Modul PPI (Belum Revisi)
Modul PPI (Belum Revisi)
Modul PPI (Belum Revisi)
PPI
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum .............................................................. 2
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................. 2
iv
Modul Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
12.3 Pengumpulan Bahan Spesimen ................................. 154
12.4 Program Kesehatan pada Petugas Kesehatan .......... 161
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan melalui pencegahan dan
pengendalian infeksi.
A : awareness,
active R :
responsible
M : motivated
IN : inovative
G : on the Go
5. Bekerja purna waktu.
2.6 Surveilans
Surveilans merupakan pilar utama kegiatan PPI. Surveilans
merupakan kegiatan pengamatan secara terus menerus, aktif, dan
sistematis terhadap kejadian dan penyebaran masalah kesehatan ( HAIs )
pada suatu populasi serta peristiwa yang mempengaruhi terjadinya
masalah kesehatan. Beberapa hal penting dalam kegiatan surveilans
yaitu:
dan sistem yang membuat pasien gagal terapi, petugas sakit dan
merusaklingkungan.
1. Survey di Amerika:
a. 5% penderita rawat inap mengalami HAIs
b. Dalam 1 tahun terdapat ±2 juta penderita HAIs
2. Survey Depkes (1987) rata-rata kejadian HAIs di Indonesia adalah 9%(
3 – 21% ) HIV merupakan ancaman global. Setiap hari ribuan anak<15
tahun dan 14 ribu usia 15-49 tahun terinfeksi HIV. Penelitian
mendapatkan 95% terjadi pada negara berkembang yang belum
mampu melakukan kegiatan penanggulangan. Sedang penyakit
Hepatitis B dan C potensial menular melalui tindakan medis. Tahun
agen infeksi (organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala
klinik.
d. Penyakit menular atau infeksius: adalah penyakit (infeksi) tertentu
yang
dapat berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara Iangsung
maupun tidak langsung.
Tabel 5.1
Kategori Rekomendasi Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Tabel 5.2
PenerapanKewaspadaan Standar
Kewaspadaan
No Tindakan
Standar
1 Kebersihan a. Hindari menyentuh permukaan di sekitar
Tangan pasien agar tangan terhindar kontaminasi
patogen dari dan kepermukaan. (kategori 1
B)
b. Apabila tangan tampak kotor, mengandung
bahan berprotein, cairan tubuh, cuci tangan
dengan sabun biasa/antimikroba dengan air
mengalir.(kategori 1 A)
c. Apabila tangan tidak tampak kotor,
dekontaminasi dengan alkohol handrub.
(kategori 1 B)
d. Lakukan kebersihan tangan sesuai 5
keadaan atau 5 moment, segera setelah
membuka sarung tangan, dan setelah
menggunakan toilet.(kategori 1 B)
a. Untuk kasus flu burung orang dewasa ( >12 tahun ) sampai 7 hari
bebas demam.
e. Belum ada data yang cukup mengenai spesifikasi gaun yang tepat
untuk tujuan ini.
4. Tata Laksana
a. Pasang tanda peringatan di pintu.
b. Pintu harus selalu dalam keadan tertutup.
c. Sediakan lembar catatan dipintu masuk atau nurse station, agar
apabila dibutuhkan tindak lanjut tersedia data yang dibutuhkan.
2. Meninggalkan ruangan
Di pintu keluar, lepaskan APD dengan urutan yang benar:
a. Sarung tangan: lepas dan buang ke dalam tong Limbah medis.
b. Kaca mata atau pelindung wajah: letakan dalam peralatan bekas
pakai.
