MA 1 Crusher 139

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

CRUSHING

MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320200139
C4

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2022
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan pengolahan bahan galian ini bertujuan untuk membebaskan


dan memisahkan mineral berharga dari mineral yang tidak berharga atau mineral
pengotor sehingga setelah dilakukan proses pengolahan bahan galian dihasilkan
konsentrat yang bernilai tinggi dan tailing yang tidak berharga. Metode
pengolahan bahan galian yang dipakai bermacam-macam tergantung dari sifat kimia,
sifat fisika, sifat mekanik dari mineral itu sendiri (Kelly, E.G and Spottiwood, D.J,
1982).
Salah satu contohnya yaitu batubara. Batubara adalah salah satu bahan bakar
fosil yang berasal dari batuan sedimen yangdapat terbakar dan terbentuk dari
endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Dalam upaya mengolah batubara menjadi produk akhir pengolahan
yang baik dan berkualiatas agar pelayanannya memuaskan. Rancang bangun unit
pengolahan didasarkan pada faktor-faktor antara lain: target atau permintaan pasar
rata-rata, kualitas batubara dari tambang (raw coal), spesifikasi produk akhir yang
diminta, ketersediaan lahan untuk daerah area pengolahan termasuk tempat
penimbunan (stockpile) dan ketersediaan air di sekitar area pengolahan Ada dua jenis
Jaw Crusher yang digunakan dalam proses peremukan, pada tahap primer digunakan
Jaw Crusher ukuran 600-900, sedangkan dalam tahap sekunder digunakan Jaw
Crusher ukuran 1200 (Kelly, E.G and Spottiwood, D.J, 1982).
Pada praktikum pengolahan bahan galian di Mata acara Crushing terdapat 2
tujuan yaitu memahami mekanisme peremukan dan cara kerja alat remuk serta
Memahami mekanisme pengayakan dan cara kerja alat. Dalam Praktikum yang kami
lakukan terdapat 2 tahap yaitu pertama primary crusher yang merupakan tahap awal
dari proses pengayakan dimana material yang dihasilkan itu masih kasar alat yang
digunakan yaitu Jaw Crusher dan tahap kedua yaitu secondary crushing yang
merupakan tahap lanjutan dari primary crusher dimana materialnya lebih halus dari
tahap pertama, alat yang digunakan yaitu cone crusher (Asri, D. H., 2019).

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui dan
menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu aplikasi
dasar dalam dunia pertambangan.

1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum crushing adalah:
1. Memahami mekanisme peremukan dan cara kerja alat remuk;
2. Mengetahui distribusi ukuran butir sampel dari proses crushing.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
1. Jaw Crusher;
2. Roll Crusher;
3. Ayakan;
4. Kunci Inggris;
5. Timbangan;
6. Helm Safety;
7. Kaca mata Safety;
8. Alat tulis menulis;
9. Cawan;
10. Neraca analitik.
1.3.2 Bahan
1. Sampel Biji Besi 2 kg;
2. Tabel Data Pengamatan;
3. Kantong Sampel.

