MA 1 Crusher 139
MA 1 Crusher 139
MA 1 Crusher 139
CRUSHING
MAKASSAR
2022
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui dan
menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu aplikasi
dasar dalam dunia pertambangan.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum crushing adalah:
1. Memahami mekanisme peremukan dan cara kerja alat remuk;
2. Mengetahui distribusi ukuran butir sampel dari proses crushing.
1.3.1 Alat
1. Jaw Crusher;
2. Roll Crusher;
3. Ayakan;
4. Kunci Inggris;
5. Timbangan;
6. Helm Safety;
7. Kaca mata Safety;
8. Alat tulis menulis;
9. Cawan;
10. Neraca analitik.
1.3.2 Bahan
1. Sampel Biji Besi 2 kg;
2. Tabel Data Pengamatan;
3. Kantong Sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Oleh sebab itu harus dilakukan pemisahan
berdasarkan ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan pada proses
pengolahan yang berikutnya (Kelly, E.G and Spottiwood, D. J, 1982).
2.3.1 Pengayakan/Penyaringan (Screening/Sieving)
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala
industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu:
1. Ukuran lebih besar daripada ukuran lubang-lubang ayakan (oversize).
2. Ukuran yang lebih kecil daripada ukuran lubang-lubang ayakan (undersize).
Saringan (sieve) yang sering dipakai di laboratorium adalah:
a. Hand sieve
b. Vibrating sieve series / Tyler vibrating sive
c. Sieve shaker / rotap
d. Wet and dry sieving
Sedangkan ayakan (screen) yang berskala industri antara lain:
a. Stationary grizzly
b. Roll grizzly
c. Sieve bend
d. Revolving screen
e. Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc.)
f. Shaking screen
g. Rotary shifter
2.3.2 Klasifikasi (Classification)
Klasifikasi adalah proses pemisahan partikel berdasarkan kecepatan
pengendapannya dalam suatu media (udara atau air). Klasifikasi dilakukan dalam
suatu alat yang disebut classifier.
Produk dari proses klasifikasi ada 2 (dua), yaitu:
1. Produk yang berukuran kecil/halus (slimes) mengalir di bagian atas disebut
overflow.
2. Produk yang berukuran lebih besar/kasar (sand) mengendap di bagian bawah
(dasar) disebut underflow.
Proses pemisahan dalam classifier dapat terjadi dalam tiga cara (concept),
yaitu:
a. Partition concept
b. Tapping concept
c. Rein concept
Hal ini dapat berlangsung apabila sejumlah partikel dengan bermacam-
macam ukuran jatuh bebas di dalam suatu media atau fluida (udara atau air), maka
setiap partikel akan menerima gaya berat dan gaya gesek dari media. Pada saat
kecepatan gerak partikel menjadi rendah (tenang/laminer), ukuran partikel yang
besar-besar mengendap lebih dahulu, kemudian diikuti oleh ukuran-ukuran yang
lebih kecil, sedang yang terhalus (antara lain slimes) akan tidak sempat mengendap.
Agar bahan galian yang mutu atau kadarnya rendah (marginal) dapat diolah
lebih lanjut, yaitu diambil (di-ekstrak) logamnya, maka kadar bahan galian itu harus
ditingkatkan dengan proses konsentrasi.
Sifat-sifat fisik mineral yang dapat dimanfaatkan dalam proses konsentrasi
adalah perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan
media berat. Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik.
Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik. Perbedaan sifat
permukaan partikel untuk proses flotasi. Proses peningkatan kadar itu ada bermacam-
macam, antara lain: Pemilahan (Sorting) Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka
pemisahan dilakukan dengan tangan (manual), artinya yang terlihat bukan mineral
berharga dipisahkan untuk dibuang. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)
Yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis dalam suatu media
fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan
mineral-mineral yang ada.
