Laprak Injeksi Kering

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN STERIL

“INJEKSI KERING

Dosen Mata Kuliah

Apt. Gina Aulia, M.Farm

Disusun Oleh :
1. Liana Agustiani (201030700202)

2. Maulidia Lestari (201030700171)

3. Mia Rohmatudzakiyyah (201030700181)

4. Nur Anissah (201030700147)

5. Pipit Mutiasih (201030700228)

6. Rika Rahmawati (201030700195)

7. Susi Susilawati (201030700173)

Kelas : 05FKKP004

JURUSAN S1 FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS


STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TANGERANG SELATAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan praktikum ini dengan baik. Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktikum Teknologi dan Formulasi Sediaan Steril yang mana dalam
laporan ini penulis membahas mengenai “INJEKSI KERING”.

Proses penulisan tugas ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan beberapa pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Akhirnya, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pengampu Praktikum Teknologi dan
Formulasi Sediaan Steril yaitu Ibu Apt. Gina Aulia, M.Farm. yang telah memberikan tugas
ini.

Dengan demikian, adanya penulisan makalah ini semoga dapat dijadikan sebagai
sebuah sarana penunjang pembelajaran serta manfaat kepada orang lain. Penulis menyadari
laporan ini masih banyak kekurangan, baik isi maupun bahasa mengingat terbatasnya
kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun diperlukan demi perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.

Tangerang Selatan, 03 Oktober 2022

Penulis

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page i


[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 2
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

1.1 Latar Belakang...........................................................................................................


1.2 Tujuan Praktokum......................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................

BAB III METODE PRAKTIKUM.........................................................................................

3.1 Alat dan Bahan...........................................................................................................


3.2 Prosedur Kerja............................................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................

4.1 Hasil Data Pengamatan..............................................................................................


4.2 Pembahasan................................................................................................................

BAB V PENUTUP.....................................................................................................................

5.1 Kesimpulan .............................................................................................................


5.2 Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................

LAMPIRAN..............................................................................................................................

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page ii


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari pencemaran mikroba baik patogen maupun
non patogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu objek atau material (Agoes, 2009).
Sediaan yang termasuk sediaan steril yaitu sediaan obat suntik bervolume kecil atau besar,
cairan irigasi yang dimaksudkan untuk merendam luka atau lubang operasi, larutan dialisa
dan sediaan biologis seperti vaksin, toksoid, antitoksin, produk penambah darah dan
sebagainya. Sterilitas sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan
cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah (Ansel,
2005)

Sediaan injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir
(Depkes RI, 1979). Sediaan injeksi steril dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Sediaan
injeksi vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada
dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml dan juga dapat digunakan untuk
mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih
besar. Bila diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau
ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi (Voight, 1994).

Berbagai bentuk sediaan farmasi dibuat menurut kebutuhan dan keadaan penyakit
penderita. Berdasarkan cara pemberian, sediaan farmasi ada yang diberikan secara peroral,
rektal, injeksi, sublingual, epikutan, transdermal, konjungtival, intraokular, intranasal,
intrarespiratori, vaginal, dan uretral (Ansel, 2005).

Pemberian obat dengan cara injeksi dilakukan bila diinginkan kerja obat yang cepat
seperti pada keadaan gawat, bila penderita tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima
pengobatan melalui mulut (oral) atau bila obat itu sendiri tidak efektif dengan cara pemberian
lain. Kecuali suntikan insulin yang umumnya dapat dilakukan sendiri oleh penderita (Ansel,
2005).

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 1


Berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi IV, pembuatan sediaan yang akan digunakan
untuk injeksi harus dilakukan dengan hati ± hati untuk menghindari kontaminasi mikroba dan
bahan asing. Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) juga mempersyaratkan tiap wadah
akhir injeksi harus diamati satu per satu secara fisik dan tiap wadah yang menunjukkan
pencemaran bahan asing yang terlihat secara visual harus ditolak (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1995)

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan sediaan steril volume kecil berupa
injeksi dengan Thiamin HCL 1 % yang dikemas dalam vial
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara perhitungan tonisitas dari sediaan injeksi dengan
Thiamin HCL 1 %
3. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan serta cara mensterilkan sediaan
injeksi dengan Thiamin HCl 1 % sebagai zat berkhasiatnya