MRSA Kontak SeringSakit Serius a.penyakit kulit Tidak dapat di tentukan Tinggi
deskuamasi Tidak dapat diteukan Medium
(eczema,psoriasis) atau lagi pada screening Rendah
kolonisasi sputum
b.kolonisasi >1 tempat
a.Tubercolo Airborne Sering Sedikit Merujuk pada kebijakan 2 minggu Tinggi
sis (BTA Airborne Sering Serius tubercolosis sampai BTA Tinggi
Positif) negatif
b.Tubercolo
sis
MDRTB
(atau high
probabilit
y)
Respiratory Droplet Sering Situasi non Sampai gejala hilang Medium
Synctial dan epidemic Situasi
virus kontak epidemic
Avian Airborne, sering serius a.dewasa:7 hari bebas Tinggi
influenza Droplet panas
dan b.Anak(<12tahun):
kontak 21hari bebas panas
6.1.3 Emollient
Cairan organik, seperti gliserol, propilen glikol atau sorbitol yang
ketika ditambahkan pada handrub dan losion tangan akan melunakan kulit
dan membantu mencegah kerusakan kulit (keretakan, kekeringan, iritasi
dan dermatitis)akibat pencucian tangan dengan sabun yang
sering(dengan atau antiseptik) dan air.
Tangan harus dicuci dengan sabun dan air bersih (atau handrub
antiseptik) setelah melepas sarung tangan karena pada saat tersebut
mungkin sarung tangan ada lubang kecil atau robek, sehingga
bakteri dapat dengan cepat berkembang biak pada tangan akibat
lingkungan yang lembab dan hangat di dalam sarung tangan (CDC
1989, Korniewicz et al 1990)
7. Gosok ibu jari kiri berputar ke arah bawah dalam genggaman tangan
kanan dan sebaliknya.
5. Jika tidak ada handuk kertas, keringkan tangan dengan handuk yang
bersih sekali pakai atau keringkan dengan udara. Handuk yang
digunakan bersama dapat dengan cepat terkontaminasi
Gambar 6.2 Cara Mencuci Tangan dengan Sabun dan Air Mengalir Diadaptasi dari
6. Gosok ibu jari kiri berputar kearah bawah dalam genggaman tangan
kanan dan sebaliknya.
Gambar 6.3. Cara Mencuci Tangan Dengan Cairan Antiseptik Diadaptasi dari
WHO guidelines on hand hygiene in health care: First Global
Patient Safety Challenge, World Health Organization, 2009.
2. Kebersihan tangan
3. Melibatkan pimpinan/pengelola rumah sakit dalam diseminasi dan
penerapan pedoman. Menggunakan teknik pendidikan yang efektif
termasuk role model (khususnya supervisor), mentoring, monitoring,
dan umpan balik positif.
6.4.4 Perhiasan
Penggunaan perhiasan saat bertugas tidak diperkenankan.
Pelindung paling baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah
diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah
atau cairan tubuh). Bahan yang tahan cairan ini tidak banyak tersedia
karena harganya mahal.
Ingat!
Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencuci
tangan atau pemakaian antiseptik yang digosokan pada tangan.
Ingatlah untuk:
Mencuci tangan atau menggunakan anti septik cair yang di gosokan
di tangan sebelum memakai sarung tangan dan setelah melepas
sarung tangan
Ya
SARUNG TANGAN
Apakah kontak dengan SARUNG TANGAN
pasien? Tidak
SARUNG TANGAN
Apakah kontak dengan BERSIH Atau SARUNG
jaringan di bawah kulit? Tidak TANGAN DTT
Ya
SARUNG TANGAN
STERIL Atau
SARUNG TANGAN
DTT
nutrisi &kemoterapi
prosedur acces dan central line,
pemeriksaan vagina, prosedur
invasif pada tindakan radiologi,
prosedur pembedahan,
56
Modul Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2. Hal yang harus dilakukan apabila persediaan sarung tangan
terbatas
58
Modul Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
pilihan adalah menghindari kontak.
7.3.2 Masker
Masker harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut, bagian
bawah dagu, dan rambut pada wajah (jenggot). Masker dipakai untuk
menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas
bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah
atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas
kesehatan. Apabila masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka
masker tersebut tidak efektif untuk mencegah kedua tersebut.
