LP Nifas Elfi Harlis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

1

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK


PROFESI STASE ASUHAN MASA NIFAS

ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI PMB HJ. NURAINI


KABUPATEN PADANG PARIAMANTAHUN 2022

Pembimbing Akademik: Suci Rahmadheny, S.ST, M.Keb

Pembimbing Lahan: Bdn. Hj. Nuraini, S.Tr.Keb

Disusun oleh:
Nama: Elfi
Harlis
NIM : 211000415901019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEBIDANAN INSTITUT
KESEHATAN PRIMA NUSANTARA
BUKITTINGGI
TAHUN 2022
I

LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN


PERSALINAN

PRAKTIK KLINIK PROFESI


STASE ASUHAN MASA
NIFAS

Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan


Persalinan ini
Telah Memenuhi Disetujui untuk di laksankan ke tahap
Laporan KasusPadang Pariaman, Tanggal Agustus
2022
Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Suci Rahmadheny, S.ST, M.Keb. Bdn. Hj. Nuraini, S.Tr.Keb


NIDN. 1007049002 NIP.
I

DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN PENDAHULUAN........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KASUS.......................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 4
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Tujuan Umum dan Khusus............................................................................ 4
C. Manfaat Penulisan.......................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................... 7
Masa Nifas....................................................................................................................... 7
1. Definisi............................................................................................................ 7
2. Periode Masa Nifas ...................................................................................... 7
3. Fisiologis Masa Nifa...................................................................................... 8
4. Kunjungan Masa Nifas …............................................................................. 13
5. .Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas ............................................................... 13
6. Dokumentasi SOAP........................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 18
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)


merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan suatu bangsa
dan menilai keberhasilan pelayanan kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data
World Health Organization (WHO), AKI adalah jumlah kematian selama
kehamilan atau sampai dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan,
akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera di setiap
100.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB adalah angka probabilitas untuk
meninggal di umur antara lahir sampai usia 1 tahun dalam 1000 kelahiran hidup
(WHO, 2014 dan Profil Kesehatan Indonesia, 2018).
Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari di tahun 2017,
sekitar 810 ibu di dunia meninggal akibat komplikasi/penyakit terkait kehamilan
dan persalinan (WHO, 2019). Sedangakan angka kematian bayi didunia sebesar
29 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017, dan angka kematian
bayi tertinggi terdapat di Afrika yaitu sebesar 51 per 1.000 kelahiran hidup,
enam kali lebih tinggi daripada wilayah Eropa yaitu sebesar 8 per 1.000
kelahiran hidup (WHO, 2020).
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 AKI kembali
menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup.
Namun masih tiga kali lipat dibandingkan target MDGs sebesar 102 per 10.000
kelahiran hidup. Target Indonesia untuk menurunkan AKI tahun 2030 menjadi
131 per 100.000 kelahiran hidup. AKB menurut SDKI tahun 2017 sebesar 15
per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDGs 2015
sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2019).
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2018 melaporkan AKI
sebesar 119 orang KH sedangkan AKB sebesar 556 orang angka KH (Profil
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2019). Menurut Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2018, capaian ibu hamil K1 95,65%, capaian K4 88,03%, capaian PN
86,28%, capaian KF 85,92%, capaian KN lengkap 91,39%, capaian akseptor
5

KB aktif 63,27% (DKK Padang, 2019; Kemenkes, 2019).