Ada 3 (tiga) cara pemisahan secara gravitasi bila dilihat dari segi gerakan
fluidanya, yaitu: Fluida tenang, contoh dense medium separation (DMS) atau heavy
medium separation (HMS). Aliran fluida horizontal, contoh sluice box, shaking table
dan spiral concentration. Aliran fluida vertikal, contoh jengkek (jig). Produk dari
proses konsentrasi gravitasi ada 3 (tiga), yaitu konsentrat (concentrate) yang terdiri
dari kumpulan mineral berharga dengan kadar tinggi. Amang (middling) yaitu
konsentrat yang masih kotor. Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral
pengotor yang harus dibuang. Konsentrasi dengan Media Berat (Dense/Heavy
Medium Separation) merupakan proses konsentrasi yang bertujuan untuk
memisahkan mineral-mineral berharga yang lebih berat dari pengotornya yang terdiri
dari mineral-mineral ringan dengan menggunakan medium pemisah yang berat
jenisnya lebih besar dari air (berat jenisnya > 1) (Currie, J. M, 1973).
Produk dari proses konsentrasi ini adalah endapan (sink) yang terdiri dari
mineral-mineral berharga yang berat. Apungan (float) yang terdiri dari mineral-
mineral pengotor yang ringan. Media pemisah yang pernah dipakai antara lain: Air +
magnetit halus dengan kerapatan 1,25 – 2,20 ton/m3. Air + ferrosilikon dengan
kerapatan 2,90 – 3,40 ton/m3Peralatan yang biasa dipakai adalah gravity dense/heavy
medium separators yang berdasarkan bentuknya ada 2 (dua) macam, yaitu: drum
separator karena bentuknya silindris.
Cone separator karena bentuknya seperti coronganonsentrasi Elektrostatik
(Electrostatic Concentration) Merupakan proses konsentrasi dengan memanfaatkan
perbedaan sifat konduktor (mudah menghantarkan arus listrik) dan non konduktor
(nir konduktor) dari mineral. Kendala proses konsentrasi ini adalah hanya sesuai
untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak terlalu besar. Karena
prosesnya harus kering, maka timbul masalah dengan debu yang berterbangan
mineral-mineral yang bersifat konduktor antara lain adalah Magnetit (Fe3 O4),
Kasiterit (Sn O2), Ilmenit (Fe Ti O3), Molibdenit (Mo S2), Wolframit [(Fe, M)
WO4], Galena (Pb S), Pirit (Fe S2) (Burt, R.O, 1984)
Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada
konsentrat yang diperoleh dengan proses basah, misalnya proses konsentrasi
gravitasi dan flotasi (Currie, J. M, 1973). Cara-cara pengawa-airan ini ada 3 cara
pengentalan / pemekatan (thickening) konsentrat yang berupa lumpur dimasukkan ke
dalam bejana bulat. Bagian yang pekat mengendap ke bawah disebut underflow,
sedangkan bagian yang encer atau airnya mengalir di bagian atas disebut overflow.
Pada pengolahan bijih, mineral atau bahan galian umumnya dilakukan secara
basah. Muatan mill terdiri dari grinding media atau media gerus, bijih dan air.
Muatan ini akan tercampur dengan baik ketika mill berputar. Media gerus akan dapat
mengecilkan partikel bijih dengan satu atau beberapa gaya. Sebagian besar energi
kenetik dari muatan mill akan terbuang sebagai panas, suara dan kehilangan lainnya.
Hanya sebagian kecil saja yang termanfaatkan sebagai energi untuk pengecilan
ukuran.
Dengan cara pengentalan kadar airnya masih cukup tinggi, maka bagian yang
pekat dari pengentalan dimasukkan ke penapis yang disertai dengan pengisapan,
sehingga jumlah air yang terisap akan banyak. Proses penapisan atau kerap juga
disebut proses wajib AMDAL adalah proses untuk menentukan apakah suatu rencana
kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak. Di indonesia, proses penapisan
dilakukan dengan sistem penapisan satu langkah. Pengeringan (drying) yaitu proses
untuk membuang seluruh kandung air dari padatan yang berasal dari konsentrat
dengan cara penguapan (evaporization/evaporation). Proses perpindahan massa air
atau pelarut lainnya dari suatu zat padat (Currie, JM, 1973).
kering atau basah adalah pengolahan berikutnya dilakukan secara basah atau kering.
Pengolahan mineral atau bijih pada umumnya dilakukan secara basah. Pada
umumnya operasi konsentrasi atau pemisahan mineral dilakukan dengan cara basah.