Masker yang ada terbuat dari berbagai bahan seperti katun ringan,
kain kasa, kertas dan bahan sintetik yang beberapa diantaranya tahan
cairan. Masker yang dibuat dari katun atau kertas sangat nyaman tetapi
tidak dapat menahan cairan atau efektif sebagai filter. Masker yang dibuat
dari bahan sintetik dapat memberikan perlindungan dari tetesan partikel
berukuran besar (>5 um) yang tersebar melalui batuk atau bersin keorang
yang berada di dekat pasien (kurang dari 1 meter) namun masker bedah
terbaik untuk menutup secara pas dan erat (menempel sepenuhnya pada
wajah), sehingga mencegah kebocoran udara pada bagian tepinya.
Dengan demikian, sehingga mencegah kebocoran udara pada bagian
tepinya. Dengan demikian, masker tidak dapat secara efektif menyaring
udara yang dihisap (Chen dan Welleke 1992) dan tidak dapat
direkomendasikan untuk tujuan tersebut.
c. Memastikan bahwa klip hidung yang tersebut dari logam (jika ada)
berada pada tempatnya dan berfungsi dengan baik.
b. Ketiadaan satu atau dua gigi pada kedua sisi dapat mempengaruhi
perlekatan bagian wajah masker.
Langkah 2
Posisikan respirator di bawah dagu anda
dan sisi untuk hidung berada di atas
Langkah 3
Tariklah tali pengikat respirator yang atas
dan posisikan tali agak tinggi di belakang
kepala anda di atas telinga.
Langkah 4
Letakkan jari-jari kedua tangan anda di
atas bagian hidung yang terbuat dari
logam.tekan sisi logam
tersebut(Gunakan dua jari dari masing –
masing tangan) mengikuti bentuk hidung
anda.jangan menekan respirator dengan
satu tangan karena dapat
mengakibatkan respirator dengan satu
Langkah 5
Tutup bagiandepan respirator dengan
kedua tangan, dan hati-hati agar
respirator tidak berubah.
3. Kewaspadaan
Beberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa
digunakan oleh individu yang alergi terhadap lateks. Petugas harus diberi
cukup waktu untuk menggunakan dan mengepaskan masker dengan baik
sebelum bertemu dengan pasien.
7.3.4 Topi
Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga
serpihan kulit dan rambut tidak masuk kedalam luka selama
pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutup semua rambut.
Selain itu, topi juga dapat memberikan sejumlah pelindungan pada cairan
tubuh yang terpecik atau menyemprot.
a. Gaun pelindung
1. Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan
hingga bagian pergelangan tangan dan selubungkan
kebelakang punggung.
a. Sarung Tangan
1. Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi.
2. Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan
lainya, lepaskan.
d. Masker
1. Ingatlah bahwa depan masker telah terkontaminasi-JANGAN
SENTUH !
b. Cara melepas
1) Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun
2. Masker
a. Cara menggunakan
1) Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah
kepala dan leher.
b. Cara melepas
1) Ingatlah bahwa bagian depan masker telah
terkontaminasi JANGAN SENTUH!
4. Sarung tangan
a. Cara menggunakan
Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun
isolasi.
b. Cara melepas
1) Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah
terkontaminasi
5. Sepsis
Respons sistemik tubuh yang disebabkan proses infeksi. Sepsis
terbukti (proven) apabila ditemukan kuman dalam biakan arah atau
sepsis tidak terbukti (unproven) apabila biakan darah steril.
2) Pilih vena subolavian: risiko lebih kecil dari pada vena jugular
intema.
c. Kebersihan tangan
1) Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah
palpasi,pemasangan dan penggantian alat intravaskuler,
atau memasang perban/dressing
k. Antimikroba profilaksis
Tidak dibenarkan member antimikroba sebagai prosedur
profilaksis rutin sebelum pemasangan atau selama pemakaian
alat intravaskuler dengan maksud mencegah kolonisasi kateter
atau infeksi bakteri.