Faktor yang berperan penting untuk mengurangi angka kematian
maternal antara lain, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan
pelayanan yang baik ketika persalinan (Pratiwi, 2018).
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah
plasenta keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat kandungan
akan kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu untuk
memulihkan kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Nugroho,
Nurrezki, Desi, & Wilis, 2014). Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai dengan
42 hari pasca persalinan (Kementrian Kesehatan, 2014).
Ketika masa nifas terjadi perubahan-perubahan penting, salah satunya yaitu
timbulnya laktasi. Laktasi adalah pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Laktasi
terjadi oleh karena pengaruh hormon estrogen dan progesterone yang merangsang
kelenjar-kelenjar payudara ibu. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 ini sangat penting diberikan kepada bayi sejak
bayi dilahirkan hingga selama enam bulan, tanpa menambahkan atau menggantidengan
makanan atau minuman. Pemberian ASI eksklusif bertujuan untuk memenuhi asupan
ASI pada bayi sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan karena ASI
mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan mengandung zat-zat penting
seperti protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi
sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi(Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, 2016).
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
melakukan asuhan kebidanan tentang “Asuhan Masa Nifas Normal Pada Ibu di
PMB Hj.Nuraini Tahun 2022”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat rumusan
masalah yaitu “Bagaimana Asuhan Masa Nifas Normal Pada Ibu di PMB
Hj.Nuraini Tahun 2022?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan secara menyeluruh terhadap kasus
kebidanan asuhan Masa Nifas normal pada ibu hamil di PMB Hj.Nuraini
Tahun 2022.
6

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian data Subjektif pada ibu hamil dengan
asuhan Masa Nifas normal di PMB Hj.Nuraini Tahun 2022.
b. Mampu melakukan pengkajian data Objektif pada ibu hamil dengan
asuhan Masa Nifas normal di PMB Hj.Nuraini Tahun 2022.
c. Mampu melakukan Analisa dan Pelaksanaan pada ibu hamil dengan
asuhan Masa Nifas normal di PMB Hj.Nuraini Tahun 2022.

D. Manfaat
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil study kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam
memberikan asuhan Masa Nifas normal pada ibul .
2. Bagi Subyek Penelitian
Subyek maupun masyarakat bisa melakukan persiapan Masa Nifas dan
mendeteksi dini resiko Masa Nifas sehingga dapat dilakukan antisipasi
dan mendapatkan penanganan segera.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Nifas (Peurperium)
berasal dari bahasa Latin. Peurperium berasal dari dua suku kata yakni Peur dan
parous. Peur berarti bayi dan parous berarti melahirkan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa Peurperium merupakan masa setelah kehamilan (Kemenkes RI, 2018).
Masa nifas pada umumnya berlangsung sampai enam minggu setelah
melahirkan. Masa nifas adalah masa dimulai setelah selesainya persalinan dan
berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum
hamil/tidak hamil. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks
dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai dengan banyak perubahan
fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut mungkin hanya sedikit
mengganggu ibu dan banyak memberikan ketidaknyamanan pada awal
postpartum, yang tidak menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila
tidak diikuti dengan perawatan yang baik (Safitri, 2016)

2. Periode Masa Nifas


Menurut Maryunani (2015) dalam Kemenkes RI (2018), tahapan masa
nifas dibagimenjadi 3 yaitu:
a. Puerperium Dini
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b. Puerperium Intermedial
Pulihnya alat-alat genitalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Masa ini bisa
berlangsung 3 bulan bahkan lebih lama sampai tahunan.
8

3. Fisiologi Masa Nifas


Menurut Kemenkes RI (2019), terdapat beberapa adaptasi fisiologi
selama masanifas, sebagai berikut:

a. Perubahan Sistem Reproduksi


Perubahan pada sistem reproduksi secara keseluruhan disebut proses
involusi,disamping itu juga terjadi perubahan-perubahan penting lain yaitu
terjadinya hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. Organ dalam sistem
reproduksi yang mengalami perubahan yaitu:
1. Uterus

Uterus adalah organ yang mengalami banyak perubahan besar. Pada masa
pasca persalinan uterus mengalami involusi. Involusi atau pengerutan
uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisisebelum
hamil dengan berat sekitar 60 gram. Uterus hamil (diluar berat bayi,
plasenta, cairan dll) memiliki berat sekitar 1000 gram.

