Tathbiq
Tathbiq
Tathbiq
1
MACAM-MACAM KALIMAT
KALIMAT PENGERTIAN TANDA
- Tanwin
- Al ( ) ال
Kalimat yang dapat menunjukkan - I’rob jer
ISIM arti dengan sendirinya tanpa - Huruf jer
bersamaan dengan zaman - idlofah
- Isnad ilaih
- Nida’
Kalimat yang dapat menunjukkan dapat dimasuki : , س,قد
FI’IL arti dengan sendirinya dan . سرف. ta’ ta’nissakinah, ta’
bersamaan dengan zaman fa’il. Nun taukid
Kalimat yang tidak dapat
Tidak ada-nya tanda-tanda
menunjukkan arti dengan
HURUF kalimat isim dan kalimat
sendirinya kecuali bersamaan
huruf
dengan kalimat yang lain
2
B. PERTANYAAN : Mu’rob apa mabni?
➢ Cara menjawab :
1. Mengetahui terlebih dahulu kalimat apa
saja yang mabni dan apa saja yang mu’rob
beserta alasanya.
2. Menjawab pertanyaan sesuai dengan
hukumnya masing – masing.
3. Bila ditanyakan alasanya, maka jawablah
dengan menyebutkan alasannya dengan
mengganti kata “ bila “ dengan “ Karena “.
4. Perhatikan tabel dibawah ini :
KALIMAT HUKUM ALASAN
Bila tidak serupa dengan kalimat huruf
MU’ROB
dengan keserupaan yang dekat
ISIM
Biala serupa dengan kalimat huruf dengan
MABNI
keserupaan yang dekat
Bila tidak bertemu dengan dlomir wawu
MABNI FATAH
jama’ dan dlomir rofa’ mutaharrik
FI’IL MADLI
MABNI DLOM Bila bertemu dengan dlomir wawu jama’
MABNI SUKUN Bila bertemu dengan dlomir rofa’ mutaharrik
Bila tidak bertemu dengan nun taukid dan
MU’ROB
nun jama’ innats
FI’IL MUDLORI’
MABNI FATAH Bila bertemu dengan nun taukid
MABNI SUKUN Bila bertemu dengan naun jama’ innats
Bila shohih akhir dan tidak bertemu dlomir
MABNI SUKUN
alif tatsniyah dan wawu jama’
MABNI
Bila bertemu dengan dlomir alif tattsniyah
MEMBUANG
FI’IL AMAR dan wawu jama’
NUN
MABNI
MEMBUANG Bila berupa fi’il mu’tal akhir
HURUF ILAT
HURUF MABNI Hukum asalnya memang mabni
3
KESERUPAAN KALIMAT ISIM DENGAN KALIMAT
HURUF (SYIBEH)
NO SYIBEH PENGERTIAN CONTOH
1. WADL’I Sama – sama kurang dari tiga huruf Isim dlomir
Sama – sama mengandung makna Isim isyaroh,
2. MA’NAWI
tertentu syartat, istifham
3. NIYABI Sama – sama menggantikan lafadz lain Isim fi’il
Sama -sama buruh pada lafadz lain Isim maushul
4. IFTIQORI
untuk menjelaskan ma’nanya
4
ISIM MU’ROB DAN KEDUDUKANNYA DALAM KALIMAT
( TARKIBAN )
STATUS I’ROB TARKIBAN
- MUBTADA’
- KHOBAR
- FA’IL
- NAIBUL FAIL
MARFU’
- ISIMNYA KANA & SDR-NYA
- KHOBARNYA INNA & SDR-NYA
- TAWABI’ PADA MARFU’ ( na’at, athof, taukid dan badal
)
- MAF’UL BIH
- MASDAR ( maf’ul muthlaq )
- DLOROF ( maf’ul fih )
- HAL
- TAMYIZ
- KHOBARNYA KANA & SDR-NYA
MANSHUB - ISIMNYA INNA & SDR-NYA
- ISIMNYA LA
- MUNADA
- MAF’UL MA’AH
- MAF’UL LI ‘AJLIH
- TAWABI’ PADA MANSHUB ( na’at, athof, taukid dan
badal )
- MAJRUR BI HARFIL JAR
- MUDLOF ILAIH
MAJRUR
- TAWABI’ PADA MAJRUR ( na’at, athof, taukid dan
badal )
5
D. PERTANYAAN : Tanda i’robnya apa?
➢ Cara menjawab :
1. Mengetahui terlebih dahulu semua alamat
(tanda i’rob) beserta tempatnya masing –
masing.