1. Retensi urine
2. Inkontinensia urine
3. Pembedahan
4. Monitor pada kondisi penurunan kesadaran
5. Diagnostik
Indikator utama terjadinya ISK adalah bakteriuria dan leukosituria.
Bakteriuria adalah terdapatnya bakteri didalam urine, dimana normalnya
bebas bakteri. Bakteriuria tanpa ISK dapat terjadi karena kontaminasi kulit,
uretra, preputium atau introitus. Leukosituria adalah meningkatnya leukosit
8. Utinary Flow
Jaga aliran urin bebas lancar dengan cara:
a. Jangan ada bagian yang terlipat/klinking.
b. Kantong urine harus dikosongkan secara teratur.
c. Kateter atau aliran yang tidak lancar harus di irigasi
d. Urin bag harus dijaga selalu lebih rendah dari kandung
kemih.
9. Meatal care
Dua kali sehari di cuci dengan povidone-iodino solution dan
dicuci dengan air dan sabun tidak terbukti menekan angka
infeksi, sehingga sekarang tidak disarankan.
2/3 dari infeksi luka operasi merupakan infeksi Insisional dan 1/3
infeksi Luka operasi merupakan infeksi organ/rongga yang dicapai/dilewati
pada proses bedahan.
5. Drain harus diletakan terpisah dari insisi kulit dan jauh dari luka
insisi.
d. Antibiotik profilaksis
1) Berikan antibiotik profilaksis hanya kalau ada indikasi,
pilih antibiotik- sesuai jenis kuman penyebab IDO
pada operasi
tertentu.
2) Berikan antibiotik intravena dengan pertimbangan
waktu agar kadarnya mencapai yang tertinggi dalam
serum dan jaringan pada saat irisan dimulai. Kadar
tersebut harus di pertahankan sampai beberapa jam
sesudah luka di tutup.
92
Modul Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
3. Intra operasi
a. Ventilasi
HAP, VAP yang terjadi pada >5 hari rawat lebih berisiko
mendapatkan kuman Multi Drug Resisten/MDR.
4. Mode Transmisi
Tabel 8.2
Sumber Penyebaran Infeksi
Tindakan Mikroorganisme
nebulizer, respirator, Pseodomonas, Klebsiella, serratia,
trakeostomi Staphylococcus candida
Chatheter intravena Staphylococcus Pseodomonas, streptococci,
candida acinetobacter
Bedah Abdhomen atas Batang gram negative, bakteroides
dan sreptococcus anaerob,
stapylococcus, streptococus
b. Pasien
1) Faktor pasien yang dapat dicegah
laki-laki
(DTT)
Pembersihan
(cuci bersih, sikat dalam air mengalir
dan tiriskan)
instrumen bedah
yaitu instrumen yang ETT termometer
masuk dalam pembuluh kritikal yaitu instrumen kritikal yaitu hanya pada
Pada peralatan kritis yang masuk dalam permukaan tubuh yang
Pada peralatan semi Pada peralatan non
Kimiawi
Direbus
Perhatian:
107
Modul Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
9.1.2 Istilah pada pemrosesan alat
1. Dekontaminasi/precleaning
Proses yang membuat benda mati lebih aman utuk ditangani oleh
petugas sebelum dibersihkan (umpamanya menginaktivasi
3. Desinfeksi
a. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Proses menghilangkan semua mikroorganisme kecuali
beberapa endospora bakterial dari objek dengan merebus,
menguapkan atau menggunakan desinfektan kimiawi.
b. Desinfeksi Tingkat Sedang (DTS)
Proses menghilangkan mikro bakteria vegetatif, hampir semua
virus, hampir semua jamur, tetapi tidak bisa mematikan spora
bakteria
2. Hilangkan bahan padat (misalnya, feses) dari linen yang sangat kotor
dengan menggunakan APD yang sesuai) dan buang limbah padat
tersebut ke dalam toilet sebelum linen dimasukkan ke kantong cucian.
