Modul Vi Menstruasi
Modul Vi Menstruasi
Modul Vi Menstruasi
MODUL VI
MENSTRUASI
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Menstruasi adalah proses keluarnya darah atau perdarahan yang secara teratur
atau periodik dan siklik. Darah ini keluar dari uterus yang diikuti dengan pelepasan dari
endometrium. Proses menstruasi ini terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma
(Fahmawati, 2009).
Menstruasi merupakan perdarahan akibat dari luruhnya dinding sebelah dalam
rahim (endometrium). Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima implantasi
embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini akan luruh. Perdarahan ini terjadi
secara periodik, jarak waktu antar menstruasi dikenal dengan satu siklus menstruasi
(Purwoastuti & Walyani, 2015).
Gangguan menstruasi menjadi masalah umum selama masa remaja, yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari dan menyebabkan kecemasan. Terdapat banyak
gangguan yang bisa terjadi, di antaranya adalah masalah gangguan haid yang sering
dialami oleh remaja putri pada setiap bulannya. Gangguan tersebut dapat berupa
dismenorea, oligomenorea, menoragia dan metroragia. Dismenorea adalah yang paling
sering terjadi (Verma et al., 2011).
Dismenorea merupakan keluhan pasien yang sering dialami oleh 75% wanita dan
alasan utama para remaja untuk pergi ke dokter (Sasaki, 2014); ( Kumar et al., 2013).
RUANG LINGKUP
1) Siklus Menstruasi
2) Patofisiologi kelainan menstruasi
3) Penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi menstruasi
4) Fitoterapi
SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah proses perkuliahan yang dipandu dengan modul, maka dosen dapat
menggali capaian kompetensi mahasiswa terkait Menstruasi yang indikatornya adalah
kemampuannya dalam hal:
1) Mahasiwa mampu menjelaskan siklus menstruasi
2) Mahasiswa memahami dan mengetahui patofisiologi kelainan menstruasi
3) Mahasiswa memahami dan mengetahui penatalaksanaan terapi farmakologi dan non
farmakologi menstruasi
4) Mahasiswa memahami dan mengetahui fitoterapi gangguan menstruasi.
MATERI PEMBELAJARAN
A. Menstruasi
1
Modul Blok Renal, Saluran Kemih dan Obgyn Tahun 2020
2
Gambar 1.1
Siklus mentruasi (2)
Mekanisme Menstruasi
Pada hari ke 1-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer
yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut, sel oosit primer akan
membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang
menjadi folikel de Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon
estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar
berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus, yaitu endometrium, yang habis
terkelupas saat menstruasi. Selain itu, estrogen menghambat pembentukan FSH
dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang
folikel de Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari
ke-14. Waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus.
Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah
menjadi badan kuning (corpus luteum). Badan kuning menghasilkan hormon
progesterone yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya
dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini
disebut fase luteal. Selain itu progesterone juga berfungsi menghambat
pembentukan FSH dan LH, akibatnya corpus luteum mengecil dan menghilang.
Pembentukan progesterone berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada
endometriam terhenti. Endometrium menjadi mongering dan selanjutnya akan
terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini
disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada
progesterone, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilah proses oogenesis
kembali (Kusmiran, 2011).
Gambar 2.
Persiapan preovulasi
Gambar 4.
Hormon yang mempengaruhi siklus menstruasi
Apa penyebabnya?
Mekanisme akurat yang menjelaskan tentang apa yang menyebabkan terjadinya
PMS atau PMDD ini belum diketahui dengan pasti, namun sudah dapat dipastikan
bahwa perubahan hormonal yang terjadi menjelang menstruasi merupakan salah satu
faktor penyebab utama atau pemicu terjadinya PMS.
