111000130

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 111

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2017

Personal Hygiene, Sanitasi Dasar,


Kondisi Kesehatan Asrama Serta
Keluhan Kesehatan Kulit di Pondok
Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli
Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten
Paluta Tahun 2017

Lubis, Yasser Pardamean

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/2159
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERSONAL HYGIENE, SANITASI DASAR, KONDISI KESEHATAN
ASRAMA SERTA KELUHAN KESEHATAN KULIT DI PONDOK
PESANTEREN SYAHBUDDIN MUSTAFA NAULI
KECAMATAN HULU SIHAPAS KABUPATEN
PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2017

SKRIPSI

OLEH :

YASSER PARDAMEAN LUBIS

NIM : 111000130

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERSONAL HYGIENE, SANITASI DASAR, KONDISI KESEHATAN
ASRAMA SERTA KELUHAN KESEHATAN KULIT DI PONDOK
PESANTEREN SYAHBUDDIN MUSTAFA NAULI
KECAMATAN HULU SIHAPAS KABUPATEN
PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2017

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :
YASSER PARDAMEAN LUBIS
NIM 111000130

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PERSONAL

HYGIENE SANITASI DASAR, KONDISI KESEHATAN ASRAMA SERTA

KELUHAN KESEHATAN KULIT DI PONDOK PESANTEREN

SYAHBUDDIN MUSTAFA NAULI KECAMATAN HULU SIHAPAS

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2017 “ ini beserta seluruh

isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

mengutip dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku

dalam mayarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko

atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak

terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2017

Yang membuat pernyataan

Yasser Pardamean Lubis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Asrama merupakan bangunan tempat tinggal yang dihuni oleh siswa.


Tempat tinggal berperan dalam memengaruhi kesehatan seseorang terkait dengan
perilaku kesehatan dan kelengkapan fasilitas sanitasi yang tersedia. Kondisi
asrama yang padat hunian dan lembab dapat menyebabkan keluhan kesehatan
kulit pada penghuni asrama.
Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi kesehatan fisik
Asrama serta keluhan kesehatan kulit di Pondok Pesanteren Mustafa Nauli.
Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan systematic random
sampling. jumlah populasi ada 198 orang dan sampel yang diinginkan adalah 66
Responden, yang diambil dari daftar nama penghuni asrama putra.
Hasil penelitian di asrama putra Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa
Nauli menunjukkan bahwa 48,5% penghuni memiliki personal hygiene yang baik.
36,4% penghuni memiliki personal hygiene yang sedang, dan 15,2% memiliki
personal hygiene yang buruk. Di asrama putra Pondok Pesantren Syahbuddin
Mustafa Nauli yang pernah mengalami gangguan kesehatan kulit sebanyak 97,0%
dan yang tidak pernah mengalami gangguan kesehatan kulit sebanyak 3,0%.
Keluhan kesehatan kulit yang paling sering dialami oleh penghuni yaitu gatal
gatal dengan jumlah 61 orang (92,5%). Gatal gatal yang dialami oleh penghuni
disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan parasit. Komponen fisik di asrama putra
Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli yaitu ventilasi dan pencahayaan
belum memenuhi syarat kesehatan. Fasilitas sanitasi dasarnya yaitu pembuangan
sampah dan pembuangan tinja belum memenuhi syarat kesehatan.
Pihak asrama diharapkan menyediakan sarana fasilitas sanitasi dasar yang
memenuhi syarat kesehatan, terutama pada ruangan yang padat hunian. Penghuni
asrama diharapkan dapat menjaga kebersihan perseorangan dan memanfaatkan
fasilitas sanitasi dengan baik sehingga terhindar dari penyakit kulit, serta penghuni
yang mengalami keluhan kesehatan kulit disarankan untuk berobat.

Kata Kunci : Asrama Putra, Personal hygiene, Sanitasi Dasar, Keluhan


Kesehatan Kulit

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

A dormitory residential buildings inhabited by sudent. A resident is


supposed to have its influences for people health related to their health behavior
and availability of basic sanitation facilities. Conditions dormitory dense
residential and moist can cause skin health complaints at the dormitory.
The type of this research was descriptive survey. The purpose of this
research was to determine the personal hygiene, basic sanitation and health
conditions of the physical Dormitory and skin health complaints in Pondok
Pesanteren Syahbuddin Mustafa Nauli.
This research used systematic random sampling technique. Total
population of 198 people and the desired sample is 66 respondents, drawn from a
roster of men's boarder.
Results of research on men's boarding school dormitory Syahbuddin
Mustafa Nauli showed that 48,5% of the people have good personal hygiene.
36,4% of the people who currently have personal hygiene, and 15,2% of the
people have bad personal hygiene. In the men's boarding school dormitory
Syahbuddin Mustafa Nauli who have experienced health problems and skin as
much as 97.0% who have never experienced skin health complaints as much as
3.0%. Skin health complaints most often experienced by the occupants namely
itching with the number of 61 people (92.5%). Itching experienced by the
occupants caused by fungi, bacteria, viruses, and parasites. The physical
components in the boarding school dormitory Syahbuddin son Mustafa Nauli
namely ventilation and lighting do not meet health requirements. Basically
sanitation facilities namely disposal of garbage and excreta disposal do not meet
the health requirements.
The manager of dormitory was expected to give more concern to serve
basic sanitation facilities which meet the health requirements, especially on
crowded room occupancy. It was expected to the inhabitants to keep personal
hygiene and to use basic sanitation facility well to avoid skin diseases and for
those who had skin health complaints to have medical treatment.

Keywords: Dormitory Men, Personal Hygiene,Basic Sanitation, Skin Health


Complaints

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‟alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,


karena atas kehendaknya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Personal Hygiene, Sanitasi Dasar, Kondisi Kesehatan Asrama Serta
Keluhan Kesehatan Kulit di Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli
Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Paluta Tahun 2017” yang merupakan
syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan untuk memperoleh gelar
sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulis sadar bahwa yang disajikan dalam skripsi ini masih terdapat
kekurangan yang harus diperbaiki,maka penulis mengharapkan kritik dan saran
dari berbagai pihak yang bersifat membangun.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa
dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan dapat selesai.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum, Selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yusnita, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM, selaku Ketua Departemen Kesehatan
Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Selaku Dosen
Pembimbing II yang banyak memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada penulis.
4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, Ms, selaku Dosen Pembimbing I yang
banyak memberikan, motivasi, saran, masukan, dan pengarahan kepada
penulis.
5. Ir.Indra Chahaya S,M.Si dan Ir. Evi naria, M.Kes, selaku Penguji Skripsi
atas bantuan kesediaan waktu,motivasi, semangat, bimbingan dan
pengarahan untuk kesempurnaan skripsi ini.

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. Seluruh Bapak/ Ibu dosen dan seluruh staf di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara, khususnya departemen Kesehatan
Lingkungan yang telah membimbing selama perkuliahan.
7. Drs. H. Soleman Siregar, S.Pd.I, selaku Ketua Yayasan Pondok Pesantren
Syahbuddin Mustafa Nauli, staf/para pegawai Pondok Pesantren dan juga
santri santri Pondok Pesantren Sayhbuddin Mustafa Nauli yang telah
banyak memberikan bantuan dan waktunya bagi penulis saat
melaksanakan penelitian.
8. Kedua Orang Tua yang paling saya sayangi serta selalu memberikan
semangat dan dukungan Alm. Sutomo Lubis dan Anni Siregar.
9. Abang dan kakak tercinta Suandi Lubis, Siti Khalizah Lubis, Marta Efida
Lubis S.Pd, Berta Ito Lubis S.Pd yang telah memberikan semangat dan
dukungan.
10. Teman-teman Nurul „Ilmi 2011 Kom. Medan yang telah memberikan
dorongan dan semnagat (Sukma Sir SKM, Azan Dly SKM, Dedi
Satriawan, Rukiah Hrp S.Pd, Afni Rambe S.Pd, Hasbi Dlt).
11. Yang terbaik Berlianta Siregar yang selalu menemani dalam penyelesaian
skripsi ini.
12. Abang, saudara dan adek –adek kost PKG29 Komplek Pamen (bg
drg.Amiril Sir, Bg fahmi, bg Azri, putra, apri,ahmadi, Fauzi, ardi)
13. Teman-teman kelompok PBL Aji Julu (deb,ted,ruli,winta,nia,mbak
mul,nani,kak fany,maya)
14. Teman –teman seperjuangan (desi, kak desi, nonov, ria, titin, adek-adek
2013)
15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyususnan skripsi ini
sehingga semua dapat diselesaikan.

Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua, Alm.
Sutomo Lubis dan Anni Siregar yang telah membesarkan dan mendidik penulis
dengan penuh kasih sayang. Senantiasa memberikan doa, dukungan, nasihat, izin,
kebebasan belajar sehingga memberi pengajaran berarti dalam hidup ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Penulis menyadari dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi

ini. Akhir kata penulis mengucapkan mohon maaf dan terima kasih yang

sebanyak-banyaknya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membaca dan membutuhkannya. Amin.

Medan, 6 April 2017


Penulis

Yasser Pardamean Lubis

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yasser Pardamean Lubis

Tempat Lahir : Aek Godang

Tanggal Lahir : 13 September 19993

Suku Bangsa : Batak Toba

Agama : Islam

Nama Ayah : Sutomo Lubis, S.Pd

Suku Bangsa Ayah : Batak Toba

Nama Ibu : Anni Siregar

Suku Bangsa Ibu : Batak Tap-Sel

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Inpres 145566 Aek Godang / 2005

2. SMP/Tamat tahun : SMP Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan / 2008

3. SMA/Tamat tahun : SMA Swasta Nurul „Ilmi Padangsidimpuan /2011

4. Lama studi di FKM USU : 2011-2017

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................. ii
ABSTRAK ...................................................................................................... iii
ABSTRACT .................................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah ................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 5
1.4 ManfaatPenelitian………………………………………….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian Hygiene ................................................................ 7
2.1.1 Pengertian Personal hygiene ........................................ 7
2.1.2 Jenis-jenis Personal hygiene......................................... 8
2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Personal hygiene 11
2.2 Sanitasi Dasar ........................................................................ 12
2.2.1 Penyediaan Air Bersih .................................................. 12
2.2.2 Pembuangan Kotoran Manusia ( Jamban) .................... 14
2.2.3 Pembuangan Air Limbah .............................................. 16
2.2.4 Pengelolaan Sampah ..................................................... 18
2.3 Perumahan .............................................................................. 21
2.3.1 Syarat Rumah Sehat ................................................... 22
2.3.2 Asrama Siswa Dan Santri ........................................... 25
2.4 Gangguan Kesehatan Di Asrama ........................................... 27
2.4.1 Gangguan Pernafasan .................................................... 27
2.4.2 Kulit ............................................................................. 29
2.5 Kerangka Konsep ..................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian ....................................................................... 38
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitin ................................................... 38
3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................... 38
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................... 38
3.3 Populasi dan Sampel .............................................................. 38
3.3.1 Populasi ......................................................................... 38

viii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.3.2 Sampel ........................................................................... 39
3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................... 40
3.4.1 Data Primer ................................................................... 40
3.4.2 Data Sekunder ............................................................... 40
3.5 Definisi Operasional............................................................... 40
3.6 Aspek Pengukuran ................................................................. 42
3.6.1 Keluhan Penyakit kulit .................................................. 42
3.6.2 Kondisi komponen fisik dan sanitasi dasar asrama ... 42
3..6.3 Personal Hygiene ......................................................... 43
3.7 Teknik Analisis Data .............................................................. 43

BAB IV HASIL PENELITIAN


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................... 44
4.2. Hasil Penelitan Tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar
Asrama...................................................................................... 45
4.2.1. Personal Hygiene............................................................ 45
4.2.2. Gambaran Komponen dan Sanitasi Dasar Asrama......... 48
4.3. Gambaran Keluhan Kesehatan Kulit Asrama............................ 53

BAB V PEMBAHASAN
5.1.Gambaran Personal Hygiene ................................................... 55
5.1.1. Personal Hygiene............................................................. 55
5.2. Gambaran Komponen Fisik dan Sanitasi Dasar Asrama........... 57
5.2.1. Gambaran Komponen Fisik Asrama............................... 57
5.2.2. Gambaran Sanitasi Dasar Asrama................................... 58
5.3. Gambaran Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Asrama............ 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1. Kesimpulan................................................................................. 64
6.2 Saran............................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan Personal hygiene penghuni Asrama


Putra Pondok Pesantren Syahbuddin Musatafa Nauli ........................ 45
Tabel 4.2 Persentasi responden tentang personal hygiene di asrama Putra Pondok
Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli ................................................ 47
Tabel 4.3.Hasil Pengamatan Komponen Fisik Asrama Putra Pondok Pesantren
Syahbuddin Mustafa Nauli ................................................................. 48
Tabel 4.4.Hasil Pengamatan Sanitasi Dasar Asrama ( Air Bersih) Putra Pondok
Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli ................................................ 49
Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Sanitasi Dasar Asrama (Pembuangan Sampah)
Putra Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli .......................... 50
Tabel 4.6. Hasil Pengamatan Sanitasi Dasar Asrama (Pembuangan Tinja dan
Limbah) Putra Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli ........... 52
Tabel 4.7. Persentase Responden Yang Pernah Mengalami Gangguan Kesehatan
Kulit Di Asrama Putra Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli53
Tabel 4.8. Gambaran Keluhan Kesehatan Kulit Di Asrama Putra Pondok
Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli ................................................ 54

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Lembar Observasi Komponen dan Sanitasi Dasar Asrama

Lampiran 3. Daftar Nama Penghuni Asrama

Lampiran 4. Output Personal Hygiene dan Keluhan Kesehatan Kulit

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 6. Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Pondok

Pesantren Sayhbuddin Mustafa Nauli

Lampiran 8. Keputusan Menteri Kesehatan No.829 Tahun 1999

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO, sehat adalah keadaan fisik lengkap, mental dan sejahtera

sosial dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan. Berdasarkan dari

WHO, ada 4 komponen utama sebagai suatu kesatuan dalam pengertian sehat.

Keempat komponen tersebut adalah : yang pertama Sehat jasmani, yang kedua

Sehat mental, yang ketiga Kesejahteraan sosial, yang keempat Sehat spritual.

Rumah sehat adalah rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi

ketetapan atau ketentuan teknis kesehatan yang wajib di penuhi dalam rangka

melindungi penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan sehingga

memungkinkan penghuni memperoleh drajat kesehatan yang optimal (Kep.

Menkimpraswil, 2002). Masalah lingkungan perumahan (housing) menyangkut

kenyamanan penghuninya.

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling

berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Demikian pula

pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi

kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

terhadap masalah „sehat-sakit‟ atau kesehatan tersebut. (Notoatmodjo, 2007).

Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang dapat

memberikan perlindungan dari ancaman luar, seperti penjahat dan hewan buas,

untuk menjaga privasi, ingin memiliki wahana untuk keluarga, melakukan

aktivitas sehari-hari, melindungi diri dari vektor dan binatang penular penyakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

Rumah sebagai tempat tinggal merupakan tempat untuk perkembangan dan

pertumbuhan manusia secara utuh, memberikan perlindungan dari penyakit

menular, perlindungan dari kecelakaan, dan memberikan perlindungan kepada

penghuni yang beresiko tinggi. (Slamet, 2002).

