Juknis 8 Aksi (4 & 5) - BANGDA
Juknis 8 Aksi (4 & 5) - BANGDA
Juknis 8 Aksi (4 & 5) - BANGDA
Sebaran Stunting Data prevalensi dan jumlah kasus Stunting yang dirinci dalam wilayah
11. (prevalensi dan jumlah kabupaten/kota, seperti per desa/kelurahan, per kecamatan, atau per
kasus) Stunting wilayah Puskesmas.
IV
NO ISTILAH KETERANGAN
V
DAFTAR ISI
HAL
KATA PENGANTAR I
SAMBUTAN DEPUTI BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA, MASYARAKAT
DAN KEBUDAYAAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL II
(BAPPENAS)
SAMBUTAN DEPUTI BIDANG PENGGERAKAN DAN INFORMASI BADAN
III
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN)
DAFTAR DEFINISI PETUNJUK TEKNIS 8 (DELAPAN) AKSI KONVERGENSI IV
DAFTAR ISI VI
4.1 DEFINISI 1
4.2 TUJUAN DAN RUANG LINGKUP 2
4.3 PENANGGUNG JAWAB 2
4.4 JADWAL 2
4.5 TAHAPAN PELAKSANAAN 3
VI
DAFTAR TABEL
HAL
VII
PERATURAN
BUPATI/WALIKOTA
PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING
1
AKSI 4
PERATURAN
BUPATI/WALIKOTA
PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING
4.1. DEFINISI
Masalah Stunting masih merupakan masalah nasional dengan angka prevalensi
Stunting yaitu sebesar 24,4% dan ditargetkan dalam RPJMN 2019-2024 pada tahun 2024
turun menjadi 14%. Untuk itu, telah terbit Perpres 72 Tahun 2021 tentang Percepatan
Penurunan Stunting dan peraturan BKKBN nomor 12 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi
Nasional Percepatan Penurunan Angka Stunting Indonesia.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 11/2019 tentang perubahan kedua atas PP Nomor
43/2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6/2014 pasal 37 telah
mengamanatkan kewajiban Bupati/Walikota untuk menerbitkan peraturan terkait daftar
kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa. Peraturan ini
akan menjadi acuan pemerintah desa dalam menetapkan peraturan desa terkait kewenangan
tersebut sesuai situasi, kondisi, dan kebutuhan lokal.
1
4.2. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Tujuan utama dari diterbitkannya peraturan Bupati/Walikota tentang ‘Percepatan
penurunan Stunting’ adalah untuk memberikan kepastian hukum yang dapat digunakan
sebagai rujukan bagi OPD, desa dan kelurahan dalam merencanakan dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang mendukung upaya pencegahan dan penurunan Stunting. Peraturan
Bupati/Walikota terkait Percepatan penurunan Stunting’ dapat menjadi dasar untuk:
1. Target tahunan penurunan prevalensi stunting di Kabupaten/kota;
2. Intervensi gizi spesifik dan sensitif : memenuhi target cakupan layanan dalam lampiran
perpres 72/2021 dalam APBD dan APBDes;
3. Peran Kecamatan dan Desa/Kelurahan (termasuk di dalamnya peran TPPS Kecamatan
dan TPPS Desa/Kelurahan);
4. Skema insentif pelaku penurunan prevalensi stunting pelaku desa/kelurahan;
5. Meningkatkan alokasi APBD dan APBDes dari tahun sebelumnya untuk porgram kegiatan
percepatan penurunan Stunting;
6. Koordinasi lintas sektor dan tenaga pendamping program;
7. Peran Kelembagaan masyarakat desa;
8. Kampanye public dan kampanye perubahan perilaku.
4.4. JADWAL
Idealnya penyusunan Peraturan Bupati/Walikota selesai ditetapkan paling lambat
pada bulan Mei tahun berjalan sehingga hasilnya dapat dimanfaatkan untuk proses
perencanaan dan penganggaran tahunan di desa pada tahun berjalan dan/atau satu tahun
berikutnya.
2
4.5. TAHAPAN PELAKSANAAN
Tahapan Aksi Integrasi 4 Peraturan Bupati/Walikota tentang Percepatan Penurunan
Stunting terdiri dari:
Tahap 1: Penyusunan Rancangan Peraturan Bupati/Walikota
Tahap 2: Pembahasan Rancangan Peraturan Bupati/ Walikota
Tahap 3: Penetapan dan Sosialisasi Peraturan Bupati/Walikota
Tim Penyusun diketuai oleh Pimpinan OPD pemrakarsa atau pejabat lain yang
ditunjuk oleh Kepala Daerah, dibantu oleh Sekretaris yang berasal dari Bagian
Hukum Kabupaten/Kota; ditetapkan melalui surat keputusan Pemerintah Daerah;
dan sebaiknya melibatkan OPD lain yang terkait dan perwakilan dari lembaga
masyarakat yang relevan dan akademisi.
