkuiri merupakan pengembangan keterampilam dan sikap
siswa sehingga mampu memecahkan permasalahan secara mandiri (Ngalimun, 2016).
Untuk dapat mendukung ketercapaian penerapan suatu model pembelajaran, guru dapat
menggunakan berbagai macam media pembelajaran yang dapat menunjang proses pembelajaran IPA.
Salah satunya adalah dengan menggunakan media gambar. Munadi (2013:81) menjelaskan bahwa
“Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan”. Hamalik (dalam Kurniasari &
Margunayasa, 2013) mejelaskan media gambar merupakan suatu objek yang ditampilkan secara visual
kedalam bentuk dua dimensi sebagai hasil pikiran yang memiliki bentuk bermacam-macam seperti
potret, lukisan, slide, opaque projektor, film, dan strip. Selain itu, yang dimaksud Media gambar dilihat
dari sudut pandang media grafis merupakan gambar hasil cetakan, lukisan tangan, dan karya seni
fotografi (Tegeh dalam Yastiari, 2019). Media gambar juga dirasa akan memberikan kontribusi yang
besar dalam pembelajaran di kelas, terutama pembelajaran IPA. Media gambar adalah media yang
paling umum dipakai. Hal ini karena siswa SD lebih menyukai gambar dari pada tulisan, apalagi jika
gambarnya dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan gambar yang baik, sudah tentu
meningkatkan semangat dan kemampuan siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.
Media gambar tentu akan meningkatkan keaktifan belajar siswa. Keaktifan berasal dari kata dasar
aktif, aktif berarti bekerja atau bergerak. Salo, (2017) menyatakan bahwa keaktifan merupakan
keadaan atau hal dimana siswa dapat aktif dan bergerak. Sejalan dengan hal tersebut, Wibowo (2016)
menjelaskan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran merupakan semua kegiatan pembelajaran
yang bersifat fisik maupun non fisik yang secara optimal mampu menciptakan suasana pembelajaran
menjadi kondusif. Suryani dan Agung (2013:36) menyatakan “Belajar adalah perubahan tingkah laku
yang terjadi dari hasil latihan yang dilakukan secara sadar, bersifat fungsional, menetap, bersifat atif
dan positif berdasarkan atas latihan, bertujuan dan terarah serta mencakup keseluruhan aspek
kepribadian”. Sedangkan Arsa, (2015:1) menyatakan “Belajar pada umumnya melibatkan interaksi
dengan lingkungan eksternal, dan diduga belajar itu terjadi bila terjadi suatu perubahan atau
modifikasi perilaku terjadi, dan perubahan itu tetap (ajeg) dalam masa yang relative lama dalam masa
kehidupan individu”. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah
keadaan siswa yang aktif yang bersifat fisik maupun mental untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang terjadi dari hasil latihan yang dilakukan secara sadar, bersifat fungsional, dan perubahan itu
tetap dalam masa yang relative lama dalam masa kehidupan individu. Perubahan yang terjadi tentunya
sesui dengan tingkah laku individu yang mengakibatkan peningkatan keaktifan ke arah yang lebih
baik. Penjelasan para ahli tersebut, didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Selain keaktifan belajar, media gambar juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa yang
diperoleh. Hasil belajar merupakan alat mengukur proses pembelajaran. Gading, dkk (2018:9)
menyatakan “Belajar sebagai perubahan perilaku sebagai akibat pengalaman. Perilaku dalam
pengertian definisi belajar ini meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor”. Menurut Jihad dan
Haris (2008:14) “Hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap
dari ranah kognitif, afektif dan psikomotoris dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu”.