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengolahan Bahan Galian

Pengolahan bahan galian (mineral dressing) adalah istilah umum yang


digunakan untuk mengolah semua jenis bahan galian hasil tambang yang berupa
mineral, batuan, bijih atau bahan galian lainnya yang ditambang atau diambil dari
endapan-endapan alam pada kulit bumi. Untuk dipisahkan menjadi produk-produk
berupa satu macam atau lebih bagian mineral yang dikehendaki, yang terdapatnya
bersama sama di alam.
Mineral yang dikehendaki biasanya disebut dengan mineral berharga karena
memiliki nilai ekonomis (concentrate), sedangkan mineral yang tidak dikehendaki
disebut mineral buangan (waste). Pada akhir proses pengolahan akan diperoleh dua
macam hasil, yaitu konsentrat yang sebagian besar terdiri dari mineral yang
diinginkan, dan tailing yakni terdiri mineral tidak diinginkan.
Teknologi pengolahan bahan galian yang dapat juga disebut mineral
processing technology dapat dibagi dalam 2 macam, yaitu:
1. Mineral Dressing, yaitu proses pengolahan bahan galian atau mineral untuk
memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya yang tidak berharga
dengan memanfaatkan perbedaan sifat-sifat fisik dari mineral tersebut, tanpa
merubah identitas kimia dan fisiknya.
2. Extractive Metallurgy, juga merupakan proses pengolahan bahan galian atau
mineral dimana dalam prosesnya memanfaatkan sifat fisik dan sifat kimia
atau dapat dikelompokan menjadi pyrometalurgi dan hydrometalurgi.
Pada umumnya mineral-mineral tersebut terbentuknya di alam secara
bersamaan dengan batuan induknya, sehingga mineral diinginkan dan mineral tidak
diinginkan sebagai pengotor terdapat bersama-sama. Keberadaan mineral yang
terdapat di alam yang selalu berasosiasi dengan mineral lain, membuat mineral-
mineral tersebut tidak dapat langsung dipakai dalam industri. Untuk itu diperlukan
suatu proses untuk memisahkan mineral yang diinginkan dari mineral lainnya agar
kualitas dari mineral tersebut dapat ditingkatkan dan memenuhi persyaratan sebagai
bahan baku untuk industri, sebagai bahan baku untuk proses ekstraksi logam
RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN
09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

selanjutnya. Pada dasarnya langkah-langkah proses pengolahan bahan galian terdiri


atas Comminution (pengecilan ukuran) proses pengecilan ukuran batuan mineral
untuk melepaskan atau membebaskan mineral-mineral diinginkan dari ikatan mineral
yang tidak diinginkan, sehingga terjadi pelepasan masing-masing butiran mineral
tersebut, yang disebut liberasi. Sizing (penyeragaman ukuran) Proses penyeragaman
ukuran partikel dengan cara memisahkan menjadi beberapa fraksi dengan
menggunakan proses pengayakan atau classifier. Concentration (konsentrasi) proses
konsentrasi untuk memisahkan mineral diinginkan dari mineral tidak diinginkan,
berdasarkan, berat jenis, sifat kemagnetan, sifat permukaan mineral. Dewatering
(Pemisahan Cairan) proses pemisahan air dari zat padat dengan cara thickening,
filtering dan drying (Asri, D. H., 2019).

2.2 Kominusi atau Reduksi Ukuran

Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses


pengolahan bahan galian yang bertujuan untuk:
1. Membebaskan/meliberasi (to liberate) mineral berharga dari material
pengotornya.
2. Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada
proses berikutnya.
3. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat
lain, misalnya reagen flotasi.
Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu:
1. Peremukan/pemecahan (crushing)
2. Penggerusan/penghalusan (grinding)
Disamping itu kominusi, baik peremukan maupun penggerusan, bisa terdiri
dari beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap pertama/primer (primary stage)
2. Tahap kedua/sekunder (secondary stage)
3. Tahap ketiga/tersier (tertiary stage)
4. Kadang-kadang ada tahap keempat/kwarter (quaternary stage)
2.2.1 Peremukan/Pemecahan (Crushing)

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Peremukan adalah proses reduksi ukuran dari bahan galian/bijih yang


langsung
dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100
cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm.
Peralatan yang dipakai antara lain adalah:
1. Jaw Crusher
2. Gyratory crusher
3. Cone crusher
4. Roll crusher
5. Impact crusher
6. Rotary breaker
7. Hammer mill
2.2.2 Penggerusan/Penghalusan (Grinding)
Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah
berukuran 2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus. Pada proses penggerusan
dibutuhkan media penggerusan yang antara lain terdiri dari:
1. Bola-bola baja atau keramik (steel or ceramic balls).
2. Batang-batang baja (steel rods).
3. Campuran bola-bola baja dan bahan galian atau bijihnya sendiri yang disebut
semi autagenous mill.
4. Tanpa media penggerus, hanya bahan galian atau bijihnya yang saling
menggerus dan disebut autogenous mill.
Peralatan penggerusan yang dipergunakan adalah:
1. Ball mill dengan media penggerus berupa bola-bola baja atau keramik.
2. Semi autogenous mill (SAG) bila media penggerusnya sebagian adalah bahan
galian atau bijihnya sendiri.
3. Autogenous mill bila media penggerusnya adalah bahan galian atau bijihnya
sendiri.