Proses review dapat dilakukan melalui diskusi kelompok terarah dengan melibatkan
lintas sektor, mitra pembangunan, lembaga kemasyarakatan, dan akademisi.
3
2. Review Peraturan Bupati/Walikota tentang Percepatan Penurunan Stunting
a. Tim Penyusun mengidentifikasi Peraturan Bupati/Walikota terkait tentang
Percepatan Penurunan Stunting yang sudah ada;
b. Tim Penyusun mengidentifikasi kesesuaian Peraturan Bupati/Walikota yang ada
dengan hasil rekomendasi dari Analisis Situasi (Aksi 1), Penyusunan Rencana
Kegiatan (Aksi 2), dan Rembuk Stunting (Aksi 3);
c. Tim Penyusun mengidentifikasi adanya kebutuhan untuk merevisi atau membuat
peraturan Perbub/Perwal, dengan output yang diharapkan; memperkuat pelibatan
mitra pembangunan, lembaga masyarakat dan akademisi dalam proses review dan
pembahasan draft Perbub/Perwal Stunting.
3. Menyusun Ruang Lingkup Peraturan Bupati/Walikota
a. Tim penyusun merumuskan ruang lingkup dan substansi yang akan diatur dalam
peraturan Bupati/Walikota yang mengacu pada hasil Analisis Situasi (Aksi 1),
Penyusunan Rencana Kegiatan (Aksi 2), dan komitmen dalam Rembuk Stunting
Kabupaten/Kota (Aksi 3) untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
b. Ruang lingkup Peraturan Bupati/Walikota terkait Percepatan Penurunan Stunting
yang didalamnya sudah merujuk pada 5 pilar stranas dan Perpres no 72 tahun 2021
sekurang-kurangnya memuat tentang:
1) Target tahunan penurunan prevalensi stunting di Kabupaten/kota
2) Intervensi gizi spesifik dan sensitif : memenuhi target cakupan layanan dalam
lampiran perpres 72/2021 dalam APBD dan APBDes;
3) Peran Kecamatan dan Desa/Kelurahan (termasuk di dalamnya peran TPPS
Kecamatan dan TPPS Desa/Kelurahan);
4) Skema insentif pelaku penurunan prevalensi stunting pelaku desa/kelurahan.
5) Meningkatkan alokasi APBD dan APBDes dari tahun sebelumnya untuk porgram
kegiatan percepatan penurunan Stunting.
6) Koordinasi lintas sektor dan tenaga pendamping program;
7) Peran Kelembagaan masyarakat desa;
8) Kampanye publik dan kampanye perubahan perilaku
4. Menyusun Rancangan Peraturan Bupati/Walikota
a. Tim Penyusun membuat Rancangan Peraturan baru atau revisi Peraturan
Bupati/Walikota yang relevan terkait dengan Percepatan Penurunan Stunting dalam
pencegahan dan penurunan Stunting terintegrasi sesuai tujuan dan ruang lingkup
yang telah ditetapkan.
b. Tim Penyusun Peraturan Bupati/Walikota menyampaikan rancangan Peraturan
Bupati/Walikota kepada bagian Hukum Kabupaten/Kota.
4
c. Ketua Tim Penyusun melaporkan perkembangan rancangan Peraturan
Bupati/Walikota kepada Sekretaris Daerah.
2. Pembahasan dengan OPD Terkait
a. Tim penyusun selanjutnya melakukan pembahasan untuk penyempurnaan
rancangan Peraturan Bupati/Walikota dengan OPD terkait.
b. Personil OPD terkait yang diharapkan adalah mereka yang sudah terlibat sejak
perumusan tujuan dikeluarkannya Peraturan Bupati/Walikota agar pembahasan
berjalan efektif dan efisien.