Perilaku penghuni asrama mengenai personal hygiene adalah suatu tindakan

untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik

dan psikis. Personal hygiene yang rendah ditunjukkan dari aktivitas saling pinjam

meminjam pakaian, perlengkapan mandi, dan alas tidur oleh sesama penghuni

asrama. Pada lingkungan asrama, personal hygiene yang rendah dan kelengkapan

fasilitas sanitasi dasar yang kurang sangat berarti dalam mencetuskan terjadinya

gangguan kesehatan. (Rangkuti, 2012).

Perumahan yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan

berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat

sampah dan sumber air bersih. Standar arsitektur bangunan terutama untuk

perumahan umum (public housing) pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan

rumah tinggal yang cukup baik dalam bentuk desain, letak dan luas ruangan, serta

fasilitas lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi

persyaratan rumah tinggal yang sehat (healthy) dan menyenangkan (Chandra,

2006).

Untuk mencegah penularan penyakit diperlukan saran air bersih, fasilitas

pembuangan air kotor, fasilitas penyimpanan makanan, menghindari adanya

intervensi dari serangga dan hama atau hewan lain yang dapat menularkan

penyakit. (Mukono, 2000).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Penyakit kulit masih menjadi masalah di Indonesia. Menurut Direktur

Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2006

penyakit kulit dan jaringan subkutan berdasarkan prevalensi 10 penyakit

terbanyak pada masyarakat Indonesia menduduki peringkat kedua setelah infeksi

saluran pernapasan akut dengan jumlah 501.280 kasus atau 3,16% (Bahar, 2009).

Keluhan Kesehatan kulit disebabkan antara lain oleh rendahnya faktor sosial

ekonomi, higiene yang buruk seperti mandi, mengganti pakaian, pemakaian

handuk dan melakukan hubungan seksual. Penyakit ini biasanya banyak

ditemukan di tempat-tempat seperti asrama, panti asuhan, rumah penjara atau di

daerah perkampungan yang kurang terjaga kebersihannya. (Harahap,2000)

Pada penelitian sebelumnya Frenki (2011), yaitu ada hubungan yang

bermakna antara kebersihan handuk santri sebesar 34% dengan terjadinya

penyakit kulit scabies di asrama dan pada penelitian Sadjida (2013), yaitu ada

hubungan yang bermakna antara kebersihan tempat tidur dan sprei sebesar 2,5%

yang menyebabkan keluhan penyakit kulit di kelurahan Denai Kecamatan Denai

Kota Medan Panti Asuhan yang terdapat di Pulo Brayan yaitu Panti Asuhan Al-

Jamiyatul Washliyah Pulo Brayan Medan telah di jumpai beberapa santri dari

seluruh penghuni panti mengalami gangguan kesehatan kulit.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan keterkaitan yang

signifikan antara personal hygiene dan kelengkapan sanitasi dasar dengan

kejadian penyakit kulit. Penelitian Akmal dkk. (2013) di Pesantren Pondok

Pendidikan Islam Darul Ulum Palarik, Air Pacah membuktikan secara statistik

kejadian skabies mempunyai hubungan dengan personal hygiene (p=0,00).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Dalampenelitian Siregar & Tantowi (1990) di lembaga pemasyarakatan di

Palembang menunjukkan bahwa penderita dermatofitosis yang mempunyai

tingkat kebersihan yang kurang mencapai 83,76%. Penelitian Rangkuti (2012)

mengenai personal hygiene mahasiswa di Asrama Putra USU menunjukkan

persentase penghuni dengan tindakan personal hygiene yang baik hanya sebesar

67,2% dan persentase yang mengalami keluhan kesehatan kulit sebesar 72,4%.

Selain itu kelengkapan sanitasi dasar yang kurang seperti air bersih di Asrama

Putra USU juga berperan dalam terjadinya keluhan kesehatan kulit penghuni

asrama. Penelitian Fadhillah Hamidah (2014) mengenai Gambaran Perilaku

Penghuni Tentang Personal Hygiene Sanitasi Dasar Kompnen Fisik Dan Sanitasi

Dasar Serta Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Pada Asrama Putri USU 2014

menunjukkan persentase penghuni dengan tindakan personal hygiene dan sanitasi

dasar yang baik adalah sebesar 73,3% dan persentase yang mengalami keluhan

kesehatan kulit di asrama putri USU sebesar 60,0% .

Berdasarkan wawancara dengan guru dan siswa asrama putra Pondok

Pesantren Mustafa Nauli, mereka menyatakan bahwa banyak dari siswa

mengalami gatal gatal pada sela sela jari nya. Hal ini disebabkan karena kondisi

asrama yang padat hunian, alas tidur tidak dibersihkan sebelum digunakan untuk

tidur, serta kebersihan diri yang kurang dari siswa asram putra (santri).

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah

bagaimana personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi kesehatan fisik Asrama

serta keluhan kesehatan kulit di Pondok Pesanteren Mustafa Nauli.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui personal hygiene, sanitasi dasar dan kondisi kesehatan

fisik Asrama serta keluhan kesehatan kulit di Pondok Pesanteren Mustafa Nauli.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran penghuni asrama putra Pondok Pesanteren

Mustafa Nauli tentang personal hygiene.

2. Mengetahui gambaran fasilitas sanitasi dasar di Asrama Putra Pondok

Pesanteren Mustafa Nauli.

3. Mengetahui gambaran komponen fisik Asrama Putra Pondok Pesanteren

Mustafa Nauli apakah sudah memenuhi syarat kesehatan atau tidak.

4. Mengetahui gambaran keluhan kesehatan kulit penghuni asrama putra

Pondok Pesanteren Mustafa Nauli.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi pihak pengelola asrama putra Pondok Pesanteren

Mustafa Nauli mengenai gambaran komponen fisik dan fasilitas sanitasi

dasar di asrama.

2. Untuk menambah masukan bagi siswa agar lebih memperhatikan

personal hygiene untuk mengurangi keluhan kesehatan kulit.

3. Sebagai masukan bagi siswa untuk memanfaatkan komponen fisik dan

fasilitas sanitasi dasar asrama dengan baik.

4. Untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai, personal hygiene,

sanitasi dan penyehatan asrama serta mengenai keluhan kesehatan kulit.

5. Untuk dapat dijadikan referensi dan masukan bagi peneliti-peneliti lain

di kemudian hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Hygiene

Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari kondisi

lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit

karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi

lingkungan sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan. Dalam

pengertian ini termasuk pula melindungi, memelihara dan mempertinggi derajat

kesehatan manusia ( perorangan dan masyarakat ) sedemikian rupa sehingga

faktor lingkungan yang tidak menguntungkan tersebut, tidak sampai menimbulkan

gangguan kesehatan.

2.1.1 Pengertian Personal hygiene

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting

dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan

psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan

kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial,

keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat

perkembangan.

Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya

perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah cara

perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Kebersihan

perorangan sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan kebersihan

perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu , keamanan dan kesehatan (

Potter, 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

2.1.2 Jenis-jenis Personal hygiene

Kebersihan perorangan meliputi :

a. Kebersihan kulit

Kebersihan kulit merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama

memberi kesan, oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-

sebaiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari

kebersihan lingkungan , makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup

sehari – hari.

Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang

sehat harus selalu memperhatikan seperti :

1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri

2. Mandi minimal 2x sehari

3. Mandi memakai sabun

4. Menjaga kebersihan pakaian

5. Makan yang bergizi terutama sayur dan buah

6. Menjaga kebersihan lingkungan.

b. Kebersihan rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat membuat

terpelihara dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan

cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan

kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan sebagai

berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

1. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut

sekurangkurangnya 2x seminggu.

2. Mencuci ranbut memakai shampoo atau bahan pencuci rambut

lainnya.

3. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri.

c. Kebersihan gigi

Menggosok gigi dengan teratur dan baik akan menguatkan dan

membersihkan gigi sehingga terlihat cemerlang.Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi adalah :

1. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis

makan.

2. Memakai sikat gigi sendiri.

3. Menghindari makan-makanan yang merusak gigi.

4. Membiasakan makan buah-buahan yang menyehatkan gigi.

5. Memeriksa gigi secara teratur

d. Kebersihan mata

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan mata adalah :

1. Membaca di tempat yang terang.

2. Memakan makanan yang bergizi.

3. Istirahat yang cukup dan teratur.

4. Memakai peralatan sendiri dan bersih ( seperti handuk dan sapu

tangan)

5. Memlihara kebersihan lingkungan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

e. Kebersihan telinga

Hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah :

1. Membersihkan telinga secara teratur.

2. Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam.

f. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

Seperti halnya kulit, tangan,kaki dan kuku harus dipelihara dan ini tidak

terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-

hari. Selain indah dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih

juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang

kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi dan menimbulkan

penyakit-penyakit tertentu.

Untuk menghindari hal tersebut maka perlu diperhatikan sebagai berikut

1. Membersihkan tangan sebelum makan.

2. Memotong kuku secara teratur.

3. Membersihkan lingkungan.

4. Mencuci kaki sebelum tidur

Faktor hygiene yang mempengaruhi gangguan kulit adalah :

1. Kebersihan kulit

2. Kebersihan tangan, kaki dan kuku

3. Kebersihan rambut .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Personal hygiene

Menurut Depkes (2000) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal

hygiene adalah:

1. Citra tubuh ( Body Image)

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan

diri misalnya karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak

peduli dengan kebersihan dirinya.

2. Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka

kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene .

3. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,

sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk

menyediakannya.

4. Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang

baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita

diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

5. Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh

dimandikan.

6. Kebiasaan seseorang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam

perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.

7. Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang

dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2.2 Sanitasi Dasar

Sarana sanitasi dasar yang berkaitan langsung dengan masalah kesehatan

meliputi penyediaan air bersih, jamban, pembuangan air limbah, dan pengelolaan

sampah rumah tangga (Tarigan, 2008).

2.2.1 Penyediaan Air Bersih

Air merupakan sumber daya yang vital bagi kelangsungan hidup manusia.

Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak,

mandi, mencuci. Air yang bisa dimanfaatkan oleh manusia adalah air yang

memilikikuantitas dan kualitas yang layak untuk digunakan. Sumber air yang

banyak dipergunakan oleh masyarakat adalah berasal dari:

1. Air permukaan, yaitu air yang mengalir di permukaan bumi seperti air

sungai dan air danau. Air ini umumnya mendapat pengotoran selama

pengalirannya.

2. Air tanah, secara umum terbagi menjadi: air tanah dangkal yaitu terjadi

akibat proses penyerapan air dari permukaan tanah, sedangkan air tanah

dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama. Air tanah biasa

didapat masyarakat dengan membuat sumur.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

3. Air angkasa atau air hujan, kualitasnya dapat menurun jika terdapat zat

pencemar di udara.

Kurangnya air bersih, khususnya untuk menjaga kesehatan diri, dapat

menimbulkan penyakit kulit dan mata (Abram, 1970). Penyakit-penyakit tersebut

antara lain adalah Trachoma, dan segala macam penyakit kulit yang disebabkan

jamur dan bakteri.

Ada 4 macam klasifikasi penyakit yang berhubungan dengan air sebagai

media penularan penyakit yaitu (Kusnoputranto, 2000):

1. Water Born Desease, yaitu penyakit yang penularannya melalui air

yang terkontaminasi oleh bakteri pathogen dari pendrita atau karier

misalnya Cholera, Typhoid, Hepatitis dan Dysentri Basiler.

2. Water based Disease, yaitu penyakit yang ditularkan air pada orang lain

melalui persediaan air sebagai pejamu (host) perantara, misalnya

Schistosomiasis.

3. Water Washed disease, yaitu penyakit yang disebabkan oleh kurangnya

air untuk pemeliharaan kebersihan perorangan dan air untuk kebersihan

alat-alat terutama alat dapur dan alat makan. Diantaranya adalah

penyakit kulit penyakit infeksi aluran pencernaan seperti diare.

4. Water related insect vectors, vektor-vektor insektisida yang

berhubungan dengan air yaitu penyakit yang vektornya berkembang

biak dalam air, misalnya malaria, demam berdarah, yellow fever,

Trypanosomiasis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Air bersih adalah air yang digunakan unuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

(Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990). Syarat –syarat

kualitas air bersih diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Syarat fisik: tidak berbau , tidak berasa

b. Syarat kimia: kadar besi maksimum yang diperbolehkan 1,0 mg/l,

kesadahan maksimal 500 mg/l.

c. Syarat mikrobiologis: jumlah total koliform dalam 100 ml air yang

diperiksa maksimal adalah 50 untuk air yang berasal dari bukan

perpipaan dan 10 untuk air yang berasal dari perpipaan.

Jenis sarana air bersih ada beberapa macam yaitu sumur gali sumur pompa

tangan dangkal dan sumur pompa tangan dalam, tempat penampungan air hujan,

penampungan mata air dan perpipaan (Slamet, 2002). Air sumur dan sumber air

perpipaan merupakan sumber air yang paling banyak dipergunakan oleh

masyarakat di Indonesia.

2.2.2 Pembuangan Kotoran Manusia ( Jamban)

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan

mengumpukan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi

penyebab atau penyebar penyakit dan mengotori lingkungan pemukiman (Ditjen

P2M & PL, 1998). Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak

dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang

harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine), dan

CO2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Kotoran manusia (feces) adalah sumber penyakit yang multikompleks.

Beberapa penyakit yang disebabkan oleh tinja manusia antara lain tifus, disentri,

kolera, bermacam-macam cacing, Schistosomiasis, dan sebagainya. (Notoatmodjo,

2007). Untuk mencegah penularan penyakit dari tinja manusia maka pembuangan

kotoran harus di tempat yang semestinya, yakni jamban. Jamban yang sehat

adalah memenuhi persyaratan antara lain:

1. Sebaiknya jamban tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari

panas dan hujan, serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari

pandangan orang (privacy) dan lain sebagainya.

2. Memiliki lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat, dan lain

sebagainya.

3. Sedapat mungkin ditempatkan di lokasi yang tidak mengganggu

pandangan, tidak menimbulkan bau, dan sebagainya.

4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas

pembersih.

Tipe-tipe jamban menurut Notoatmodjo (2007) antara lain:

1. Jamban cemplung (Pit Latrine) adalah jamban cemplung sering

dijumpai di daerah pedesaan di Jawa. Jamban cemplung tanpa rumah

jamban dan tanpa tutup akan memudahkan serangga untuk masuk dan

menyebarkan bau busuk.

2. Jamban empang (Fishpond Latrine) dibangun di atas empang ikan.

Jamban ini mempunyai fungsi, yaitu disamping mencegah tercemarnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

lingkungan oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat

(menghasilkan ikan).

3. Septi tank adalah cara yang paling memenuhi persyaratan dan

dianjurkan. Septi tank terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air,

dimana tinja dan air buangan masuk dan mengalami dekomposisi.

Proses tinja di dalam tangki terbagi dua, yakni proses kimiawi dan

biologis.

2.2.3 Pembuangan Air Limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari

rumah tangga, industri, maupun tempat-tempat umum lainnya. Saluran

pembuangan air limbah (SPAL) yang tidak mengalir lancar, dengan bentuk tidak

tertutup dibanyak tempat, sehingga air limbah menggenang ditempat terbuka.