2.3 Pemisahan Berdasarkan Ukuran (Sizing)

Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

berdasarkan ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses
pengolahan yang berikutnya (Kelly, E.G and Spottiwood, D. J, 1982).
2.3.1 Pengayakan/Penyaringan (Screening/Sieving)
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala
industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu:
1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
2. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).
Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium adalah:
a. Hand sieve
b. Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
c. Sieve shaker / rotap
d. Wet and dry sieving
Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri antara lain:
a. Stationary grizzly
b. Roll grizzly
c. Sieve bend
d. Revolving screen
e. Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
f. Shaking screen
g. Rotary shifter
2.3.2 Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan
pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam
suatu alat yang disebut classifier.
Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu:
1. Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut
overflow.
2. Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah
(dasar) disebut underflow.

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept),
yaitu:

a. Partition concept
b. Tapping concept
c. Rein concept
Hal ini dapat berlangsung apabila sejumlah partikel dengan bermacam-
macam ukuran jatuh bebas di dalam suatu media atau fluida (udara atau air), maka
setiap partikel akan menerima gaya berat dan gaya gesek dari media. Pada saat
kecepatan gerak partikel menjadi rendah (tenang/laminer), ukuran partikel yang
besar-besar mengendap lebih dahulu, kemudian diikuti oleh ukuran-ukuran yang
lebih kecil, sedang yang terhalus (antara lain slimes) akan tidak sempat mengendap.

2.4 Peningkatan Kadar dan Konsentrasi

Agar bahan galian yang mutu atau kadarnya rendah (marginal) dapat diolah
lebih lanjut, yaitu diambil (di-ekstrak) logamnya, maka kadar bahan galian itu harus
ditingkatkan dengan proses konsentrasi.
Sifat-sifat fisik mineral yang dapat dimanfaatkan dalam proses konsentrasi
adalah perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan
media berat. Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik.
Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik. Perbedaan sifat
permukaan partikel untuk proses flotasi. Proses peningkatan kadar itu ada bermacam-
macam, antara lain: Pemilahan (Sorting) Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka
pemisahan dilakukan dengan tangan (manual), artinya yang terlihat bukan mineral
berharga dipisahkan untuk dibuang. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)
Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu media
fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan
mineral-mineral yang ada.
Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat dari segi gerakan
fluidanya, yaitu: Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy
medium separation (HMS). Aliran fluida horizontal, contoh sluice box, shaking table
dan spiral concentration. Aliran fluida vertikal, contoh jengkek (jig). Produk dari

