Jurnal ACS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga

Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Kusuma Husada
Surakarta
2021

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PENYAKIT JANTUNG ACUTE


CORONARY SYNDROME (ACS) DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI
David Novianto Nugroho1 Setiyawan2
Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Kusuma Husada Surakarta
[email protected] [email protected]

ABSTRAK

Acute Coronary Syndrome memiliki plak yang menempel pada arteri yang
rusak, selanjutnya plak dapat menebal yang menyebabkan Acute Coronary
Syndrome juga menjadi lebih tebal, sehingga menghambat pergerakan darah kaya
oksigen ke arah jantung.Tindakan keperawatan keperawatan yang dapat dilakukan
pada pasien Acute Coronary Syndrome adalah pemberian oksigen dengan nasal
kanul dan posisi semi fowler untuk meningkatkan suplai oksigen ke otot jantung
diharapkan besarnya infark tidak bertambah dan dapat memenuhi kebutuhan
oksigen oleh sel-sel miokardium untuk metabolisme aerob. Tujuan studi kasus
adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien Acute
Coronary Syndrome dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
Studi kasus ini menggunakan metodewawancara, observasi dan dokumentasi
pada pasien yang mengalami Acute Coronary Syndrome. Subjek studi kasus ini
adalah satu orang pasien Acute Coronary Syndrome dengan Respiratory Rate dan
SpO2 tidak normal di ruang IGD RSUD Simo. Hasil studi menunjukkan bahwa
pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Acute Coronary Syndrome dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan masalah keperawatan penurunan curah
jantung yang dilakukan tindakan keperawatan pemberian oksigen nasal kanul
4lt/menit dan posisi semi fowler serta pemantauan SpO2 selama 6 jam evaluasi
setiap 2 jam, didapatkan peningkatan SpO2 dari 90% menjadi 98%, dan penurunan
respiratory rate dari 28x/menit menjadi 24x/menit. Kesimpulan bahwa tindakan
pemberian oksigen nasal kanul 4lt/menit dan posisi semi fowler efektif dilakukan
pada pasien Acute Coronary Syndrome dengan RR dan SpO2 tidak normal.

Kata kunci : Acute Coronary Syndrome (ACS). Pemberian oksigen nasal kanul,
posisi semi fowler,
Study Program of Nursing Diploma Three Program
Faculty of Health
Science University of Kusuma Husada
Surakarta
2021

NURSING OF ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS) HEART


DISEASE PATIENTS IN THE FULFILLMENT OF OXYGENATION
NEEDS
David Novianto Nugroho1 Setiyawan2
Nursing Study Program, Faculty of Health, University of Kusuma Husada
Surakarta
[email protected] [email protected]

ABSTRACT
Acute Coronary Syndrome has plaque attached to damaged arteries, then the
plaque can thicken which causes Acute Coronary Syndrome to also become thicker,
thus inhibiting the movement of oxygen-rich blood towards the heart. With nasal
cannula and semi-Fowler's position to increase oxygen supply to the heart muscle, it is
expected that the size of the infarct will not increase and can meet the oxygen demand
of the myocardium cells for aerobic metabolism. The purpose of the case study is to
find out the description of nursing care in patients with Acute Coronary Syndrome in
fulfilling oxygenation needs.
This case study used interview, observation and documentation methods in
patients with Acute Coronary Syndrome. The subject of this case study was one patient
with Acute Coronary Syndrome with abnormal respiratory rate and SpO2 in the
emergency room at Simo General Hospital. The results of the study showed that the
management of nursing care in patients with Acute Coronary Syndrome in meeting the
need for oxygenation with nursing problems decreasing cardiac output carried out by
nursing actions, giving oxygen nasal cannula 4 liters/minute and semi-Fowler's position
and monitoring SpO2 for 6 hours, evaluation every 2 hours, an increase was found for
SpO2 from 90% to 98%, and decreased respiratory rate from 28x/min to 24x/min. The
conclusion is that giving oxygen nasal cannula 4 liters/minute and semi-Fowler's
position is effective in patients with Acute Coronary Syndrome with RR and abnormal
SpO2.
Key words : Acute Coronary Syndrome (ACS). Administration of oxygen nasal cannula,
semi-Fowler's position,
Blitar, 31 Juli 2021 Pemilik Jasa
Penerjemah Nusa