Dahulu diduga bahwa perempuan yang mengalami PMS kemungkinan memiliki
kadar hormon yang abnormal atau paling tidak pengaturan atau regulasi hormonalnya
mengalami gangguan. Namun dari banyak penelitian yang dilakukan akhir akhir ini
dapat disimpulkan bahwa bukan kadar hormon yang abnormal yang menyebabkan
timbulnya PMS, tetapi lebih kepada tingkat kepekaan atau sensitivitas seseorang
terhadap perubahan kadar hormon yang terjadi di dalam tubuhnya pada saat
menstruasi.
Fluktuasi kadar hormon estrogen dan progesteron di dalam darah sangat
mempengaruhi proses neurotransmisi pada susunan syaraf pusat, terutama transmisi
pada jalur biokimia serotonergik, noradrenergik, dan dopaminergik. Banyak
penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini mengungkapkan kuatnya hubungan antara
terjadinya PMS atau PMDD dengan proses neurotransmisi, terutama pada sistem
serotonergik. Perempuan perempuan yang mengalami gangguan emosional pada saat
pra-mentruasi (pre-menstrual mood disorder) ternyata mengalami gangguan atau
abnormalitas pada neurotransmisi jalur serotonergik, yang diperkirakan berhubungan
dengan gejala gejala iritabilitas (mudah tersinggung), depresi, dan peningkatan
dorongan untuk mengonsumsi karbohidrat (carbohydrate craving).
Diperkirakan ada juga peran asam gamma amino butirat (GABA), senyawa
neurotransmiter susunan syaraf pusat, pada patogenesis PMS dan PMDD, walaupun
hal ini belum dapat disimpulkan dengan pasti. Demikian pula perkiraan adanya
keterlibatan sistem transmisi syaraf opioid dan ardenergik pada patogenesis PMS dan
PMDD juga masih perlu dibuktikan walaupun tanda tanda ke arah itu sudah ada.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa perubahan yang terjadi pada
kadar hormon progesteron lebih berperan dalam patogenesis PMS dibandingkan
perubahan kadar hormon estrogen. Penurunan kadar hormon progesteron di dalam
darah berakibat pada penurunan senyawa metabolit progesteron, yang salah satu
fungsinya adalah sebagai semacam zat penenang (sedative) di dalam otak, yang
menyebabkan rasa santai dan tenang. Beberapa penelitian sudah membuktikan
bahwa kadar metabolit progesteron yang lebih tinggi berkorelasi positif dengan gejala
PMS yang lebih ringan. Namun demikian, pemberian suplemen progesteron pada
seseorang yang menderita PMS ternyata belum dapat meredakan gejala gejala PMS.
Oleh karena itu, pengaruh progesteron terhadap PMS ini masih terus dalam penelitian.
C. TERAPI FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI
TERAPI FARMAKOLOGI
Penanganan untuk gangguan akibat menstruasi yang paling sering pada
remaja adalah dismenorea. Menurut Sarwono (2005), terapi medis dengan
keberhasilan cukup baik dalam terapi dismenorea, antara lain :
1. Pemberian obat analgetik
Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat ditempat tidur dan kompres
panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgetik yang
sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fena setin dan kafein.Obat
– obat paten yang beredar di pasaran adalah antara lain novalgin, ponstan,
acetaminophen, dsb.
2. Terapi Hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud untuk mrmbuktikan bahwa gangguan benar
– benar dismenorea primer atau memungkinkan penderita melaksanakan
pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai
denagn pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
3. Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin
Terapi ini memegang peranan yang makin penting terhadap dismenorea
primer. Termasuk disini indo metasin, ibu profen, dan naproksen; dalam
kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengaami banyak
perbaikan. Hendaknaya pengobatan diberikan sebelum haid mulai; 1 – 3 hari
sebelum haid dan pada hari pertama haid.
4. Dilatasi kanalis servikalis
Hal ini dapat memberi keringanan karena memudahkan pengeluaran darah
haid dan prostaglandin di dalamnya. Neuroktomi prasakral (pemotongan urat
saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan
neuroktomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik yang ada di ligamentum
infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha – usaha lain gagal.