2. Mendeteksi kategori/ nama kalimat
tersebut. Perhatikan kolom “tempat”
3. Menjawab tanda i’rob dari kalimat yang
ditanyakan dengan benar.
4. Bila ditanyakan alasanya, maka jawablah
sesuai dengan tempatnya dengan
ungkapan “karena berupa ....”
5. Bila ditanyakan pengertiannya maka
jawablah dengan benar sesuai dengan
pengertiannya. Lihatlah tabel “AL
MU’ROBAT”
6. Perhatikan tabel dibawah ini :
6
ALAMAT / TANDA I’ROB
7
AL MU’ROBAT
NO KALIMAT PENGERTIAN
Isim Yang menunjukkan arti tunggal. bukan
1. ISIM MUFROD tatsniyah, bukan jama’, atau diserupakan dengan
keduanya, serta bukan asma’us sittah
Isim yang menunjukkan arti dua yang mendapat
2. ISIM TATSNIYAH tambahan alif-nun ketika rofa’ dan ya’-nun ketika
nashob dan jer
Isim yang menunjukkan arti banyak dan berubah
3. JAMA’ TAKSIR
dari bentuk mufrodnya
Isim yang menunjukkan arti laki-laki banyak yang
JAMA’ MUDZAKKAR mendapatkan tambahan wawu-nun ketika rofa’
4.
SALIM dan ya’-nun ketika nashob dan jer serta selamat
dari bentuk mufrodnya
JAMA’ MU’ANNATS Isim yang menunjukkan arti perempuan banyak
5.
SALIM yang mendapat tambahan alif-ta’
Setiap isim mufrod yang akhirnya berupa huruf
ASMA’UL
6. illat yang layak dijadikan alamat i’rob. Yaitu lafadz
KHOMSAH/ SITTAH
أب, أخ, حم, فو, ذوdan هن
Setiap fi’il mudlori’ yang bertemu dengan dlomir
7. AF’ALUL KHOMSAH alif tatsniyah, wawu jama’ dan ya’ muannats
mukhotobah
8
E. PERTANYAAN : Mutashorrif apa jamid?
➢ Cara menjawab :
1. Mengetahui mana kalimat yang mutashorrif
(bisa di-tashrif istilahi) dan mana yang Jamid
(tidak bisa di-tashrif istilahi)
2. Bisa men-tashrif istilahi dan lughowi dengan
benar.
3. Jika ditanya sighot atau waqi’nya maka
jawablah dengan benar.
4. Jika ditanya bagaimana tashifnya baik lughowi
maupun istilahi, maka tashriflah dengan
benar.
5. Perhatikan tabel berikut
1. Fi’il madli
2. Fi’il mudlore’
3. Masdar ghoiru mim
4. Masdar mim
5. Isim fa’il
6. Isim maf’ul
7. Fi’il amar
8. Fi’il nahi
9. Dhorof zaman
10. Dhorof makan
11. Isim alat
9
No TASSHRIF LUGHOWI (WAQI’)
1. Mufrod mudzakkar gho’ib
2. Tatsniyah mudzakar ghoib
3. Jama’ mudzakkar ghoib
4. Mufrod mu’annats ghoibah
5. Tatsniyah mu’annats ghoibah
6. Jama’ mu’annats gho’ibah
7. Mufrod mudzakkar mukhottob
8. Tatsniyah mudzakar mukhottob
9. Jama’ mudzakkar mukhottob
10. Mufrod mu’annats mukhottobah
11. Tatsniyah mu’annats mukhottobah
12. Jama’ mu’annats mukhottobah
13. Mutakallim wahdah
14. Mutakallim ma’al ghoir/ mu’adlom nafsah
10
F. PERTANYAAN PENGEMBANGAN
TARKIBAN TA’RIF MACAM/ SYARAT KETENTUAN
1. Wajib rofa’
2. Harus ma’rifat. Tapi boleh nakiroh bila
Macam: ada musawwigh
MUBTADA Isim yang dibaca rofa’
