RPL Kon - Individual

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL

SEMESTER GENAP
T.A 2022/2023

1. Nama Konseli : A Y (INISIAL)


2. Kelas/Semester : X SMA/Genap
3. Hari/Tanggal : Senin, 10 Oktober 2022
4. Pertemuan ke :I
5. Waktu : 1 X 45 MENIT
6. Tempat : Ruang BK SMAN 4 Palangkaraya

7. Deskripsi Masalah:
a. Gejala masalah:
 A.Y merupakan seorang siswa yang pintar dan berprestasi. Namun prestasi A.Y
pada semester dua ini menurun drastis. A.Y tidak dapat membagi waktu antara
belajar dan bermain game online, A.Y lebih banyak menghabiskan waktu untuk
bermain, akibatnya A.Y merasa kecewa pada diri sendiri, merasa cemas saat
ujian, takut akan kegagalan, takut dimarahi orangtua karena tidak memenuhi
harapan mereka, dan nilai A.Y mengalami penurunan. Konselor memberikan
motivasi pada A.Y bahwa itu merupakan kebiasaan buruk dan harus dirubah.
 Konseli bernama A.Y merasa nilai yang didapat disekolah mengalami
penurunan sebelumnya prestasi dan nilai A.Y baik dan termasuk siswa yg
pintar
 A.Y sibuk bermain game online sehingga tidak bisa membagi waktu untuk
belajar
 A.Y merasa bermain game online terlalu lama ternyata tidak baik dan
membawa dampak buruk untuk prestasi belajarnya

b. Sebab Masalah:
 A.Y tidak dapat membagi waktu antara belajar dan bermain game online
 Sejak kecanduan game online A.Y selalu menghabiskan waktu untuk
bermain game online dan mengabaikan tugas sekolahnya
 A.Y merasa game online membawa dampak buruk baginya dan prestasi
belajarnya

c. Akar Masalah:
 A.Y tidak dapat membagi waktu antara belajar dan bermain game online

8.Tujuan Konseling:
Membantu konseli mencapai tingkat kemandirian dan integrasi yang lebih besar.
Fokusnya adalah pada konseli sendiri, permasalahannya disebabkan karena konseli yang
bersangkutan tidak dapat mengembangkan potensinya. Dengan perkataan lain,
pengalamannya tertekan. konseli tidak mampu menjalani kehidupan yang otentik dan asli
sehingga mengalami hambatan dalam mengaktualisasikan diri. Konseling ini membantu
konseli yang : 1) Tidak mampu mempersepsi dirinya, orang lain, dan berbagai peristiwa yang
terjadi di lingkungannya
secara objektif, 2) Tidak terbuka terhadap semua pengalaman yang mengancam konsep
dirinya, 3) Tidak mampu menggunakan semua pengalaman 4. Tidak mampu
mengembangkan dirinya kea rah aktualisasi diri