5. Suplemen nutrisi
Suplemen tertentu terbukti dapat memperbaiki kondisi pra-menstrual.
Multivitamin yang mengandung zat besi, suplemen kalsium dosis tinggi
(1200-1600 mg per hari), suplemen magnesium (200-360 mg per hari),
vitamin B6 (50-100 mg per hari), sudah terbukti melalui beberapa penelitian
efektif meringankan gejala-gejala PMS, baik yang bersifat emosional maupun
fisik. Namun harus diingat bahwa konsumsi suplemen nutrisi ini tidak boleh
melebihi dosis yang disarankan karena dapat menimbulkan bahaya.
Konsumsi vitamin B6 lebih dari 100 mg per hari misalnya, dapat
menyebabkan neuropati perifer (Ghanbari et al, 2009; Jarvis et al, 2008;
Takashima-Uebellhoer and Bertone- Johnson, 2014).
Terapi Suhu
Pemanfaatan suhu hangat sebagai terapi kompres merupakan metode pemanfaatan
konduksi suhu yang untuk memberikan efek relaksasi, vasodilaasi pembuluh darah,
sehingga oksigen, sari makanan dapat lebih banyak terserap pada jaringan tersebut
yang dibuktikan dengan berkurangnya nyeri dan bengkak pada pemasangan infus
dengan kompres hangat (Sriwahyuni & Yuswanto, 2014). Alat yang dipergunakan
untuk melakukan kompres hangat dapat menggunakan alat mulai yang modern
misalnya heating pad, hot silica atau cara konvensional seperti kain yang
dihangatkan, penggunaan botol karet atau plastik (Sinclair, 2007). Penggunaan
terapi suhu pada area topikal dikatakan akan memberikan respon pada suhu sekitar
40-450C. Penelitian di Nigeria menyatakan jika model terapi menggunakan air
hangat menjadi pilihan 25,7% perempuan selama dismenore (Emmanuel et al.,
2013). Penelitian lain yang dilakukan Kim dengan memanfaatkan suhu hangat
dengan menggunkan bantalan hangat pada abdomen terbukti dapat membantu
memberikan kenyamanan dalam melakukan kegiatan harian perempuan (Kim &
Jeung-Im, 2013).
Yoga
Yoga merupakan suatu teknik olah tubuh yang berasal dari India yang dapat
kesehatan dengan menciptakan harmonisasi tubuh dan pikiran. Teknik yoga saat
ini banyak diterapkan di berbagai wilayah dengan tujuan untuk meningkatkan
kesehatan. Yoga juga dipercaya dapat menyeimbangkan kondisi fisik dan energy
yang bersumber dari psikologis (Satyanad et al, 2016). Harmonisasi tubuh dan
pikiran tersebut terjadi melalui kemampuannya mempengaruhi level Gamma
Aminobutyric Acid (GABA) pada otak (Parasuraman, Wen, Zhen, Hean, & Sam,
2016). Penelitian sebelumnya menjumpai bahwa penyebab dismenore yaitu
selain adanya kontraksi disritmik pada otot uterus dan hipoksia jaringan yang
terjadi oleh tidak seimbangnya kerja saraf simpatis, dan servik yang hipertonus
ternyata kondisi psikosomatis seperti ansietas dan tekanan yang dialami pada
remaja juga meningkatkan produksi prostaglandin yang meningkatkan
sensitivitas endometrium yang menyebabkan peningkatan kontraksi dengan atau
tanpa dirasakannya dismenorea (Tejwani & tejwani, 2015).
D. FITOTERAPI
Sumber bahan makanan tradisional yang telah dilakukan uji klinis juga dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu solusi mengatasi dismenore. Curcumin atau zat
yang terkandung pada kunyit salah satu contoh dari apotik hidup yang banyak
diteliti dengan manfaat seperti antidepresan, anti inflamasi, antri microba, dan
hipoglikemik. Penelitian menyatakan bahwa kunyit dapat mereduksi sintesis
prostaglandin dan menghambat kerja enzim cyclooxygenase 2 (COX 2). selain
itu juga dapat memodulasi neurotransmitter (serotonin, dopamine,
norepinephrine) yang memberikan efek antidepresi. Enzim COX 2 berespon pada
produksi prostaglandin E2 yang menimbulkan gejala nyeri, meriang, dan
peradangan yang kerap muncul pada Premenstrual sindrom (Khayat, Fanaei,
Kheirkhaa, Moghadam, Kasaeian, Javadimehr, 2015).