Keadaan ini berpotensi sebagai tempat berkembang biak vektor dan bernilai

negatif dari aspek estetika (Soejadi, 2003).

1. Karakteristik air limbah

Karakteristik air menentukan bentuk pengolahan yang perlu dilakukan

sehingga penting untuk diketahui. Secara garis besar karakteristik air

limbah digolongkan menjadi (Notoatmodjo, 2007):

a. Karakteristik fisik

Air limbah rumah tangga biasanya berwarna suram seperti laturan

sabun, sedikit berbau. Selain itu mengandung sisa-sisa kertas,

berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinja, dan

sebagainya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

b. Karakteristik kimiawi

Air limbah mengandung campuran zat-zat kimia an-organik yang

berasal dari air bersih serta bermacam-macam zat organik berasal

dari penguraian tinja, urine, dan sampah-sampah lainnya. Substansi

organik dalam air buangan terdiri dari dua gabungan, yakni:

1. Gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya urea, protein,

amine, dan asam amino.

2. Gabungan yang tidak mengandung nitrogen, misalnya lemak,

sabun, dan karbohidrat, termasuk selulosa.

3. Karakteristik biologis

Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli

terdapat juga dalam air limbah tergantung dari mana sumbernya,

namun tidak berperan dalam proses pengolahannya.

Air limbah yang tidak diolah terlebih dahulu menjadi penyebab gangguan

kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup diantaranya sebagai berikut:

a. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama

kolera, tifus abdominalis, disentri basiler.

b. Menjadi media berkembangbiak mikroorganisme pathogen.

c. Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk atau tempat hidup larva

nyamuk.

d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.

e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah, dan lingkungan

hidup lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

f. Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tidak

nyaman, dan sebagainya.

2. Cara Pengolahan Air Limbah Secara Sederhana

a. Pengeceran (dilution)

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup

rendah, baru dibuang ke badan-badan air.

b. Kolan Oksidasi (Oxidation Ponds)

Air limbah dialirkan ke kolam, dan melalui pemanfaatan sinar

matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses

pembersihan alamiah.

c. Irigasi

Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air

akan merembes ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit.

2.2.4 Pengelolaan Sampah

Sampah adalah segala yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya dan

bersifat padat. sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh

manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan

manusia dan dibuang. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai

berikut:

a. adanya sesuatu benda atau benda padat.

b. adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia.

c. benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya sampah dibagi

menjadi:

a. Sampah ano-organik, adalah sampah yang umumnya tidak dapat

membusuk, misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.

b. Sampah organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk,

misalnya sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.

Sampah dapat mengandung mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri

patogen) juga dapat menarik seranggga sebagai agen penyebaran dan penularan

penyakit. Sampah harus dikelola sedemikian rupa untuk menghindari dampak

buruk di atas. Cara-cara pengelolaan sampah antara lain:

a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan samapah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-

masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Setelah

dikumpulkan di suatu tempat pengumpulan, sampah dibawa ke tempat

pembuangan sampah sementara (TPS), dan selanjutnya ke tempat

penampungan akhir (TPA) sampah.

Mekanisme, sistem, atau cara pengangkutan sampah diaerah perkotaan

menjadi tanggung jawab pemerintah daerah setempat, dan dibantu oleh

partisipasi masyarakat. Di pedesaan sampah rumah tangga umumnya

didaur ulang menjadi pupuk.

Tempat pengumpulan sampah dikategorikan baik menurut fungsi apabila

memenuhi syarat sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

1. Terbuat dari bahan kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air,

permukaan halus pada bagian dalam.

2. Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup sehingga tidak

mengotori tangan.

3. Mudah diisi dan dikosongkan/ dibersihkan.

4. Jumlah dan volume sesuai dengan produk sampah pada tiap tempat

kegiatan.

5. Sampah dari setiap ruang dibuang setiap hari.

Sampah yang telah dikumpulkan di tempat sampah akan dipindahkan

ke tempat pembuangan sampah sementara (TPS). Persyaratan TPS

antara lain adalah sebagai berikut:

a. Tidak terbuat dari bak beton permanen, tidak menjadi tempat

perindukan serangga, terhindar dari gangguan biantang.

b. TPS terletak di tempat yang mudah dijangkau kendaraan

pengangkut sampah.

c. TPS dikosongkan < 3 x 24 jam.

Sampah yang berada di TPS selanjutnya akan diangkut oleh

kendaraan dengan pengangkut sampah dan dibawa menuju tempat

pembuangan akhir (TPA) sampah. Persyaratan yang harus dipenuhi

dalam pengangkutan sampah antara lain adalah sebagai berikut:

a. Alat pengangkut harus dilengkapi dengan penutup sampah,

minimal dengan jaring.

b. Tinggi bak maksimum 1,6 m dan sebaiknya ada alat ungkit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

c. Kapasitas disesuaikan dengan kondisi/ kelas jalan yang akan

dilalui.

d. Bak truk/ dasar kontainer sebaiknya dilengkapi pengaman air

sampah.

b. Pemusnahan dan pengolahan sampah

Diantara cara pemusnahan dan pengolahan sampah pada adalah sebagai

berikut:

1. Ditanam (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat

lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan

tanah.

2. Dibakar (inceneration), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan

membakar di dalam tungku pembakaran (incenerator).

3. Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengolahan sampah menjadi

pupuk kompos, khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa

makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk.

Apabila setiap rumah tangga sudah mampu memisahkan sampah organik

dengan anorganik, kemudian sampah organik dikelola menjadi pupuk

tanaman dapat dijual dan dipakai sendiri. Sedangkan sampah anorganik

dapat diambil oleh para pemulung, sehingga permasalahan sampah

berkurang.

2.3 Perumahan

Perumahan yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang di lengkapi dengan

berbagai fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

sampah, sumber air bersih, lampu jalan, lapangan bermain tempat anak-anak,

sekolah, tempat ibadah, balai pertemuan, dan pusat kesehatan masyarakat, serta

harus bebas banjir (Chandra, 2012).

Adapun kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environment

dari WHO (1974), antara lain:

1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai

tempat istirahat.

2. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus,

dan kamar mandi.

3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

4. Bebas dari bahan bangunan berbahaya.

5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi

penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.

6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

Sementara itu, kriteria rumah sehat menurut Winslow, antara lain:

1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis.

2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis

3. Dapat menghindarkan dari terjadinya kecelakaan.

4. Dapat menghindarkan terjdinya penularan penyakit.

2.3.1 Syarat Rumah Sehat

Persyaratan kesehatan suatu rumah tinggal sesuai dengan Permenkes

No.829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut:

1. Bahan bangunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

a. Tidak terbuat dari bahan-bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang

dapat membahayakan kesehatan, antara lain:

1. Debu total tidak lebih dari 150 μg/m3

2. Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/jam

3. Timah hitam (Pb) tidak melebihi 300 mg/kg.

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan

berkembangnya mikroorganisme patogen.

2. Komponen dan penataan ruang rumah Komponen rumah harus

mempunyai persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

b. Dinding

1. Di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana

ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara.

2. Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah

dibersihkan.

3. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan

kecelakaan.

4. Bumbungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus

dilengkapi dengan penangkal petir.

5. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang

tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur,

kamar mandi dan ruang bermain anak.

6. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

3. Pencahayaan alam dan atau buatan langsung maupun tidak langsung

dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak

menyilaukan mata.

4. Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut:

a. Suhu udara berkisar antara 18-300C

b. Kelembaban udara berkisar antara 40-70%

c. Konsentrasi gas SO2, tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam

d. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam

e. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m2

5. Ventilasi luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen

minimal 10% dari luas lantai.

6. Binatang penular penyakit tidak ada tikus, nyamuk ataupun lalat yang

bersarang di dalam rumah

7. Penyediaan air

a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas 60 liter/hari/orang.

b. Kualitas air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih

dan atau air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

8. Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.

9. Limbah

a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air,

tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau,

pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah.

10. Kepadatan hunian ruang tidur luas ruang tidur minimal 8 m2 dan tidak

dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam satu ruang tidur, kecuali

anak di bawah usia 5 tahun (Depkes RI, 1999).

2.3.2 Asrama Siswa Dan Santri

Berdasarkan Kemenpera No. 9/PERMEN/M/2008 tentang pedoman bantuan

pembangunan rumah susun sederhana sewa pada lembaga pendidikan tinggi dan

lembaga pendidikan berasrama, asrama adalah rumah susun sederhana sewa

(rusunawa) yang diperuntukkan bagi mahasiswa/siswa/santri. Ketentuan dalam

pembangunan rusunawa untuk mahasiswa adalah sebagai berikut:

a. luas unit sekurang-kurangnya 21m2.

b. kamar mandi komunal berada di luar unit hunian.

c. jumlah lantai bangunan rusunawa sekurang-kurangnya 3 lantai dan

sebanyakbanyaknya berjumlah 5 lanta.

d. lantai dasar dimanfaatkan untuk sarana sosial, umum dan/ atau komersial.

e. 1 (satu) bangunan rusunawa dapat berbentuk satu blok (mono block) atau

dua blok (twin block)

Menurut PP No. 4 tahun 1998 tentang rumah susun, sebuah rumah susun

harus memenuhi syarat antara lain, secara teknis semua ruang yang dipergunakan

untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan langsung maupun tidak

langsung dengan udara luar dan pencahayaan langsung maupun tidak langsung

secara alami, dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Rumah susun harus direncanakan dan dibangun dengan struktur, komponen,

dan penggunaan bahan bangunan yang berlaku. Struktur, komponen, dan

penggunaan bahan bangunan harus diperhitungkan kuat dan tahan terhadap

gempa, hujan, angin, dan banjir. Kelengkapan rumah susun antara lain:

a. Jaringan air bersih yang memenuhi persyaratan mengenai persiapan dan

perlengkapannya termasuk meter air, pengatur tekanan air, dan tangki air

dalam bangunan.

b. Jaringan listrik yang memenuhi persyaratan mengenai kabel dan

perlengkapannya, termasuk meter listrik dan pembatas arus, serta

pengamanan terhadap kemungkinan timbulnya hal-hal yang

membahayakan.

c. Saluran pembuangan air hujan yang memenuhi persyaratan kualitas,

kuantitas, dan pemasangan.

d. Saluran pembuangan air limbah yang memenuhi persyaratan kualitas,

kuantitas dan pemasangan.

e. Saluran dan/ atau tempat pembuangan sampah yang memenuhi

persyaratan terhadap kebersihan, kesehatan, dan kemudahan; tempat

pembuangan sampah yang fungsinya adalah sebagai tempat

pengumpulan sampah dari rumah susun untuk selanjutnya dibuang ke

tempat pembuangan sampah kota, dengan memperhatikan faktor-faktor

kemudahan pengangkutan, kesehatan, kebersihan, dan keindahan.

f. Tempat jemuran.

g. Alat pemadam kebakaran.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

2.4 Gangguan Kesehatan Di Asrama

2.4.1 Gangguan Pernafasan

Gangguan pada sistem pernapasan adalah terganggunya pengangkutan O2

ke sel-sel atau jaringan tubuh; disebut asfiksi. Asfiksi ada bermacam-macam

misalnya terisinya alveolus dengan cairan limfa karena infeksi Diplokokus

pneumonia atau Pneumokokus yang menyebabkan penyakit pneumonia.

Keracunan asam sianida, debu, batu bara dan racun lain dapat pula menyebabkan

terganggunya pengikatan O2 oleh hemoglobin dalam pembuluh darah, karena

daya afinitas hemoglobin juga lebih besar terhadap racun dibanding terhadap O2.

Asfiksi dapat pula disebabkan karena penyumbatan saluran pernapasan oleh

kelenjar limfa, misalnya polip, amandel, dan adenoid. Gangguan pernapasan yang

sering terjadi adalah emfisema berupa penyakit yang terjadi karena susunan dan

fungsi alveolus yang abnormal.

a. Penyebab Terjadinya Gangguan Pernapasan.

Penyebab utama penyakit pernapasan, yaitu:

1. Mikroorganisme patogen yang mampu bertahan terhadap fagositosis.

2. Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian

makrofag yang menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan

merangsang reaksi jaringan.

3. Partikel-partikel organik yang merespons imun.

4. Kelebihan beban sistem akibat paparan terus-menerus terhadap debu

berkadar tinggi yang menumpuk disekitar saluran napas terminal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan

adalah kebiasaan merokok, keturunan, perokok pasif, polusi udara dan

riwayat infeksi pernapasan sewaktu kecil.

b. Pencegahan Gangguan Pernapasan

1. Dengan memakai alat pelindung diri (masker, pakaian, topi).

2. Dengan menggunakan minyak gosok pemanas badan.

3. Dengan menghindari cuaca buruk.

c. Tanda-tanda dan Gejala Gangguan Pernapasan

Yang termasuk tanda dan gejala gangguan pernapasan adalah batuk,

sputum (dahak), dispnea, nyeri dada.

1. Batuk

Batuk merupakan gejala paling umum dari penyakit pernapasan.

Rangsangan yang biasanya menimbulkan batuk adalah rangsangan

mekanik, kimia dan peradangan. Inhalasi debu, asap dan benda asing

kecil sering merupakan penyebab paling sering dari batuk.

2. Sputum (dahak)

Orang dewasa membentuk sputum sekitar 100 ml dalam saluran napas

setiap hari, sedangkan dalam keadaan saluran napas terganggu

biasanya sputum yang dihasilkan melebihi 100 ml per hari.

3. Hemoptisis

Istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah atau sputum

berdarah.

4. Dispnea

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

Dispnea sering juga disebut dengan sesak napas, perasaan sulit

bernapas dan merupakan gejala utama penyakit kardiovaskuler.

5. Nyeri dada

Nyeri dada terjadi dari berbagai penyebab, tetapi yang paling khas dari

penyakit paru-paru adalah akibat radang pleura.

2.4.2 Kulit

Kulit merupakan lapisan terluar yang membungkus tubuh manusia. Kulit

terletak di bagian luar tubuh, dengan luas kurang lebih 1,5 m2 dan beratnya

sekitar 15% berat badan. Kulit manusia mempunyai fungsi penting untuk

melindungi organ dalam dari berbagai pengaruh luar, baik terhadap faktor fisika,

kimiawi, maupun infeksi. Kulit menjadi sawar terhadap dehidrasi atau cairan dari

luar, mengatur suhu tubuh melalui keringat dan efek vasolidator/ vasokonstriksi

pembuluh darah kulit. Adanya ion hidrogen di lapisan permukaan kulit menjadi

pelindung terhadap infeksi (Andrianto & Tie, 1989).

Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim,

umur, seks, ras dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Warna kulit juga

berbedabeda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna

merah muda pada telapak tangan dan kaki bayi, serta warna hitam kecoklatan

pada genitalia orang dewasa (Rangkuti, 2012).

a. Anatomi Kulit

Kulit merupakan struktur fibrosa elastik yang rumit, dan berhubungan

langsung dengan organ dalam melalui jaringan ikat di dermis yang kaya

pembuluh darah, pembuluh limfe, dan serat (Andrianto & Tie, 1989).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Rata-rata tebal kulit adalah 1-2 mm. Paling tebal adalah 6 mm yaitu ada

di telapak tangan dan kaki dan yang paling tipis ada di penis.