3. Konsultasi Publik
a. Konsultasi publik penting dilakukan sebagai wujud penerapan prinsip tata kelola
pemerintahan yang baik dan untuk mendapatkan input dari masyarakat dan
pemangku kepentingan terkait.
b. Masyarakat berhak mendapatkan informasi dan memberikan masukan atas
peraturan yang akan dibuat oleh pemerintah kabupaten/kota.
c. Konsultasi publik dapat dilakukan dengan berbagai metode dan disesuaikan dengan
kondisi daerah masing-masing.
d. Pemerintahan Desa/Kelurahan dan lembaga kemasyarakatan yang ada di
desa/kelurahan merupakan kelompok utama yang diharapkan dapat memberikan
input dalam rancangan Peraturan Bupati/Walikota.
5
PEMBINAAN PELAKU
DAN PEMERINTAHAN
DESA/KELURAHAN
6
AKSI 5
PEMBINAAN PELAKU
DAN PEMERINTAHAN
DESA/KELURAHAN
5.1. DEFINISI
Definisi dari Pelaku Desa/Kelurahan adalah warga masyarakat yang dipilih melalui
musyawarah desa/kelurahan untuk membantu pemerintah desa/kelurahan dalam
memfasilitasi masyarakat desa/kelurahan dalam merencanakan, melaksanakan dan
mengawasi kegiatan pembangunan sumber daya manusia di desa/kelurahan.
7
5.3. OUTPUT
Output dari pembinaan pelaku percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan
adalah tersedianya pelaku percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan dan peningkatan
kapasitas dan pembinaan kepada pelaku di desa/kelurahan yang dilakukan oleh OPD.
5.5. JADWAL
Kegiatan pembinaan pelaku percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan
idealnya dapat dilakukan secara paralel atau beriringan dengan pelaksanaan aksi-aksi
konvergensi lainnya. Diharapkan Kegiatan pembinaan pelaku percepatan penurunan stunting
ini dapat selesai hingga bulan november.
8
b. Hal-hal yang perlu disamakan persepsinya oleh OPD kabupaten/kota terkait pelaku
percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan, meliputi:
• Peran strategis pelaku percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan
sebagai pelaksana pelaksanaan percepatan penurunan stunting terintegrasi di
desa/kelurahan,
• Bentuk tugas yang dapat dikerjakan oleh pelaku percepatan penurunan stunting
di desa/kelurahan,
• Pola pembinaan yang dapat dilakukan oleh setiap OPD kepada pelaku
percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan,
• Mekanisme distribusi tugas dari OPD Kabupaten kepada pelaku percepatan
penurunan stunting di desa/kelurahan, dan
• Pola pelaporan kegiatan pelaku percepatan penurunan stunting di
desa/kelurahan.
2. Tugas dari pelaku percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan
a. Mensosialisasikan kebijakan integrasi percepatan penurunan stunting kepada
masyarakat desa dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap stunting
melalui pengukuran tinggi badan bayi dan balita sebagai deteksi dini stunting.
b. Mendata dan mengidentifikasi sasaran remaja, calon pengantin, ibu hamil. Ibu
menyusui dan anak usia 0 – 59 bulan.
c. Memantau layanan percepatan penurunan stunting terintegrasi terhadap remaja,
calon pengantin, ibu hamil. Ibu menyusui dan anak usia 0 – 59 bulan untuk
memastikan setiap sasaran mendapatkan layanan yang berkualitas.
d. Menfasilitasi dan melakukan advokasi peningkatan belanja APBDes utamanya yang
bersumber dari Dana Desa untuk digunakan dalam membiayai percepatan
penurunan stunting terintegrasi baik intervensi gizi spesifik dan sensitif.
e. Memfasilitasi masyarakat desa untuk berpartisipasi aktif dalam perencanaan,
pelaksaaan, dan pengawasan program/kegiatan pembangunan desa untuk
pemenuhan layanan gizi spesifik dan sensitif.
f. Memfasilitasi dan memastikan pelaksanaan kegiatan percepatan penurunan
Stunting di tingkat desa/kelurahan;
g. Memfasilitasi tim pendamping keluarga berisiko Stunting dalam pendampingan dan
pelayanan dasar lainnya yang diselenggarakan di Posyandu, BKB, PAUD bagi
kelompok sasaran dalam percepatan penurunan Stunting di tingkat desa/kelurahan;
h. Memanfaatkan asset/potensi desa untuk mendukung pelaksanaan intervensi
sensitive seperti penggunaan lahan desa untuk kegiatan ketahanan pangan keluarga
dengan pola 3K (kebun, kolam, kandang).