Tabel 2.5. Tinggi Fundus dan Berat Uterus menurut hari

Pada beberapa minggu setelah itu, uterus perlahan-lahan akan kembali ke


ukurannya sebelum hamil, meskipun secara keseluruhan ukuran uterus tetap akan
sedikit lebih besar sebelum hamil. Lokhia yang awal keluar dikenal sebagai
lokhia rubra (2 hari pasca persalinan). Lokhia rubra akan segera berubah warna
dari merah menjadi merah kuning berisi darah dan lendir, yaitu lokhia
sanguinolenta (3 -7 hari pp) , dan akan berubah menjadii berwarna kuning, tidak
berdarah lagi, yaitu lokhia serosa (7 -14 hari pp) .
9

Setelah beberapa minggu, pengeluaran ini akan makin berkurang dan


warnanya berubah menjadi putih , lokhia alba, terjadi setelah 2 minggu pp.
Periode pengeluaran lokhia bervariasi, tetapi rata-rata akan berhenti setelah
5 minggu.
2. Vulva dan Vagina
Pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae kembali.
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap seperti

ukuran sebelum hamil pada minggu ke 6-8 setelah melahirkan. Rugae


akan terlihat kembali pada minggu ke 3 atau ke 4.
3. Perineum
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, sehingga menyebabkan mengendurnya
organ ini bahkan robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan pulih
setelah 2-3 minggu.
4. Perubahan Payudara
Persiapan payudara untuk siap menyusu terjadi sejak awal kehamilan.
Laktogenesis sudah terjadi sejak usia kehamilan 16 minggu. Pada saat itu
plasenta menghasilkan hormon progesteron dalam jumlah besar yang akan
mengaktifkan sel-sel alveolar matur di payudara yang dapat mensekresikan
susu dalam jumlah kecil.
Setelah plasenta lahir, terjadi penurunan kadar progesteron yang tajam
yang kemudian akan memicu mulainya produksi air susu. Proses produksi
air susu sendiri membutuhkan suatu mekanisme kompleks. Pengeluaran
yang reguler dari air susu (pengosongan air susu) akan memicu sekresi
prolaktin. Penghisapan puting susu akan memicu pelepasan oksitosin yang
menyebabkan sel-sel mioepitel payudara berkontraksi dan akan mendorong
air susu terkumpul di rongga alveolar untuk kemudian menuju duktus
laktoferus.
Jika ibu tidak menyusui, maka pengeluaran air susu akan terhambat yg
kemudian akan meningkatkan tekanan intramamae. Distensi pada alveolar
payudara akan menghambat aliran darah yang pada akhirnya akan
menurunkan produksi air susu. Selain itu peningkatan tekanan tersebut
1

memicu terjadinya umpan balik inhibisi laktasi (FIL= feedback inhibitory


of lactation) yang akan menurunkan kadar prolaktin dan memicu involusi
kelenjar payudara dalam 2-3 minggu
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1-2 jam setelah bersalin.
Konstipasi dapat menjadi masalah pada awal puerperium akibat dari
kurangnya makanan dan pengendalian diri terhadap BAB. Ibu
dapatmelakukan pengendalian terhadap BAB karena kurang pengetahuan
dan kekhawatiran lukanya akan terbuka bila BAB.
c. Perubahan Sistem Perkemihan
Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama puerperium.
Pelebaran (dilatasi) dari pelvis renalis dan ureter akan kembali ke kondisi
normal pada minggu ke dua sampai minggu ke 8 pasca persalinan.
d. Perubahan Sistem Hormonal
Terdapat perubahan hormon pada saat hamil, bersalin dan nifas, dimana
hormon- hormon yang berperan tersebut antara lain :
1. Hormon Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi
plasenta. Hormon plasenta akan menurun dengan cepat pasca persalinan.
Penurunan hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan
kadar gula darah menurun pada masa nifas. HCG menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% dalam 3 jam – hari ke 7 pasca persalinan dan
sebagai onset pemenuhan payudara pada hari ke 3 pasca persalinan.
2. Hormon Pituitary
Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon
prolaktin darah meningkat dengan cepat, dan pada wanita yang tidak
menyusui akan menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin
berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
FSH dan LH meningkat pada fase konsetrasi folikuler pada minggu ke-3
dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
1