Kulit dibagi menjadi epidermis, dermis atau korium, dan subkutis atau

hipodermis. Lapisan kulit mulai dari yang terluar adalah sebagai berikut

(Andrianto & Tie, 1989):

1. Epidermis.

Lapisan epidermis merupakan epitel berlapis gepeng. Lapisan

epidermis dibagi menjadi (dalam urutan dari permukaan ke dalam)

yaitu stratum korneum, stratum lusidium, stratum granulosum, stratum

spinosum, dan stratum basale.

2. Dermis

Dermis (korium, derma atau kutis vera) merupakan lapisan fibrosa

padat dan elastis di bawah epidermis. Dalam jaringan ini terdapat

pembuluh darah, pembuluh limfe, struktur kelenjar, folikel rambut,

otot, jaringan lemak dan saraf bersama organ akhir indera kulit.

3. Subkutis.

Jaringan subkutis (hipoderma) terdiri dari jaringan ikat longgar yang

mengandung liposit dan sel ini menyimpan lemak.

4. Alat tambahan kulit

Alat tambahan kulit (‘appendages’) mencakup kelenjar keringat dan

sebasea, alat ujung saraf, kuku, rambut, otot serta pembuluh darah dan

pembuluh getah bening.

b. Fungsi Kulit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Brown & Burns (2005) merincikan fungsi-fungsi kulit pada manusia

sebagai berikut:

1. Mencegah terjadinya kehilangan cairan tubuh yang esensial .

Stratum korneum dengan sel-selnya yang saling tumpang tindih dan

lemak interselulernya menghalangi terjadinya difusi air keluar tubuh.

Tanpa stratum korneum maka air yang hilang keluar akan meningkat

10 kali lipat atau lebih.

2. Melindungi dari masuknya zat-zat kimia beracun dari lingkungan dan

mikroorganisme. Stratum korneum merupakan sawar (rintangan) yang

sangat efektif terhadap penetrasi dari luar. Keutuhan struktur stratum

korneum juga melindungi terhadap invasi mikroorganisme.

3. Fungsi-fungsi imunologis

Kulit merupakan suatu organ yang kompeten secara imunologis dan

berperan penting bagi pertahanan tubuh. Keratinosit mempersiapkan

antigen eksternal untuk dipresentasikan pada limfosit T, yang

kemudian akan meningkatkan respons imun.

4. Melindungi dari kerusakan akibat radiasi ultra violet

Fungsi melanin sebagai pelindung untuk mencegah terjadinya

kerusakan akibat ultra violet.

5. Mengatur suhu tubuh

Kulit merupakan bagian penting dari sistem pengaturan suhu tubuh.

Respon kulit terhadap keadaan dingin adalah dengan vasokonstriksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

dan banyak mengurangi aliran darah, sehingga akan mengurangi

transfer panas ke permukaan tubuh.

6. Sintesis Vitamin D

Vitamin D (Kolekalsiferol) dibentuk kulit melalui aktivitas sinar UV

pada dehidrokolesterol.

7. Resptor Sensoris

Kulit banyak mengandung resptor sensoris untuk merasakan panas,

dingin, nyeri, rabaan, tekanan, dan rasa gatal.

c. Penyakit Kulit

Kulit merupakan pembungkus yang elastik yang melindungi tubuh dari

pengaruh lingkungan. Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa

efek yang baik bagi kulit. Demikian pula sebaliknya, lingkungan yang

kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai macam penyakit antara

lain penyakit kulit (Harahap,2000).

Penyakit kulit yang berbeda bisa menampilkan tanda dan gejala yang

sama, namun penyakit yang sama juga bisa menampilkan tanda dan

gejala yang berbeda. Bentuk lesi bisa menentukan jenis obat yang

diberikan, selain itu gejala subjektif juga harus diperhatikan. Gejala

Subjektif kulit bisa terdiri dari rasa gatal, baal, seperti terbakar, parestesi,

seperti ditusuk-tusuk dan sebagainya.

Faktor- faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi penyakit kulit

adalah iklim yang panas dan lembab yang memungkinkan bertambah

suburnya jamur, kebersihan perorangan yang kurang baik dan faktor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

ekonomi yang kurang memadai (Harahap, 2000). Salah satu faktor yang

menyebabkan penyakit kulit adalah kebersihan perorangan yang meliputi

kebersihan kulit, kebersihan rambut dan kulit kepala, kebersihan kuku,

intensitas mandi dan lain-lain (Rangkuti, 2012).

d. Penyebab Penyakit Kulit

Menurut Fregert (1988), jumlah agen yang menjadi penyebab penyakit

kulit sangat banyak antara lain:

1. Agen-agen fisik, antara lain disebabkan oleh tekanan atau gesekan,

kondisi cuaca, panas, radiasi dan serat-serat mineral. Agen-agen fisik

menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada

kulit.

2. Agen-agen kimia, terbagi menjadi 4 kategori yaitu :

a. Iritan primer berupa asam, basa, pelarut lemak, deterjen, garam-

garam logam.

b. Sensitizer berupa logam dan garam-garamnya, senyawa-senyawa

yang berasal dari anilin, derivat nitro aromatik, resin, bahan-bahan

kimia karet, obat-obatan, antibiotik, kosmetik, tanam-tanaman,

dan lain-lain.

c. Agen-agen aknegenik berupa nafialen dan bifenil klor, minyak

mineral, dll.

d. Photosensitizer berupa antrasen, pitch, derivat asam amni benzoat,

hidrokarbon aromatik klor, pewarna akridin, dll.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

3. Agen-agen biologis, seperti mikroorganisme, parasit kulit dan

produkproduknya. Jenis agen biologis ini umumnya merupakan zat

pemicu terjadinya penyakit kulit.

e. Jenis-Jenis Gangguan Kulit

Andrianto & Tie (1989) menyatakan jenis-jenis gangguan kesehatan kulit

yang terjadi pada manusia adalah sebagai berikut:

1. Infeksi Bakteri pada Kulit

Beberapa penyakit pada kulit yang disebabkan oleh infeksi bakteri

adalah Pidermi, Ulkus tropikum, Tuberkulosis kutis, Lepra, dan

Frambusia tropika. Pidermi dengan jenis Furunkel (bisul) sangat

sering terjadi di semua usia, mulai dari anakanak hingga orang

dewasa.

Furunkel adalah suatu infeksi folikel rambut dan sekelilingnya oleh

S. Aureus atau S. pyogenes. Furunkel memiliki nyeri tekan dan

dapat pecah spontan, mengeluarkan jaringan nekrosisnya lalu

furunkel sembuh sendiri. Bakteri dapat masuk ke lapisan kulit

melalui iritasi, tekanan, garukan, dan pencukuran bulu ketiak.

2. Infeksi Virus pada Kulit

Beberapa gangguan kulit yang disebabkan oleh virus adalah

Variola, Herpes simpleks, Varisela, dan Herpes zoster. Biasanya

infeksi virus pada kulit tidak disebabkan oleh kebersihan diri yang

kurang.

3. Infeksi Jamur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

Penyakit kulit karena infeksi jamur banyak terjadi di Indonesia,

terutama dengan udara yang lembab dan panas (daerah tropis),

hygiene yang kurang baik, lingkungan yang padat, dan sosio-

ekonomi yang rendah. Dermatomikosis dibagi atas mikosis

profunda bila menginvasi jaringan dan menyebabkan penyakit

sistemik, mikosis superfisialis yang terbatas pada kulit dan

membrane mukosa, serta mikosis intermediate bila mempunyai

kedua sifat tersebut.

Mikosis superfisialis merupakan jenis paling lazim terjadi

diantaranya adalah Dermatifitosis. Dermatofitosis memiliki nama

lain Tinea atau „ringworm‟ atau kurap. Berdasarkan tempat

munculnya, tinea kapitis bila timbul di kepala, tinea korporis bila

timbul di badan, tinea manus pada tangan, tinea kruris pada lipat

paha, tinea pedis pada kaki, tinea unguium pada kuku, dan tinea

barbae pada jengggot. Penularan terjadi jika terdapat kontak

dengan kulit penderita.

Mikosis superfisialis lainnya adalah Tinea versikolor. Nama lain

dari penyakit kulit ini adalah Pitiriasis versikolor, karena

ditemukan skuama halus dan warnanya bermacam-macam mulai

dari putih kelabu, kekuningan, kehitaman, dan sebagainya.

Penyakit ini lebih dikenal dengan nama panu.

Panu disebabkan oleh Malassezia furfur atau Microsporum furfur.

Warna panu bermcam-macam tergantung warna kulit. Keluhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

biasanya berupa gatal ringan. Panu terutama timbul pada orang

yang kurang memperhatikan kebersihan tubuhnya, lebih sering

pada golongan sosioekonomi rendah.

4. Penyakit Parasit

Penyakit kulit karena parasit diantaranya adalah Skabies,

Pedikulosis (Ftiriasis), Insect bites.

a. Skabies

Skabies disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var homonis.

Skabies didapat di daerah kumuh dengan keadaan sanitasi yang

sangat jelek. Reservoir scabies adalah manusia; penularan

terjadi secara langsung dari orang ke orang atau lewat peralatan

seperti pakaian. Hal ini dipermudah oleh keadaan penyediaan

air bersih yang kurang jumlahnya.

b. Pedikulosis

Pedikulosis disebabkan oleh Pediculus humanus var capitis

(tuma kepala), P.humanus var corporis (tuma badan), dan P.

phthirus pubis (tuma kemaluan) yang melekat pada kulit dan

menghisap darah. Serta melalui gigitan bisa menularkan

demam balik-balik.

c. Insect bites

Beberapa serangga menimbulkan gangguan pada kulit ketika

menggigit manusia, misalnya Paederus fuscipes. Serangga ini

adalah kumbang yang lebih dikenal dengan nama Tomcat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

2.5 Kerangka Konsep

A. Personal Hygiene
1. Kebersihan kulit
2. Kebersihan tangan ,
kaki dan kuku
3. Kebersihan rambut
dan kulit kepala

B. Sanitasi dasar Keluhan Kesehatan


1. Penyediaan Air
Penyakit Kulit Penghuni
Bersih
2. Jamban Asrama Putra Pesanteren
3. Pengelolaan Air
Syahbuddin Mustafa Nauli
Limbah
4. Pembuangan
Sampah

C. Kesehatan Fisik Asrama


1. Bahan Bangunan
2. Ventilasi
3. Pencahayaan
4. Luas Bangunan
Rumah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan bentuk

survei untuk mengetahui personal hygiene, sanitasi dasarnya dan kondisi

kesehatan fisik Asrama serta kaitannya dengan keluhan kesehatan kulit pada

penghuni Asrama Putra Pondok Pesanteren Syahbuddin Mustafa Nauli.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di laksanakan di Asrama Putra Pondok Pesantren

Syahbuddin Mustafa Nauli dengan pertimbangan seperti berikut :

1. Belum pernah dilakukan penelitian yang sama di Asrama Putra Pondok

Pesantren tersebut

2. Penghuni asrama cukup banyak dan padat

3. Sebagian besar penghuni asrama mengalami keluhan kesehatan kulit

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan pada Juli 2016 - Maret 2017

3.3. Populasi Dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni Asrama Putra

Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli yang berjumlah 198 orang.

38

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penilitan ini adalah sebagian dari siswa yang tinggal di

Asrama Putra Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli.

a. Besar sampel

Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Taro

Yamane sebagai berikut : (Notoatmodjo,2005)

Rumus : ( )

( )

n = 66 Responden

Keterangan : N = Besar Populasi

n = Besar Sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1)

Dari rumus di atas , maka sampel yang di butuhkan yaitu 66 responden.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Adapun pengambilan sampel dilakukan dengan systematic random

sampling. Cara pengambilan sampel adalah jumlah populasi 198 orang,

sampel yang diinginkan adalah 66 Responden, maka intervalnya adalah

198/66 = 3. Maka anggota populasi yang menjadi sampel adalah setiap

elemen yang mempunyai nomor kelipatan 3 , yakni ,3,6,9… sampai

mencapai jumlah 66 sampel, diambil dari daftar nama penghuni asrama

putra.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi dan wawancara langsung dengan

siswa yang terpilih dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan

pilihan jawaban yang telah disediakan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli

3.5 Definisi operasional

1. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara

kesehatan pribadinya. Yang terdiri dari :Kebersihan kulit, Kebersihan

rambut, Kebersihan gigi, Kebersihan mata, Kebersihan telinga, dan

Kebersihan tangan, kaki dan kuku.

a. Kebersihan kulit

Kebersihan kulit adalah cerminan kesehatan yang pertama sekali

memberi kesan dan perlu untuk dipeliharadengan cara mengganti

pakaian minimal satu kali sehari, menggunakan pakaian / barang

keperluan sehari-hari milik sendiri, mandi secara teratur serta

menggunakan sabun.

b. Kebersihan rambut

Kebersihan rambut adalah cara perawatan diri manusia untuk

memelihara rambut dan kulit kepala dengan mencuci rambut sekurang

– kurangnya dua kali seminggu serta menggunakan sampo.

c. Kebersihan tangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

Kebersihan tangan adalah cara perawatan diri manusia dengan selalu

memperhatikan kebersihannya, dengan cara mencuci tangan sebelum

makan, dari kamar mandi, serta setelah beraktivitas.

d. Kebersihan kaki.

Kebersihan kaki adalah cara perawatan diri manusia dengan selalu

memperhatikan kebersihannya, dengan cara mencuci kaki setelah

melakukan aktivitas dan sebelum tidur.

e. Kebersihan kuku.

Kebersihan kaki adalah cara perawatan diri manusia dengan selalu

memperhatikan kebersihannya, dengan cara memotong kuku secara

rutin minimal sekali dalam seminggu.

2. Keluhan gangguan kesehatan kulit adalah keluhan yang dirasakan

penderita berupa rasa gatal-gatal (pagi , siang, malam ataupun sepanjang

hari) , muncul bintik – bintik merah / bentol – bentol / bula – bula yang

berisi cairan bening ataupun nanah serta pada kulit permukaan tubuh

timbul ruam – ruam berdasarkan observasi dan wawancara dengan

mahasiswa penghuni asrama.

3. Rumah sehat adalah suatu tempat tinggal dimana masing-masing dari

komponen sarana rumah , sarana sanitasi dan perilaku penghuni memenuhi

syarat kesehatan.

4. Sanitasi dasar adalah penyediaan air bersih , jamban , pengelolaan air

limbah dan pembuangan sampah yang di asrama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

5. Penyediaan air bersih adalah sarana air bersih dan kualitas fisik air yang

ada di asrama.

6. Pembuangan kotoran manusia adalah sistem pembuangan tinja yang

dipergunakan oleh responden.

7. Pembuangan air limbah adalah sarana pembuangan air limbah yang

dipakai oleh responden.

8. Sampah adalah sarana pembuangan sampah yang dimiliki responden.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Keluhan Penyakit Kulit

a. Ada, jika ada keluhan yang dirasakan responden berupa rasa gatal-gatal

(pagi, siang, malam ataupun sepanjang hari), muncul bintik – bintik merah

/ bentol – bentol / bula – bula yang berisi cairan bening ataupun nanah

serta pada kulit permukaan tubuh timbul ruam – ruam.

b. Tidak ada, jika tidak ada keluhan yang dirasakan responden berupa rasa

gatal-gatal (pagi , siang, malam ataupun sepanjang hari), muncul bintik –

bintik merah / bentol – bentol / bula – bula yang berisi cairan bening

ataupun nanah serta pada kulit permukaan tubuh timbul ruam – ruam.