Sejalan dengan hal tersebut, Dewi, dkk (2016) menyatakan hasil belajar merupakan perubahan yang
terjadi pada siswa, seperti aspek kognitif, afektif, psikomotor sebagai hasil dari pembelajaran yang
telah dilakukan. Hasil belajar merupakan hasil pencapaian seseorang setelah melakukan pembelajaran
yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bisa dinyatakan dengan angka, simbol-
simbol, huruf, maupun kalimat yang dapat menyatakan kualitas kegiatan individu dalam proses
tertentu (Nurdyansyah dan Fitriani, 2018). Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah pencapaian peserta didik yang telah mengalami perubahan baik yang menyangkut
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil belajarnya. Anak yang berhasil dalam
pembelajaran adalah anak yang sudah mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang direncanakan.
Penjelasan para ahli tersebut didukung penelitian yang dilakukan oleh Putri, dkk (2018) yang
menemukan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dan
kelompok siswa yang dibelajarkan tidak menggunakan model inkuiri terbimbing. Terdapat juga
penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Margunayasa (2017) yang menemukan bahawa, terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Peta Pikiran dan kelompok siswa yang tidak
dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Peta Pikiran.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Kartika dan Margunayasa (2017) yang menemukan bahwa,
terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan peta pikiran
terhadap hasil belajar IPA.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
inkuiri terbibimbing berbantuan media gambar terhadap keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD,dan
(2) Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media gambar
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD.
Metode
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian yaitu
Eksperimental. Karena kedua kelompok tidak bisa diacak secara penuh. Adapun rancangan penelitian
ini mengikuti pola dasar desain eksperimental dengan rancangan Nonequivalent Pre Test Post Test
Control Group Design untuk megetahui keaktifan belajar IPA siswa dan One Shot-Case Study untuk
mengetahui hasil belajar IPA siswa. Penelitian ini dilaksanakan di Gugus VI, Kecamatan Sukasada
dengan jumlah populasi 198 siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara mengundi
kelas dari semua populasi yang ada. Mula-mula diambil secara acak dua kelas dari delapan kelas yang
ada sebagai sampel penelitian, kemudian dari dua kelas tersebut dipilih kembali secara acak satu kelas
sebagai kelompok eksperimen dan satu kelas sebagai kelompok kontrol. Sehingga ditetapkan 2 sampel
pada penelitian yaitu kelas IV SD N 4 Panji Anom sebanyak 25 siswa sebagai kelompok eksperimen
dan kelas IV SD N 3 Panji Anom sebanyak 21 siswa sebagai kelompok kontrol. Terdapat 2 variabel
dalam penelitian ini yang pertama, variabel bebas yakni model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan media gambar dan variabel terikat yakni keaktifan dan hasil belajar IPA.
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah tes dan non-tes.
Data yang dikumpulkan adalah data keaktifan dan hasil belajar IPA siswa. Metode tes berbentuk tes
pilihan ganda digunkana untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar IPA siswa. Soal pilihan ganda
yang disusun mengikuti jenjang taksonomi Bloom Revisi dengan ranah kognitif pada tabel 1.
Dalam penelitian ini dibatasi hanya sampai empat ranah kognitif yaitu C1 samapi C4. Jumlah soal
yang digunakan dalam intrumen ini adalah 30 butir soal dengan empat alternatif pilihan yaitu a, b, c,
dan d. Setiap butir soal diberi nilai 1 jika jawaban benar dan nilai 0 jika jawaban salah. Teknik
pengumpulan data non-tes berupa lembar kuesioer. Lembar kuesioner digunakan untuk mengetahui
keaktifan belajar pada siswa sebelum memberikan perlakuan model pembelajaran dan setelah
melaksanakan perlakuan model di kelas, pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
Pengukuran keaktifan belajar diukur berdasarkan 12 aspek yang dikutip dalam Susilo (2017) tabel 2
berikut.