3. Hormon Hipotalamik pituitary ovarium


Hormon ini akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi
pada wanita menyusui maupun tidak menyusui. Pada wanita menyusui,
16% wanita akan mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca
persalinan, dan 45% wanita setelah 12 minggu pasca persalinan.
Sedangkan pada wanita tidak menyusui, 40% wanita akan
mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca persalinan, serta 90%
wanita setelah 24 minggu.
4. Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang,
bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga
persalinan,hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan
bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin sehingga
dapat membantu involusi uteri.
5. Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan akan meningkat. Hormon estrogen
yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang dapat meningkatkan
volume darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus
yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,
perineum,vulva serta vagina.

e. Perubahan Tanda-tanda Vital


Tekanan darah seharusnya stabil dalam kondisi normal. Temperatur
kembali ke normal dari sedikit peningkatan selama periode intrapartum
dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama postpartum. Nadi dalam
keadaan normal kecuali partus lama dan persalinan sulit.
1

f. Perubahan Psikologis
Kelahiran anggota baru bagi suatu keluarga memerlukan penyesuaian bagi
ibu. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani,
perubahan tersebut berupa perubahan emosi dan sosial. Adaptasi
psikologis ini menjadi periode kerentanan pada ibu postpartum. Tanggung
jawab ibu postpartum bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir.
Proses penyesuaian ibu atas perubahan yang dialaminya terdiri atas tiga
fase yaitu (Safitri, 2016):
1) Fase taking in
Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu
bicara tentang dirinya sendiri.
Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa
mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu
perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang
mungkin dialami, seperti mudah tersinggung, menangis. Hal ini
membuat ibu cenderung menjadi pasif. Pada fase ini petugas
kesehatan harus menggunakan pendekatan yang empatik agar ibu
dapat melewati fase ini dengan baik.
2) Fase taking hold
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu
mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan
gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan
ibu. Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan
kepercayaan diri ibu
1

3) Fase letting go
Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui
sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada
fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran
barunya. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase
sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya

5. Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan masa nifas dilaksanakan minimal 4 kali dengan waktu kunjungan
ibu dan bayi baru lahir bersamaan yaitu. :
a. Pelayanan pertama dilakukan pada waktu 6 - 48 jam setelah persalinan.
b. Pelayanan kedua dilakukan pada waktu 3-7 hari setelah persalinan.
c. Pelayanan ketiga dilakukan pada waktu 8-28 hari setelah persalinan.
d. Pelayanan keempat dilakukan pada waktu 29-42 hari setelah persalinan untuk
ibu dan bayi berumur lebih dari 28 hari (Kemenkes, 2019)
Kunjungan masa nifas meliputi penilaian terhadap keadaan umum (fisik) dan
psikologis (kejiwaan) ibu, juga pemeriksaan laboratorium/ penunjang.

6. Tanda Bahaya Masa Nifas


Sebagian besar kehamilan berakhir dengan persalinan dan masa nifas yang
normal. Akan tetapi, 15-20 % diperkirakan akan mengalami gangguan atau
komplikasi. Gangguan tersebut dapat terjadi secara mendadak dan biasanya
tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Karena itu, tiap tenaga kesehatan, ibu
hamil, keluarga dan masyarakat perlu mengetahui dan mengenali tanda bahaya.
Tanda bahaya pada ibu di masa nifas antara lain (Kemenkes RI, 2019):
1

a. Perdarahan Pasca Persalinan


Perdarahan yang banyak, segera atau dalam 1 jam setelah melahirkan,
sangat berbahaya dan merupakan penyebab kematian ibu paling sering.
Keadaan ini dapat menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari 2
jam. Ibu perlu segera ditolong untuk penyelamatan jiwanya. Perdarahan
pada masa nifas (dalam 42 hari setelah melahirkan) yang berlangsung
terus menerus disertai bau tak sedap dan demam, juga merupakan tanda
bahaya.