Perhatian:
1. Angkut linen dengan hati-hati.
2. Angkut linen kotor dalam wadah/kantong tertutup.
3. Pastikan linen diangkut dengan dan diolah dengan aman
dengan melakukan klasifikasi (ini sangat penting) dan
menggunakan wadah/kantong yang ditentukan klasifikasinya.
4. Petugas kesehatan harus menggunakan APD yang memadai
saat mengangkut linen kotor.
5. Transportasi / Trolley linen bersih dan linen kotor harus
dibedakan, apabila perlu diberi warna yang berbeda.
3. Insinerasi
Pembakaran limbah padat, cair atau gas mudah terbakar yang
terkontrol untuk menghasilkan gas dan sisa yang tidak atau
tinggal sedikit mengandung bahan mudah terbakar.
4. Limbah infeksius
Bagian dari Limbah medis yang dapat menyebabkan penyakit
infeksi.
5. Kontaminasi
Keadaan yang secara potensial atau telah terjadi kontak dengan
mikroorganisme. istilah tersebut umumnya merujuk pada
adanya mikroorganisme yang dapat menimbulkan infeksi atau
penyakit.
6. Pembuangan
Mengubur limbah, menimbun, membuang, melempar,
meletakkan atau melepaskan bahan limbah apapun ke atau
pada udara, tanah, ataupun air. Pembuangan dilakukan tanpa
bermaksud untuk memungut kembali.
9. Saluran kotoran
Sistem pengumpulan dan pengangkutan kotoran, termasuk
saluran air, pipa-pipa, dan tempat pompa.
10.Limbah kota praja
Limbah umum yang diurus oleh Petugas Pembuangan Limbah
Pemerintah setempat (misalnya Dinas Kebersihan Kota)
terutama dari rumah tangga, aktivitas komersial, dan limbah
jalanan.
11.Segregasi
Pemisahan sistematis limbah padat sesuai dengan kategori
yang telah ditentukan.
12.Wadah
Tabung tempat penanganan, pengangkutan, penimbunan,
dan/atau akhirnya pembuangan limbah.
Table 10.1
Macam Limbah Rumah Sakit
Karena kedua metode ini mungkin mahal dan tidak praktis maka
jagalah agar Limbah kimia terdapat seminimal mungkin.
11.Limbah farmasi
Dalam jumlah yang sedikit limbah farmasi (obat dan bahan obat-
obatan) dapat dikumpulkan dalam wadah dengan limbah terinfeksi dan
dibuang dengan cara yang sama insinerasi, enkapsulisasi atau dikubur
secara aman. Perlu dicatat bahwa suhu yang dicapai dalam insinerasi
kamar tunggal seperti tong atau insinerator dari bata adalah tidak
cukup untuk menghancurkan total limbah farmasi ini, sehingga tetap
berbahaya. Limbah farmasi dapat dibuang secara metode berikut:
b. Bahan yang larut air, campuran ringan bahan farmasi seperti obat
batuk, cairan intravena, tetes mata, dan Iain-lain dapat diencerkan
dengan sejumlah besar air lalu dibuang dalam tempat pembuangan
kotoran (jika terdapat sistem pembuangan kotoran).
Jenis limbah ini tidak boleh diinsinerasi karena uap logam bercun
yang dikeluarkan. Biasanya limbah jenis ini hanya terdapat dalam jumlah
yang kecil di fasilitas kesehatan.
Obat-obatan sitostatika,
beracun
Kompos
Tajam
123
Perhatian:
Ventilasi ruangan yang baik, diperlukan selama dan segera setelah proses
desinfeksi dengan jenis desinfektan yang digunakan.
b. Langit-langit
Langit-langit harus kuat, berwarna terang dan mudah
dibersihkan, tingginya minimal 2.70 meter dari lantai, kerangka
langit-langit harus kuat dan apabila terbuat dari kayu harus anti
rayap.
c. Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air,
tidak licin, warna terang, permukaan rata, tidak bergelombang
sehingga mudah dibersihkan secara rutin 3 kali sehari atau
kalau perlu. Lantai yang selalu kontak dengan air harus
mempunyai kemiringan yang
d. Atap
Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
e. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat
mencegah masuknya serangga, tikus dan binatang
pengganggu lainnya.
f. Jaringan Instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air
limbah,gas listrik, sistem penghawaan, sarana komunikasi dan
lain-lainnya harus memenuhi persyaratan teknis kesehatan
agar aman dan nyaman mudah dibersihkan dari tumpukan
debu. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilang
dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif
untuk menghindari pencemaran air minum.