1. Dlohir 3. Yang asal berada sebelum khobar.
’ yang sunyi dari amil lafdzi
2. Dlomir Terkadang boleh setelahnya bahkan
terkadang wajib
4. Boleh dibuang bila ada dalil
1. Wajib rofa
2. Nakiroh, baik jamid maupun musytaq
3. Harus mencocoki lafadnya mubtada’
Macam: dalam segi mufrod tatsniyah, jama’,
Isim yang dibaca rofa’
1. Mufrod mu’annats dan mudzakkarnya
KHOBAR yang menyempurnakan
2. Ghoiru 4. Yang asal letaknya setelah mubtada’.
faidahnya mubtada’
mufrod Terkadang mendahuluinya secara
jawaz dan wajib
5. Boleh dibuang jika ada dalil
6. Boleh ta’addud
1. Wajib rofa’
2. Tidak boleh dibuang karena ma’mul
umdah
Macam: 3. Tidak boleh mendahului fi’ilnya
Isim yang dibaca rofa’
FA’IL yang jatuh setelah fi’il
1. Dhohir 4. Fi’ilnya harus selalu mufrod jika fail
2. Dlomir isim dhohir
5. Fi’ilnya dimu’annatskan jika fa’il
muannats
6. Fi’ilnya boleh dibuang jika ma’lum
Isim yang dibaca rofa’ Macam:
NAIBUL yang menempati tempat 1. Dhohir
1. sama dengan hukum yang ada pada
FA’IL fa’il
fa’il ketika fa’il dibuang 2. dlomir
1. wajib nashob
2. boleh dibuang bila ada dalil
Isim yang dibca nashob Macam:
MAF’UL yang kehjatuhan 1. dhohir
3. fi’ilnya boleh dibuang bila ada dalil
BIH 4. yang asal letaknya setelah fa’il.
pekerjaan fa’il 2. dlomir
Terkadang mendahului fa’il, bahkan
mendahului fi’ilnya
Masdar fudlah yang
MAF’UL dibaca nashob yang Macam: 1. Wajib nasab
MUTHLAQ mentaukidi, menjelaskan 1. Lafdzi 2. Amilnnya boleh dibuang bila ada
tingkah dan bilangan 2. Ma’nawi qorinah
(masdar) amilnya
1. Semua isim zaman secara muthlaq bisa
dinashobkan menjadi dhorof
2. Isim makan bisa dinashobkan menjadi
Isim yang dibaca nashob
MAF’UL yang disebutkan untuk Macam;
dhorof jika mubham, muqoddir dan
musytaq
FIH menjelaskan waktu atau 1. Zaman
3. Isim makan musytaq bisa dinashobkan
tempat terjadinya 2. Makan
( dhorof ) pekerjaan
menjadi dhorof jika musytaq dari
masdar amiilnya
4. Isim makan yang tidak memenuhi
syarat harus dijerkan dengan huruf jer
Isim yang dibaca nashob Syarat; 1. Boleh nashob, boleh juga jer bagi yang
MAF’UL LI yang disebutkan untuk 1. Masdar qolbi memenuhi syarat nashob
‘AJLIH menjelaskan sebab 2. Harus tunggal 2. Harus dijerkan bila tidak memenuhi
terjadnya pekerjaan waktu dengan syarat-syarat nashob
11
amilnya 3. Boleh mendahului amilnya
3. Harus tunggal
fa’il dengan
amilnya
1. Wajib nashob menjadi maf’ul ma’ah
Syarat; jika tidak mungkin diathofkan
1. Fudlah 2. Wajib athof jika tidak memenuhi
Isim yang diaca nashob
MAF’UL 2. Jatuh setelah syarat maf’ul ma’ah
yang berada setelah
MA’AH jumlah 3. Lebih baik nashob jika diathofkan ada
wawu ma’iyah
3. Jatuh setelah kelemahan
wawu ma’iyah 4. Lebih baik athof jika diathofkan tidak
ada kelemahan
1. Harus nakiroh
Macam; 2. Berupa isim jamid. Kadang ada yang
Isim yang dibaca nashob
1. Dzat musytaq
TAMYIZ yang menjelaskan dzat
2. Nisbat 3. Jatuh setelah sempurnanya kalam (
atau nisbat yang samar
jumlah )
4. Tidak boleh mendahului amilnya
1. Berupa sifat muntaqilah
Isim yag dibaca nashob 2. Berupa isim nakiroh
yang disebutkan untuk 3. Berupa isim musytaq
HAL menjelaskan tingkah/ 4. Jatuh setelah sempunanya kalam (