b. Keluar cairan berbau dari jalan lahir


Keluarnya cairan berbau dari jalan lahir menunjukkan adanya infeksi.
Hal ini bisa disebabkan karena metritis, abses pelvis, infeksi luka
perineum atau karena luka abdominal.
c. Bengkak di wajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan kejang-
kejang. Bengkak pada wajah, tangan dan kaki bila disertai tekanan
darah tinggi dansakit kepala (pusing).
d. Demam lebih dari 2 hari
Demam lebih dari 2 hari pada ibu nifas bisa disebabkan oleh infeksi.
Apabila demam disertai keluarnya cairan berbau dari jalan lahir,
kemungkinan ibu mengalami infeksi jalan lahir. Akan tetapi apabila
demam tanpa disertai keluarnya cairan berbau dari jalan lahir, perlu
diperhatikan adanya penyakit infeksi lain seperti demam berdarah,
demam tifoid, malaria, dsb.
e. Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit

Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit bisa disebabkan karena


bendungan payudara, inflamasi atau infeksi payudara.
f. Gangguan psikologis pada masa pasca persalinan meliputi :
1. Perasaan sedih pasca persalinan (postpartum blues)
Depresi ringan dan berlangsung singkat pada masa nifas, ditandai
dengan merasa sedih, merasa lelah, insomnia, mudah tersinggung,
sulit konsentrasi
1

Gangguan hilang dengan sendirinya dan membaik setelah 2-3 hari


namun terkadang sampai 10 hari
2. Depresi pasca persalinan (postpartum depression)
Gejala mungkin bisa timbul dalam 3 bulan pertama pasca persalinan
atau sampai bayi berusia setahun. Gejala yang timbul tampak sama
dengan gejala depresi yakni sedih selama >2 minggu, kelelahan yang
berlebihan dan kehilangan minat terhadap kesenangan
3. Psikosis pasca persalinan (postpartum psychotic)

Ide / Pikiran bunuh diri, ancaman tindakan kekerasan terhadap bayi


baru lahir , dijumpai waham curiga/ persekutorik, dan dijumpai
halusinasi/ ilusi merupakan tanda dari psikosis pasca persalinan.

2.1.2 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas


Asuhan Kebidanan pada Ny…. Postpartum hari
ke….
di…………………….Tanggal……………

a. Data subyektif (S)


1) Identitas
Nama : untuk memudahkan dalam memanggil
klienUmur: untuk mengetahui apakah umur
Agama : untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh
ibuPendidikan : untuk mengetahu tingkat pendidikan ibu
Pekerjaan : untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi ibu
Alamat : untuk memudahkan komunikasi dengan klien dan
melakukankunjungan rumah jika diperlukan
2) Alasan Kunjungan/ Keluhan utama
Keluhan utama merupakan alasan ibu datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan dan kebutuhan apa yang menjadi alasa ibu berkunjungan.
Keluhan utama ditulis singkat dan jelas
3) Riwayat Obstetri
1

Riwayat Gravida, Paritas, abortus dan jumlah anak hidup. Tempat


persalinan, Perdarahan pada masa kehamilan, penyulit, BB/PB lahir
anak, masalah pada kehamilan, persalinan dan nifas serta KB
4) Riwayat persalinan sekarang
Meliputi tanggan bersalin, jenis persalinan, perdarahan, penyulit atau
komplikasi, dan data bayi yang dilahirkan.
5) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan meliputi: penyakit jantung, hipertensi, DM, TBC,
ginjal, Asma, dan hepatitis.
6) Pola aktivitas sehari-hari
Meliputi pola kebiasaan ibu, nutrisi ibu setiap hari (makan dan
minum), pola istirahat dan tidur, eliminasi, dan personal hygiene saat
hamil dan saat dimasa nifas.
7) Riwayat Psikososial dan Budaya
Meliputi respon ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya
bounding attachment, cara menyusui apakah sudah benar, rencana
KB.
8) Informasi atau penyuluhan apa saja yang sudah didapat terkait masa nifas
(Kemenkes RI, 2018)
b. Data Objektif
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum : meliputi tingkat energi, keadaan emosi, postur
tubuh ibu dan ekspresi ibu selama pemeriksaan.
b) Kesadaran : meliputi composmentis, apatis, somnolen,
stupor, koma dan delirium.
c) Tanda-tanda vital : meliputi tekanan darah, temperatur tubuh ibu,
frekuensi nadi, dan pernapasan.
d) Pengukuran : meliputi BB ibu sebelum hamil, BB
sekarang,tinggi badan, dan lingkar lengan atas.
2) Pemeriksaan Fisik (Kemenkes RI, 2019)
a) Kepala : meliputi keseimetrisan wajah, oedema pada wajah,
muka, cloasma gravidarum,
b) Mata : kesimetrisan mata, konjungtiva kemerahan, dan warna
sklera putih
1

c) Telinga : simetris, bersih atau tidak, pengeluaran serumen.