3.6.2. Kondisi Komponen Fisik dan Sanitasi Dasar Asrama

Kondisi komponen fisik dan sanitasi dasar asrama ditentukan pengamatan

terhadap komponen asrama dan sarana sanitasi yang diperoleh dari data observasi

yang menggunakan lembar observasi komponen dan sanitasi dasar asrama (sesuai

Permenkes No 829/ Menkes/ SK /1999 tentang Perumahan Sehat).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

3.6.3. Personal Hygiene

Pengukuran variabel personal hygiene didasarkan pada skala ukur ordinal

dari 20 pertanyaan dengan total skor 20, alternatif jawaban “ya” diberi skor 1

(satu) dan alternatif jawaban “tidak” diberi skor 0 (nol). Kemudian dikategorikan

berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dengan kategori sebagai berikut.

a. Baik, jika responden mendapat skor >70% dari pertanyaan yang

disediakan.

b. Sedang, jika responden mendapat skor 40-70%

c. Kurang baik, jika responden mendapat skor <40% dari pertanyaan yang

disediakan.

3.7 Teknik Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan mendeskripsikan masing - masing variabel

yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi setelah di kumpulkan dan

di olah dengan menggunakan komputer.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli terletak di pinggir jalan Lintas

Sumatera, Desa Aek Nauli Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Padang Lawas

Utara. Berbatasan dengan Desa Aek Godang dan Desa Simarloting.

Asrama Putra Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli terdiri dari 17

gedung asrama dengan ukuran yang berbeda beda. Ada pun pembagiannya yaitu :

a. Terdapat 5 buah gedung asrama dengan ukuran besar yaitu 6x8 meter,

dengan jumlah penghuni 20 orang perkamarnya. Adapun penghuni gedung

asrama tersebut terdiri dari siswa baru yaitu kelas VII Stanawiyah.

b. Terdapat 2 buah gedung asrama dengan ukuran sedang yaitu 5x7 meter

dengan jumlah 12 orang perkamarnya. Adapun penghuni gedung asrama ini

terdiri dari siswa baru yang masuk Aliyah/SMA yaitu kelas X Aliyah.

c. Terdapat 10 buah gedung asrama dengan ukuran kecil yaitu 4x6 meter

dengan jumlah 6 orang perkamarnya. Adapunpenghuni gedung asrama ini

terdiri dari gabungan siswa lama atau siswa kelas VII,IX,XI dan XII.

Fasilitas yang terdapat pada asrama Putra Pondok Pesantren Syahbuddin

Mustafa Nauli yaitu :

a. Kamar mandi umum

Terdapat sebuah bak mandi besar untuk penampungan air bersih terbuka

berukuran 4x6 meter. Dan terdapat 3 buah jamban bersampingan dengan

bak penampungan air.

44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

b. Tempat sampah

Terdapat beberapa tempat sampah berbentuk keranjang di dalam ruangan

asrama masing masing.

c. Mesjid

d. Lapangan volly.

4.2. Hasil Penelitan Tentang Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar Asrama

4.2.1. Personal Hygiene

Pertanyaan tentang personal hygiene terdapat 20 pertanyaan. Distribusi


responden asrama Putra Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli
berdasarkan Personal hygiene nya dapat di lihat pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Personal Hygiene Penghuni


Asrama Putra Pondok Pesantren Syahbuddin Musatafa Nauli.
NO Personal Hygiene Ya Tidak Total
n % n % n %
1. Apakah saudara mandi secara 55 83,3 11 16,2 66 100
teratur (minimal 2 kali sehari)
2. Apakah saudara mandi dengan 66 100 0 0 66 100
menggunakan sabun
3. Apakah saudara mandi setelah 48 72,7 18 27,3 66 100
melakukan kegiatan seperti
olahraga
4. Apakah saudara menggosok 22 33,3 44 66,7 66 100
badan dengan menggunakan
sponge saat mandi
5. Apakah saudara membersihkan 65 98,5 1 1,5 66 100
kelamin saat mandi
6. Apakah saudara mengganti 34 51,5 32 48,5 66 100
pakaian minimal 1 kali dalam
sehari
7. Apakah saudara mengganti 37 56,1 29 43,9 66 100
pakaian dalam sesudah mandi
8. Apakah saudara tidak pernah 32 48,5 34 51,5 66 100
meminjam pakaian kawan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Lanjutan Tabel 4.1.


9. Apakah saudara tidak pernah 50 75,8 16 24,2 66 100
meminjam pakaian dalam kawan
10. Apakah saudara pernah mencuci 47 71,2 19 28,8 66 100
handuk dalam sebulan ini
11. Apakah saudara menjemur 52 78,8 14 21,2 66 100
handuk setelah dipakai
12. Apakah saudara membersihkan 52 78,8 14 21,2 66 100
tempat tidur sebelum tidur
13. Apakah saudara mencuci sprei 21 31,8 45 68,2 66 100
dalam satu bulan terakhir
14. Apakah saudara mencuci rambut 53 80,3 13 19,7 66 100
minimal 2 kali dalam seminggu
15. Apakah saudara menggunakan 52 78,8 14 21,2 66 100
sampho saat mencuci rambut
16. Apakah saudara mencuci tangan 59 89,4 7 10,6 66 100
sebelum makan
17. Apakah kuku saudara selalu 47 71,2 19 28,8 66 100
dalam keadaan bersih dan pendek
18. Apakah saudara membersihakan 52 78,8 14 21,2 66 100
dan memotong kuku dalam
seminggu
19. Apakah saudara mencuci kaki 33 50,0 33 50,0 66 100
sebelum tidur
20. Apakah saudara menggunakan 45 68,2 21 31,8 66 100
alas kaki saat keluar/masuk kamar
mandi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden di asrama putra Pondok

Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli yang mandi secara teratur (minimal 2 kali

dalam sehari) ada 55 orang (83,3%) dan yang tidak mandi secara teratur (minimal

2 kali dalam sehari) ada 11 orang (16,7%). Yang mandi dengan menggunak sabun

ada 67 orang (100%). Yang mandi setelah melakukan kegiatan seperti olahraga

ada 48 orang (72,7%) dan yang tidak mandi setelah melakukan kegiatan seperti

olahraga ada 18 orang (27,3%). Yang membersihkan kelamin saat mandi ada 65

orang (98,5%) dan yang tidak membersihkan kelamin saat mandi ada 1 orang

(1,5%). Yang mengganti pakaian dalam sesudah mandi ada 37 orang (56,1%) dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

yang tidak mengganti pakaian dalam sesudah mandi ada 29 orang (43,9%). Yang

tidak pernah meminjam pakaian kawan ada 32 orang (48,5%) dan yang pernah

meminjam pakaian kawan ada 34 orang (51,5%). Yang tidak pernah meminjam

pakaian dalam kawan ada 50 orang (75,5%) dan yang pernah meminjam pakaian

dalam kawan ada 16 orang (24,2%). Yang pernah mencuci handuk dalam sebulan

ada 47 orang (72,1%) dan yang tidak mencuci handuk dalam sebulan ini ada 19

orang (28,8%). Yang mencuci rambut minimal 2 kali dalam seminggu ada 53

orang (80,3%) dan yang tidak mencuci rambut minimal 2 kali dalam seminggu

ada 13 orang (19,7%). Yang menggunkan shampo saat mencuci rambut ada 52

orang (78,8%) dan yang tidak menggunakan shampo saat mencuci rambut ada 14

orang (21,2). Yang menggunakan alas kaki saat keluar/masuk kamar mandi ada 45

orang (68,2%) dan yang tidak menggunakan alas kaki saat keluar/masuk kamar

mandi ada 21 orang (31,8%).

Berdasarkan perhitungan skor dari jawaban responden tentang personal

hygiene diasrama putra Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli di

kategorikan dengan baik, sedang dan kurang baik. Hasil penelitiannya dapat di

lihat pad tabel 4.2 di bawah ini :

Tabel 4.2 Persentasi Responden Tentang Personal Hygiene di Asrama Putra


Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli

No Personal Hygiene N %
1 Baik 32 48,5
2 Sedang 24 36,4
3 Buruk 10 15,2
Total 66 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden pada penghuni asrama putra

Pondok Pesantren Mustafa Nauli mempunyai personal hygiene dengan kategori

baik yaitu sebanyak 32 orang (48,5%), kategori sedang yaitu sebanyak 24 orang

36,4%), dan kategori buruk yaitu sebanyak 10 orang (15,2%).

4.2.2. Gambaran Komponen dan Sanitasi Dasar Asrama

Untuk melihat gambaran komponen dan sanitasi dasar asrama , peneliti

menggunakan form penilaian sesuai Permenkes No. 829/ Menkes/ SK/1999

tentang perumahan sehat. Tabelnya dapat dilihat seperti dibawah ini :

Tabel 4.3.Hasil Pengamatan Komponen Fisik Asrama Putra Pondok


Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli
No Objek Pengamatan Kategori Keterangan
Komponen Asrama Ya Tidak
I Langit-langit
1. Tidak Ada
2. Ada, kotor, sulit dibersihkan
3. Ada, bersih, dan tidak rawan 
kecelakaan
II Dinding
1. Bukan tembok (terbuat dari
anyaman bambu atau ilalang)
2. Semi permanen/ setengah
tembok/ pasangan bata atau
batu yang tidak di plester/
papan yang yang tidak kedap
air
3. Permanen (tembok/pasangan 
batu bata yang di plester)
papan kedap air
III Lantai
1. Tanah
2. Papan / anyaman bambu dekat
dengan tanah/ plesteran yang
retak dan berdebu
3. Di plester/ ubin/ keramik/ 
papan ( rumah panggung)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Lanjutan Tabel 4.3


IV Jendela kamar
1. Tidak ada
2. Ada 
V Ventilasi
1. Tidak ada
2. Tidak ada
3. Ada, Luas ventilasi permanen 
<10% dari luas lantai
4. Ada, luas ventilasi permanen
>10% dari luas lantai
VI Pencahayaan
1. Tidak terang tidak dapat di
pergunakan untuk membaca
2. Kurang terang sehingga kurang 
jelas untuk membaca dengan
normal
3. Terang dan tidak silau
sehingga dapat di gunakan
untuk membaca dengan normal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asrama memiliki langit langit yang

bersih dan tidak rawan kecelakaan, dinding permanen (tembok/pasangan batu bata

yang di plester), lantai di plester/ubin, memiliki jendela kamar tidur, memiliki

Ventilasi permanen <10 % dari luas lantai, pencahayaan di asrama kurang terang

sehingga kurang jelas untuk membaca dengan normal.

Tabel 4.4.Hasil Pengamatan Sanitasi Dasar AsramaTentang Air Bersih di


Asrama Putra Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli
Sanitasi dasar asrama
VII Air bersih Ya Tidak
1. Sumber air bersih asrama putra
yang digunakan
a. PAM
b. Sumur gali
c. Sumur bor 
d. Kali/ sungai
Jika sumber air bersih yang digunakan
bersal dari PAM
a. Air PAM jernih
b. Air PAM tidak berwarna

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Lanjutan Tabel 4.4


c. Air PAM tidak berasa
d. Air PAM tidak berbau
Jika sumber air bersih yang digunakan
berasal dari sumur gali/ sumur bor
a. Air sumur jernih 
b. Air sumur tidak berwarna 
c. Air sumur tidak berasa 
d. Air sumur tidak berbau 
e. Jarak sumur >10 meter dari 
Septic Tank
f. Tidak ada sumber 
pencemaran lain dalam
jarak 10 meter sekitar
sumur
2. Air bersih selalu ada setiap saat 
(kontiniutas air)
3. Apakah kontiniutas air selalu 
cukup (60 liter/orang/hari)
Selanjutnya di lihat dari kondisi sanitasi dasarnya, asrama memiliki satu

sumber air bersih yaitu sumur bor, yang memiliki air yang jernih, tidak berwarna,

tidak berasa, dan tidak berbau. Adapun jarak sumber air bersih dari septic tank

diatas 10 meter (>10 meter) dan tidak terdapat sumber pencemaran di sekitar

sumber air bersih. Jumlah air dalam penampungan air selalu ada dan memenuhi

syarat 60 liter/orang/hari.

Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Sanitasi Dasar Asrama Tentang Pembuangan


Sampah di Asrama Putra Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa
Nauli
Sanitasi Dasar Asrama
VIII Pembuangan Sampah Ya Tidak
A. Tempat Pembuangan Sampah
1. Tersedia tempat sampah 
2. Jenis tempat sampah
a. Keranjang sampah 
b. Bak penampungan
c. Kantong pelastik
3. Tempat sampah tidak rusak 
4. Tempat sampah mudah 
dibersihkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Lanjutan Tabel 4.5


5. Tempat sampah tertutup 
6. Tempat sampah kedap air 
7. Sampah dibuang pada 
tempatnya
8. Tempat sampah di kosongkan 
pada 1X24 jam atau 2/3 bagian
telah terisi penuh
9. Tersedia 1 minimal tempat 
sampah untuk setiap kamar/
ruangan
B. Tempat Pembuangan Sampah
Sementara
1. Tersedia tempat pembuangan 
sampah sementara
2. Tempat pembuangan sampah 
sementara tidak terbuat dari
beton
3. Tempat pembuanagan sampah 
sementara terletak di lokasi
mudah terjangkau kenderaan
pengangkut sampah
4. Tempat pembuangan sampah 
sementara dikosongkan
sekurang-kurangnya 3X24 jam
C. Pengelolaan Akhir Sampah
1. Tempat pemusanahan sampah 
tidak dekat dengan sumber air
minum
2. Tempat pemusanahan sampah 
tidak pada tempat yang sering
terkena banjir
3. Tempat pemusnahan sampah 
jauh dari tempat tinggal
manusia
Asrama memiliki tempat pembuangan sampah berupa tanah galian jauh

dari asrama tersebut, selain itu asrama juga memiliki beberapa tempat sampah

berupa keranjang yang di sediakan di beberapa asrama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Tabel 4.6. Hasil Pengamatan Sanitasi Dasar Asrama Tentang Pembuangan


Tinja dan Limbah di Asrama Putra Pondok Pesantren
Syahbuddin Mustafa Nauli
Snitasi Dasar Asrama
IX Pembuangan Tinja Ya Tidak
1. Tersedia jamban 
2. Jenis jamban yang digunakam
a. Cemplung
b. Plengsengan
c. Leher angsa 
3. Jarak jamban dengan sumber 
air bersih >10 meter
4. Tinja tidak mencemari sumber 
air minum
5. Air seni, air pembersih dan 
penggelontorannya tidak
mencemari tanah di sekitarnya
6. Jamban mudah dibersihkan 
7. Jamban aman digunakan 
8. Konstruksi jamban terbuat dari 
bahan bahan yang kuat dan
tahan lama
9. Tidak terdapat kecoa dan lalat 
di dalam/ sekitar jamban
10. Lantai jamban bersih 
11. Lantai jamban kedap air 
12. Lubang jamban dilengkapi 
dengan penutup
13. Saluran lubang jamban mudah 
digelontori
14. Tersedia sabun di jamban 
15. Jamban dilengkapi dengan bak 
penampungan air
16. Tidak terdapat jentik nyamuk 
17. Tidak tercium bau 
18. Konstruksi lantai kuat 
19. Mempunyai tempat pijakan 
yang cukup kuat
20. Mempunyai ventlasi yang 
cukup baik
21. Mempunyai cukup penerangan 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Lanjutan Tabel 4.6


22. Kapasitas jamban minimal 1 
jamban untuk 1-15 orang
X Pembuangan Air Limbah
1. Mempunyai saluran 
pembuangan air limbah
2. Saluran pembuangan air 
limbah tertutup
3. Tidak menyebabkan 
kontaminasi terhadap sumber
air minum
4. Tidak mengakibatkan 
pencemaran air permukaan
5. Tidak dihinggapi oleh vektor 
atau serangga penyebab
penyakit
6. Tidak menimbulkan bau atau 
aroma tidak sedap
7. Tidak menggenangi di sekitar 
lingkungan
8. Jarak tempat pembuangan 
akhir >10 meter dari sumber
air bersih
Jamban yang digunakan di asrama merupakan jamban leher angsa serta

memiliki septick tank. Adapun jarak jamban dengan sumber air bersih yaitu >10

meter. Air limbahnya di alirkan ke parit yang terbuka dan di tampung di kolam

penampungan yang digunakan sebagai air untuk persawahan.