i. Melakukan pendataan, pemantauan dan evaluasi secara berkala dalam
pendampingan, dan pelayananan bagi kelompok sasaran percepatan penurunan
Stunting di tingkat desa/kelurahan;
j. Melaksanakan rembuk Stunting di tingkat desa/kelurahan minimal 1 (satu) kali dalam
1 (satu) tahun atau sewaktu-waktu apabila diperlukan; dan
9
k. Melaporkan penyelenggaraan Percepatan Penurunan Stunting kepada Pengarah 1
(satu) kali dalam 1 (satu) bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan;
10
Beberapa Kriteria yang dapat digunakan untuk Pemberian Insentif Pelaku dan Pemerintahan
Desa/Kelurahan
Kriteria pemberian insentif bagi Pelaku dan Pemerintahan Desa/Kelurahan berdasarkan target
pemenuhan beberapa kegiatan, yang meliputi:
a. Peta sosial, data sasaran, dan laporan hasil rembuk Stunting desa yang dilaporkan setelah tiga
(3) bulan pertama pelaksanaan.
b. Laporan hasil pemantauan integrasi layanan termasuk tindak lanjut pengukuran tinggi badan
anak usia di bawah dua tahun sekurang-kurangnya setiap tiga (3) bulan.
c. Pelaksanaan kegiatan forum koordinasi antar penyedia layanan setiap tiga (3) bulan mulai dari
April-Desember.
d. Pemberian insentif juga dapat diberikan dalam bentuk bukan uang seperti:
• Penghargaan pelaku dan Pemerintahan Desa/Kelurahan berprestasi;
• Mendapatkan pelatihan lanjutan sebagai bagian peningkatan kualifikasi;
• Sertifikat pelatihan.
11
Mengingat peran strategis pelaku percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan
dalam integrasi percepatan penurunan stunting di desa, maka memastikan keberadaan
pelaku percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan ada di setiap desa sepanjang tahun
anggaran merupakan hal yang penting dilaksanakan. Perlu dikembangkan pembagian peran
antara desa dengan kabupaten/kota untuk menjamin keberadaan pelaku percepatan
penurunan stunting di desa/kelurahan. Desa/kelurahan berperan untuk menyediakan pelaku
percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan sedangkan kabupaten/ kota berperan untuk
memberikan pendampingan.
Berikut ini beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk memastikan keberlanjutan
keberadaan pelaku percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan:
a. Perlu dipastikan bahwa pengelolaan pelaku percepatan penurunan stunting di
desa/kelurahan sudah tercakup dalam Peraturan Bupati/Walikota.
b. Perlu disusun Rencana Kerja kabupaten/kota untuk pembinaan pelaku percepatan
penurunan stunting di desa/kelurahan di mana OPD yang bertanggung jawab terhadap
urusan pembinaan pelaku percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan
melibatkan seluruh dinas sektor teknis.
c. Mengalokasikan anggaran untuk memberikan insentif kinerja pelaku percepatan
penurunan stunting di desa/kelurahan.
4. Pengembangan Peran Kecamatan Dalam Pembinaan pelaku percepatan penurunan
stunting di desa/kelurahan dan Integrasi Layanan Penurunan Stunting Desa
Pemerintah kabupaten/kota perlu mempertegas peran kecamatan dalam upaya
pelaksanaan integrasi percepatan penurunan stunting di tingkat desa. Secara rinci tugas dan
peran kecamatan dalam integrasi layanan penurunan stunting meliputi:
a. Melakukan review atas usulan APBDes dengan memastikan bahwa desa telah
memasukkan anggaran kegiatan penurunan stunting termasuk pembiayaan
operasional untuk pelaku percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan.
b. Memberikan advokasi rancangan Peraturan Desa dengan memastikan bahwa draft
Peraturan Desa tidak menghambat proses integrasi layanan percepatan penurunan
stunting tetapi akan mendukung pelaksanaan intervensi gizi terintegrasi.
c. Memfasilitasi terjadinya rapat koordinasi sekurang-kurangnya setiap satu (1) bulan
antar unit-unit layanan untuk membahas beberapa hal:
• Konsolidasi data hasil laporan layanan dengan data laporan desa;
• Identifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas pelaku desa khususnya pelaku
percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan termasuk data hasil
pendampingan keluarga beresiko stunting,
• Pembahasan dalam rangka mengefektifkan pola-pola koordinasi dalam
mendukung layanan di desa,
• Menyusun rencana kerja bersama untuk bulan berikutnya, dan
• Mensinergikan rencana kerja kabupaten dengan rencana kerja desa, terutama
pada aspek waktu pelaksanaan.
d. Memfasilitasi terjadinya sosialisasi rencana pembangunan daerah (kegiatan stunting)
kepada desa sebelum desa melakukan proses rembuk stunting desa dan penyusunan
RKP desa.