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu konsentrat (concentrate) yang terdiri
dari kumpulan mineral berharga dengan kadar tinggi. Amang (middling) yaitu
konsentrat yang masih kotor. Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral
pengotor yang harus dibuang. Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/Heavy
Medium Separation) merupakan proses konsentrasi yang bertujuan untuk
memisahkan mineral-mineral berharga yang lebih berat dari pengotornya yang terdiri
dari mineral-mineral ringan dengan menggunakan medium pemisah yang berat
jenisnya lebih besar dari air (berat jenisnya > 1) (Currie, J. M, 1973).
Produk dari proses konsentrasi ini adalah endapan (sink) yang terdiri dari
mineral-mineral berharga yang berat. Apungan (float) yang terdiri dari mineral-
mineral pengotor yang ringan. Media pemisah yang pernah dipakai antara lain: Air +
magnetit halus dengan kerapatan 1,25 – 2,20 ton/m3. Air + ferrosilikon dengan
kerapatan 2,90 – 3,40 ton/m3Peralatan yang biasa dipakai adalah gravity dense/heavy
medium separators yang berdasarkan bentuknya ada 2 (dua) macam, yaitu: drum
separator karena bentuknya silindris.
Cone separator karena bentuknya seperti coronganonsentrasi Elektrostatik
(Electrostatic Concentration) Merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan
perbedaan sifat konduktor (mudah menghantarkan arus listrik) dan non konduktor
(nir konduktor) dari mineral. Kendala proses konsentrasi ini adalah hanya sesuai
untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak terlalu besar. Karena
prosesnya harus kering, maka timbul masalah dengan debu yang berterbangan
mineral-mineral yang bersifat konduktor antara lain adalah Magnetit (Fe3 O4),
Kasiterit (Sn O2), Ilmenit (Fe Ti O3), Molibdenit (Mo S2), Wolframit [(Fe, M)
WO4], Galena (Pb S), Pirit (Fe S2) (Burt, R.O, 1984)

2.5 Pengurangan Kadar Air/Pengawa-Airan (Dewatering)

Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada
konsentrat yang diperoleh dengan proses basah, misalnya proses konsentrasi
gravitasi dan flotasi (Currie, J. M, 1973). Cara-cara pengawa-airan ini ada 3 cara
pengentalan / pemekatan (thickening) konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke
dalam bejana bulat. Bagian yang pekat mengendap ke bawah disebut underflow,
sedangkan bagian yang encer atau airnya mengalir di bagian atas disebut overflow.

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Pada pengolahan bijih, mineral atau bahan galian umumnya dilakukan secara
basah. Muatan mill terdiri dari grinding media atau media gerus, bijih dan air.
Muatan ini akan tercampur dengan baik ketika mill berputar. Media gerus akan dapat
mengecilkan partikel bijih dengan satu atau beberapa gaya. Sebagian besar energi
kenetik dari muatan mill akan terbuang sebagai panas, suara dan kehilangan lainnya.
Hanya sebagian kecil saja yang termanfaatkan sebagai energi untuk pengecilan
ukuran.
Dengan cara pengentalan kadar airnya masih cukup tinggi, maka bagian yang
pekat dari pengentalan dimasukkan ke penapis yang disertai dengan pengisapan,
sehingga jumlah air yang terisap akan banyak. Proses penapisan atau kerap juga
disebut proses wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana
kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di indonesia, proses penapisan
dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Pengeringan (drying) yaitu proses
untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari konsentrat
dengan cara penguapan (evaporization/evaporation). Proses perpindahan massa air
atau pelarut lainnya dari suatu zat padat (Currie, JM, 1973).

2.6 Penanganan material (material handling)

Bahan galian (mineral/bijih yang mengalami pengolahan bahan galian harus


ditangani dengan cepat dan seksama, baik yang berupa konsentrat basah dan kering
maupun yang berbentuk ampas (tailing). Penanganan material padat kering (dry solid
handling. Bila masih berupa bahan galian hasil penambangan (rom), maka harus
ditumpuk di tempat yang sudah ditentukan yang di sekelilingnya telah dilengkapi
dengan saluran penyaliran (drainage system). Tetapi jika sudah berupa konsentrat
maka konsentrat, maka harus disimpan di dalam gudang yang tertutup sebelum
sempat diproses lebih lanjut (Bulo, R. And Windhu, Nugroho, Farah Dinna. Z.,
2017).
Penggerusan cara basah menggunakan air sebagai campuran bijih,
membentuk persen solid tertentu. Persen solid menyatakan perbandingan dalam berat
antara berat padatan, atau bijih terhadap berat pulp, atau slurry, atau campuran
padatan dan air. Operasi penggerusan, grinding dapat dilakukan secara kering atau
basah. Beberapa kriteria yang digunakan untuk penentuan grinding dilakukan secara