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pengertiaan Sediaan Paranteral


Sediaan parenteral didefinisikan sebagai obat steril, larutan, atau suspensi yang
dikemas dengan cara yang sesuai untuk pemberian melalui suntikan hiperdermis, baik
dalam bentuk siap pakai maupun bentuk yang perlu ditambahkan pelarut yang sesuai atau
agen pensuspensi.
Klasifikasi sediaan injeksi sebagai berikut (Ria, 2012):
1. Larutan sejati dengan pembawa air.
2. Larutan sejati dengan pembawa minyak.
3. Larutan sejati dengan pembawa campuran.
4. Suspensi steril dengan pembawa air.
5. Suspensi steril dengan pembawa minyak.
6. Emulsi steril.
7. Serbuk kering dilarutkan dengan air.
Sediaan farmasi parenteral yang digunakan secara operasional di rumah sakit terbagi
dalam beberapa kategori sebagai berikut (Lecvhuk, 1992):
1. Infus
Infus adalah produk parenteral yang digunakan untuk injeksi ke dalam pembuluh
darah vena melalui intravena. Infus dikemas dalam wadah Large Volume Parenteral
(LVP) plastik atau gelas yang cocok untuk intravena. Sistem infus menyediakan
kecepatan aliran cairan yang terus menerus dan teratur. Infus bisa diberikan dengan
atau tanpa bahan tambahan.
2. Suntikan
Obat suntik atau Small Volume Parenteral (SVP) digunakan untuk pemberian
parenteral.
3. Sediaan mata
Sediaan mata termasuk larutan atau suspensi steril yang ditujukan untuk tetesan
topikal pada mata atau salep untuk diaplikasikan pada area mata.
4. Larutan dialisis dan irigasi
Produk larutan dialisis dan cairan irigasi harus memenuhi semua syarat standar infus.
Pencampuran sediaan irigasi biasanya dengan antibiotik, kadang–kadang dilakukan di
bagian farmasi.

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 3


5. Larutan untuk terapi inhalasi
Sediaan ini digunakan melalui respirator atau alat terapi respiratori lainnya untuk
terapi saluan pernafasan.

Tujuan umum pemberian obat secara parenteral sebagai berikut:

1. Untuk menjamin penyampaian obat yang masih belum banyak diketahui sifat-sifatnya
ke dalam suatu jaringan atau daerah target dalam tubuh
2. Untuk memungkinkan pengendalian langsung terhadap beberapa parameter
farmakologi tertentu, seperti waktu tunda, kadar puncak dalam darah, kadar dalam
jaringan, dll. Contoh: pemberian obat secara i.v untuk mendapatkan efek yang segera.
3. Untuk menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat, khususnya untuk penderita rawat
jalan.
4. Untuk mendapatkan efek obat yang tidak mungkin dicapai melalui rute lain.
5. Untuk memberikan obat pada keadaan rute lain yang lebih disukai tidak
memungkinkan, misalnya pada penderita yang saluran cerna bagian atasnya sudah
tidak ada karena dioperasi.
6. Untuk menghasilkan efek secara lokal jika diinginkan untuk mencegah atau
meminimalkan efek/reaksi toksik sistemik. Contoh: pemberian metotreksat secara
injeksi intratekal pada penderita leukemia.
7. Untuk pemberian obat pada penderita yang tidak sadarkan diri atau tidak dapat
bekerja sama (gila). Contoh: pemberian obat penenang pada orang gila.
8. Untuk memperbaiki dengan cepat cairan tubuh atau ketidakseimbangan elektrolit atau
untuk mensuplai kebutuhan nutrisi.
9. Untuk mendapatkan efek lokal yang diinginkan, misalnya anestesi local pada
pencabutan gigi

1.2 Pengertian Sediaan Injeksi


Menurut (FI edisi III), Secara umum sediaan injeksi diberikan kepada pasien yang
tidak kooperatif, misalnya penderita tidak bisa menelan obat, dan diperlukan efek yang
cepat.
Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspense atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan sebelum digunakan secara parenteral, suntikan
baik dengan cara menembus atau merobek jaringan kedalam atau melalui kulit atau
selaput lendir (Lukas, 2006).