keadaan yang samar jumlah )
5. Shohibul hal harus ma’rifat
1. Dimabnikan menurut alamat rofa’nya
jika berupa mufrod alam dan nakiroh
maqshudah
Macam;
2. Dibaca nashob jika berupa nakiroh
1. Mufrod alam
ghoiru maqshudah, mudlof dan syibhu
2. Nakiroh
mudlof
Isim yang dibaca nashob maqshudah
3. Mempunyai 6 wajah jika berupa isim
MUNADA yang jatuh setelah huruf 3. Nakiroh
mudlof pada ya’ mutakallim
nida’ ghoiru
4. Mempunyai 10 wajah jika yang mudlof
maqshudah
pada ya’ mutakallim berupa lafadz AB
4. Mudlof
dan UM
5. Syibhu mudlof
5. Mempunyai 2 wajah jika berupa isim
yang mudlof pada isim yang mudlof
pada ya’ mutakallim
- MUSTATSNA BI ILLA
1. Wajib nashob bila bertempat pada
kalam tamm mujab
2. Boleh badal atau nashob bila berada
pada kalam tam manfi
3. Sesuai kebutuhan amil bila berada
pada kalam manfi naqish
Isim yang dibaca nashob
- MUSTATSNA BI GHOIRU SIWA
yang jatuh setelah adat
1. Muttashil 1. Dijerkan menjadi mudlof ilaih
MUSTATSNA istitsna’ yang dikeluarkan
2. Munqothi’ 2. Ghoiru dan Siwa dii’robi seperti
dari hukum lafadz
mustatsna bi iilla
sebelumnya
- Mustatsna bi khola, ‘ada & hasya
Boleh jer menjadi mudlof ilaih dan
boleh nashob menjadi maf’ul bih
12
1. Na’at haqiqi mengikuti man’utnya
dalam segi i’rob, nakiroh / ma’rifah,
mu’annats / mudzakkar dan mufrod /
Lafadz yang mengikuti tatsniyah / jama’nya
pada lafad sebelumya 1. Naat haqiqi 2. Na’at sababi mengikuti man’utnya
NA’AT dengan menjelaskan 2. Na’at sababi dalam segi i’rob dan nakroh /
sifatnya ma’rifatnya
3. Na’at sababi harus selalu mufrod
meskipun man’ut atau isim dlohir yang
dirofa’kanya bukan mufrod
1. Athof bayan harus berupa isim jamid
Lafadz yang engikuti
1. Athof nasaq yang tidak bisa ditakwil musytaq
ATHOF lafadz sebelumya dalam
2. Athof bayan 2. Semua athof bayan booleh dijadikan
segi i’rob
badal
1. Taukid llafdi adalah dengan
mengulangi lafadz mu’akkad
2. Taukid ma’nawi adalah dengan
menggunakan lafadz nafsun, ‘ainun,
kullun dan ajma’u
1. Taukid lafdzi
Lafadz yang menguatkan 3. Taukid ma’nawi harus mengandung
TAUKID pada lafadz sebelumnya
2. Taukid
dlomir yang sesuai dengan mmu’akkad
ma’nawi
4. Lafadz nafsun & ‘ainun bila
mu’akkadnya mufrod maka harus
mufrod. Bila tatsniyah atau jama’ maka
harus dijama’kan mengikuti wazan
اَفْ ُع ُل
1. Badal kul min
Lafadz yang ikut pada
kul
lafadz sebelumnya tanpa
2. Badal ba’d Badal harus mengikuti mubdal minhu
BADAL adanya perantara dan
min kul dalam segi i’robnya
dijadikan sebagai maksud
3. Badal isytimal
sebuah hukum
4. Badal gholath
AWAMIL
➢ AMIL MA’NAWI
1. AMIL MA’NAWI TAJARRUD : Amil yang merofa’kan
fi’il mudlori’ karena spinya dari amil nawashib dan
amil jawazim
2. AMIL MA’NAWI IBTIDA’ : Amil yang merofa’kan
mubtada’ karena menjadi permulaan kalam
➢ AMIL LAFDZI
1. HURUF JER, yaitu: من, الى, عن, على, في, ba’, lam, kaf,
حتى, مد, مند, رب, dan huruf-huruf qosam (wawu, ba,
dan ta’)
13
2. FI’IL. beramal merofa’kan fa’il dan naibul fa’il.
Menashobkan maf’ul bih, masdar, maf’ul lah, hal
dsb.
3. ISIM YANG BISA BERAMAL SEPERTI FI’IL, yaitu :
masdar, isim fa’il, isim maf’ul, isim tafdlil, sifat
musyabihat.