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

kering atau basah adalah pengolahan berikutnya dilakukan secara basah atau kering.
Pengolahan mineral atau bijih pada umumnya dilakukan secara basah. Pada
umumnya operasi konsentrasi atau pemisahan mineral dilakukan dengan cara basah.
Namun penggerusan klingker untuk menghasilkan semen selalu cara kering.
Penggerusan cara basah memerlukan energi lebih kecil dibanding cara kering.
Klasifikasi atau sizing lebih mudah dan memerlukan ruang yang lebih kecil
dibandingkan cara kering. Lingkungan pada penggerusan cara basah relatif lebih
bersih dan tidak memerlukan peralatan untuk menangkap debu. Penggerusan cara
kering mensyaratkan bijih yang betul-betul kering. Penanganan lumpur (slurry
handling) Bila lumpur itu sudah mengandung mineral berharga yang kadarnya tinggi,
maka dapat segera dimasukkan ke pemekat (thickener) atau penapis (filter). Jika
masih agak kotor (middling), maka harus diproses dengan alat khusus yang sesuai.
Penanganan/pembuangan ampas (tailing disposal). Kegiatan ini yang paling sulit
penanganannya karena: Jumlahnya (volume) sangat banyak, antara 70%–90% dari
material yang ditambang. Kadang-kadang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (b-3).
Sulit mencarikan lahan yang cocok untuk menimbun ampas bila metode
penambangan timbun-balik (back fill mining method) tak dapat segera dilakukan,
sehingga kadang-kadang harus dibuatkan kolam pengendap. Oleh sebab itu
pembuangan ampas ini seringkali menjadi komponen kegiatan penambangan yang
meminta pemikiran khusus sepanjang umur tambang. Bahan galian (mineral/bijih)
yang mengalami pbg harus ditangani dengan cepat dan seksama, baik yang berupa
konsentrat basah dan kering maupun yang berbentuk ampas (tailing).
1. Penanganan material padat kering (dry solid handling)
Bila masih berupa bahan galian hasil penambangan (rom), maka harus
ditumpuk di tempat yang sudah ditentukan yang di sekelilingnya telah dilengkapi
dengan saluran penyaliran (drainage system). Tetapi jika sudah berupa konsentrat,
maka harus disimpan di dalam gudang yang tertutup sebelum sempat diproses lebih
lanjut.
2. Penanganan lumpur (slurry handling)

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Bila lumpur itu sudah mengandung mineral berharga yang kadarnya tinggi,
maka dapat segera dimasukkan ke pemekat (thickener) atau penapis (filter). Jika
masih agak kotor (middling), maka harus diproses dengan alat khusus yang sesuai.
3. Penanganan/pembuangan ampas (tailing disposal)
Kegiatan ini yang paling sulit penanganannya karena:
a. Jumlahnya (volume) sangat banyak, antara 70%–90% dari material yang
ditambang.
b. Kadang-kadang mengandung bahan berbahaya dan beracun (b-3).
c. Sulit mencarikan lahan yang cocok untuk menimbun ampas bila metode
penambangan timbun-balik (back fill mining method) tak dapat segera
dilakukan, sehingga kadang-kadang harus dibuatkan kolam pengendap. Oleh
sebab itu pembuangan ampas ini seringkali menjadi komponen kegiatan
penambangan yang meminta pemikiran khusus sepanjang umur tambang.
d. Lumpur pada sump undersized tank akan diumpankan menuju fines stock
tank sebagai tempat penampungan sementara sebelum di alirkan pada
fines thickener (FST Thickener) untuk diendapkan dengan menggunakan
flokulantt sebelum diumpankan ke ball mill (sebagian lumpur juga
ditampung pada fine stock tank, ketika FST thickener mengalami gangguan
maka seluruh lumpur akan diumpankan pada FST). Fines thickener bekerja
dengan memanfaatkan proses sedimentasi, merupakan proses pemisahan
partikel padatan tersuspensi dari aliran fluida dengan memanfaatkan sifat
pengendapan dari partikel. Thickener memanfaatkan dua buah gaya,
yakni gaya gravitasi dan gaya sentrifugal (akibat pengadukan oleh
agitator) untuk memisahkan partikel tersuspensi.
e. Untuk meningkatkan efisiensi proses sedimentasi pada thickener
digunakan proses flocculation dengan penambahan flocculant.
Flocculation merupakan proses destabilisasi partikel koloid (atau partikel
yang sebelumnya telah terbentuk pada proses koagulasi) hingga
membentuk agregat. Proses flocculation hanya terjadi pada partikel yang
telah terdestabilisasi.
f. Flocculant memiliki berat molekul yang tinggi (sebagai akibat dari rantai
yang panjang) dan kandungan muatan, membuat partikel destabil terikat dan