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 4


Injeksi parenteral adalah salah satu yang disuntikkan di bawah satu atau lebih lapisan
kulit atau membran mukosa ke dalam daerah khusus dari tubuh.

Jenis-jenis rute pemberian injeksi sebagai berikut :

1. Intradermal atau injeksi intrakutan


Untuk diagnosa atau test penyakit tertentu, seperti diphtheria (shick test),
tuberculosis (Old Tuberculin, Derivat Protein Tuberculin Murni).
2. Injeksi Subkutan atau Hipodermik
Obat-obat vasokontriksi seperti adrenalin dapat ditambahkanuntuk efek lokal,
seperti anestesi lokal.
3. Injeksi Intramuskular
Larutan berair dan berminyak dan juga bentuk suspense diberikan melalui rute
intramuscular.
4. Intravena
Larutan berair, tetapi kadang-kadang emulsi minyak dalam air, (seperti
Phytomenadion Injection, BP). Volume besar 500 ml atau lebih diberikan
dalam bentuk infus i.v untuk mengganti cairan darah yang hilang akibat shok,
luka, operasi pembedahan.
5. Injeksi Intra-arterial
Digunakan ketika aksi segera diinginkan pada daerah perifer.
6. Injeksi Intrakardial
Diinjeksikan secara langsung pada otot jantung atau ventrikel untuk
pengobatan darurat, bebas bahan partikulat.
7. Injeksi Intratekal atau Subarachnoid
Digunakan untuk anestesi spinal. Tidak mengandung bakterisida.
8. Injeksi Intrasisternal
Untuk pemberian antibiotik.
9. Injeksi Peridural
Injeksi peridural dapat dibuat dalam daerah torax, lumbar dan sakral.

1.3 Keuntungan dan kerugian sediaan injeksi


Keuntungan sediaan injeksi, sebagai berikut :
1. Respon fisiologis yang cepat dapat dicapai segera bila diperlukan, yang menjadi
pertimbangan utama dalam kondisi klinik seperti gagal jantung, asma, shok.

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 5


2. Terapi parenteral diperlukan untuk obat-obat yang tidak efektif secara oral atau yang
dapat dirusak oleh saluran pencernaan, seperti insulin, hormon dan antibiotik.
3. Obat-obat untuk pasien yang tidak kooperatif, mual atau tidak sadar harus diberikan
secara injeksi.
4. Terapi parenteral dapat memperbaiki kerusakan serius pada keseimbangan cairan dan
elektrolit.
5. Bila makanan tidak dapat diberikan melalui mulut, nutrisi total diharapkan dapat
dipenuhi melalui rute parenteral.

Kerugian sediaan injeksi, sebagai berikut :

1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan dengan pemberian rute lain.
2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan secara
aseptik dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari.
3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek
fisiologisnya.
4. Pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan parenteral lebih mahal
dibandingkan metode rute yang lain

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 6


BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan

1. Beaker Glass 1. Thiamin (Vitamin B1)


2. Vial 2. HCL
3. Kaca arloji 3. Aqua Pro Injeksi
4. Spatel logam
5. Batang pengaduk
6. Cawan petri
7. Gelas ukur
8. Autoklaf
9. LAF
10. Erlenmeyer 250 ml

3.2 Prosedur Kerja


1. Peracikan 100 ml
a. Dinginkan aqua dalam beaker gelas selama 10 menit, setelah mendidih menjadi
API (Aqua Pro Injeksi)
b. Thiamin HCl dilarutkan dalam API (Aqua Pro Injeksi)
c. Tambahkan aqua ad mendekati volume Akhir
2. Selanjutnya, Cek PH (2,8 - 3,4) dan ad sampai volume akhir
3. Kemudian Thiamin HCL di saring dengan menggunakan kertas saring
4. Pengisian 5*1 ml di LAF
5. Proses sterilisasi dengan cara menggunakan Autoklaf
6. Kemas kemudian etiket dari label