4.3. Gambaran Keluhan Kesehatan Kulit Asrama

Gambaran keluhan kesehatan kulit asrama dapat di lihat pada tabel 4.4.

dibawah ini.

Tabel 4.7. Persentase Responden Yang Pernah Mengalami Gangguan


Kesehatan Kulit Di Asrama Putra Pondok Pesantren
Syahbuddin Mustafa Nauli
Gangguan Kesehatan Kulit Orang Persentase (%)
Ya 64 97,00
Tidak 2 3,00
Jumlah 66 100,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Dari tabel 4.7. di atas menunjukkan bahwa sejak tinggal di asrama,

responden yang pernah mengalami keluhan kesehatan kulit sebanyak 64 orang

(97%) dan yang tidakpernah mengalami keluhan kesehatan kulit sebanyak 2 orang

(3%).

Tabel 4.8. Gambaran Keluhan Kesehatan Kulit DiAsrama Putra Pondok


Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli
Keluhan Kesehatan Ya Tidak Jumlah
Kulit
n % n % n %
Gatal-gatal 61 92,4 5 7,6 66 100,00
Merah 35 53,0 31 47,0 66 100,00
Benjol 35 53,0 31 47,0 66 100,00
Bintik-bintik 35 53,0 31 47,0 66 100,00
Bernanah 40 59,7 26 40,3 66 100,00

Dari tabel 4.8. di atas keluhan kesehatan kulit yang paling sering di alami

oleh responden yaitu gatal gatal sejumlah 61 orang (92,5%) dan yang tidak pernah

mengalami gatal gatal sebanyak 5 orang 7,5%). Yang mengalami keluhan

kesehatan berupa merah merah pada kulit ada 35 orang (53,0%) dan yang tidak

pernah mengalami merah merah pada kulit ada 31 orang (47,0%). Yang

mengalami keluhan kesehatan berupa benjol (bisul) pada kulit ada 35 orang

(53,0%) dan yang tidak pernah mengalami keluhan kesehatan berupa benjol

(bisul) ada 31 orang (47,0%). Yang mengalami keluhan kesehatan berupa bintik

bintik pada kulit ada 35 oang (53,0%) dan yang tidak pernah mengalami keluhan

kesehatan berupa bintik bintik ada 31 orang (47,0%). Yang mengalami keluhan

kesehatan berupa kulit bernanah ada 40 orang (59,7%) dan yang tidak pernah

mengalami keluhan kesehatan berupa kulit bernanah ada 26 orang (40,3%).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

5.1Gambaran Personal Hygiene

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 66 siswa di Asrama Putra Pondok

Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli menunjukkan bahwa siswa yang

mempunyai personal hygiene kategori baik 32 orang (48,5%), sedang 24 orang

(36,4%) dan buruk yaitu sebanyak 10 orang (15,2%). Hal ini menunjukkan

gambaran personal hygiene penghuni asrama secara umum cukup baik.

Berdasarkan kuesioner yang di ajukan terdapat 34 orang siswa yang pernah

meminjam pakaian kawannya, hal ini dapat menyebabkan penularan penyakit

kulit. Begitu juga dengan mengganti pakaian dalam sehabis mandi dan sehabis

olahraga, masih banyak siswa yang belum melaksankannya, hal ini dapat

menyebabkan perkembangan jamur yang dapat mengakibatkan terjadinya

penyakit kulit. Secara teori kebersihan diri sudah di ketahui oleh penghuni asrama

tapi dalam pelaksanaannya masih kurang di karenakan kurangnya kesadaran untuk

menjaga kebersihan diri.

Menurut Wolf (2000), kebersihan diri merupakan faktor penting dalam

usaha pemeliharaan kesehatan agar kita selalu hidup sehat dan terhindar dari

penyakit seperti scabies. Cara menjaga kebersihan diri dapat dilakukan dengan

mengganti pakaian sehabis mandi dengan pakaian yang habis dicuci bersih

dengan sabun/detergen, dijemur dibawah sinar matahari dan di setrika.

55

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Pemeliharaan kebersihan diri berarti tindakan memelihara kebersihan dan

kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang

dikatakan memiliki kebersihan diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga

kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit (dilihat berdasarkan frekuensi

mandi dalam sehari, menggunakan sabun atau tidak), tangan dan kuku, pakaian,

handuk dan tempat tidur (Badri, 2008).

Personal hygiene tidak terbatas pada bagaimana manusia menjaga

kebersihan diri tetapi berkaitan djuga dengan alat-alat yang digunakan seperti

pakaian, tempat tidur dan alat-alat mandi yang digunakan seperti hasil penelitian

Irijal (2004) yakni 51,9% penderita penyakit kulit disebabkan karena kurang

menjaga personal hygiene.

Perilaku personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara

kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis yang

mempunyai banyak manfaatnya seperti meningkatkan derajat kesehatan

seseorang, memelihara personal hygiene, mencegah penyakit dan meningkatkan

kepercayaan diri. Penderita dengan kebersihan baik dapar menderita skabies

karena skabies adalah penyakit kuli yang mudah menular sehingga lingkungan

tempat tinggal yang terinfeksi skabies dapat menyebabkan seseorang menderita

skabies. Perilaku personal hygiene yang kurang baik memudahkan penyebaran

skabies. Kebanyakan kasus yang terjadi karena adanya kontak personal. Secara

teoritis kaum muda yang tinggal sendirian, kebanyakan tidak terinfeksi penyakit

menular ini tetapi jika salah satu anggota keluarga terinfeksi, maka yang lain juga

akan ikut terinfeksi (Parish, 1999)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

5.2. Gambaran Komponen Fisik Dan Sanitasi Dasar Asrama

5.2.1. Gambaran Komponen Fisik

Peneliti menggunakan komponen fasilitas dalam teknik penilaian rumah

sehat Permenkes No. 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Perumahan Sehat.

Berdasrkan penelitian yang peneliti lakukan di asrama putra Pondok Pesantren

Sayhbuddin Mustafa Nauli jika dilihat dari langit – langitnya, asrama sudah

memiliki langit-langit, bersih dan tidak rawan kecelakaan. Setiap kamar tidur

yang ada diasrama dilengkapi dengan jedela kamar yang cukup untuk sirkulasi

udara. Manusia membutuhkan udara yang segar dalam rumah atau ruangan. Suatu

ruangan yang tidak mempunyai system ventilasi yang baik, dan di huni oleh

manusia, akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan dan

kehidupan (Azwar, A, 1995).

Dinding di asrama termasuk dalam kategori permanen karena terbuat dari

tembok dan juga kedap air. Keadaan dinding ini dapat menjauhkan penghuninya

dari bahaya kecelakaan dan kebakaran. Lantai di asrama termasuk yang kedap air

dan mudah di bersihkan.

Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer yang

menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Asrama sudah memiliki ventilasi

tetapi luasnya tidak lebih dari 10% luas lantai. Kondisi ini memungkinkan

sirkulasi udara yang kurang baik di dalam asrama. Suatu ruangan yang terlalu

padat penghuninya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan

pada penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara sangat diperlukan

(Chandra, B, 2007).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

Hasil observasi pencahayaan pada kamar penghuni asrama diperoleh hasil

bahwa pencahayaannya kurang terang sehingga kurang jelas untuk membaca.

Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan, terutama cahaya matahari

disamping kurang nyaman, juga akan menjadi berkembangbiaknya bakteri

pathogen. Sebaliknya terlalu banyak cahaya yang masuk kedalam ruangan akan

menyebabkan silau, sehingga dapat merusak mata.

5.2.2. Sanitasi Dasar Asrama

Hasil observasi yang mengguanakan form observasi yang sesuai

PermenkesNo.829/Menkes/SK/1999 menunjukkan bahwa sanitasi dasar asrama di

Pondok Pesanren Syahbuddin Mustafa Nauli belum seluruh nya memenuhi syarat.

Berikut penjelasan komponen asrama yang yang diobservasi:

a. Air bersih

Sumber air bersih di asrama putra adalah air sumur bor. Air sumur bor

yang digunakan oleh penghuni asrama jernih, tidak berwarna, tidak

berasa dan tidak berbau, bahkan air tersebut digunakan para penghuni

untuk minum sehari hari tanpa di masak terlebih dahulu. Air sumur bor

ini merupakan sumber air satu satunya di asrama tersebut yang dimana

digunakan untuk mandi, mencuci BAB/BAKdan keperluan lainnya. Jarak

sumur dengan septi tank >10 meter dan tidak terdapat sumber

pencemaran lain dalam jarak 10 meter sekitar sumur. Penyakit yang

disebabkan oleh air bersih yang kurang secara kualitatif dan kuantitatif

adalah water born disease seperti kolera, diare, dll; water based disease

seperti schistomiasis; water washed disease seperti diare; water related

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

insect vectors seperti malaria dan demam berdarah (Kusnoputranto,

2000).

Menurut Juli Soemirat S, (2002) air mempunyai hubungan yang erat

dengan kesehatan. Air merupakan hal yang paling esensial bagi

kesehatan, tidak hanya dalam upaya produksi tetapi juga untuk konsumsi

domestik dan pemanfaatannya (minum, masak, mandi, dll). Persentase

yang meningkat dari penyakit – penyakit infeksi yang bisa mematikan

maupun merugikan kesehatan ditularkan melalui air yang sudah

tercemar. Sebagian penyakit yang berkaitan dengan air yang bersifat

menular, penyakit-penyakit tersebut umumnya diklasifikasikan menurut

berbagai aspek lingkungan yang dapat di intervensi oleh manusia.

b. Jamban

Berdasarkan observasi di asrama putra terdapat sarana pembuangan

kotoran, seluruhnya menggunakan jamban leher angsa, mempunyai

konstruksi yang baik tapi kondisi jamban kurang bersih. Jamban di

asrama putra jarang dibersihkan sehingga terdapat plak plak kuning di

pinggir jamban. Jumlah jamban yang terdapat di asrma putra hanya 3 unit

saja, dan tidak tersedia sabun di jamban untuk digunakan penghuni

asrama sehari hari.Hal ini dapat berisiko untuk kontaminasi tinja dari

tangan manusia yang tidak mencuci tangan dengan sabun setelah buang

air besar.

Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya

berbagai penyakit diantaranya tipus, kolera, disentri, poliomyelitis,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

ascariasis, dan sebagainya. Kotoran manusia merupakan buangan padat

yang selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan, juga merupakan

media penularan penyakit pada masyarakat. Oleh sebab itu perlu sekali

menjaga kebersihan jamban dan kamar mandi, sehinggan tidak terjadi

penularan penyakit yang diakibatkan oleh tinja (Azwar, A, 1995).

c. Sarana pembuangan air limbah

Berdasarkan observasi di asrama putra terdapat sarana pembuangan air

limbah berupa parit terbuka yang sering menimbulkan bau tak sedap.

Selain itu saluran air dapat dengan mudah tercemar dengan benda lain

seperti plastik, bungkus sabun, detergen, sehingga dapat mengakibatkan

penyumbatan dan menjadi sarang dari vektor penyakit. Jarak saluran

pembuangan air limbah sangat jauh dengan sumber air sumur bor >10

meter.

Lingkungan yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat

menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat. Air buangan

dapat menjadi tempat berkembangbiaknya mikroorganisme patogen,

larva nyamuk ataupun serangga lainnya yang dapat menjadi media

transmisi penyakit, terutama penyakit-penyakit yang penularannya

melalui air yang tercemar seperti kolera, tipus abdominalis, disentri dan

sebagainya (Kusnoputranto,H, 2000).

d. Saran pembuangan sampah

Berdasarkan hasil observasi di asrama putra, tersedia tempat sampah di

beberapa asrama berupa keranjang sampah, tempat sampah tidak rusak,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

mudah di bersihkan, tidak tertutup, serta tidak kedap air. Sampah di

buang pada tempatnya, sampah dibuang apabila keranjang sampah sudah

penuh.

Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap

baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit

penyakit, serta sampah tersebut tidak menjadi media perantara

menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lain yang harus dipenuhi dalam

pengelolaan sampah ialah tidak mencemari udara, air atau tanah, tidak

menimbulka bau (segi estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain

sebagainya (Azwar, A, 1995).

5.3 Gambaran Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Asrama

Hasil penelitian di asrama putra menunjukkan bahwa responden yang

mengalami keluhan kesehatan kulit sejak tinggal di asrama Putra Pondok

Pesantren Syahbuddin Musatafa Nauli sebanyak 64 orang (97,0%), dan yang tidak

pernah mengalami keluhan kesehatan kulit sebanyak 2 orang (3,0%). Keluhan

kesehatan kulit yang paling banyak adalah gatal-gatal dengan jumlah responden

sebanyak 62 orang (92,5%).

Keluhan kesehatan kulit ini sangat erat kaitannya dengan personal hygiene

dan kepadatan hunian di dalam asrama dengan kondisi asrama yang lembab. Hal

ini diakibatkan oleh kurangnya kesadaran penghuni untuk membersihkan asrama,

menjemur tempat tidur, mencuci sprei, menjemur handuk setelah dipakai,, tidak

meminjam pakaian kawan dan tidak menjemur handuk di dalam ruangan asrama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Penyakit kulit yang sering di alami oleh penghuni di akibatkan oleh jamur di

kulit. Menurut Anonimous (2004) ada tiga faktor penyebab tumbuhnya jamur di

kulit adalah akibat gesekan, lembab, dan panas. Jenis jamur yang menjadi

penyakit bagi manusia yaitu mikosis yang menyerbu permukaan kulit seperti

panu, dan kurap.

Gatal-gatal merupakan salah satu gejala penyakit kulit yang kurang menjaga

kebersihan perorangan yang meliputi kebersihan kulit, rambut dan kulit kepala

dan kebersihan kuku. Menurut Mansjoer (2000) salah satu penyakit yang

disebabkan kurangnya pemeliharaan kesehatan kulit adalah penyakit skabies,

yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi akibat tungau

Sarcoptes scabei dan produknya.

Penyakit skabies bisa ditularkan melalui kontak langsung maupun tidak

langsung. Penularan penyakit ini yang paling sering adalah kontak langsung dan

dapat juga melalui alat-alat yaitu tempat tidur, handuk, dan pakaian (Brown,

1999).