Permukaan sekitar:
1. Rumah sakit merupakan tempat yang mutlak harus bersih. Lingkungan
jarang merupakan sumber infeksi. Masih kontradiksi tentang desinfeksi
ruangan rutin. Tidak ada perbedaan HAIs yang bermakna antara
ruangan dibersihkan dengan desinfektan dan detergen (WA Rutala,
2001).
1) Ventilasi mekanis
Ventilasi yang menggunakan fan untuk mendorong aliran udara
melalui suatu gedung. Jenis ini dapat dikombinasikan dengan
pengkondisian dan penyaringan udara.
2) Ventilasi alami
3) Kondisi Iklim
Efektifitas ventilasi alami tergantung pada kecepatan angin
dan/atau temperatur, daerah bersuhu ekstrem dan kecepatan
angin yang selalu rendah tidak cocok untuk penggunaan ventilasi
alami.
Tabel11.1
Laju Ventilasi dan Penurunan Droplet Nuklei
12 15 21 24
Ventilasi 6 ACH 9 ACH 8 ACH
ACH ACH ACH ACH
0 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Jendela ditutup 8, 8
Sumber: Qian, H, Seto WH, and Li Y, Universitas Hong Kong dan Rumah
Sakit Queen Mary.
11.3.4 Air
1. Pertahankan temperatur air, panas 51 °C, dingin 20 °C.
2. Pertahankan resirkulasi tetap panas air didistribusikan ke unit
perawatan.
32. Tidak mengizinkan bunga segar atau kering atau tanaman pot
di area perawatan.
33. Lakukan pest control secara rutin.
34. Pakai APD selama prosedur pembersihan dan desinfeksi.
35. Lakukan pembersihan dan desinfeksi untuk pengendalian
lingkungan yang terkontaminasi sesuai prosedur.
36. Berikan perhatian ketat untuk pembersihan dan desinfeksi
permukaan yang sering disentuh di area perawatan seperti
charts, bedside commode, pegangan pintu.
15. Gunakan linen steril, surgical drapes dan gaun untuk kondisis
yang memerlukan steril.
16. Gunakan pakaian bersih pada perawatan neonatus.
17. Jaga kasur tetap kering, lapisi dengan plastik kedap air.
18. Bersihkan dan desinfeksi tutup kasur dan bantal dengan
menggunakan desinfektan.
11.3.7 Binatang
1. Anjurkan pasien menghindari dari kotoran, air liur, urine
binatang.