Sumber herbal lainnya yang dimanfaatkan untuk mengatasi dismenore yaitu jahe.
Jahe masih satu rumpun dengan kuyit berupa toga berbentuk akar yang diketahui
berkhasiat untuk anti inflamasi, anti kanker, anti mual unstuk kasus kehamilan,
kemoterapi, dan pasca bedah. Jahe juga diketahui bekerja sebagai penghambat
enzim COX dan lipooxygenase, dan menghalangi sintesis prostaglandin. Jahe
tergolong aman dikonsumsi oleh perempuan dengan dismenore sejak tiga hari
sebelum menstruasi dengan dosis satu sendok bubuk jahe yang dilarutkan dalan
200 cc air hangat dan dapat diminum sebanyak tiga kali sehari dengan hasil
bahwa nyeri haid berbeda signifikan pada hari pertama dismenore dibandingkan
sebelumnya (Awed, El-saidy, Amro, 2013). Penelitian di wilayah yang berbeda
yaitu di cina juga menjumpai hasil yang serupa dimana konsumsi jahe dapat
mengurangi keluhan nyeri haid yang dirasakan dan dijumpai pula jahe memiliki
efek yang sama efektifnya dengan konsumsi ibuprofen atau asam mefenamat
pada kasus dismenore primer (Ozgoli et al, 2009).
Beberapa herbal dipercaya dapat membantu meringankan gejala gejala PMS
atau PMDD. Di luar negeri banyak herbalist merekomendasikan penggunaan
Evening Primrose Oil, Chaste Tree Berry, Dong Quai, Cramp Bark, dan Black
Cohosh untuk membantu meringankan gejala gejala PMS. Di Indonesia, kita juga
memiliki banyak obat tradisional dan tumbuhan obat yang sejak dulu digunakan
untuk membantu meringankan PMS, antara lain jamu yang mengandung kunyit,
jahe, kencur, asam jawa, dan lain-lain. Jahe adalah obat alami yang sangat baik
untuk masalah haid, termasuk kram, PMS dan menstruasi tidak teratur. Sebuah
studi yang diterbitkan dalam jurnal International Scholarly Research Notices,
mengungkapkan bahwa jahe efektif dalam mengurangi gejala PMS.
Beberapa ramuan herbal yang mudah dibuat untuk mengurangi gejala PMS
atau PMDD:
Jahe-madu
Minuman jahe madu sangat enak rasanya dan juga mudah membuatnya.
Minuman ini akan menghangatkan badan dan kandungan madunya menambah
stamina dan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit.
Cara membuatnya, tambahkan 1 sendok teh jahe parut ke dalam satu cangkir
air mendidih. Biarkan mendidih selama beberapa menit. Lalu saring dan
tambahkan madu secukupnya. Minum 2 atau 3 cangkir teh jahe ini setiap hari,
setidaknya selama seminggu sebelum haid.
Kunyit Asam
Seperti namannya, bahan utama minuman ini adalah kunyit dan asam jawa. Zat
antiradang yang terkandung pada kunyit dan antinyeri yang dimiliki asam
jawa membuat paduan kedua bahan ini berkhasiat meredakan nyeri perut saat
menstruasi. Sebagaimana diketahui, otot perut selalu berkontraksi sangat intens
untuk mengeluarkan darah dari dalam rahim. Kontraksi otot ini menyebabkan
ketegangan dan nyeri pada saat menstruasi.