No Aspek Penilaian
1 Menyelesaikan permasalaha dengan mencari pada literatur atau sumber ajar
2 Bertanya dengan guru ketika ada kesulitan dalam pemecahan masalah,
3 Bertanya pada teman yang lebih faham ketika kesulitan dalam mengerjakan tugas
4 Menghargai perbedaan pendapat antar siswa,
5 Bekerjasama dengan baik bersma kelompok
6 Aktif saat mengikuti kegitan kelompok dalam memecahkan masalah,
7 Merespon pertanyaan yang diberikan atau instrkusi dari guru
8 Berani menjelaskan hasil temuan kedepan kelas
9 Berani mengungkapkan pendapat diri sendiri
10 Mencatat materi yang diberikan oleh guru dan ditulis lengkap dan rapi
11 Serius mengikuti pembelajaran di dalam kelas,
12 Memperhatikan dan mendengarkan proses pembelajaran di kelas
Jumlah soal yang digunakan dalam mengukur keaktifan belajar ini adalah 30. Pada tes kuesioner
menggunakan 5 alternatif jawaban dengan penskoran untuk peryataan bersifat positif meliputi: 1)
Skor 5 diberikan pada siswa yang menjawab sangat setuju, 2) Skor 4 diberikan pada siswa yang
menjawab setuju, 3) Skor 3 diberikan pada siswa yang menjawab kurang setuju, 4) Skor 2 diberikan
pada siswa yang menjawab tidak setuju, 5) Skor 1 diberikan pada siswa yang menjawab sangat tidak
setuju. Sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negatif meliputi: 1) Skor 1 diberikan pada siswa
yang menjawab sangat setuju, 2) Skor 2 diberikan pada siswa yang menjawab setuju, 3) Skor 3
diberikan pada siswa yang menjawab kurang setuju, 4) Skor 4 diberikan pada siswa yang menjawab
tidak setuju, 5) Skor 5 diberikan pada siswa yang menjawab sangat tidak setuju. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan uji prasyarat, uji t sampel beda, dan uji t Bruning menggunakan bantuan
program SPSS 25.0 for Windows. Uji Prasyarat yang dilakukan yaitu uji normalitas sebaran data dan uji
homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk mengetahui data berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui homogen
tidaknya suatau data yang diperoleh. Pengujian hipotesis 1 dilakukan dengan uji t sampel beda dan uji
hipotesis 2 dilakukan dengan uji t Bruning.
Dari hasil analisis data yang dilakukan terhadap nilai keaktifan dan hasil belajar IPA, diperoleh
hasil perhitungan uji prasyarat dengan bantuan program SPSS 25.0 for Windows yang tersaji pada
tabel. Uji prasyarat dilakukan untuk menguji normalitas data, homogenitas varians yang sudah
diperoleh saat melaksankan pretest dan posttest. Berdasarkan uji normalitas data, diperoleh nilai
signifikansi Kolmogrov Smirnov pretest kuesioner keatifan belajar SDN 4 Panji Anom, pretest kuesioner
keaktifan belajar SDN 3 Panji Anom, posstest kuesioner kekatifan belajar SDN 4 Panji Anom, dan
posttest kuesioner keaktifan belajar SDN 3 Panji Anom memiliki nilai yang sama sebesar 0,002,
sehingga lebih besar dari 0,05. Data posttest tes hasil belajar SDN 4 Panji Anom memiliki nilai
signifikansi Kolmogrov Smirnov sebesar 0,088 hal ini berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian,
semua sebaran data dapat diakatakan berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada
tabel 3.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Keterangan
Statistic df Sig.