M. Afif Amirul M., S.S.


PENDAHULUAN sendiri pada tahun 2017 mencapai angka
Penyakit jantung merupakan penyebab 420.449 jiwa penderita diseluruh rumah
kematian manusia nomor satu di Negara sakit. Menurut Dinas Kesehatan Provinsi
berpenghasilan rendah dan menengah Jawa Tengah, (2017) prevalensi penyakit
menyumbang >75% atau sekitar 7,5 juta jantung di Indonesia sendiri pada tahun
kasus dari seluruh kematian di dunia 2017 mencapai angka 420.449 jiwa
(WHO, 2015). Acute Coronary Syndrome penderita diseluruh rumah sakit
(ACS) merupakan manifestasi akut dan (Kemenkes RI, 2017).Riset Kesehatan
berat yang merupakan keadaan dasar (Riskesdas) tahun 2018
kegawatdaruratan dari koroner akibat menyebutkan bahwa secara nasional
ketidakseimbangan antara kebutuhan terdapat 1,5% prevelensi penyakit
oksigen miokardium dan aliran darah. jantung atau diperkirakan sekitar 4 juta
Keluhan yang umumnya dirasakan orang yang didiagnosa dokter
penderita penyakit jantung yaitu nyeri (Kementrian Kesehatan Republik
dada, sesak nafas, mual, muntah dan Indonesia, 2018). Hasil survey tahun
cemas serta kulit teraba lembab dan 2016 Dinas Kesehatan Jawa Tengah
pernafasan dapat meningkat. Acute jumlah kasus PTM (Penyakit Tidak
Coronary Syndrome (ACS) merupakan Menular) menujukkan angka 943.927
spektrum manifestasi akut dan berat yang kasus, berdasarkan data tersebut
merupakankeadaan kegawatdaruratan dari diketahui proporsi penyakit jantung
koroner akibat ketidakseimbangan antara 4,54%, DM (Diabetes Melitus) 16,42%,
kebutuhan oksigen miokardium dan aliran dan hipertensi 60,00%. Apabila oksigen
darah (Kumar, 2019). diberikan pada gangguan jantng, maka
Menurut World Health Organization oksigen mudah masuk berdifusi kedalam
(2017). penyakit jantung merupakan paru-paru. Pada ACS masalah utamanya
penyebab kematian manusia nomor adalah hambatan transport (gangguan
satu di Negara berpenghasilanrendah cardiac output dan denyut jantung) maka
dan menengah menyumbang >75% atau pemberian akan meningkatkan saturasi
sekitar 7,5 juta kasus dari seluruh oksigen maka hemoglobin mampu
kematian di dunia. Setiap tahunnya membawa oksigen lebih banyak
angkakematian mengalami peningkatan dibandingkan jika seseorang tidak
akibat penyakit jantung, menurut diberikan oksigen (Suparmi, 2019)
penelitian yang dilakukan di Amerika
Sistem oksigenasi berperan penting
didapatkan 17,7 juta jiwa kematian
dalam mengatur pertukaran oksigen
akibat dari penyakit
dan karbondioksida antara udara dan
jantung. Sedangkan Kemenkes RI (2017)
darah. Oksigen diperlukan disemua sel
prevalensi penyakit jantung di Indonesia
untuk dapat menghasilkan sumber penanganan ACS, hasil dari pengukuran
energi. Karbondioksida yang dihasilkan saturasi oksigen digunakan untuk
oleh sel- sel secara metabolisme aktif melihat apakah pasien mengalami tanda
membentuk asam yang harus dibuang dan gejala distress pernafasan dan syok
oleh tubuh. Dalam melakukan serta saturasi ≤94%. Apabila pada saat
pertukaran gas sistem kardiovaskuler dan dilakukan assessment penderita Acute
sistem respirasi bekerja sama, sistem Coronary Syndrome dengan SpO2
kardiovaskuler bertanggung jawab untuk kurang dari 94% maka terapi oksigen
perfusi darah melalui paru (Dr, R, dapat diberikan dengan awal pemberian
Darmanto 2015). Pemberian oksigen adalah 4 L/menit dan dititrasi sampai