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 7


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Data Pengamatan

4.2 Pembahasan

Pada praktikum Teknologi Sediaan Steril kali ini yaitu pembuatan sediaan injeksi kering.
Injeksi kering ini dibuat dengan beberapa pertimbangan. Injeksi jika dibuat dalam keadaan
larutan, kestabilan atau khasiat obat injeksi di khawatirkan akan berkurang apabila
digunakan. Oleh karena itu, sediaan injeksi kering dibuat yang mana akan dilarutkan terlebih
dahulu apabila akan digunakan. Sediaan injeksi yang dibuat adalah sediaan injeksi kering
Thiamin HCl (vitamin B1). Penggunaan sediaan injeksi Thiamin HCl (vitamin B1) ditujukan
untuk Untuk pengobatan penyakit jantung dan gangguan saluran cerna dan Pencegahan dan
pengobatan berbagai jenis neuritisyang disebabkan defisiensi thiamin/ antineuritikum.
Sebelum memulai praktikum, terlebih dahulu dilakukan perhitungan tonisitas. Perhitungan ini
dilakukan agar mengetahui apakah sediaan yang dibuat isotonis, hipertonis, atau hipotonis.

Berdasarkan perhitungan dengan rumus W = diperoleh hasil sebesar – 0,13 Hasil ini


menunjukkan nilai yang negative sehingga sediaan yang dibuat bersifat hipotonis. Maksud
dari hipotonis adalah tekanan osmosisnya lebih rendah dari serum darah, sehingga
menyebabkan air akan melintasi membran sel darah merah yang semi permeabel
memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel,
tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah, peristiwa tersebut
disebut hemolisa. Keadaan hipotonis sangat dihindari karena bisa menyebabkan sel nya
mengkerut dan cairan dalam tubuh akan keluar dan mengakibatkan sel pecah menjadikan
efek yang sangat dihindari. Cairan tubuh merupakan faktor penting dalam berbagai proses
fisiologis didalam tubuh. Untuk menjaga agar cairan tubuh relatif konstan dan komposisinya
stabil merupakan hal penting. Dalam system pengaturan yang mempertahankan kekonstanan cairan
tubuh diperlukan adanya pengaturan volume cairan tubuh, cairan ekstraseluler, pengaturan
keseimbangan asam basa dan kontrol pertukaran antara kompartemen cairan ekstraseluler dan
intraseluler. Di dalam darah biasa terjadi hemolisa dan krenasi yang mana hemolisa terjadi
disebabkan karena cairan yang bersifat hipotonis sedangkan krenasi terjadi karena cairan

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 8


yang bersifat hipertonis. Oleh karena itu sebisa mungkin harus dibuat isotonis agar tidak
terasa sakit bila disuntikkan. Arti isotonis adalah mempunyai tekanan osmosis yang sama
dengan darah dan cairan tubuh yang lain. Akibatnya, sel darah merah tidak menggembung
atau mengkerut. Untuk itu pada pembuatan sediaan injeksi kering Thiamin HCl (vitamin B1)
ini digunakan zat tambahan untuk membuat sediaan menjadi isotonis, zat tambahannya itu
adalah HCl. Penambahan HCl ini bertujuan untuk membuat larutan sediaan injeksi menjadi
isotonis serta sesuai dengan cairan tubuh dan tubuh dapat menerima dengan baik sehingga
obat memiliki khasiat yang baik pula terutama saat digunakan. Selain itu NaCl pun
merupakan elektrolit yang banyak terdapat dalam cairan tubuh manusia.

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 9


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 10


DAFTAR PUSTAKA

Sesilia, Elisma. 2016. Modul Bahan ajar cetak : Praktikum Teknologi Sediaan
Steril. Kementerian Kesehatan republic Indonesia : Jakarta.

Tungadi, Robert. 2017. Teknologi Sediaan Steril. Sagung Seto : Jakarta

Agoes, G. 2009. Teknologi Bahan Alam : Serial Farmasi Industri-2. Bandung :


Penerbit ITB.

Ansel, H. C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh


Ibrahim, F., Edisi IV, 605-619, Jakarta, UI Press.

Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, 378, 535, 612.
Jakarta.

Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574, diterjemahkan


oleh Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press.

Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, 551, 713.
Jakarta.

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 11


LAMPIRAN

[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 12


[Laporan Praktikum | Kelompok 3] Page 13

Anda mungkin juga menyukai