Untuk DESINFEKSI
Konsentrasi Derajat Pengenceran
NO Kriteria Barang Clorin yang Tablet Tablet Tablet Lama Perendaman
Dibutuhkan 0,5 2,5 gram 5,0
1. Instrumen / barang yang non kritikal 1000 ppm 4 tablet 4 tablet 3,5 tablet Rendam perlengkapan dalam
(alat yang kontak dengan kulit utuh) 1 liter air 5 liter air 10 liter air larutan Precept selama 1 jam
a.I:
a. Tubing / suction
b. Manset termometer
c. Alat-alat lain
2. Sanitasi lingkungan untuk Area 1000 ppm 4 tablet 4 tablet 3,5 tablet Usap permukaan area
kritikal (OK, lab, HD dan VK) 1 liter air 5 liter air 10 liter air dengan lap yang telah
a. Lantai direndam dalam larutan
b. Lemari precept
c. Permukaan meja
d. Permukaan dinding
e. Lap / sikat
f. Pel lantai
3. Sanitasi lingkungan untuk umum 140 ppm 1 tablet 1 tablet 10 1 tablet 20 Usap permukaan area
a. Lantai 2 liter air liter air liter air dengan lap yang telah
b. Lemari direndam dalam larutan
c. Permukaan meja precept
d. Permukaan dinding
e. Lap / sikat
f. Pel lantai
4. Khusus sanitasi lingkungan yang Basahi lap dengan larutan
terkontaminasi dengan darah 10.000 ppm 18 tablet 7 tablet 9 tablet precept dan bersihkan
0,5 liter 1 liter 2,5 liter darah dengan lap tersebut
air air
3. Apabila timbul demam, segera batasi interaksi dan isolasi diri dari
area umum segera lapor ke Kepala Ruangan / Penanggung Jawab
Shift, tindak pencegahan dan pengendalian infeksi dan Tim K3
Rumah Sakit mengenal adanya kemungkinan terinfeksi penyakit
menular yang sedang ditangani.
5. Petugas yang terpapar diperiksa status HIV, HBV, HCV jika tidak
diketauhi sumber paparannya
6. Apabila status pasien bebas HIV, HBV, HCV dan bukan dalam
masa inkubasi, tidak perlu tindakan khusus untuk petugas, tetapi
apabila petugas khawatir dapat dilakukan konseling.
7. Apabila status pasien HIV, HBV, HCV positif maka tentukan status
HIV, HBV, HCV petugas kesehatan tersebur.
2. Monitoring
a. Profilaksis harus diberikan selama 28 hari.
b. Dibutuhkan dukungan psikososial.
c. Pemeriksaan labolaturium diperlukan untuk mengetauhi infeksi HIV
dan untuk memonitor toksisitas obat.
12.2.5 Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan tubuh
Berikut ini tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau cairan
tubuh:
1. Pada mata: bilas dengan air mengalir- 15 menit
2. Pada kulit: bilas dengan air mengalir - 1 menit
3. Pada mulut: segera kumur2 - 1 menit
4. Lapor ke KPPI dan K3RS
Masa
Menular Kewaspadaan petugas
Penyakit Masa Cara transmisi
selama/virus yang perlu diliburkan /
inkubasi
shedding dijalankan Rekomend
asi
Absen Selama luka Kontak kontak
mengeluarkan
cairan tubuh
Acinetobacte Luka bakar yang Flora N kulit manusia, Standart dan
r baumanii di hydroterapi mukus membran dan kontak
tanah. Bertahan
ditempat lembab dan
kering sampai
berbulan, menular
melalui peralatan
rawat respirasi,
tangan petugas,
humidifier, stetoscop,
termometer, matras,
bantal, prmk TT, mop,
gorden, tempat
mandi, luka terbuka
Campilobacte Standar
r
Clostridium kontak
difficile
Helicobacter standar
pylori
MDRO Kontak luka
(MRSA, VRE,
VISA, ESBL,
Strep
pneumonia)
Influenza 1 – 5 hari Infeksius pada 3 Airborne, kontak kontak Vaksinasi pada
hari pertama langsung atau droplet petugas yang
sakit. Virus dengan sekresi sal rentan.
dapat napas Amantadin
dikeluarkan untuk kontak
sebelum gejala dengan
timbul sp 7 hari influenza A
setelah mulai
sakit, lebih
panjang pada
anak dan orang
Hemophilus Standar Droplet
12.4.4 Edukasi
Sosialisasi SPO pencegahan dan pengendalian infeksi, misal:
kewaspadaan solasi, kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis
transmisi, kebijakan departemen Kesehatan tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) terkini.
Oleh karena itu, kalau melakukan suatu prosedur pada paru-paru jenazah,
APD lengkap harus digunakan yang meliputi masker N-95, sarung tangan,
gaun, pelindung mata dan sepatu pelindung.
.