4. MUBTADA’ beramal merofa’kan khobar
5. AMIL NAWASHIB : amil yang menashoban fi’il
mudlori’. Yaitu: أن, لن, إذن, كي, lam كي, lam juhud, حتى,
fa’ jawab, wawu sababiyah/ jawab
6. AMIL JAWAZIM : Amil yang men-jazm-kan fi’il
mudlori’. Yaitu: لم, لما, ألم, ألما, lam amr, lam du’a, ال
nahi, الdu’a, إن, َمن, ما, مهما, إذما, أي, متى, أيان, أين, حيثما,
كيفما, ( إذاkhusus dalam syi’ir)
7. AMIL NAWASIKH : amil yang masuk dan merusak
susunan mubtada’ dan khobar (jumlah Ismiyah)
❖ كانdan saudara – saudaranya
• Beramal merofa’kan mubtada’ sebagai
isimnya dan menashobkan khobar
sebagai khobarnya
• Beramal tanpa syarat : كان, امسى, اسبح,
اضحى, ظل, بات, صارdan ليس
• Bermal dengan syarat didahului oleh nafy
atau syibhunnafy : زال, فتئ, برحdan انفك
• Beramal debgan syarat didahului oleh ما
masdariyah dhorfiyah : دام
• Khobarnya boleh berada diantara amil –
amil ini dan isimnya
• Khobarnya boleh mendahului amil –amil
ini kecuali ليس
• Semua lafad yang ditashrif dari amil –
amil ini bisa beramal sebagaimana fi’il
madlinya
14
• Amil –amil ini bisa berlaku tamm kecuali
زال, فتئdan ليس
• كانbisa diperlakukan ziadah bila
menggunakan sighot madli dan berada di
tengah kalam
• كانdan isimnya boleh dibuang
menyisakan khobarnya bila berada
setelah لوdan إنsyarthiyyah
• Nun pada يكونboleh dibuang ketika jazm
bila setelahnya bukan sukun dan tidak
bertemu dengan dlomir muttashil mahal
nashob
❖ huruf – huruf yang diserupakan dengan ليس,
yaitu: ما, ال, إنdan الت
• beramal seperti & كانsdrnya
• ماnafiyah hijaziyah beramal seperti ليس
dengan syarat:
- Tdak bersamaan dengan إن
- Khobarnya tidak bersama إال
- Ma’mul khobarnya tidak
mendahului isimnya kecuali bila
ma’mul khobarnya berupa dhorof
atau jar majrur
• الnafiyah hijaziyah beramal dengan
syarat-syarat diatas ditambah satu syarat
lagi yaitu isim dan khobarnya harus
nakiroh
• إنnafiyah beramal dengan syarat-syarat
sama dengan ماnafiyah baik isimnya
nakiroh maupun ma’rifat
• التberamal dengan syarat
- Isim dan khobarnya berupa lafadz
حين
15
- Salah satu dari isim dan khobarnya
harus dibuang
❖ af’alul muqorobah
• untuk menunjukkan ma’na qorbil khobar
(dekatnya khobar), yaitu: كاد, كرب َ dan
أوشك
• untuk menunjukkan ma’na roja’il khobar
(mengharapkan terjadinya khobar),
yaitu: عسى, حرىdan اخلولق
• untuk menunjukkan ma’na syuru’ fil
khobar (memulai melakukan khobar),
yaiyu: طفق, علق, أنشأ, أخذdan جعل
• fi’il-fi’il diatas beramal seperti كانdengan
syarat:
1. khobarnya berupa fi’il mudlori’ yang
diakhirkan dan merofa’kan pada
dlomir yang kembali pada isimya
fi’il-fi’il diatas
2. khobarnya حرىdan اخلولقharus
bersama أن
3. khobarnya af’alus syuru’ tidak boeh
bersamaan أن
• khobarnya عسىdan اوشكyang banyak
adalah bersama أن
• khobarnya كادdan كربyang banyak
adalah tidak bersama أن
❖ إنdan Saudara-saudaranya, yaitu: أن, كأن, لكن, ليت
dan لعل
• Beramal menashobkan mubtada’ sebagai
isimnya dan merofa’kan khobar sebagai
khobarnya
• Khobarnya إنdan Saudara-saudaranya
tidak boleh mendahuluinya
16
• Khobarnya إنdan Saudara-saudaranya
tidak boleh berada diantaranya dan
isimnya kecuali bila berupa dlorof atau
jej majrur
• Hamzahnya إنdikasroh bila:
Berda di permulaan kalam
Berada setelah أالyang menjadi
permulaan kalam
