Labiopalatoschizis

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Laporan studi kasus


LABIOPALATOSCHIZIS

DISUSUN OLEH :
1. YUSNITA DAMAYANTI 202101023
2. NAJLA CARISSA 202101026
3. SITI KHODIJAH 202101009
4. AYUT DIA SYAHPUTRI 202101016
5. APRILIA PURNAMA 202101007
6. DEA PUTRI ANANDA 20210108
AKADEMI KEBIDANAN KARTIKA MITRA HUSADA
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmat dab karunia-NYA sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas laporan ini tanpa suatu halangan apapun. Laporan yang berjudul
LAPORAN STUDI KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. N DENGAN LABIOPALATOSCHIZIS
DI RS. MITRA SEJATI MEDAN JOHOR TAHUN 2022.

Laporan ini merupakan laporan studi kasus yang diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dati
mata kuliah praktik kebidanan ll di RS. MITRA SEJATI medan johor pada tanggal 19 juni 2022.

Kami menyadari bahwa laporan studi kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca dan tim penilai yaitu para dosen sebagai
penyempurnaan laporan studi kasus ini. Semoga laporan studi kasus ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembacanya.

Medan 19 Juni 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengertian Labio palatochizis berasal dari tiga kata yaitu labio (bibir), palato (langit langit) dan
schizis (celah). Labioschizis adalah celah pada bibir sedangkan palatoschizis adalah celah pada
palatum atau langit-langit terjadi karena kelainan kongenital yang pada masa embriologi
semester pertama. Labio palatoschizis atau sumbing langitan adalah cacat bawaan berupa celah
pada bibir atas. Gusi, rahang, dan langit-langit (Fitri Purwanto 2011). Labio palatoschizis
merupakan suatu kelainan kongenital abnomaly yang berupa adanya kelainan bentuk pada
wajah. Palatokschizis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu. Bibir sumbing adalah
malformasi yang disebabkan oleh gagalnya propsuesus nasal median dan maksilaris untuk
menyatu selama perkembangan embriotik.

Etiologi Penyebab kasus kelainan ini disebabkan dua faktor, yaitu: faktor herediter (genetik)
atdan faktor eksternal atau lingkungan.

1. Faktor Herediter (genetik) Faktor ini biasanya diturunkan secara genetik dari riwayat
keluarga yang mengalami mutasi genetik. Menurut salah satu literatur, Schroder
mengatakan bahwa 75% dari faktor keturunan yang menimbulkan celah bibir adalah
resesif dan hanya 25% bersifat dominan.
2. Faktor Eksternal / Lingkungan
a. Usia Kehamilan Untuk faktor ini, bisa dilebih disudutkan lagi lebih ke aspek, faktor-
faktor yang mempengaruhi seorang ibu pada masa kehamilan. Usia kehamilan yang
rentan saat pertumbuhan embriologis adalah trimester pertama (lebih tepatnya 6
minggu pertama sampai 8 minggu). Karena pada saat ini proses pembentukan
jaringan dan organ-organ dari calon bayi.

b. Obat-obatan. faktor obat-obatan yang bisa bersifat teratogen semasa kehamilan


misalnya Asetosal, Aspirin sebagai obat analgetik, Rifampisin, Fenasetin, Sulfonamid,
Aminoglikosid, Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin
dapat menyebabkan celah langit- langit. Antineoplastik, Kortikosteroid. Oleh karena
itu penggunaan obat-obatan tersebut harus dalam pengawasan yang ketat dari
dokter kandungan yang berhak memberikan resep tertentu.
c. Nutrisi kekurangan zat seperti vitamin B6 dan B kompleks, asam folat).
d. Penyakit infeksi Sifilis, virus rubella.
e. Radiasi.
f. Stres emosional.
g. Trauma (trimester pertama).

Manifestasi Klinis pada Labiopalatoschizis:


 Distrosi pada hidung tampak sebagian atau keduanya.
 Adanya celah pada bibir.
 Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, dan keras dan atau foramen incisive.
 Adanya rongga pada hidung.
 Teraba ada celah atau terbukanya langit – langit saat diperiksa dengan jari.
 Kesukaran dalam menghisap atau makan.

Klasifikasi-Klasifikasi menurut struktur – struktur yang


terkena menjadi:
a. Palatum primer : meliputi bibir, dasar hidung, alveolus dan palatum durum dibelahan
foramen incivisium.
b. Palatum sekunder : meliputi palatum durum dan molle posterior terhadap foramen.

Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum primer dan palatum
sekunder dan dapat unilateral atau bilateral. Kadang – kadang terlihat suatu belahan
submukosa, dalam kasus ini mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan
otot palatum.

Klasifikasi menurut organ yang terlibat :


1. Celah bibir (labioskizis)
2. Celah di gusi (gnatoskizis)
3. Celah dilangit (Palatoskizis)
4. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit – langit
(labiopalatoskizis).

Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah:


1. Jika celah sumbing terjadi hanya di salah satu bibir dan tidak memanjang ke hidung.
2. Unilateral complete : Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
3. Bilateral complete : Jika celah sumbing terjadi dikedua sisi bibir dan memanjang hingga
ke hidung.

Komplikasi Jika penderita labiopalatoschisis tidak segera ditangani (operasi), maka penderita
beresiko mengalami komplikasi. Berikut komplikasi jika penderita tidak segera dioperasi :

a. Masalah dental Anak yang lahir dengan celah bibir mungkin mempunyai masalah
tertentu yang berhubungan dengan kehilangan gigi, malformasi, dan malposisi dari gigi
geligi pada area dari celah bibir yang terbentuk.
b. Masalah asupan makanan, adanya celah bibir memberikan kesulitan pada bayi 5untuk
melakukan hisapan payudara ibu atau dot.

kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup ruang atau rongga nasal pada saat bicara
mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Penderita celah palatum memiliki kesulitan
bicara, sebagian karena palatum lunak cenderung pendek dan kurang dapat bergerak sehingga
selama berbicara udara keluar dari hidung. Anak mungkin mempunyai kesulitan untuk
menproduksi suara atau kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, dan ch", dan terapi bicara (speech therapy)
biasanya sangat membantu.
Infeksi telinga Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga
karena terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan
dan penutupan tuba eustachius. Tuba eustachius adalah saluran penghubung antara rongga
mulut dan telinga.

Otitis Media Otitis media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media adalah komplikasi
umum dari suatu celah langit-langit mulut dan hadir di hampir semua anak-anak dengan
unrepaired clefts.

Obstruksi jalan napas Obstruksi jalan napas dapat hadir pada anak-anak dengan sumbing langit-
langit, terutama mereka yang memiliki rahang hypoplasia (yaitu, sebuah Pierre Robin urutan).
Obstruksi jalan napas bagian atas hasil dari posisi posterior lidah, yang rentan terhadap prolaps
ke dalam faring dengan inspirasi. Obstruksi nasal dapat juga hasil dari lidah menonjol ke rongga
hidung.

Pemeriksaan Diagnostik :
1. Tes pendengaran, bicara dan evaluasi.
2. Laboratorium untuk persiapan operasi; Hb, Ht, leuko, BT, CT.
3. Evaluasi ortodental dan prostontal dari mulai posisi gigi dan perubahan struktur dari
orkumaxilaris.
4. Konsultasi bedah plastik, ahli anak, ahli THT, ortodentisist, spech terapi.
5. MRI untuk evaluasi abnormal.
6. Foto rontgen.
7. Pemeriksaan fisik.

Penatalaksanaan Biasanya anak dengan cleft lip and palate akan dirawat oleh tim dokter khusus
yang mencakup dokter gigi spesialis bedah mulut, dokter spesialis bedah plastik, ahli terapi
bicara, audiologist (ahli pendengaran), dokter spesialis anak, dokter gigi spesialis gigi anak,
dokter gigi spesialis orthodonsi, psikolog, dan ahli genetik.

Ada tiga tahap penanganan bibir sumbing :


1. Pada tahap sebelum operasi Yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayi menerima
tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan berat badan yang
dicapai dan usia yang memadai. Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi
berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia
lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang
harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak
bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana ketika
dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah yang optimal artinya
tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga
membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar lubang khusus ini tidak
tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi
setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit
yang terbelah. Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester
khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh
akibat proses tumbuh kembang yang menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan
(protrusio pre maksila) akibat dorongan lidah pada prolabium , karena jika hal ini terjadi
tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir
yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai
waktu operasi tiba.
2. Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi Pada saat ini yang diperhatikan adalah soal
kesiapan tubuh si bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh
seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3
bulan Usia ini dipilih mengingat pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan
sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir
sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap
menjadi kurang sempurna. Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia
18 – 20 bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk
sekolah. Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan
speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap
terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme
kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang salah.
3. Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi Penatalaksanaanya tergantung dari
tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani akan
memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya setelah operasi bibir sumbing luka
bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap menggunakan sendok atau dot khusus untuk
memberikan minum bayi. Banyaknya penderita bibir sumbing yang datang ketika usia
sudah melebihi batas
4. usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya untuk keperluan kosmetika saja
sedangkan secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap terganggu seperti sengau
dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak
banyak bermanfaat.

Pengobatan :
1. Dilakukan bedah elektif yang melibatkakn bebrapa disiplin ilmu untuk penanganan
selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kalainan tetapi
waktunya yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi.
2. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule of ten
yaitu umur >10 mg, BB > 10 ton, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000 ui
3. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan / palatoplasti dikerjakan sediini
mungkin (15 – 24 bln) sebelum anak mampu bicara lengkap sehiongga pusat bicara otak
belum membentuk cara bicara. Pada umur 8 – 9 thn dilaksanakan tindakan operasi
penambahan tulang pada celah alveolus/maksila uuntuk memungkinkan ahli ortodensi
mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.
4. Operasi terakhir pada usia 15 – 17 tahu n dikerjakan setelah pertumbuhan tulang –
tulang muka mendeteksi selesai.
5. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki kerusakan yang lebar. Dalam
hal ini suatu kontur seperti balon bicara ditempel pada bagian belakang gigi geligi
menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.
6. Anak tersebut juga membutuhkan teraphi bicara karena langit – langit sangat penting
untuk pembentukan bicara dan perubahan struktur.

Pencegahan :
1. Ibu menghindari merokok
2. Menghindari alkohol Peminum
3. Nutrisi Nutrisi yang adekuat dari ibu hamil saat konsepsi dan trimester I kehamilan
sangat penting bagi tumbuh kembang bibir, palatum dan struktur kraniofasial yang
normal dari fetus.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan masalah penelitian yaitu "Bagaimana
pengaruh edukasi terstruktur terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan pasien dalam
perawatan LABIOPALATOSCHIZIS di RS. MITRA SEJATI tahun 2022?

C. Tujuan
1.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh edukasi terstruktur terhadap pengetahuan, sikap dan tindakan pasien
dalam perawatan LABIOPALATOSCHIZIS di RS. MITRA SEJATI Tahun 2022.

1.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan, sikap pasien dalam perawatan


labiopalatoschizis sebelum dilakukan edukasi pada pasien.
b. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan pasien dalam
perawatan labiopalatoschizis setelah dilakukan edukasi pada pasien.
c. Untuk mengidentifikasi pengaruh edukasi terstruktur terhadap pengetahuan, sikap dan
tindakan pasien dalam perawatan labiopalatoschizis.

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi pelayanan kebidanan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perawat RS. MITRA
SEJATI MEDAN untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan pasien tentang
perawatan labiopalatoschizis melalui pemberian edukasi secara terstruktur.
b. Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan rujukan untuk
menambah keilmuan kebidanan tentang pengaruh edukasi terstruktur terhadap tingkat
pengetahuan, sikap dan tindakan pasien dalam perawatan labiopalatoschzis.
Bagi perkembangan ilmu kebidanan
c. Hasil penelitian ini dapat diharapkan dapat menjadi acuan bagi ilmu kebidanan
khususnya keperawatan medikal bedah dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan
tindakan pasien dalam perawatan labiopalatoschizis di tatanan klinis melalui pemberian
edukasi secara terstruktur pada pasien labiopalatoschizis.
d. Bagi pasien
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang perawatan
labiopalatoschizis, membentuk sikap positif dan dapat melakukan perawatan
labiopalatoschizis yang baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. ASUHAN KEBIDANAN
1. Pengkajian

a. Pengumpulan Data

Nama : By. Ny. N

Umur : 5 bulan

Jenis jelamin : laki - laki

Diagnosa medis : Labiopalatoschizis

b. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan utama Klien dilahirkan dalam kondisi terdapat celah pada bibir dan langit-langit
mulut, dan tampak kesulitan untuk menyusu.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang Bayi laki – laki terlahir dengan kondisi terdapat celah pada
bibir dan langit – langit mulut, tampak sulit menyusui jadi sulit untuk mendapatkan
nutrisi.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu.
4. Riwayat Keluarga Kemungkinan orang tua mempunyai karier bibir sumbing atau bisa
karena terjadi paparan radiasi pada saat kehamilan trimester I sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan pada janin.

c. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda tands vital


RR : 46x/menit
HR : 120x/ menit
Suhu : 37,8`C
2. Kondisi Saat Lahir
- Terdapat celah pada bibir dan langit-langit mulut.
- Lingkar perut : 45 cm
- BBL : 2500 g

d. Data Psikologis

Ketika anaknya lahir, ibu tampak sedih melihat kondisi anaknya, bingung bagaimana cara
menyusui anaknya dan berkata tidak tahu apa yang harus dilakukan setelah anak dibawa
pulang ke rumah. Ibu berusaha menutup – nutupi wajah anaknya dari orang lain. Ibu berkata
malu akan kondisi anaknya.

e. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium :

- Leukosit : 11.000mg/dl

- Eritrosit : 3.500 mg/dl

- Trombosit : 270.000 mg/dl

- Hemoglobin : 16 gr/dl

- Hematokrit : 30

- Kalium : 4,8 mEq

- Natrium : 138 mEq

2. Analisa Data Data Yang Menyimpan

Do : Etiologi

Masalah keperawatan : terdapat celah pada bibir dan langit langit mulut.

Susunan mulut berbeda

Ds : Tidak ada pemisah antara mulut dan hidung.

Anda mungkin juga menyukai