Namun penggerusan klingker untuk menghasilkan semen selalu cara kering.
Penggerusan cara basah memerlukan energi lebih kecil dibanding cara kering.
Klasifikasi atau sizing lebih mudah dan memerlukan ruang yang lebih kecil
dibandingkan cara kering. Lingkungan pada penggerusan cara basah relatif lebih
bersih dan tidak memerlukan peralatan untuk menangkap debu. Penggerusan cara
kering mensyaratkan bijih yang betul-betul kering. Penanganan lumpur (slurry
handling) Bila lumpur itu sudah mengandung mineral berharga yang kadarnya tinggi,
maka dapat segera dimasukkan ke pemekat (thickener) atau penapis (filter). Jika
masih agak kotor (middling), maka harus diproses dengan alat khusus yang sesuai.
Penanganan/pembuangan ampas (tailing disposal). Kegiatan ini yang paling sulit
penanganannya karena: Jumlahnya (volume) sangat banyak, antara 70%–90% dari
material yang ditambang. Kadang-kadang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (b-3).
Sulit mencarikan lahan yang cocok untuk menimbun ampas bila metode
penambangan timbun-balik (back fill mining method) tak dapat segera dilakukan,
sehingga kadang-kadang harus dibuatkan kolam pengendap. Oleh sebab itu
pembuangan ampas ini seringkali menjadi komponen kegiatan penambangan yang
meminta pemikiran khusus sepanjang umur tambang. Bahan galian (mineral/bijih)
yang mengalami pbg harus ditangani dengan cepat dan seksama, baik yang berupa
konsentrat basah dan kering maupun yang berbentuk ampas (tailing).
1. Penanganan material padat kering (dry solid handling)
Bila masih berupa bahan galian hasil penambangan (rom), maka harus
ditumpuk di tempat yang sudah ditentukan yang di sekelilingnya telah dilengkapi
dengan saluran penyaliran (drainage system). Tetapi jika sudah berupa konsentrat,
maka harus disimpan di dalam gudang yang tertutup sebelum sempat diproses lebih
lanjut.
2. Penanganan lumpur (slurry handling)
Bila lumpur itu sudah mengandung mineral berharga yang kadarnya tinggi,
maka dapat segera dimasukkan ke pemekat (thickener) atau penapis (filter). Jika
masih agak kotor (middling), maka harus diproses dengan alat khusus yang sesuai.
3. Penanganan/pembuangan ampas (tailing disposal)
Kegiatan ini yang paling sulit penanganannya karena:
a. Jumlahnya (volume) sangat banyak, antara 70%–90% dari material yang
ditambang.
b. Kadang-kadang mengandung bahan berbahaya dan beracun (b-3).
c. Sulit mencarikan lahan yang cocok untuk menimbun ampas bila metode
penambangan timbun-balik (back fill mining method) tak dapat segera
dilakukan, sehingga kadang-kadang harus dibuatkan kolam pengendap. Oleh
sebab itu pembuangan ampas ini seringkali menjadi komponen kegiatan
penambangan yang meminta pemikiran khusus sepanjang umur tambang.
d. Lumpur pada sump undersized tank akan diumpankan menuju fines stock
tank sebagai tempat penampungan sementara sebelum di alirkan pada
fines thickener (FST Thickener) untuk diendapkan dengan menggunakan
flokulantt sebelum diumpankan ke ball mill (sebagian lumpur juga
ditampung pada fine stock tank, ketika FST thickener mengalami gangguan
maka seluruh lumpur akan diumpankan pada FST). Fines thickener bekerja
dengan memanfaatkan proses sedimentasi, merupakan proses pemisahan
partikel padatan tersuspensi dari aliran fluida dengan memanfaatkan sifat
pengendapan dari partikel. Thickener memanfaatkan dua buah gaya,
yakni gaya gravitasi dan gaya sentrifugal (akibat pengadukan oleh
agitator) untuk memisahkan partikel tersuspensi.
e. Untuk meningkatkan efisiensi proses sedimentasi pada thickener
digunakan proses flocculation dengan penambahan flocculant.