Cara membuatnya mudah. Parut beberapa ruas kunyit, tambahkan sedikit air,
peras dan ambil air sarinya. Tambahkan sedikit asam jawa dan gula merah,
kemudian rebus hingga mendidih, lalu angkat dan saring. Jamu kunyit asam bisa
diminum dalam keadaan hangat untuk mengurangi nyeri saat datang bulan.
Beras Kencur
Minuman ini terbuat dari tepung beras, kencur, jahe, kunir dan asam jawa.
Minuman ini sangat kaya kandungan antioksidan. Jika dikonsumsi hangat-
hangat menjelang atau pada saat menstruasi, minuman beras kencur bisa
membantu mengatasi rasa lelah, letih, lemah dan lesu akibat karena tubuh
kehilangan sel darah merah; juga menghilangkan rasa kembung akibat
pengumpulan cairan di dalam rongga perut.
Membuat minuman beras kencur tidak sukar namun tidak semudah membuat
jahe madu atau kunyit asam. Oleh sebab itu, jika Anda kenal tukang jamu
langganan yang bersih dan tidak menggunakan bahan pengawet dan pemanis
buatan dalam membuat jamunya, Anda dapat memesan minuman beras kencur
ini kepada langganan Anda. Tapi pastikan beliau tidak menggunakan bahan
bahan berbahaya tadi. Tetapi, jika Anda punya waktu dan senang
mengerjakannya, membuat jamu beras kencur sendiri sangat dianjurkan. Sebab
kegiatan ini akan meningkatkan kadar endorfin dalam tubuh yang dapat memicu
rasa tenang dan bahagia, di samping Anda dapat menjamin minuman yang Anda
buat bersih, higienis, dan terhindar dari bahan bahan berbahaya.
Untuk membuatnya Anda memerlukan 200 g beras putih, kencur sebanyak 6 jari
orang dewasa , jahe sebanyak 2 jari orang dewasa, kunyit sebanyak 2 jari orang
dewasa , asam jawa yang sudah dibuang bijnya sebanyak 2 sendok makan, daun
pandan segar 2-4 helai, gula jawa sekitar 250 g, dan 1-2 buah jeruk nipis.
Pertama-tama rendam beras putih dengan menggunakan air bersih. Waktu yang
dibutuhkan sekitar 3 jam. Sambil merendam beras, siapkan bahan-bahan
(kencur, jahe, kunyit, asam jawa, daun pandan dan gula jawa), cuci bersih dan
iris halus. Setelah itu siapkan panci yang bersih, lalu masukkan air bersih
sebanyak 8 gelas. Rebus air dengan menggunakan api sedang. Masukkan semua
bahan yang sudah diiris ke dalam rebusan air, aduk aduk sampai mendidih.
Biarkan mendidih selama lebih kurang 10-20 menit. Setelah itu angkat panci
dan saring air rebusan. Ampasnya jangan dibuang. Tumbuk ampas bersama
beras yang sudah direndam hingga halus. Kemudian campur dengan air
rebusan yang sudah disaring tadi. Aduk-aduk, lalu lakukan penyaringan sekali
lagi. Tambahkan perasan air jeruk nipis sebanyak yang Anda suka sehingga
rasanya enak dan segar. Jangan lupa untuk menambahkan garam secukupnya
saja. Minuman beras kencur sudah siap untuk dinikmati. Jika berlebih, minuman
dapat disimpan di kulkas untuk 2 hari. Hangatkan sebentar sebelum diminum.
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Tamsuri. 2006. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta; EGC.
Bobak, Irene. M., Lowdermilk., and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Cashion, Perry, Lowdermilk. (2013). KeperawatanMaternitas Edisi 8. Singapore: Elsevier
Morby.
Fahmawati, Yenni. (2009). Sistem Reproduksi pada Manusia. Bandung: PT Puri
Pustaka.
Kusmiran, Eny. (2011). Reproduksi Remaja dan Wanita.Jakarta:Salemba Medika.
Purwoastuti & Wulyani (2015). Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial Untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Purwoastuti & Wulyani (2015). Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial Untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.