Lingkungan yang sehat dan bersih akan membawa efek bagi kulit. Demikian

pula sebaliknya, lingkungan yang kotor akan menjadi sumber munculnya berbagai

macam penyakit, misalnya penyakit kulit yang dapat disebabkan oleh bakteri,

jamur, virus dan kutu (Harahap, 2000).

Tingginya kepadatan hunian dan interaksi atau kontak fisik antar individu

memudahkan terjadinya penyakit kulit. Oleh karena itu, prevalensi penyakit kulit

yang tinggi umumnya ditemukan dilingkungan dengan kepadatan hunian dan

kontak fisik tinggi seperti di asrama. Kondisi seperti ini sangat memungkinkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

terjadinya penularan penyakit kulit dan diare apabila penghuni asrama dan

pengelolanya tidak sadar akan pentingnya menjaga kebersihan baik kebersihan

lingkungan maupun personal hygiene.

Penelitian ini menunjukkan bahwa personal hygiene, komponen fisik dan

fasilitas sanitasi dasar sangat erat kaitannya dengan penyakit kulit. Hal ini

dibuktikan dengan adanya keluhan kesehatan seperti gatal-gatal, kulit memerah,

bisul, bintik-bintik dan bernanah. Jika hal ini tidak diperbaiki, maka akan ada

keluhan-keluhan kesehatan yang baru lagi dan semua penghuni asrama akan

mempunyai keluhan yang sama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di asrama putra mengenai

personal hygiene, komponen fisik, sanitasi dasarnya dan keluhan kesehatan kulit

maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Persentase personal hygiene pada penghuni asrama putra Pondok

Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli dengan kategori baik yaitu sebanyak

32 orang (48,5%), dengan kategori sedang sebanyak 24 orang (36,4%),

dan dengan kategori buruk yaitu sebanyak 10 orang (15,2%).

2. Sanitasi dasar Asrama Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli

belum memenuhi syarat kesehatan yaitu, tempat pembuangan sampah,

pembuangan tinja dan pembuangan air limbah.

3. Kondisi fisik asrama Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli belum

memenuhi syarat kesehatan yaitu, ventilasi dengan luas <10% dari luas

lantai dan pencahayaannya yang masih kurang terang sehingga kurang

jelas untuk membaca normal.

4. Persentase responden yang mengalami keluhan kesehatan kulit adalah 64

orang (97,0%) dan keluhan kesehatan tertinggi yang pernah di alami oleh

penghuni asrama adalah gatal-gatal dengan persentase sebesar 61 orang

(92,5%).

64

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

6.2 Saran

1. Bagi penghuni asrama diharapkan tetap memelihara personal hygiene agar

terhindar dari penyakit kulit dan bagi penghuni asrama yang mengalami

keluhan kesehatan kulit agar berobat ke fasilitas kesehatan.

2. Bagi pengelola asrama putra Pondok Pesantren Syahbuddin Mustafa Nauli

sebaiknya melakukan upaya untuk mengatasi kepadatan hunian,

menyediakan sarana fasilitas sanitasi dasar yang memenuhi syarat

kesehatan, dan memperhatikan serta menjaga sarana tersebut dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. 2012. Personal Hygiene: Konsep, Proses dan Aplikasi Praktik


Keperawatan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Andrianto, P., & Tie, E.T. (1989). Dermatovenerologi: Kapita Selekta. Jakarta:
EGC

Azwar, A, 1995,Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Mutiara Sumber,


Jakarta.

Badri, (2008). Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Bandung.

Bahar, Ardiansyah. 2009. Sekilas Tentang Penyakit (Online).

Brown, R.G., & Burns, T. (2005). Lecture Notes on Dermatology. Jakarta:


Erlangga.

Chandra, B, 2007, Pengantar Kesehatan Lingkungan, EGC, Jakarta.

Depkes, RI. 1999. Kepmenkes RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999, Tentang


Persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta

_______________(2002),Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat.Ditjend


PPM dan PL. Jakarta

________________(2005). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat Pengawasan
Kualitas Air. Jakarta: Depkes RI

________________(2011). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta: Depkes RI

Ditjen P2M & PL. (2002). Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Jakarta:
Depkes RI

Fadhillah, Hamidah. (2014). Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal


hygiene, Sanitasi Dasar, Komponen Fisik Dan Fasilitas Sanitasi Dasar,
serta Keluhan Kesehatan Kulit di Asrama Putri USU. Skripsi. Medan:
Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Fregert, S. (1988). Kontak Dermatitis. Jakarta: Yayasan Essentia Medika.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Frenki. (2011). Hubungan Personal hygiene Santri dengan Kejadian Penyakit
Kulit Infeksi Skabies dan Tinjauan Sanitasi Lingkungan Pesantren
Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011. Skripsi. Medan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU.

Harahap, M. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Cetakan Pertama. Jakarta: Hipokrates

Isro‟in, Laily dan Sulistyo Andarmoyo. 2012. Personal Hygiene. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Kementerian Perumahan Rakyat. (2014). Kemenpera Peraturan Pemerintah


No. 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun

Kusnoputranto, H. (2000). Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan


Masyarakat. Jakarta: Universitas Indonesia

Maharani, Ayu. 2015. Penyakit Kulit. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Mukono, H.J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya:Erlangga


Universitas Press

Nazir, M. 1998. Metode Penelitian. Galia Indonesia. Jakarta

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_______________(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
_______________(2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Cetakan
Ketiga.Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Potter, A. P., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep,Proses, dan Praktik. Edisi Keempat. Jakarta: EGC

Rangkuti, A.F. (2012). Gambaran Perilaku Penghuni tentang Personal


hygiene, Sanitasi Dasar Perumahan Sehat serta Keluhan
Kesehatan Kulit di Asrama Putra USU. Skripsi. Medan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat USU.

Sajida, Agsa. 2012. Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan


dengan Keluhan Penyakit Kulit di Kelurahan Denai Kecamatan
Medan Denai Kota Medan Tahun 2012. Skripsi Universita Sumatera
Utara. Medan: Tidak diterbitkan.

Sitorus, R. 2008. Gejala Penyakit dan Pencegahannya. Yrama Wiidya.


Bandung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Slamet, J.S. (2002). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gajahmada University
Press

Soedjadi. (2003). Upaya Sanitasi Lingkungan di Pondok Pesantren Ali


Maksum Almunawir dan Pandanaran dalam Penanggulangan
Penyakit Skabies. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Jawa Timur: Ponpes
Sukini, Elisabeth, 1989. Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
Jakarta: Depkes.

Suyono dan Budiman. 2010, Ilmu Kesehatan Masyarakat Dalam Konteks


Kesehatan Lingkungan. Jakarta:EGC

Tarigan, P. S. P. (2008). Hubungan Kerentanan Fisik, Sanitasi Dasar Rumah


dan Tingkat Risiko Lokasi Permukiman Penduduk dengan Riwayat
Penyakit Berbasis Lingkungan di Kelurahan Bidara Cina, Jakarta
Timur Tahun 2008. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.

Widyatiwati, Retno dan Yuliarsih. 2002. Higyiene dan Sanitasi Umum dan
Perhotelan. Jakarta: PT. Grasindo.

Wolf, LV dkk, 2000. Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan. Penerbit Gunung Agung,


Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 1.

KUESINER PENELITAN
Personal Hygiene, Sanitasi Dasar dan Kondisi Kesehatan Asrama Serta
Keluhan Kesehatan Kulit di Pondok Pesantren Mustafa Nauli Kecamatan
Hulu Sihapas Kabupaten Padang lawas Utara
Tahun 2017

Keterangan Responden

1. Nama :

2. Kelas :

3. Lama tinggal di asrama :

4. No. Responden :

No Personal Hygiene Ya Tidak


1. Apakah saudara mandi secara teratur
(minimal 2 kali sehari)
2. Apakah saudara mandi dengan
menggunakan sabun
3. Apakah saudara mandi setelah
melakukan kegiatan seperti olahraga
4. Apakah saudara menggosok badan
dengan menggunakan sponge saat mandi
5. Apakah saudara membersihkan kelamin
saat mandi
6. Apakah saudara mengganti pakaian
minimal 1 kali dalam sehari
7. Apakah saudara mengganti pakaian
dalam sesudah mandi
8. Apakah saudara tidak pernah meminjam
pakaian kawan
9. Apakah saudara tidak pernah meminjam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pakaian dalam kawan
10. Apakah saudara pernah mencuci handuk
dalam sebulan ini
11. Apakah saudara menjemur handuk
setelah dipakai
12. Apakah saudara membersihkan tempat
tidur sebelum tidur
13. Apakah saudara mencuci sprei dalam satu
bulan terakhir
14. Apakah saudara mencuci rambut minimal
2 kali dalam seminggu
15. Apakah saudara menggunakan sampho
saat mencuci rambut
16. Apakah saudara mencuci tangan
sebeluum makan
17. Apakah kuku saudara selalu dalam
keadaan bersih dan pendek
18. Apakah saudara membersihakan dan
memotong kuku dalam seminggu
19. Apakah saudara mencuci kaki sebelum
tidur
20. Apakah saudara menggunakan alas kaki
saat keluar/masuk kamar mandi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keluhan Gangguan Kesehatan Kulit

1. Sejak saudara tinggal di asrama ini, apakah Saudara pernah mengalami

Keluhan kesehatan kulit :

a. Ya b. Tidak

2. Jika ya, sebutkan keluhan kesehatan apa saja yang anda rasakan sejak

tinggal di tempat ini:

Keluhan Kesehatan Ya Tidak

Gatal

Merah

Benjol

Bintik-bintik

Bernanah

3. Jika ya, sudah berapa lama saudara mengalami gejala tersebut :

_______________________

4. Apakah keluarga saudara pernah mengalami gangguan kulit:

a. Ya b. Tidak

5. Apakah saudara mengetahui penyebab penyakit kulit?

a. Ya b. Tidak

jika Ya, sebutkan!

____________________________________________________________

6. Apakah saudara mengetahui kalau penyakit kulit itu menular?

a. Ya b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 2.
Lembar Observasi Komponen dan Saniatasi Dasar Asrama
(sesuai Permenkes No. 829/Menkes/SK/1999 Tentang Perumahan Sehat)
No Objek Pengamatan Kategori Keterangan
Komponen Asrama Ya Tidak
I Langit-langit
4. Tidak Ada
5. Ada, kotor, sulit dibersihkan
6. Ada, bersih, dan tidak rawan
kecelakaan
II Dinding
4. Bukan tembok (terbuat dari
anyaman bambu atau ilalang)
5. Semi permanen/ setengah
tembok/ pasangan bata atau
batu yang tidak di plester/
papan yang yang tidak kedap
air
6. Permanen (tembok/pasangan
batu bata yang di plester)
papan kedap air
III Lantai
4. Tanah
5. Papan / anyaman bambu dekat
dengan tanah/ plesteran yang
retak dan berdebu
6. Di plester/ ubin/ keramik/
papan ( rumah panggung)
IV Jendela kamar
3. Tidak ada
4. Ada
V Ventilasi
5. Tidak ada
6. Ada, Luas ventilasi permanen
<10% dari luas lantai
7. Ada, luas ventilasi permanen
>10% dari luas lantai
VI Pencahayaan
4. Tidak terang tidak dapat di
pergunakan untuk membaca
5. Kurang terang sehingga kurang
jelas untuk membaca dengan
normal
6. Terang dan tidak silau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sehingga dapat di gunakan
untuk membaca dengan normal
Sanitasi dasar asrama
VII Air bersih
4. Sumber air bersih asrama putra
yang digunakan
e. PAM
f. Sumur gali
g. Sumur bor
h. Kali/ sungai
Jika sumber air bersih yang digunakan
bersal dari PAM
e. Air PAM jernih
f. Air PAM tidak berwarna
g. Air PAM tidak berasa
h. Air PAM tidak berbau
Jika sumber air bersih yang digunakan
berasal dari sumur gali/ sumur bor
g. Air sumur jernih
h. Air sumur tidak berwarna
i. Air sumur tidak berasa
j. Air sumur tidak berbau
k. Jarak sumur >10 meter dari
Septic Tank
l. Tidak ada sumber
pencemaran lain dalam
jarak 10 meter sekitar
sumur
5. Air bersih selalu ada setiap saat
(kontiniutas air)
6. Apakah kontiniutas air selalu
cukup (60 liter/orang/hari)
VIII Pembuangan Sampah
D. Tempat Pembuangan Sampah
10. Tersedia tempat sampah
11. Jenis tempat sampah
d. Keranjang sampah
e. Bak penampungan
f. Kantong pelastik
12. Tempat sampah tidak rusak
13. Tempat sampah mudah
dibersihkan
14. Tempat sampah tertutup
15. Tempat sampah kedap air
16. Sampah dibuang pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tempatnya
17. Tempat sampah di kosongkan
pada 1X24 jam atau 2/3 bagian
telah terisi penuh
18. Tersedia 1 minimal tempat
sampah untuk setiap kamar/
ruangan
E. Tempat Pembuangan Sampah
Sementara
5. Tersedia tempat pembuangan
sampah sementara
6. Tempat pembuangan sampah
sementara tidak terbuat dari
beton
7. Tempat pembuanagan sampah
sementara terletak di lokasi
mudah terjangkau kenderaan
pengangkut sampah
8. Tempat pembuangan sampah
sementara dikosongkan
sekurang-kurangnya 3X24 jam
F. Pengelolaan Akhir Sampah
4. Tempat pemusanahan sampah
tidak dekat dengan sumber air
minum
5. Tempat pemusanahan sampah
tidak pada tempat yang sering
terkena banjir
6. Tempat pemusnahan sampah
jauh dari tempat tinggal
manusia
IX Pembuangan Tinja
23. Tersedia jamban
24. Jenis jamban yang digunakam
d. Cemplung
e. Plengsengan
f. Leher angsa
25. Jarak jamban dengan sumber
air bersih >10 meter
26. Tinja tidak mencemari sumber
air minum
27. Air seni, air pembersih dan
penggelontorannya tidak
mencemari tanah di sekitarnya
28. Jamban mudah dibersihkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29. Jamban aman digunakan
30. Konstruksi jamban terbuat dari
bahan bahan yang kuat dan
tahan lama
31. Tidak terdapat kecoa dan lalat
di dalam/ sekitar jamban
32. Lantai jamban bersih
33. Lantai jamban kedap air
34. Lubang jamban dilengkapi
dengan penutup
35. Saluran lubang jamban mudah
digelontori
36. Tersedia sabun di jamban
37. Jamban dilengkapi dengan bak
penampungan air
38. Tidak terdapat jentik nyamuk
39. Tidak tercium bau
40. Konstruksi lantai kuat
41. Mempunyai tempat piakan
yang cukup kuat
42. Mempunyai ventlasi yang
cukup naik
43. Mempunyai cukup penerangan
44. Kapasitas jamban minimal 1
jamban untuk 1-15 orang
X Pembuangan Air Limbah
9. Mempunyai saluran
pembuangan air limbah
10. Saluran pembuangan air
limbah tertutup
11. Tidak menyebabkan
kontaminasi terhadap sumber
air minum
12. Tidak mengakibatkan
pencemaran air permukaan
13. Tidak dihinggapi oleh vektor
atau serangga penyebab
penyakit
14. Tidak menimbulkan bau atau
aroma tidak sedap
15. Tidak menggenangi di sekitar
lingkungan
16. Jarak tempat pembuangan
akhir >10 meter dari sumber
air bersih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 3.