Flocculation merupakan proses destabilisasi partikel koloid (atau partikel
yang sebelumnya telah terbentuk pada proses koagulasi) hingga
membentuk agregat. Proses flocculation hanya terjadi pada partikel yang
telah terdestabilisasi.
f. Flocculant memiliki berat molekul yang tinggi (sebagai akibat dari rantai
yang panjang) dan kandungan muatan, membuat partikel destabil terikat dan
membentuk agregat pada rantai polimer. Tipe ikatan yang terbentuk antara
partikel destabil dengan flocculant adalah ikatan ionic dan ikatan hidrogen.
Selama proses flocculation akan terjadi penambahan ukuran partikel di air,
sehingga lambat laun akan terbentuk flocs. Pembentukan flocs dipercepat
dengan dilakukan pengadukan yang cepat pada thickener. Penggunaan
flocculant pada unit FST thickener mencapai 5-7 kg/hari.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan
55,275x = 80 – 8,0113
X = 88,0113 / 55,275 = 1,59 mm
5. Pengolahan Data RR80 Roll Crusher 0,5
RR80 = P80 JC / P80 RC
RR80 = 2,31/ 123,14 = 0,01 mm
6. Pengolahan Data RR80 Roll Crusher 1
RR80 = P80 JC / P80 RC
RR80 = 2,43 / 1,59= 1,52 mm
7. Pengolahan Data Berat Hilang Jaw Crusher 1,25
Berat Hilang = (Berat Awal – Berat Akhir) / Berat Awal x (100%)
Berat Hilang = (1500 gr – 1162,77gr) / 1500 gr x (100%) = 22,48 %
8. Pengolahan Data Berat Hilang Jaw Crusher 1,75
Berat Hilang = (Berat Awal – Berat Akhir) / Berat Awal x (100%)
Berat Hilang = (1500 gr – 1229,472 gr) / 1500 gr x (100%) = 18,03 %
9. Pengolahan Data Berat Hilang Roll Crusher 0,5
Berat Hilang = (Berat Awal – Berat Akhir) / Berat Awal x (100%)
Berat Hilang = (1500 gr – 1206,662 gr) / 1500 gr x (100%) = 19,55 %
10. Pengolahan Data Berat Hilang Roll Crusher 1
Berat Hilang = (Berat Awal – Berat Akhir) / Berat Awal x (100%)
Berat Hilang = (1500 gr – 1232,72 gr) / 1500 gr x (100%) = 17,81 %
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kominusi adalah suatu proses untuk mengubah ukuran suatu bahan galian
menjadi lebih kecil, hal ini bertujuan untuk memisahkan atau melepaskan bahan
galian tersebut dari mineral pengotor yang melekat bersamanya. Kominusi terbagi
dalam 3 tahap, yaitu primary crushing, secondary crushing ( sama menggunakan Jaw
Crusher) dan Tertiary Crushing (menggunakan cone crusher).
Pada praktikum pengolahan bahan galian ini melalui tahapan peremukan dan
pengayakan pada suatu material. Alat yang digunakan pada tahap peremukan adalah
Jaw Crusher dan roll crusher. Tujuan dari tahap peremukan ini yaitu untuk dapat
mereduksi suatu material yang berukuran besar ke ukuran yang kecil.
Tahap selanjutnya yaitu preparasi adalah kominusi dan sizing, material masuk
kedalam tahap pengayakan. Pengayakan bertujuan untuk mengetahui berat yang
tertahan dan berat yang lolos dari hasil peremukan Jaw Crusher dan roll crusher.
Untuk ukuran ayakan yang digunakan pada praktikum ini adalah ukuran 65, 80, 100,
150, 200 dan -200 mesh.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Asri, D. H., 2019, ‘Analisis Efektivitas Penggunaan Crusher Shan Bao Pe-400 & Pex-(250x
1000) Pada Pabrik Peremukan Andesit Untuk Mencapai Target Produksi Sebesar 225
Ton Per Hari Di Lapangan X Pt. Bukit Labu Mining Kabupaten Sintang’, (250x
1000), Pp. 70–75. Universitas Tanjungpura. Pontianak
Currie, JM, 1973, “Unit Operation in Mineral Processing”, Burnaby British Columbia
Kelly, E.G and Spottiwood, D.J, 1982, “Introduction to Mineral Processing”, John Wiley,
New York