Pretes Kuesioner Keaktifan Belajar SDN 4
0,104 25 0,200 Berdistribusi Normal
Panji Anom
Pretes Kuesioner Keaktifan Belajar SDN 3
0,097 21 0,200 Berdistribusi Norma
Panji Anom
Posttes Kuesioner Keaktifan Belajar SDN 4
0,127 25 0,200 Berdistribusi Normal
Panji Anom
Posttest Kuesioner Keaktifan Belajar SDN 3
0,121 21 0,200 Berdistribusi Normal
Panji Anom
Posttest Tes Hasil Belajar SDN 4 Panji Anom 0,162 25 0,088 Berdistribusi Normal
Selain itu, diperoleh hasil uji homogenitas varians dengan nilai signifikasi Based on Mean pretest
kuesioner keaktifan belajar SDN 4 Panji Anom sebesar 0,302 > 0,05, posttest kuesioner keaktifan
belajar SDN 4 Panji Anom sebesar 0,795 >0,05, pretest kuesioner kekatifan belajar SDN 3 Panji Anom
sebesar 0.839 > 0,05, posttest kuesioner keaktifan belajar SDN 3 Panji Anom sebesar 0,523 > 0,05 dan
posttest tes hasil belajar SDN 4 Panji Anom sebesar 0,218 > 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa semua data keaktifan dan hasil belajar IPA memiliki varians yang homogen. Hasil uji
homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar IPA pada Kelas Eksperimen
Setelah melakukan uji prasyarat, selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui
kesimpulan yang akan diambil. Pada penelitian ini, terdapat 2 hipotesis yang akan diujikan. Hipotesis
pertama menggunakan uji t sampel beda. Sebelum dilakukan uji hipotesis 1, terlebih dahulu dihitung
gain skor yang sudah ternormalisasi untuk mengetahui efektifitas dari perlakuan yang sudah
diberikan. Hasil uji hipotesis pertama dapat dilihat pada tabel 5.
Lower Upper
Equal variances assumed 0,066 0,798 5,966 44 0,000 0,54305 0,091 0,360 0,727
Equal variances not 5,929 41,449 0,000 0,54305 0,092 0,358 0,728
assumed
Berdasarkan tabel hasil uji hipotesis 1, diperoleh nilai signifikansi (Sig. (2-tailed)) pada t-test for
Equality of Means sebesar 0,000. Selanjutnya, nilai signifikansi tersebut dibandingkan dengan 0,05.
Yang berarti 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran inkuiri terbibimbing berbantuan media gambar terhadap keaktifan
belajar IPA siswa kelas IV SD.
Selanjutnya, Hipotesis kedua diuji menggunakan uji t Bruning. Adapun hasil pengujian hipotesis
kedua dapat dilihat pada tabel 6.
One-Sample Test
Test Value = 70
95% Confidence Interval of
Sig. (2- Mean
t df the Difference
tailed) Difference
Lower Upper
HASIL BELAJAR IPA 10,646 24 0,000 14,93360 12,0384 17,8288
Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis 2, diperoleh nilai (Sig. (2-tailed)) sebesar 0,000. Kemudian
nilai tersebut dibandingkan dengan 0,05. Yang berarti 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1
diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri
terbibimbing berbantuan media gambar terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD.
Pada bagian ini, dipaparkan lebih lanjut hasil temuan penelitian. Berdasarkan hasil analisis uji
hipotesis, diperoleh kesimpulan terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan media gambar terhadap keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD. Siswa yang
mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media gambar memiliki hasil kekatifan
belajar yang lebih tinggi dibandingkan kelas yang tidak mengikuti model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan media gambar yang sudah diberikan perlakuan sebanyak 7 kali pada kelas
eksperimen. Sebelum memberikan perlakuan, pada kelas eksperimen dan kontrol diberikan pretest
berupa kuesioner keaktifan belajar. Setelah diberikan perlakuan, kelas eksperimen dan kontrol
kembali diberikan potstes kuesioner keaktifan belajar. Hasil temuan pada keaktifan belajar siswa
dapat dilihat pada hasil uji hipotesis diperoleh nilai signifikansi (Sig. (2-tailed)) pada t-test for Equality
of Means sebesar 0,000. Selanjutnya, nilai signifikansi tersebut dibandingkan dengan 0,05. Yang berarti
0,000 < 0,05 sehingga model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media gambar memiliki
pengaruh terhadap keaktifan belajar IPA siswa. Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran yang
menggunakan model inkuiri terbimbing, siswa didorong untuk aktif membangun pengetahuannya
sendiri melalui serangkaian percobaan atau eksperimen yang dibimbing oleh guru. Misalnya, dalam
proses pembelajaran, guru memberikan sebuah gambar tentang gaya otot, kemudian siswa
mencontohkan gaya otot dalam kehidupan sehari-hari yang dibantu oleh gurunya. Pembelajaran
seperti itu akan membuat siswa mampu membangun pengetahuannya sendiri melalui pengalaman
secara langsung, meningkatkan keaktifan belajar seperti pemecahan masalah, kerjasama,
mengemukakan gagasan, dan perhatian. dan akan menimbulkan rasa ingin tahu siswa dalam diri
siswa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan menyenangkan.
Dilihat dari keempat komponen keaktifan belajar yang pertama, pemecahan masalah. Pada model
pembelajaran inkuiri terbimbing terlihat pada tahap eksplorasi yang mengajak siswa untuk
menyelidiki hubungan pada masalah yang diberikan dan tahap aplikasi yang mengajak siswa untuk
memecahkan masalah, sehingga siswa akan merasa tertantang untuk memecahkan masalah yang
diberikan. Penjelasan tersebut didukung oleh pendapat Wibowo (2016) yang menyatakan bahwa
keaktifan belajar siswa merupakan kegiatan yang melibatkan fisik dan non fisik siswa saat kegiatan
pembelajaran secara optimal agar dapat menciptakan susana kelas yang kondusif dan menarik. Kedua,
kerjasama dengan kelompok. Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dilihat pada fase
eksplorasi dan pembentukan konsep. Pada fase ini, siswa diajak untuk melakukan observasi,
latihan soal, dan penelitian lain. Dalam proses pembelajaran siswa diberikan suatu permasalahan oleh
guru, kemudian siswa bersama kelompok memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.
Kelima, fase penutup. Dalam kegiatan ini siswa membuat kesimpulan tentang hasil pengamatan
ataupun kegiatan yang telah dilaksanakan, dan merefleksi terhadap perkembangan belajarnya.
Kegiatan ini merupakan kegiatan akhir yang dilakukan oleh siswa. Pada fase ini siswa akan membuat
suatu kesimpulan tentang pengamatan ataupun eksperimen yang telah siswa lakukan guna untuk
menguji hipotesis yang dirumuskan.
Kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbantuan media gambar menunjukan peningkatan pada hasil hasil belajar IPA yang lebih baik, siswa
lebih aktif dalam pembelajaran seperti diskusi bersama kelompok, dan memecahkan permasalahan
secara terstruktur sehingga siswa memperoleh konsep-konsep yang baru dari pembelajaran tentang
pokok materi macam-macam gaya. Pembelajaran IPA yang berlangsung, guru memiliki peran sebagai
penentu permasalahan dan membimbing siswa saat mengalami kesulitan saat memecahkan
permasalahan dan mencari konsep baru.
Penelitian ini didukung penelitian yang dilaksanakan oleh Almuntasheri, dkk (2016) yang
menunjukkan bahwa siswa yang mendapat perlakuan inkuiri terbimbing menunjukkan pemahaman
konseptual yang lebih baik tentang kerapatan dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang telah
diajarkan menggunakan pendekatan yang diarahkan oleh guru. Penelitian yang dilakukan oleh
Wahyunita, dkk (2017) menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan video berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA. Penelitian yang
mendukung juga dilakukan oleh Muliani dan Wibawa (2019) yang menyatakan model pembelajaran
inkuiri terbimbing ini berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan
Baturiti.
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri
terbimbing berbantuan media gambar dapat mempengaruhi keaktifan dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA, sehingga terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan
media gambar terhadap keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini dan sesuai dengan pembahasan yang
telah dilakukan, diperoleh hasil uji hipotesis 1 menggunakan uji independent sample test dengan nilai
signifikansi (Sig. (2-tailed)) pada t-test for Equality of Means sebesar 0,000. Selanjutnya, nilai
signifikansi tersebut dibandingkan dengan 0,05. Yang berarti 0,000 < 0,05 sehingga H 0 ditolak dan H1
diterima. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbibimbing
berbantuan media gambar terhadap keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD. Berdasarkan hasil uji
hipotesis 2 menggunakan uji one sample test, diperoleh nilai signifikansi (Sig. (2-tailed)) sebesar 0,000.