sendiri mampu mempengaruhi ST elevasi SpO2 ≥94% dengan lama pemberian
pada infark anterior yang berdasarkan tidak boleh lebih dari 6 jam (Finamore &
consensus,dianjurkan pemberian oksigen Kennedy, 2013; O’Connor, 2010).
dalam 6 jam pertama terapi dan
Nasal kanul merupakan alat terapi
pemberian oksigen lebih dari 6 jam
oksigen dengan sistem arus rendah yang
secara klinis tidak bermanfaat. Oksigen
dari sepasang tube dengan panjang
harus diberikan pada pasien dengan
kurang lebih 2cm yang dipasangkan
sesak nafas, tanda gagal jantung, syok
pada lubang hidung pasien dan tube
atau saturasi oksigen <95%. (Mayes,
dihubungkan secara langsung menuju
P.A, 2010). Infark dan kematian
oxygen flow meter dengan aliran 1-6
merupakan perspektif klinis ACS yang
liter/menit dengan fraksi oksigen antara
tidak diharapkan, tekanan darah yang
24%-44% (Senaphati, 2017). Pada ACS
meningkat pada ACS akan menjadi
masalah utamanya adalah hambatan
ancaman dan memperberat
transport (gangguan cardiac output atau
ketidakseimbangan antara suplai dan
denyut jantung) maka pemberian oksigen
kebutuhan oksigen ke miokard, sehingga
melalui nasal kanul akan meningkatkan
pemberian oksigen dalam 6 jam pertama
saturasi oksigen hal ini dikarenakan
menjadi hal yangpaling dianjurkan pada
pemberian terapi oksigen nasal kanul
pasien ACS (Leonard, 2009). Saturasi
merupakan pemberian oksigen dengan
oksigen adalah presentasi hemoglobin
aliran yang rendah sehingga hemoglobin
yang berkaitan dengan oksigen dalam
mampu membawa oksigen lebih banyak
arteri, nilai saturasi oksigen normal
dibandingkan jika seseorang tidak
adalah antara 95-100% (Artawan
diberikan oksigen (Suparmi &
dkk,2019). Menurut O’Connor et al
Ignavicius, 2016). Teori tersebut sesuai
dalam AHA (2010) dan Advanced
dengan penelitian yang telah dilakukan
Cardiac Life Support (2010) saturasi
oleh Thygesen & Verdy, 2012 di RSUD
oksigen menjadi indikator penting dalam
Dr. Moewardi Surakarta yang cara wawancara, observasi dan
menunjukkan bahwa dengan pemberian pemeriksaan fisik serta studi
terapi oksigen nasal kanul dapat dokumentasi.
mengembalikan saturasi oksigen dari
Subjek yang digunakan pada kasus ini
kondisi hipoksia ringan ke kondisi
adalah satu pasien post acute coronary
normal secara bermakna. Hasil dari
syndrome (ACS) dengan pemenuhan
penelitian meyebutkan Didapatkan nilai
kebutuhan oksigenasi. Tempat dan
rata-ratasaturasi oksigen pada responden
waktu pelaksanaan studi kasus ini berada
sebelum diberikan terapi oksigenasi
di RSUD Simo dengan pengambilan
nasal kanulsebesar 93.9, median 94.00,
kasus selama 2 minggu dari tanggal 15
dan standar deviation 1.221, Didapatkan
februari 2021 sampai 2 februari 2021
nilai rata-rata saturasi oksigen pada
dengan jumlah 1x6 jam.
responden sesudah diberikan terapi
oksigenasi nasal kanul sebesar 93.4, HASIL DAN PEMBAHASAN
median 94.00 dan standar deviation .000
3, Ada efektifitas sebelum dan sesudah 1. Pengkajian

pemberian saturasi oksigenasi nasal


Hasil pengkajian yang didapatkan yaitu
kanul terhadap perubahan saturasi
subjek studi kasus ini adalah Tn. T berusia
oksigen pada pasien acute coronary
57 tahun, berjenis kelamin laki-laki,
syndrome dengan nilai Pvalue (0.000) <
beragama islam dan beralamat di Boyolali,
α (0.05).
noor register 210xxx, diagnosa medis