Berada setelah حيث
Berada seteah qosam (sumpah)
Berada setelah lafad yang musytaq
dari masdar qoul (menjadi isi
ucapan)
Khobarnya dimasuki lam ibtida’
17
1. Pada khobarnya, dengan syarat
khobarnya diakhirkan dan mutsbat
(tadak dinafikan)
2. Pada isimnya, dengan syarat isimnya
diakhirkan mendahulukan khobar
3. Pada dlomir fashl
4. Pada ma’mul khobarnya, dengan
syarat ma’mul khobarnya mendahului
khobar
• bila ماzaidah masuka pada & إنsdrya
maka amalnya batal kecuali ليت, maka
boleh beramal dan tidak
• ْ maka sedikit
Bila إنditahfif menjadi إن,
sekali yang beramal. Dan bila tidak
beramal, maka khobarnya harus bersama
lam ibtida’
• Bila أنditahfif menjadi أن, ْ maka tetap
beramal dan isimnya harus berupa
dlomir sya’n yang dibuang serta
khobarnya harus berupa jumlah
• ْ
Bila كأنdi tahfif menjadi كأن, maka tetap
beramal dan yang banyak isimnya
dibuang
• ْ
Bila لكنditahfif menjadi لكن, maka wajib
tidak beramal
❖ الlinafyil jinsi
• Beramal seperti إنdengan syarat:
- Isim dan khobarnya berupa isim
nakiroh
- Isimnya bersambung/ tidak terpisah
darinya
18
• Bila isimnya berupa mudlof atau syibhul
mudlof, maka isimnya dibaca nashob
• Bila isimnya mufrod (bukan mudlof atau
sibhul mudlof), maka dimabnikan
menurut alamat nashobnya
• Bila الdiulang, maka isim nakiroh yang
pertama boleh mabni fatah dan rofa’
• Bila isimnya الyang pertama mabni fatah,
maka isimnya الyang kedua boleh wajah
tiga yaitu: fathah, nashob dan rofa’
• Bila isimnya الyang pertama dibaca rofa’,
maka isimnya الyang kedua boleh wajah
dua yaitu rofa’ dan fatah
• Bila isimya الdiathofkan pada yang kedua
tanpa mengulangi ال, maka isim nakiroh
yang pertama wajib mabni fatah dan isim
nakiroh yang kedua boleh rofa’ dan
nashob
• Bila isimnya الyang mufrod dina’ati
dengan na’at mufrod dan antara na’at
dan man’ut tidak ada pemisah, maka
na’atnya boleh fathah, nashob dan rofa’
• Bila antara na’at dan man’ut terpisah
atau na’atnya bukan mufrod, maka boleh
nashob dan rofa’
• Bila khobarnya الtidak bisa diketahui
tanpa disebutkan maka khobarnya harus
diebutkan. Dan bila bisa diketahui tanpa
disebutkan maka yang banyak berlaku
adalah dibuang
• Bila isimnya الberupa isim ma’rifat atau ال
terpisah dengan isimnya, maka الtidak
19
beramal dan jumlah setelahnya menjadi
mubtada’ - khobar serta الwajib diulang.
20
• Semua lafadz yang ditashrif dari ظنdan
SDRnya bisa beramal kecuali هب, تعلم
(keduanya menetapi sighot amr) dan وهب
(menetapi sighot madli)
• Diperbolehkan membuang kedua maf’ul
atau salah satunya bila ada dalil
• سمعmenurut imam Akhfas bisa beramal
seperti ظنbila maf’ulnya yang kedua
berupa jumlah yang didengar. Sedangkan
menurut Jumhur ulama’, سمعmuta’addi
satu maf’ul, bila maf’ulnya ma’rifat maka
jumlah setelahnya menjadi hal dan bila
nakiroh maka jumlah setelahnya menjai
na’at
GHOIRU MUNSHORIF
Kalimat isim yang mu’rob dihukumi goiru
munshorif (tidak menerima tanwin) bila mempunyai
kesama’an dengan kalimat fi’il dalm hal sama-sama
mempunyai dua ilat yang salah satunya kembali pada lafadz
dan yang lain kembali pada ma’na atau mempunyai satu ilat
yang kembali pada lafadz dan ma’na sekaligus.
21
3. Ta’nits bil ma’na atau bit Ta’
4. Tarkib mazji
5. Ziyadah Alif Nun
6. ‘Ajam
22
CATATAN
23
24