Kemudian nilai tersebut dibandingkan 0,05. Yang berarti 0,000 < 0,05 sehingga H 0 ditolak dan H1
diterima. Ini berarti terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbibimbing berbantuan media
gambar terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media gambar berpengaruh aktif terhadap
kekatifan dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD.
Daftar Pustaka
Almuntasheri, S., Gillies, R. M., & Wright T. 2016. The Effectiveness of a Guided Inquiry-based,
Teachers’ Professional Development Programme on Saudi Students’ Understanding of Density.
Science Education International, 27(1), 16-39. (https://eric.ed.gov/?id=EJ1100181). Diakses 20
November 2019.
Anam, K. 2016. Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Metode dan Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arsa, I. P. S. 2015. Belajar dan Pembelajaran (Strategi Belajar yang Menyenangkan). Yogyakarta: Media
Akademia.
Desstya, A., Novitasari, I. I., Razak, A. F., dan Sudrajat, K. S. 2017. “Refleksi Pendidikan IPA Sekolah
Dasar di Indonesia (Relevansi Model Pendidikan Paulo Freire dengan Pendidikan IPA di Sekolah
dasar)”. Profesi Pendidikan Dasar". (online). Volume 1 No 1, 1-11.
(http://journals.ums.ac.id/index.php/ppd/article/view/2745). Diakses 19 Oktober 2019
Dewi, K. A. P., Gading, I. K., Psi, M., dan Sudana, D. N. 2016. “Pengaruh Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD”. MIMBAR PGSD Undiksha,
(online), Volume 4 No 1. (https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/7496).
Diakses 19 Oktober 2019.
Endahwuri, D. 2015. “Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Guided Inquiry Guided Inquiry untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Siswa”. AKSIOMA: Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, (online), Volume 6 No 1.
(http://journal.upgris.ac.id/index.php/aksioma/article/view/867). Diakses 19 Oktober 2019
Gading, I. K., Suja, W., Sudarma, I. K., Divayana, D. G. H., dan Widiana, I. W. 2018. Buku Ajar Belajar dan
Pembelajaran. Singaraja: Undiksha Press.
Indiarini, N. M. R. M., dan Bayu, G. W. 2019. “Pengaruh starter experiment approach (SEA) terhadap
hasil belajar IPA”. Mimbar Ilmu, (online), Volume 24 No 1, 124-133.
(https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/MI/article/view/17469). Diakses 21 April 2020.
Kartika, N. M. D., dan Margunayasa, I. G. 2017. “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berbantuan Peta Pikiran dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar IPA”. MIMBAR PGSD
Undiksha, (online), Volume 5 No 2.
(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/view/1105). Diakses 19 Oktober 2019.
Kurniasari, N. P. M., dan Margunayasa, N. M. S. I. G. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Word Square
Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus V Kecamatan
Tegallalang”. MIMBAR PGSD Undiksha, (online), Volume 1 No 1.
(https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/896). Diakses 19 Oktober
2019.
Kurniasih, I dan B. Sani. 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan
Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena.
Muliani, N. K. D., & Wibawa, I. M. C. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berbantuan Video Terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, (online). Volume 3 No
1, 107-114. (https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JISD/article/view/17664). Diakses 30
Juni 2020.
Munadi, Y. 2013. Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta: Referensi (GP Press Group).
Nurdyansyah dan Eni, F. F. 2016. Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum 2013. Sidoarjo:
Nizamia Learning Center.
Nurdyansyah, N., dan Fitriyani, T. 2018. “Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Terhadap Hasil Belajar
Pada Madrasah Ibtidaiyah”. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. (online).
(http://eprints.umsida.ac.id/id/eprint/1610). Diakses 19 Oktober 2019.
Putra, I. K. D. A. S., dan Margunayasa, I. G. 2017. “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berbantuan Peta Pikiran terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD”. MIMBAR PGSD Undiksha,
(online), Volume 5 No 2. (http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/10711).
Diakses 19 Oktober 2019.
Putri, N. P. L. K., Kusmariyatni, N., dan Murda, I. N. 2018. “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Berbantuan Media Audio-Visual Terhadap Hasil Belajar IPA”. MIMBAR PGSD
Undiksha, (online), Volume 6 No 3, 153-160.
(https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/21093). Diakses 19 Oktober
2019.
Salo, Y. A. 2017. “Pengaruh Metode Discovery Learning Terhadap Keaktifan Belajar Siswa (Studi Quasi
Eksperimen Kelas VII SMPN 6 Banda Aceh)”. Jurnal Penelitian Pendidikan, (online), Volume 16 No
3, 297-304. (https://ejournal.upi.edu/index.php/JER/article/view/4825). Diakses 19 Oktober
2019.
Samatowa, U. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta Barat: Permata Puri Media
Suryani, N dan L. Agung. 2013. Strategi belajar mengajar. Yogyakarta: Penerbit Ombak (Anggota
IKAPI).
Suryaningsih, N. M. A., Cahaya, I. M. E., dan Poerwati, C. E. 2016. “Implementasi Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Berbasis Permainan Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Usia Dini”. JPI (Jurnal
Pendidikan Indonesia), (online), Volume 5 No 2, 212-220.
(http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPI/article/view/8559). Diakses 19 Oktober 2019.
Suryantari, N. M. A., Pudjawan, K., dan Wibawa, I. M. C. 2019. “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Berbantuan Media Benda Konkret Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar IPA”.
International Journal of Elementary Education, (online), Volume 3 No 3, 316-326.
(https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/IJEE/article/view/19445). Diakses 19 Oktober 2019.
Susilo, A. E. 2017. “Pengaruh Keaktifan Dan Kedisiplinan Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika
Pada Materi Garis Dan Sudut Siswa Kelas VII MTSN Sumberjo Blitar Tahun Ajaran 2016/2017”.
(online). (http://repo.iain-tulungagung.ac.id/7343/). Diakses 19 Oktober 2019.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyunita, I. G. A. W. T., Margunayasa, I. G., & Parmiti, D. P. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Berbantuan Video Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD. MIMBAR
PGSD Undiksha, (online). Volume 5 No 2.
(https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/view/10723) Diakses 30 Juni 2020.
Wibowo, N. 2016. Upaya Peningkatan Keaktifan Siswa Melalui Pembelajaran Berdasarkan Gaya Belajar
di SMK Negeri 1 Saptosari. Elinvo (Electronics, Informatics, and Vocational Education), (online),
Volume 1 No 2, 128-139. (https://journal.uny.ac.id/index.php/elinvo/article/view/10621).
Diakses 19 Oktober 2019.
Widani, N. K. T., Sudana, D. N., dan Agustiana, I. G. A. T. 2019. “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Ipa Dan Sikap Ilmiah Pada Siswa Kelas V SD Gugus I
Kecamatan Nusa Penida”. Journal of Education Technology, (online), Volume 3 No 1, 15-21.
(https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JET/article/viewFile/17959/10723). Diakses 19
Oktober 2019.
Yastiari, I. D. M. 2019. “Penerapan Model Pembelajaran Artikulasi dengan Media Gambar Guna
Meningkatkan Prestasi Belajar IPA”. International Journal of Elementary Education, (online),
Volume 3 No 4, 431-438. (https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/IJEE/article/view/21748).
Diakses 19 Oktober 2019.
Yulianti, N. 2016. “Pengaruh model inkuiri terbimbing berbasis lingkungan terhadap kemampuan
pemahaman konsep dan karakter”. Jurnal Cakrawala Pendas, (online), Volume 2 No 2.
(https://www.jurnal.unma.ac.id/index.php/CP/article/view/329). Diakses 19 Oktober 2019.