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

membentuk agregat pada rantai polimer. Tipe ikatan yang terbentuk antara
partikel destabil dengan flocculant adalah ikatan ionic dan ikatan hidrogen.
Selama proses flocculation akan terjadi penambahan ukuran partikel di air,
sehingga lambat laun akan terbentuk flocs. Pembentukan flocs dipercepat
dengan dilakukan pengadukan yang cepat pada thickener. Penggunaan
flocculant pada unit FST thickener mencapai 5-7 kg/hari.

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Prosedur kerja Jaw Crusher


1. Pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan

Gambar 3.1 Menyiapkan sampel


2. Sampel biji besi (2 Kg) dimasukkan kedalam cawan dan atur gape pada Jaw
Crusher (1,25 mm dan 1,75 mm)

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Gambar 3.2 Mengatur ukuran gape pada alat Jaw Crusher


3. Kemudian jalankan alat Jaw Crusher
4. Masukkan umpan sedikit demi sedikit pada mulut Jaw Crusher, kemudian
konsentratnya akan keluar melalui bagian bawah alat Jaw Crusher

Gambar 3.3 Memasukkan sampel kedalam Jaw Crusher


5. Setelah itu konsentrat kemudian di masukkan kedalam cawan untuk
selanjutnya ke tahap screening. Ukuran ayakan yang digunakan antara lain
65, 80, 100, 150, 200 dan -200 Mesh.

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Gambar 3.4 Menimbang material


6. Kemudian sampel dimasukkan kedalam alat sizing untuk selanjutnya
dilakukan tahap screening selama 5 menit

Gambar 3.5 Memasukkan sampel kedalam alat sizing


7. Setelah tahap screening, pisahkan material sesuai dengan ukuran ayakan dan
timbang masing-masing berat tertahan dari setiap ukuran ayakan.

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Gambar 3.6 Memisahkan material berdasarkan ukurannya


8. Kemudian melakukan tahp screening selama 5 menit

Gambar 3.7 Screening


9. Setelah tahap screening, pisahkan material sesuai dengan ukuran ayakan dan
timbang masing-masing berat tertahan dari setiap ukuran ayakan.

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Gambar 3.8 Memisahkan material berdasarkan ukurannya

3.2 Prosedur kerja Roll Crusher


1. Siapkan sampel batubara (2 Kg) kemudian masukkan kedalam cawan sambil
mengatur ukuran gape dari roll crusher (1,25 mm dan 1,75 mm).

Gambar 3.9 Mengukur gape roll crusher


2. Kemudian jalankan alat roll crusher
3. Masukkan umpan sedikit demi sedikit kedalam alat roll crusher.

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Gambar 3.10 Memasukkan sampel kedalam roll crusher


4. Setelah itu material dimasukkan kedalam alat sizing untuk selanjutnya
dilakukan tahap screening selama 5 menit.

Gambar 3.11 Tahapan screening


5. Setelah itu timbang masing-masing berat tertahan pada masing-masing
ukuran ayakan.

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Gambar 3.12 Memisahkan masing-masing ukuran ayakan