d) Mulut : keadaan bibir pucat/tidak, karies gigi ada atau tidak
e) Payudara : meliputi bentuk payudara, konsistensi, keadaan
puting, pengeluaran kolostrum atau cairan lain, retraksi dinding dada.
f) Abdomen : TFU, Kontraksi uterus, diastasis recti.
g) Ekstremitas : oedema/tidak, terdapat varises atau tidak, gerakan
ekstremitas.
h) Genitalia : meliputi kebersihan genitalia, pengeluaran ada atau
tidak, keadaan luka jahitan perineum jika ada, lochea, jumlah
i) Anus : meliputi terdapat hemoroid atau tidak
j) Punggung : terdapat kelainan pada punggung atau tidak.
3) Pemeriksaan Penunjang
Meliputi Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan Hb dan gula darah.
(Kemenkes RI, 2018)
c. Assesment (A)
Merupakan kesimpulan dari data subjektif dan objektif (Kemenkes RI, 2018).
d. Planning (P)
Planning adalah wujud dari pembuatan rencana asuhan saat ini dan saat
yang akan datang. Rencana asuhan didapat dan disusun berdasarkan
hasil analisis dan interpretasi data (Kemenkes RI, 2018).
Rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas yaitu :
1) Berikan informasi hasil pemeriksaan terkait kondisi ibu
2) Berikan penkes tentang tanda-tanda bahaya selama nifas dan
pencegahannya
3) Berikan penkes tentang pemberian ASI awal
4) Berikan penkes tentang pola aktivitas ibu selama masa nifas
5) Berikan penkes tentang manajemen laktasi
6) Berikan penkes tentang penyulit selama masa nifas
7) Berikan penkes tentang keluarga berencana
8) Jadwalkan kunjungan nifas ulang berikutnya
1

DAFTAR PUSTAKA

Ai Nurasiah, ddk. (2014). Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung: PT


Refikaa Aditama

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2019. Profil Kesehatan Tahun 2018 Dinas Kesehatan
Kota Padang. Padang : DKK

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. 2018. Profil Kesehatan Provinsi


Sumatera Barat 2017. Padang

Kementerian Kesehatan RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018.


Jakarta : Kemenkes RI.

Pratiwi, Nur Afni. (2018). Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Pada Ny”P”
Riwayat Paritas Tinggi Dengan Perdarahan di RSUD Syekh Yusuf Gowa
Tahun 2018. Nursing Arts, Vol XIV

Safitri Y, Cahyanti R.D. 2016. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Motivasi


Terhadap Kemandirian Ibu Nifas dalam Perawatan Diri Selama Early
Postpartum. Jurnal Kedokteran Diponegoro. [e-journal]

World Health Organization (WHO). 2016. WHO recommendations on antenatal care


for apositive
pregnancyexperience.[online].Tersedia:https://apps.who.int/iris/bitstream/ha
ndle/10665/250796/9789241549912eng.pdf;jsessionid=08DFCD423707B0
66AF05691E0AD3BC7B?sequence=1.[30Maret 2020].
World Health Organization (WHO). 2018. WHO Recommendations on Antenatal
Care for aPositive
PregnancyExperience.[online].Tersedia:https://apps.who.int/iris/bitstream/h
andle/10665/259947/WHO-RHR-18.02- eng.pdf?sequence=1. [1 April
2020].
World Health Organization (WHO). 2020. Infant mortality. [online].
Tersedia:https://www.who.int/gho/child_health/mortality/neonatal_infant_t
ext/en/. [28Maret 2020].
1

Anda mungkin juga menyukai