Daftar Nama Penghuni Asrama


NO NAMA KELAS
1 Adlin Ananda Syaputra Daulay 7
2 Agus Salim Siregar 7
3 Aldi Romadon Siregar 7
4 Ali Sahban Harahap 7
5 Andri Juliansyah 7
6 Andry Adhe Pranata Harahap 7
7 Ansor Siregar 7
8 Ansor Daipi Tanjung 7
9 Arit Masuju Perdana Harahap 7
10 Armen Sihotang 7
11 Asrol Fauzi Siregar 7
12 Awal Sahril Siregar 7
13 Awaluddin Jeliansyah 7
14 Benny Usman Siregar 7
15 Chaidiruddin Harahap 7
16 Damson Harahp 7
17 Dedi Putra Malim Harahap 7
18 Farhan Siregar 7
19 Hadengganan Hasibuan 7
20 Harya Muda Harahap 7
21 Hasan Siregar 7
22 Ilham Mahadi Hasibuan 7
23 Indra Apriansyah Harahap 7
24 Khoiru Anami Harahap 7
25 M. Haris Fadilla Rambe 7
26 Mahyudin Harahap 7
27 Muhammad Shahrizal Siregar 7
28 Muhammad Tampan Siahaan 7
29 Muharram Saputra Siregar 7
30 Panyahatan 7
31 Rahmat Dayung Harahap 7
32 Rahmat Alam Hidayat Harahap 7
33 Raja Timur Simatupang 7
34 Rajab Hasian Harahap 7
35 Rajab Hasibuan 7
36 Reza Imron Halomoan Ritonga 7
37 Rian Saputra Harahap 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38 Rio Syaputra Halomoan Lubis 7
39 Sadad Iman 7
40 Sapri Ramadan Hasibuan 7
41 Surtani Harahap 7
42 Tondi Hatimbulan 7
43 Wahid Romadon 7
44 Wijaya Syah Reza Siregar 7
45 Hasan Basri Sarumpaet 7
46 Rahmat Rifai 7
47 Rahmat Suangkupon Harahap 7
48 Irpan Marwazi Harahap 7
49 Mhd. Zein Siregar 8
50 Atdul Karim Hrp 8
51 Adlan Pahmi Jiawa 8
52 Ali Mu'da Dalimunthe 8
53 Haris Gunawan 8
54 Ilham Fauzi 8
55 Arman Hariansyah 8
56 Alwi Habibi Abu Bakar 8
57 Mara Halim 8
58 Munawir Asrofi 8
59 Naga Egusnah P. Hrp 8
60 Parulian Harahap 8
61 Parlaungan Simatupang 8
62 Rahmad Maulud Tanjung 8
63 Rico Wijaya Siregar 8
64 Samsul Hasonangan 8
65 Said Harsid Hrp 8
66 Diauddin Hasibuan 8
67 Akhiran Syaputra Hrp 8
68 Akbar Muhajirin 8
69 Andre Pratama Srg 8
70 Arfin Halomoan Rmb 8
71 Lindung Siregar 8
72 Muhammad Ajani Ahyar Hutabarat 8
73 Mhd. Iqbal 8
74 Mirkan Tampubolon 8
75 Musbar Arisah Nizar Hrp 8
76 Hombang Iman Srg 8
77 Ariel Rifqy Arisandi 8
78 Rinaldi Bahri 8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79 Rasyid Siddiq Srg 8
80 Riswan Pohan 8
81 Roni Hasonangan 8
82 Rustam Efendi 8
83 Sahwindra Hrp 8
84 Supratman Srg 8
85 Julpikar Harahap 8
86 Putra Pratama 8
87 Muhammad Amin 8
88 Muhammad Ridhoan 8
89 Sahat Hamonangan 8
90 Musbar Soleman 8
91 Ma'arif Daulay 8
92 Jaya Ferdiansyah 8
93 Sefriandi Siregar 8
94 Wahyudin Hasibuan 8
95 Ahmad Bidawi 8
96 Solahuddin Aritonang 8
97 Rifki Suheri 8
98 Mustofa Siregar 8
99 Ilman Ashari 8
100 Ahmad Muda 8
101 Irpan Riadi Siregar 8
102 Ade Kurniawan Harahap 8
103 Bihrul Harahap 8
104 Ahmad Harahap 9
105 Andri Gunawan 9
106 Abdul Kadir 9
107 Bilal Al Fikri Aulia Putra Siregar 9
108 Fahri Saputra Harahap 9
109 Hamka Tarmizi Harahap 9
110 Harmadi Siregar 9
111 Muhammad Rizki Aritonang 9
112 M. Khoiril Anwar 9
113 Muhammad Agus Saputra Rambe 9
114 Parlindungan Harahap 9
115 Roihan Siregar 9
116 Syahrul Harahap 9
117 Zainal Abidin Harahap 9
118 Abdul Rasid Harahap 9
119 Alpiadi Pasaribu 9

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


120 Anggi Perdana Ritonga 9
121 Arifin Sholeh Siregar 9
122 Baginda Rizky Yuda Pratama Siregar 9
123 Batara Sakti Siregar 9
124 Dede Putra Parhaholongan Siregar 9
125 Hotmartua Hasibuan 9
126 Ichsanul Qodir Siregar 9
127 Ihwan Riski Ananda Harahap 9
128 Irsanil Kahfi Hutasuhut 9
129 Muhammad Puad Harahap 9
130 Munawir Siregar 9
131 Mushollah 9
132 Raja Hasian Pohan 9
133 Salamat Siregar 9
134 Tampan Siregar 9
135 Wandi Syahputra Jaya Siregar 9
136 Hotmartua 9
137 Mara Lobi Harahap 9
138 Ginda Haryadi Harahap 9
139 ABDUL AMIN HARAHAP 10
140 ADI ANSA HARAHAP 10
141 AGUS SALIM SIREGAR 10
142 ALI RUSLI HARAHAP 10
143 ANJAS BARITA 10
144 ARBIN ARIADI HARAHAP 10
145 ARIFA ISNAINI HARAHAP 10
146 ARIFUDDIN SIREGAR 10
147 AWALUDDIN HARAHAP 10
148 HAMID SUANGKUPON TANJUNG 10
149 GIANTO HENDRA UTAMA 10
150 HENGKI TARBARITA 10
151 LUMBAN ARITONANG 10
152 MUHAMMAD ANDRIADI RITONGA 10
153 RAHMAT MARTUA HARAHAP 10
154 RAHMAT HIDAYAT SIREGAR 10
155 REY ZOMAN DONGORAN 10
156 RISWAN HAMID 10
ROCHYAN MARTUA HALOMOAN
157 DAULAY 10
158 ROY NERYADI SYAPUTRA SIMBOLON 10
159 SAKKOT SIREGAR 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


160 SUBUR DASOPANG 10
161 SUTAN HASIBUAN 10
162 TIOPAN HARAHAP 10
163 WAHYU FIDRANDA SIMBOLON 10
164 YUSRIL JASA 10
165 ZULKIFLI DAULAY 10
166 PARNINGOTAN 10
167 SAIDUN HARAHAP 10
168 KARI AHMAD NAWAWI HARAHAP 10
169 ALWI SIHAB POHAN 10
170 ADI GUNAWAN HRP 11
171 AL-IHGSAN APIS 11
172 ARI PURNAMA HARAHAP 11
173 ALI AMSYAH 11
174 BAHARUDDIN 11
175 DODI KOMAINI 11
176 HERMAN EPENDI 11
177 MIDUM BESTARO HARAHAP 11
178 RIZAL SIREGAR 11
179 MUHAMMAD AMIN SIREGAR 11
180 PANDI WIJAYA 11
181 PANGULU PERKASA SAKTI SIREGAR 11
182 RAHMAN SALEH 11
183 SAHMAD SAUDI HASIBUAN 11
184 SARBAIN ALEFPO DAULAY 11
185 GAMAL ABDUL NASER 11
186 KHAIRUL BAHRI 11
187 AGUS PRIANTO SIREGAR 11
188 ALVIAN POHAN 11
189 AMRUL HOIRIL 12
190 ANSOR SIREGAR 12
191 ANWAR IBRAHIM HASIBUAN 12
192 BONA RITONGA 12
193 DEDI PARLINDUNGAN HARAHAP 12
194 DATUK MULIA SIAHAAN 12
195 HASIAN HASAYANGAN 12
196 SAIPUL ABADI HASIBUAN 12
197 ABDUL SANI PULUNGAN 12
198 ROMADHON ALI 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 4.

Question1
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 55 83.3 83.3 83.3
Tidak 11 16.7 16.7 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question2
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 66 100.0 100.0 100.0
Question3
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 48 72.7 72.7 72.7
Tidak 18 27.3 27.3 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question4
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 22 33.3 33.3 33.3
Tidak 44 66.7 66.7 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question5
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 65 98.5 98.5 98.5
Tidak 1 1.5 1.5 100.0
Total 66 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Question6
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 34 51.5 51.5 51.5
Tidak 32 48.5 48.5 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question7
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 37 56.1 56.1 56.1
Tidak 29 43.9 43.9 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question8
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 32 48.5 48.5 48.5
Tidak 34 51.5 51.5 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question9
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 50 75.8 75.8 75.8
Tidak 16 24.2 24.2 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question10
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 47 71.2 71.2 71.2
Tidak 19 28.8 28.8 100.0
Total 66 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Question11
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 52 78.8 78.8 78.8
Tidak 14 21.2 21.2 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question12
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 52 78.8 78.8 78.8
Tidak 14 21.2 21.2 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question13
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 21 31.8 31.8 31.8
Tidak 45 68.2 68.2 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question14
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 53 80.3 80.3 80.3
Tidak 13 19.7 19.7 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question15
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 52 78.8 78.8 78.8
Tidak 14 21.2 21.2 100.0
Total 66 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Question16
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 59 89.4 89.4 89.4
Tidak 7 10.6 10.6 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question17
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 47 71.2 71.2 71.2
Tidak 19 28.8 28.8 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question18
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 52 78.8 78.8 78.8
Tidak 14 21.2 21.2 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question19
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 33 50.0 50.0 50.0
Tidak 33 50.0 50.0 100.0
Total 66 100.0 100.0
Question20
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 45 68.2 68.2 68.2
Tidak 21 31.8 31.8 100.0
Total 66 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 4.
Personal Hygiene
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 1 32 48.5 48.5 48.5
2 24 36.4 36.4 84.8
3 10 15.2 15.2 100.0
Total 66 100.0 100.0

Keluhan Kesehtan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 64 97.0 97.0 97.0
Tidak 2 3.0 3.0 100.0
Total 66 100.0 100.0

Keluhan kesehatan 1
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 61 92.4 92.4 92.4
Tidak 5 7.6 7.6 100.0
Total 66 100.0 100.0

Keluhan kesehatan 2
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 35 53.0 53.0 53.0
Tidak 31 47.0 47.0 100.0
Total 66 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Keluhan kesehatan 3
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 35 53.0 53.0 53.0
Tidak 31 47.0 47.0 100.0
Total 66 100.0 100.0

Keluhan kesehatan 4
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 35 53.0 53.0 53.0
Tidak 31 47.0 47.0 100.0
Total 66 100.0 100.0

Keluhan kesehatan 5
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Ya 40 60.6 60.6 60.6
Tidak 26 39.4 39.4 100.0
Total 66 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 5.

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar Lampiran 1. Bangunan Asrama Pondok Pesantren Sayhbuddin


Musatafa Nauli.

Gambar Lampiran 2. Kondisi Ruangan Di Asrama Besar

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 5.

Gambar Lampiran 3. Langit – langit asrama yang bersih dan tidak rawan
kecelakaan

Gambar Lampiran 4. Jendela dan ventilasi asrama putra Pondok Pesantren


Syahbuddin Mustafa Nauli

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 5.

Gambar Lampiran 5. Tempat jemuran di asrama putra Pondok Pesantren


Syahbuddin Mustafa Nauli

Gambar Lampiran 6. Tempat pembuangan sampah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 5.

Gambar Lampiran 7. Penghuni yang menggantung pakaian di dalam kamar


asrama

Gambar Lampiran 8. SPAL di depan asrama yang mengalirkan air hujan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


LAMPIRAN 5.

Gambar Lampiran 9. Jamban leher angsa di kamar mandi asrama

Gambar Lampiran 10. Bak penampungan air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LAMPIRAN 8.

Keputusan Menteri Kesehatan

No. 829 Tahun 1999 Tentang :

Persyaratan Kesehatan Perumahan

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

bahwa pembangunan perumahan berpengaruh besar terhadap


peningkatan derajat kesehatan keluarga, oleh karena itu perlu
ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Persyaratan
Kesehatan Perumahan;

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah


Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor
20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3237);

2. Undang-undang Nomor46 Tahun 1985 tentang Rumah


Susun (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3318);

3. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan


dan Pemukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469);

4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang


Perkembangan Ke pendudukan dan Pembangunan Ke Iuarga
Sejahtera (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 35,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3475);

5. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);

6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan


Ruang (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3699);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang


Penyerahan Sebagian Urusan Di Bidang Kesehatan Kepada
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3347);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang
Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1991 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3373);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Wabah


Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


TENTANG

PERSYARATAN KESEHATAN PERUMAHAN.

Pertama :

Persyaratan kesehatan perumahan dalam keputusan ini dimaksudkan


untuk melindungi keluarga dari dampak kualitas lingkungan
perumahan dan rumah tinggal yang tidak sehat.

Kedua :

Persyaratan kesehatan perumahan sebagaimana dimaksud dalam


Diktum Kedua, meliputi :

1. Lingkungan perumahan yang terdiri dari lokasi, kualitas udara,


kebi singan dan getaran, kualitas tanah, kualitas air tanah,
sarana dan prasarana lingkungan, binatang penular penyakit
dan penghijauan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Rumah tinggal yang terdiri dari bahan bangunan, komponen
dan pena taan ruang rumah, pencahayaan, kualitas udara,
ventilasi, binatang penular penyakit, air, makanan, limbah, dan
kepadatan hunian ruang tidur.

Keempat :

Pelaksanaan ketentuan mengenai persyaratan kesehatan perumahan


sebagai mana dimaksud dalam Diktum ketiga menjadi tanggung jawab
:

a. Pengembang atau penyelenggara pembangunan untuk perumahan;

b. Pemilik atau penghuni rumah tinggal untuk rumah.

Kelima :

Persyaratan Kesehatan Perumahan sebagaimana dimaksud dalam


Diktum Ketiga berlaku juga terhadap rumah susun atau
kondominium, rumah toko dan rumah kantor pada zona permukiman.

Keenam :

Persyaratan kesehatan perumahan tercantum dalam Lampiran keputusan


ini

Ketujuh :

Pelanggaran terhadap ketentuan Keputusan ini dapat dikenakan


sanksi pidana dan/atau sanksi administratif sesuai dengan
ketentuan Undang undang Nomor 4 Tahun 1994 tentang
Perumahan dan Permukiman dan Undang-undang Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Kedelapan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Setiap perumahan yang telah ada wajib memenuhi persyaratan
kesehatan perumahan sesuai keputusan ini selambat-lambatnya
dalam waktu 5 (Iima) tahun sejak Keputusan ini ditetapkan.

Kesembilan :

Keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai