Laprak Injeksi Kering
Laprak Injeksi Kering
Laprak Injeksi Kering
“INJEKSI KERING
Disusun Oleh :
1. Liana Agustiani (201030700202)
Kelas : 05FKKP004
Puji dan syukur marilah kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan laporan praktikum ini dengan baik. Laporan praktikum ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata kuliah Praktikum Teknologi dan Formulasi Sediaan Steril yang mana dalam
laporan ini penulis membahas mengenai “INJEKSI KERING”.
Proses penulisan tugas ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan beberapa pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Akhirnya, dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dosen Pengampu Praktikum Teknologi dan
Formulasi Sediaan Steril yaitu Ibu Apt. Gina Aulia, M.Farm. yang telah memberikan tugas
ini.
Dengan demikian, adanya penulisan makalah ini semoga dapat dijadikan sebagai
sebuah sarana penunjang pembelajaran serta manfaat kepada orang lain. Penulis menyadari
laporan ini masih banyak kekurangan, baik isi maupun bahasa mengingat terbatasnya
kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun diperlukan demi perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.
Penulis
COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................
BAB V PENUTUP.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................................
PENDAHULUAN
Sediaan steril adalah sediaan yang bebas dari pencemaran mikroba baik patogen maupun
non patogen, vegetatif, maupun non vegetatif dari suatu objek atau material (Agoes, 2009).
Sediaan yang termasuk sediaan steril yaitu sediaan obat suntik bervolume kecil atau besar,
cairan irigasi yang dimaksudkan untuk merendam luka atau lubang operasi, larutan dialisa
dan sediaan biologis seperti vaksin, toksoid, antitoksin, produk penambah darah dan
sebagainya. Sterilitas sangat penting karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan
cairan dan jaringan tubuh yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah (Ansel,
2005)
Sediaan injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lendir
(Depkes RI, 1979). Sediaan injeksi steril dapat berupa ampul, ataupun berupa vial. Sediaan
injeksi vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan pada
dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml dan juga dapat digunakan untuk
mewadahi serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih
besar. Bila diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau
ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi (Voight, 1994).
Berbagai bentuk sediaan farmasi dibuat menurut kebutuhan dan keadaan penyakit
penderita. Berdasarkan cara pemberian, sediaan farmasi ada yang diberikan secara peroral,
rektal, injeksi, sublingual, epikutan, transdermal, konjungtival, intraokular, intranasal,
intrarespiratori, vaginal, dan uretral (Ansel, 2005).
Pemberian obat dengan cara injeksi dilakukan bila diinginkan kerja obat yang cepat
seperti pada keadaan gawat, bila penderita tidak sadar, tidak dapat atau tidak tahan menerima
pengobatan melalui mulut (oral) atau bila obat itu sendiri tidak efektif dengan cara pemberian
lain. Kecuali suntikan insulin yang umumnya dapat dilakukan sendiri oleh penderita (Ansel,
2005).
TINJAUAN PUSTAKA
1. Untuk menjamin penyampaian obat yang masih belum banyak diketahui sifat-sifatnya
ke dalam suatu jaringan atau daerah target dalam tubuh
2. Untuk memungkinkan pengendalian langsung terhadap beberapa parameter
farmakologi tertentu, seperti waktu tunda, kadar puncak dalam darah, kadar dalam
jaringan, dll. Contoh: pemberian obat secara i.v untuk mendapatkan efek yang segera.
3. Untuk menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat, khususnya untuk penderita rawat
jalan.
4. Untuk mendapatkan efek obat yang tidak mungkin dicapai melalui rute lain.
5. Untuk memberikan obat pada keadaan rute lain yang lebih disukai tidak
memungkinkan, misalnya pada penderita yang saluran cerna bagian atasnya sudah
tidak ada karena dioperasi.
6. Untuk menghasilkan efek secara lokal jika diinginkan untuk mencegah atau
meminimalkan efek/reaksi toksik sistemik. Contoh: pemberian metotreksat secara
injeksi intratekal pada penderita leukemia.
7. Untuk pemberian obat pada penderita yang tidak sadarkan diri atau tidak dapat
bekerja sama (gila). Contoh: pemberian obat penenang pada orang gila.
8. Untuk memperbaiki dengan cepat cairan tubuh atau ketidakseimbangan elektrolit atau
untuk mensuplai kebutuhan nutrisi.
9. Untuk mendapatkan efek lokal yang diinginkan, misalnya anestesi local pada
pencabutan gigi
1. Bentuk sediaan harus diberikan oleh orang yang terlatih dan membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan dengan pemberian rute lain.
2. Pada pemberian parenteral dibutuhkan ketelitian yang cukup untuk pengerjaan secara
aseptik dari beberapa rasa sakit tidak dapat dihindari.
3. Obat yang diberikan secara parenteral menjadi sulit untuk mengembalikan efek
fisiologisnya.
4. Pada pemberian dan pengemasan, bentuk sediaan parenteral lebih mahal
dibandingkan metode rute yang lain
METODE PRAKTIKUM
Alat Bahan
4.2 Pembahasan
Pada praktikum Teknologi Sediaan Steril kali ini yaitu pembuatan sediaan injeksi kering.
Injeksi kering ini dibuat dengan beberapa pertimbangan. Injeksi jika dibuat dalam keadaan
larutan, kestabilan atau khasiat obat injeksi di khawatirkan akan berkurang apabila
digunakan. Oleh karena itu, sediaan injeksi kering dibuat yang mana akan dilarutkan terlebih
dahulu apabila akan digunakan. Sediaan injeksi yang dibuat adalah sediaan injeksi kering
Thiamin HCl (vitamin B1). Penggunaan sediaan injeksi Thiamin HCl (vitamin B1) ditujukan
untuk Untuk pengobatan penyakit jantung dan gangguan saluran cerna dan Pencegahan dan
pengobatan berbagai jenis neuritisyang disebabkan defisiensi thiamin/ antineuritikum.
Sebelum memulai praktikum, terlebih dahulu dilakukan perhitungan tonisitas. Perhitungan ini
dilakukan agar mengetahui apakah sediaan yang dibuat isotonis, hipertonis, atau hipotonis.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Sesilia, Elisma. 2016. Modul Bahan ajar cetak : Praktikum Teknologi Sediaan
Steril. Kementerian Kesehatan republic Indonesia : Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, 378, 535, 612.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, 551, 713.
Jakarta.