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Pengamatan


Berat Tertahan (gr)
Ukuran
JC 1,25 JC 1,75 RC 0,5 RC 1

1 439 639 56,96 169,43

4 339 239 139 539

10 162,812 139 539 239

20 96,752 88,604 239 125,43

35 61,525 59,023 116,932 78,09

-35 63,681 64,845 115,77 81,77

Total 1162,77 1229,472 1206,662 1232,72

Tabel 4.2 Pengolahan data Jaw Crusher 1,25


Fraksi % Berat tertahan % Berat lolos
Ukuran Berat tertahan % Fraksi
(mm) kumulatif kumulatif
1 0 439 37,75 37,75 62,23
4 4,7 339 29,15 66,9 33,08
10 2 162,812 14,00 80,9 19,08
20 0,84 96,752 8,32 89,22 10,76
35 0,5 61,525 5,29 94,51 5,47
-35 0 63,681 5,47 99,98 0
Total - 1162,77 99,98 - -

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Grafik 4.1 Pengolahan Data Jaw Crusher 1,25

Tabel 4.3 Pengolahan Data Jaw Crusher 1,75


Fraksi % Berat tertahan % Berat lolos
Ukuran Berat tertahan % Fraksi
(mm) kumulatif kumulatif
1 0 639 51,97 51,97 48
4 4,7 239 19,43 71,4 28,57
10 2 139 11,30 82,7 17,27
20 0,84 88,604 7,20 89,9 10,07
35 0,5 59,023 4,80 94,7 5,27
-35 0 64,845 5,27 99,97 0
Total - 1229,472 99,97 - -

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Grafik 4.2 Pengolahan Data Jaw Crusher 1,75

Tabel 4.4 Pengolahan Data Roll Crusher 0,5


Fraksi % Berat tertahan % Berat lolos
Ukuran Berat tertahan % Fraksi
(mm) kumulatif kumulatif
1 0 56,96 4,72 4,72 95,25
4 4,7 139 11,51 16,23 83,74
10 2 539 44,66 60,89 39,08
20 0,84 239 19,80 80,69 19,28
35 0,5 116,932 9,69 90,38 9,59
-35 0 115,77 9,59 99,97 0
Total - 1206,662 99,98 - -

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Grafik 4.3 Pengolahan data Roll crusher 0,5

Tabel 4.5 Pengolahan Data Roll Crusher 1


Fraksi % Berat tertahan % Berat lolos
Ukuran Berat tertahan % Fraksi
(mm) kumulatif kumulatif
1 0 169,43 13,74 13,74 86,23
4 4,7 539 43,72 57,46 42,51
10 2 239 19,38 76,84 23,13
20 0,84 125,43 10,17 87,01 12,96
35 0,5 78,09 6,33 93,34 6,63
-35 0 81,77 6,63 99,97 0
Total - 1232,72 99,97 - -

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Grafik 4.4 Pengolahan data Roll crusher 1

4.2 Pembahasan

1. Pengolahan Data P80 Jaw Crusher 1,25


Y = 79,297x - 103,76
P80 = 79,297x - 103,76
79,297x = 80 + 103,76
X = 183,76 / 79,297 = 2,31 mm
2. Pengolahan Data P80 Jaw Crusher 1,75
Y = 98,89x - 161,2
P80 = 98,89x - 161,2
98,89x = 80 +161,2
X = 241,2 / 98,89 = 2,43 mm
3. Pengolahan Data P80 Roll Crusher 0,5
Y = 2,0617x + 173,89
P80 = 2,0617x + 173,89
2,0617x = 80 + 173,89
X = 253,89 / 2,0617 = 123,14 mm
4. Pengolahan Data P80 Roll Crusher 1
Y = 55,275x - 8,0113
P80 = 55,275x - 8,0113
RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN
09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