Berdasarkan uraian diatas penulis acute coronary syndrome (ACS). Subjek

tertarik untuk membuat karya tulis datang ke IGD pada tanggal 21 februari

ilmiah tentang pemberian oksigen nasal 2021 pukul 10.30 WIB dengan keluhan

kanul pada pasien Acute Coronary pasien mengeluh sesak nafas, nyeri dada

Syndrome (ACS)dengan judul “Asuhan menjalar sampai ulu hati.

keperawatan pada pasien Acute Pengkajian primer airway didapatkan

Coronary Syndrome (ACS) dalam hasil pola nafas pasien paten, tidak ada

pemenuhan kebutuhan oksigenasi”. sumbatan pada jalan nafas. Terdapat


bunyi nafas tambahan wheezing dan
METODELOGI terdapat sekret. Pengkajian breathing,
pasien mengeluh sesak nafas, nyeri dada
Studi kasus ini adalah studi yang
menjalar sampai uluh hati dan dada
mengeksplorasi asuhan keperawatan
terasa ampeg, pola nafas dipsnea, irama
pasien post acute coronary syndrome
nafas tidak teratur, respiratory rate 28
(ACS) dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi data dikumpulkan dengan kali per menit, SpO2 90%. Pengkajian
circulation didapatkan data blood ataupun makanan, pasien mengatakan
pressure 130/85 mmHg, heart rate 108 tidak mengkonsumsi obat atau tidak
kali per menit, nadi cepat dan kuat, suhu mempunyai riwayat pengobatan,
36,5°C, akral hangat, kulit tidak pucat. sebelum masuk IGD pasien tidak
Pengkajian disability neurologis mengkonsumsi makan satu kali
didapatkan data bahwa kesadaran pasien menggunakan sayur dan nasiserta
composmentis dengan nilai GCS 15 meminum teh hangat. Pasien datang ke
(E4V5M6). Pupil tampak isokor. IGD dengan keluhan nyeri dada, ampeg
Pengkajian eksposuretidak didapatkan dan sesak nafas, keringat dingin sejak
luka pada tubuh pasien. seminggu yang lalu. Pasien perokok aktif
Pengkajian sekunder didapatkan hasil selama kurang lebih 10 tahun. kondisi
full set of vital sign:blood pressure pasien lemah, diberikan oksigen 4 liter
130/85 mmHg, heart rate 108 kali per per menit menggunakan nasal kanul dan
menit, respiratory rate 28 kali per menit, diposisikan semi fowler.
suhu 36,5oC, kesadaran composmentis.
2. Diagnosis Keperawatan
Pengkajian five intervention didapatkan
data EKG Aritmia dengan AMI inferior Berdasarkan data pengkajian yang
septal HR: 120x/menit. didapatkan dan dapat ditegakkan diagnosis
keperawatan prioritas adalah penurunan
Pengkajian give comvort didapatkan
curah jantung perubahan irama jantung
pengkajian nyeri, pasien mengatakan
(D.0008). Berdasarkan fokus diagnosis
nyeri dada menjalar sampaiuluh hati dan
keperawatan yang akan dibahas yaitu
sesak nafas, nyeri dirasakan kurang lebih
penurunan curah jantung perubahan irama
5 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
jantung, maka penulis menyusun rencana
yang dirasakan seperti diremas- remas
keperaatan berdasarkan (Standar Intervensi
dan menjalar sampai uluh hati. Nyeri
Keperawatan Indonesia, 2018) berupa
dalam skala 5 termasuk dalam skala
perawatan jantung dan literature jurnal
nyeri sedang dan nyeri timbul secara
keperawatan berupa terapi oksigen nasal
terus-menerus. ketika nyeri datang
kanul.
pasien hanya tidur miring dan
mengganjal bantal bagian punggungnya, 3. Intervensi Keperawatan
pasien berharap nyerinya bisa berkurang
atau hilang. Dari diagnosis utama yang sudah penulis