12
Tahap Keempat: Penguatan Kapasitas Pelaku Dalam Pelaksanaan
Konvergensi Tingkat Desa/Kelurahan
Penguatan kapasitas bagi pelaku percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pemetaan kebutuhan untuk peningkatan kapasitas pelaku
Penguatan kapasitas bagi pelaku percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan
diawali dengan penjajakan kebutuhan pelatihan/pembinaan yang akan dilakukan oleh
masing-masing OPD.
b. Menyusun rencana pengembangan kapasitas
Hasil dari pemetaan kebutuhan penguatan kapasitas bagi pelaku penurunan stunting
disusun rencana pengembangan kapasitas pada masing-masing OPD.
c. Bimbingan teknis peningkatan kapasitas
Bimbingan teknis dilakukan oleh masing-masing OPD terhadap pelaku percepatan
penurunan stunting di desa/kelurahan.
Data dari laporan desa ini menjadi penting untuk dikonsolidasikan dengan data dari
setiap OPD. Rapat rutin OPD sekurang-kurang setiap tiga (3) bulan untuk
mengkonsolidasikan data antar OPD menjadi penting untuk diagendakan oleh kabupaten/kota
dalam rangka memantau kemajuan penurunan stunting.
Perlu adanya kebijakan kabupaten/kota untuk menetapkan tim kerja yang bertugas
untuk melakukan konsolidasi data dan menetapkan salah satu OPD sebagai koordinator.
Selanjutnya setiap OPD akan menggunakan data yang dikeluarkan oleh tim kerja ini sebagai
data rujukan di dalam menyusun perencanaan kegiatan dan pengembangan layanan.
13
2. Rapat Bulanan KPM dengan OPD Layanan
Di dalam melaksanakan tugasnya, pelaku percepatan penurunan stunting di
desa/kelurahan akan lebih banyak melakukan pemantauan kepada seluruh warga desa.
Sedangkan petugas layanan seperti bidan desa dan guru PAUD cenderung fokus pada
sasaran yang datang ke pusat layanan. Rapat sekurang-kurangnya setiap tiga (3) bulan
antara pelaku percepatan penurunan stunting di desa/kelurahan dengan petugas layanan di
unit kesehatan, PAUD, dan unit layanan atau program lainnya menjadi penting untuk
dilakukan secara rutin. Rapat ini bertujuan untuk saling menginformasikan tentang cakupan
pelayanan.
Jika masalah yang muncul adalah pola koordinasi di tingkat kabupaten/kota, maka
pemangku kepentingan kabupaten/kota perlu duduk bersama untuk membahas langkah
penyelesaiannya. Demikian juga, jika penyebab masalahnya ada di tingkat kecamatan atau
desa maka pemangku kepentingan di kecamatan dan desa perlu difasilitasi untuk
mendiskusikan langkah penyelesaiannya.
14
5.7. PERAN KECAMATAN DALAM PEMBINAAN PELAKU DAN
PEMERINTAHAN DESA/KELURAHAN
Peran kecamatan kecamatan dalam pembinaan pelaku dan Pemerintahan
Desa/Kelurahan terbagi menjadi dua yaitu kecamatan sebagai pengarah dan pelaksana.
A. Sebagai Pengarah
1. Memberikan arahan dalam pelaksanaan kebijakan, rencana, program dan kegiatan
percepatan penurunan Stunting di tingkat kecamatan;
2. Memberikan pertimbangan, saran, dan rekomendasi dalam penyelesaian kendala
dan hambatan penyelenggaraan percepatan penurunan Stunting di tingkat
kecamatan;
3. Melakukan rapat dengan bidang bidang dengan pelaksana 1 (satu) kali dalam 1
(satu) bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan; dan.
4. Melaporkan penyelenggaraan percepatan penurunan Stunting kepada Ketua
Pelaksana TPPS Kabupaten/Kota 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun atau sewaktu-
waktu apabila diperlukan.