14.2.1 Sumber dan bahan pencemar makanan
Sumber pencemaran makanan dapat diuraikan sebagai berikut:
Bakteri Staphylococcus aureus
a. Daging
Binatang yang disembelih dapat saja mengandung penyakit atau
memang sudah sakit atau daging dapat tertular kuman patogen pada
waktu penyembelihan, pengolahan di rumah potong atau pada
pengangkutan.
b. Sea food.
Dibanyak tempat, laut sudah banyak tercemar berat, termasuk
kotoran manusia. Ikan dan terutama kerang-kerangan laut dapat
dengan mudah tercemar kuman pahatogen.
e. Tanah
Clostridium botullium dan Clostridium perfringens terdapat di tanah.
Mereka dapat diterbangkan oleh angin, dibawa oleh burung atau
binatang dan terambil oleh tanaman atau sayuran dalam
pertumbuhan mereka. Karena itu apapun yang dipanen atau terambil
dari tanah harus dicuci dengan baik sebelum dibawa ketempat
pengolahan makanan.
f. Tubuh manusia
Orang yang menderita sakit atau carrier dari berbagai penyakit
merupakan sumber kuman patogen yang dapat pindah ke makanan
jika mereka mengolah makanan atau menjamah makanan.
2. Penyimpanan
Suhu untuk penyimpanan makanan harus dipertahankan
0
diatas 60 atau dibawah 7° C. Makanan hangat yang mudah rusak
harus didinginkan dulu sebelum disimpan, atau disimpan dalam
wadah yang dangkal supaya bakteri tidak berkembang biak atau
menghasilkan toksin karena keduanya dapat menyebabkan
keracunan makanan akibat Staphylococcus.
3. Pengolahan
Semua bahan yang dimasak harus mencapai suhu yang sesuai.
Khususnya daging, daging yang dibekukan harus mencair sebelum
dimasak untuk mencegah adanya bagian dalam daging yang masih
dingin.
4. Pengangkutan
Distribusi makanan ke ruangan harus memakai alat angkut/ kereta
khusus makanan (tidak dicampur untuk mengangkut barang lain).
Bertutup untuk menghindari debu sepanjang jalannya kereta
makan. Alat angkut makanan harus dibersihkan secara
periodik/berkala. Proses penyajian makanan di ruang rawat inap
harus disajikan dengan segera, alat makan yang dipakai untuk
menyajikan makanan harus dalam keadaan bersih dicuci dengan
sabun, dibilas dengan air panas beberapa menit serta tidak ada
tanda-tanda dicemari tikus, kecoa dan lainnya.
5. Pencucian alat
Alat makan dan alat bekas memasak dilakukan setiap kali makan
dan masak selesai, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Membuang sisa makanan yang melekat pada alat, apabila perlu
direndam dengan air panas, disabun, dibilas dengan air/air panas
dan dikeringkan.
1) Mandi secara teratur dengan sabun dan air bersih dengan cara
baik dan benar. Mandi yang benar akan ditandai dengan rasa
segar sehabis mandi karena pori-pori kulit telah dibersihkan dari
debu dan kotoran lain sehingga terbuka dan memasukkan
udara bersih sehingga tubuh terasa segar.
2) Menyikat gigi dengan pasta dan sikat gigi. Sikat gigi yang baik dan
teratur akan menjaga kebersihan gigi. Idealnya setiap habis makan
harus menyikat gigi, demikian pula sehabis tidur dan sebelum tidur.
181
Modul Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
pengamanan makanan yaitu:
1) Luka teriris segera ditutup dengan plester tahan air.
2) Koreng dan bisul tahap dini ditutup dengan plester tahan air.
3) Rambut ditutup dengan penutup rambut yang menutup bagian
depan sehingga tidak terurai.
c. Menyisir rambut
Apabila rambut disisir kotoran akan pindah ke sisir dan sebagian
akan jatuh ke bawah. Apabila menyisir didapur maka kotoran
rambut akan jatuh pada makanan.