Pengkajian history sample didapatkan tegakkan yaitu penurunan curah jantung,

data pasien mengatakan nyeri dada intervensi yang akan dilakukan

menjalar sampai uluuh hati, sesak berdasarkan SLKI (2019) dan SIKI (2018)

nafas, tidak ada riwayat alergi obat maka rencana intervensi yang dilakukan
yaitu identifikasi gejala primer penurunan Subjektif : terpasang oksigennasal janul
curah jantung (dispnea), monitor saturasi ltmenit , pasien mengatakan nyeri dada
oksigen, monitor EKG, posisikan pasien berkurangsesak nafas berkurang, dan
semi fowler, berikan oksigen untuk nayaman diposisikan , Objektif :
mempertahankan saturasi oksigen ˃94%, terpasang nasal kanul 4lpm, RR
anjurkan berhenti merokok. Dengan tujuan 24x/menit, nadi 95x/menit dan saturasi
setelah dilakukan tindakan keperawatan oksigen 94%. Tanggal 21 Februari 2021
selama 1x6 jam diharapkan curah jantung pukul 12.45 WIB memberikan posisi
meningkat dengan kriteria hasil takikardi semi fowler didapatkan data Subjektif :
menurun, gambaran EKG aritmia pasien mengatakan nyaman dengan
menurun, dispnea menurun, lelah posisi semi fowler dan sudah tidak nyeri
menurun. dada dan sesak nafas berkurang,
Objektif : pasien diposisikan semi
4. Implementasi Keperawatan
fowler dan terpasang nasal kanul 4lpm,
Penulis melakukan tindakan
RR 24x/menit, nadi 90x/menit dan
keperawatan pada 21 februari 2021
saturasi oksigen 96%. Tanggal 21
pukul 10.30 WIB yaitu memberikan
Februari 2021 pukul 13.00 WIB pasien
terapi oksigen nasal kanul 4ltmenit,
diberikan oksigen nasal kanul 4ltmenit
didapatkan data Subjektif : pasien
dengan hasil data Subjektif : pasien
mengatakan lebih terasa nyaman dan
sudah tidak nyeri dada dan sesak nafas
terasa sejuk dihidungnya dan pasien
berkurang, Obejktif : pasien diposisikan
mengatakan nyeri dada menjalar sampai
semi fowler dan masih terpasang nasal
uluh hati serta sesak nafas, Objektif :
kanul lpm, RR 22x/menit, nadi
terpasang nasalkanul 4ltmenit, RR
90x/menit dan saturasi oksigen 96%.
28x/menit, Nadi 108x/menit dan SPO2
Tanggal 21 Februari 2021 pukul 13.45
90%. Pukul 10.45 WIB penulis
WIB pasien dirikan edukasi anjuran
memberikan tindakan posisi semi fowler
untuk berhenti merokok data Subjektif :
didapatkan data Subjektif : pasien
pasien mengatakan bersedia untuk
mengatakan nyaman diposisikan semi
berhenti merokok, Obejktif : pasien
fowler , Objektif : pasien tampak rileks.
tampak kooperatif dan mau menjalankan
Penulis melakukan tindakan pemberian
anjuran dari perawat untukberhenti
terapi oksigennasal kanul 4lt/menit
merokok.
selama 6 jam dengan setiap 2 jam
Dari data yang ditemukan penulis menarik
evaluasi frekuensi napas dan saturasi
kesimpulan yaitu tindakan dilakukan
oksigen.
selama 1x6 jam sesuai dengan waktu yang
Pada tanggal 21 Februari 2021 pukul telah ditetapkan dan terjadi perubahan
12.30 WIB memberikan oksigen pada saturasi oksigen (Spo2) pasien yang
nasalkanul 4ltmenit didapatkan data
dapat dilihat dari sebelum dan sesudah menggunakan intervensi pemberian
diberikan terapi oksigen nasal kanul. terapi oksigen nasal kanul untuk
Sebelum diberikan terapi oksigen nasal memenuhi kebutuhan oksigenasi pada
kanul spo2 dengan hasil 90% dan sesudah pasien yang mengalami Acute Coronary
diberikan terapi oksigen nasal kanul Syndrome (ACS), di IGD RSUD Simo.
dengan hasil spo2 98%.
3. Bagi Pasien dan Keluarga
5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan hasil studi kasus yang
Pasien dan keluarga diharapkan dapat
dilakukan di RSUD Simo diketahui bahwa
mengetahui tentangtanda, gejala, serta
setelah dilakukan tindakan intervensi
pengobatan yang harus dilakukan pada
keperawatan dengan terapi oksigen nasal
penderita Acute Coronary Syndrome
kanul didapatkan hasil peningkatan
(ACS).
saturasi oksigen yang diberikan selama
4. Bagi Perawat
1x6 jam yang semula 90% menjadi 98%.
Diharapkan mampu memberikan asuhan
SIMPULAN
keperawatan secara komprehensif pada
Setelah dilakukan studi kasus asuhan
pasien yang mengalami Acute Coronary
keperawatan pada pasien dengan
Syndrome (ACS) dan melatih berfikir
menerapkan terapi oksigen nasal kanul
kritis dalam melakukan asuhan
selama 1x6 jam dalam satu kali tindakan
keperawatan.
didapatkan hasil yang signifikan terhadap
5. Bagi Penulis
peningkatan saturasi oksigen.
SARAN
Diharapkan dapat menambah wawasan
1. Bagi Rumah Sakit
dan pengalaman tentang penyakit serta
pelaksanaan terapi oksigen nasal kanul
Diharapkan dapat digunakan sebagai
dalam pada asuhan kepeerawatan pada
acuan dan perbaikan dalam pemberian
pasien Acute Coronary Syndrome
asuhan keperawatan menggunakan
(ACS),dalam pemenuhan kebutuhan
intervensi pemberian terapi oksigen
oksigenasi.
nasal kanul untuk memenuhi kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA
oksigenasi pada pasien yang mengalami
Acute Coronary Syndrome (ACS), di Dr. R.Darmanto. (2015), Respirologi,