B. Sebagai Pelaksana
1. Penyediaan data penyelenggaraan percepatan penurunan Stunting di tingkat
kecamatan;
2. Menggerakan dan pendampingan lapangan untuk percepatan penurunan Stunting di
tingkat kecamatan;
3. Pendampingan dan pengawasan perencanaan dan pemanfaatan dana desa dan
alokasi dana desa untuk percepatan penurunan Stunting;
4. Monitoring dan evaluasi Stunting di tingkat kecamatan;
5. Mengkoordinasikan peningkatan kerja sama dan kemitraan dengan pemangku
kepentingan dalam penyelenggaraan percepatan penurunan Stunting;
6. Mengkoordinasikan mekanisme penghargaan bagi pelaku terkait percepatan
penurunan Stunting di tingkat kecamatan;
7. Melaksanakan minilokarya di tingkat kecamatan minimal 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
bulan;
8. Melaksanakan rembuk Stunting di tingkat kecamatan minimal 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun atau sewaktu-waktu apabila diperlukan;
9. Melaporkan penyelenggaraan percepatan penurunan Stunting kepada Tim Pengarah
1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan atau sewaktu-waktu apabila diperlukan.
15
TABEL 5.1 FORM IDENTIFIKASI UNSUR PELAKU PERCEPATAN PENURUNAN
STUNTING DI TINGKAT DESA DAN KELURAHAN
Keterangan :
(1) diisikan numerik (11) diisi dengan status ada atau tidak SK (1 dan 0)
(2) diisi nama kecamatan (12) diisi dengan jumlah Anggota TPPS yang aktif (absolute)
(3) diisi dengan nama desa/kelurahan (13) diisi dengan status ada atau tidak SK (1 dan 0)
(4) diisi dengan jumlah KPM/Kader dasawisma yang aktif (absolute) (14) diisi dengan status ada atau tidak SK (1 dan 0)
(5) diisi dengan status ada atau tidak SK (1 dan 0) (15) diisi dengan status ada atau tidak SK (1 dan 0)
(6) diisi dengan status ada atau tidak SK (1 dan 0) (16) diisi dengan jumlah unsur pemerintah desa/kelurahan yang aktif (absolute)
(7) diisi dengan status ada atau tidak SK (1 dan 0) (17) diisi dengan status ada atau tidak SK (1 dan 0)
(8) diisi dengan jumlah Anggota TPK yang aktif (absolute) (18) diisi dengan status ada atau tidak SK (1 dan 0)
(9) diisi dengan statusdiisi
ada dengan
atau tidak
status
SK (1ada
danatau
0) tidak SK (1 dan 0) (19) diisi dengan status ada atau tidak SK (1 dan 0)
(10) diisi dengan statusdiisi
ada dengan
atau tidak
status
SK (1ada
danatau
0) tidak SK (1 dan 0)
KETERSEDIAAN MODUL/PANDUAN UNTUK PELAKU JENIS PEMBINAAN YANG DIDAPATKAN PELAKU DALAM ADANYA MEKANISME PELAPORAN YANG
PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING UPAYA PERCEPATAN PENURUNAN STUNTING DISAMPAIKAN
NO KECAMATAN DESA
Keterangan :
(1) diisikan numerik (11) diisi dengan jenis pembinaan yang didapatkan (TOT, Pelatihan, Bimbingan teknis, Konsultasi)
(2) diisi nama kecamatan (12) diisi dengan status ada atau tidak pelaporan (1 dan 0) jika ada, maka (Bulanan, Triwulan, Smester, Tahunan)
(3) diisi dengan nama desa/kelurahan (13) diisi dengan status ada atau tidak pelaporan (1 dan 0) jika ada, maka (Bulanan, Triwulan, Smester, Tahunan)
(4) diisi dengan status ada atau tidak modul atau panduan (1 dan 0) (14) diisi dengan status ada atau tidak pelaporan (1 dan 0) jika ada, maka (Bulanan, Triwulan, Smester, Tahunan)
(5) diisi dengan status ada atau tidak modul atau panduan (1 dan 0) (15) diisi dengan status ada atau tidak pelaporan (1 dan 0) jika ada, maka (Bulanan, Triwulan, Smester, Tahunan)
(6) diisi dengan status ada atau tidak modul atau panduan (1 dan 0)
(7) diisi dengan status ada atau tidak modul atau panduan (1 dan 0)
(8) diisi dengan jenis pembinaan yang didapatkan (TOT, Pelatihan, Bimbingan teknis, Konsultasi)
(9) diisi dengan jenis pembinaan yang didapatkan (TOT, Pelatihan, Bimbingan teknis, Konsultasi)
(10) diisi dengan jenis pembinaan yang didapatkan (TOT, Pelatihan, Bimbingan teknis, Konsultasi)
16
17