55,275x = 80 – 8,0113
X = 88,0113 / 55,275 = 1,59 mm
5. Pengolahan Data RR80 Roll Crusher 0,5
RR80 = P80 JC / P80 RC
RR80 = 2,31/ 123,14 = 0,01 mm
6. Pengolahan Data RR80 Roll Crusher 1
RR80 = P80 JC / P80 RC
RR80 = 2,43 / 1,59= 1,52 mm
7. Pengolahan Data Berat Hilang Jaw Crusher 1,25
Berat Hilang = (Berat Awal – Berat Akhir) / Berat Awal x (100%)
Berat Hilang = (1500 gr – 1162,77gr) / 1500 gr x (100%) = 22,48 %
8. Pengolahan Data Berat Hilang Jaw Crusher 1,75
Berat Hilang = (Berat Awal – Berat Akhir) / Berat Awal x (100%)
Berat Hilang = (1500 gr – 1229,472 gr) / 1500 gr x (100%) = 18,03 %
9. Pengolahan Data Berat Hilang Roll Crusher 0,5
Berat Hilang = (Berat Awal – Berat Akhir) / Berat Awal x (100%)
Berat Hilang = (1500 gr – 1206,662 gr) / 1500 gr x (100%) = 19,55 %
10. Pengolahan Data Berat Hilang Roll Crusher 1
Berat Hilang = (Berat Awal – Berat Akhir) / Berat Awal x (100%)
Berat Hilang = (1500 gr – 1232,72 gr) / 1500 gr x (100%) = 17,81 %

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian
menjadi lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan
galian tersebut dari mineral pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi terbagi
dalam 3 tahap, yaitu primary crushing, secondary crushing ( sama menggunakan Jaw
Crusher) dan Tertiary Crushing (menggunakan cone crusher).
Pada praktikum pengolahan bahan galian ini melalui tahapan peremukan dan
pengayakan pada suatu material. Alat yang digunakan pada tahap peremukan adalah
Jaw Crusher dan roll crusher. Tujuan dari tahap peremukan ini yaitu untuk dapat
mereduksi suatu material yang berukuran besar ke ukuran yang kecil.
Tahap selanjutnya yaitu preparasi adalah kominusi dan sizing, material masuk
kedalam tahap pengayakan. Pengayakan bertujuan untuk mengetahui berat yang
tertahan dan berat yang lolos dari hasil peremukan Jaw Crusher dan roll crusher.
Untuk ukuran ayakan yang digunakan pada praktikum ini adalah ukuran 65, 80, 100,
150, 200 dan -200 mesh.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk laboratorium


Sebaiknya alat praktikum diperbaiki agar proses praktikum berjalan dengan
baik.
5.2.2 Saran untuk asisten
Tetap mempertahankan cara mengasistensikan praktikan dan keramahan
kepada praktikan.

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

DAFTAR PUSTAKA

Asri, D. H., 2019, ‘Analisis Efektivitas Penggunaan Crusher Shan Bao Pe-400 & Pex-(250x
1000) Pada Pabrik Peremukan Andesit Untuk Mencapai Target Produksi Sebesar 225
Ton Per Hari Di Lapangan X Pt. Bukit Labu Mining Kabupaten Sintang’, (250x
1000), Pp. 70–75. Universitas Tanjungpura. Pontianak

Burt, R.O, 1984, Gravity Concentration Technology, Elseiver, Amsterdam


Bulo, R. And Windhu, Nugroho, Farah Dinna. Z., 2017 ‘analisis produktivitas unit peremuk
batubara ( crushing plant ) untuk pencapaian hasil produksi di pt . Cms kaltim utama
kecamatan samarinda utara kota samarinda provinsi kalimantan timur. Universitas
Mulawarman. Samarinda

Currie, JM, 1973, “Unit Operation in Mineral Processing”, Burnaby British Columbia

Kelly, E.G and Spottiwood, D.J, 1982, “Introduction to Mineral Processing”, John Wiley,
New York

RESKI MEYLANA ISMAIL MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320180254 09320200139

Anda mungkin juga menyukai