IGD RSUD Simo. Penerbit Buku kedokteran

2. Bagi Institusi Pendidikan


Finamore, et al. (2013).
Digunakan sebagai referensi bagi "UNDERSTANDING THE
institusi pendidikan dalam ROLE OF OXYGEN IN ACUTE
mengembangkan asuhan keperawwatan CORONARY SYNDROMES." J
Emerg Nurs 39(4):e45- e49. Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar
Kemenkes RI. (2017). Rekapitulasi Diagnosis Keperawatan
Panyakit Gagal Jantung Seluruh Indonesia: Definisi dan Indikator
Indonesia. Diagnostik, Edisi 1. Jakarta :
Kemenkes RI. (2017). Rekapitulasi Dewan Pengurus Pusat.
Panyakit Gagal Jantung Seluruh Tim Pokja SIKI PPNI. (2018). Standar
Indonesia . Kusnanto. (2016). Intervensi Keperawatan
Modul Pembelajaran Pemenuhan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Kebutuhan Oksigenasi.Surabaya: Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:
Unair Dewan Pengurus Pusat.
Kumar, V., Cotran, R.S., dan Robbins Tim Pokja SLKI PPNI. (2019). Standar
S.L. (2019). Buku Ajar Acute Luaran Keperawatan Indonesia:
coronary Syndrome. Edisi 7; ali Definisi dan Kriteria Hasil
Bahasa, Brahm U, Pendt ;editor Keperawatan, Edisi 1. Jakarta:
Bahasa Indonesia DewanPengurus Pusat
Mayes PA. (2010). Pengangkutan dan
WHO. (2016). How Can We Achieve
Penyimpanan Lipid. In: Biokimia
Global Equity in Provicion of
Harper.27th ed. Jakarta: EGC.
Renal Replacement Therapy.

Riskesdas. ( 2018). Hasil Utama Bull. WHO. 86: 16- 240.


Riskesdas 2018.

Suparmi, Yulia, Ignatavicius. (2016).


Panduan Praktik Keperawatan
KebutuhanDasar Manusia.
Yogyakarta : Citra Aji Parama.

Anda mungkin juga menyukai