9. Pendekatan/Strategi/Teknik :
Guru BK menggunakan pendekatan konseling Person-Centered Therapy

10. Prosedur Konseling :

No Langkah / Proses Konseling


.
1 Prakonseling
1. Kesiapan Konselor :
a. Persiapan Fisik
• Menunjukkan penampilan diri yang rapi, tidak bertentangan dengan
nilai yang berlaku dengan tempat di mana konseling dilaksanakan.
• Menunjukkan wajah yang segar dan tidak terlihat lelah.
• Menjaga kebersihan diri, minimal supaya tidak bau badan sehingga
konseli merasa nyaman.
b. Persiapan Psikologis
• Menjernihkan pikiran untuk konsentrasi penuh saat konseling, misalnya
dengan menyingkirkan pikiran-pikiran negatif.
• Mencegah diri supaya tidak melamun saat akan melakukan konseling.
• Mempersiapkan mental dan kekuatan energi untuk mendengarkan
apapun cerita konseli
• Meningkatkan minat dan motivasi untuk membantu konseli.
2. Persiapan Instrumen Pelaksanaan Konseling :
a. Persiapan instrumen pendukung kegiatan konseling inti
• Mempersiapkan alat perekam untuk konseling (misalnya : recorder,
kamera digital, alat perekam lainnya).
• Mempersiapkan alat tulis jika sewaktu-waktu diperlukan
untuk pembuatan kontrak konseling
• Mempersiapkan tissue untuk mengantisipasi konseli menangis.
• Mempersiapkan stopwatch atau jam tangan untuk mengukur waktu
pelaksanaan konseling.
• Me-non aktifkan telepon seluler / handphone saat memulai proses
konseling untuk menghindari adanya gangguan selama konseling
berlangsung.
b. Persiapan media Bimbingan dan Konseling
• Mempersiapkan bahan-bahan informasional jika sewaktu-waktu
dibutuhkan oleh konseli (brosur, buku-buku penunjang, dll).
• Mempersiapkan media layanan, misalnya format self-help, modul, alat
tes, dll.
3. Setting Tempat Pelaksanaan Konseling :
a. Memilih tempat pelaksanaan konseling yang aman dan nyaman bagi
konseli.
• Memilih tempat pelaksanaan konseling yang tertutup tapi aman dan
nyaman untuk konselor dan konseli.
• Menata dekorasi ruangan tempat konseling, misalnya mengatur hiasan
supaya tidak terlalu ramai dan menata penerangan supaya tidak terlalu
terang atau sebaliknya.
b. Memilih posisi duduk yang nyaman dan mendukung selama
proses konseling.
 Mempersilakan konseli untuk memilih di mana dia ingin duduk,
untuk menciptakan kenyamanan pada diri konseli.
 Menangkap kesan nonverbal dari posisi duduk yang dipilih oleh
konseli (setiap posisi duduk memiliki arti tersendiri yang secara
tersirat menggambarkan karakteristik konseli dan masalah yang
dialaminya).
 Mengatur posisi duduk membentuk sudut 90-120 derajat antara
konselor dan konseli (posisi duduk yang lurus antara konselor
dan konseli memberikan kesan terlalu formal).
 Mengatur jarak duduk, yaitu antara 75-100 cm antara konselor
dengan konseli, dengan tujuan untuk menggambarkan keakraban.
 Mencegah adanya pembatas antara konselor dan konseli,
misalnya meja, bangku, atau benda-benda yang lain sehingga
tidak menghalangi konselor untuk melakukan pengamatan
terhadap gerak-gerik konseli, termasuk gerak-gerik nonverbal
yang ditunjukkannya.
 Menjaga postur tubuh, condong ke arah konseli untuk
mengisyaratkan perhatian.
 Menjaga kedinamisan posisi duduk, tidak terlalu kaku dengan
posisi condong ke depan, tidak pula terlalu banyak mengubah-
ubah posisi duduk.
 Mengarahkan kontak mata pada konseli untuk mengisyaratkan
perhatian, namun tidak melotot dan terus-terusan menatap
konseli untuk menghindari konseli salah tingkah dan ketakutan.
2 Opening
1. Penyambutan Konseli
a. Non Verbal
• menghentikan aktivitas,
• membuka pintu atau menjemput,
• jabat tangan atau senyum,
• isyarat meyilahkan masuk,
• menutup pintu,
• mendampingi konseling masuk,
• memegang tangan atau memegang pundak (bila diperlukan dan tidak
riskan atau ada hambatan nilai),
• isyarat mempersilahkan duduk,dan memilih tempat duduk.
b. Verbal
• memberi salam atau menjawab salam,
• menyambut nama,
• pujian atas kedatangan konseli,
• menanyakan kabar,
2. Inisiasi
Pembicaraan
a. Topic netral adalah bahan pembicaraan yang sifatnya umum dan tidak
menyinggung perasaan konseli. Misalnya: hobi, peristiwa hangat,
kondisi
cuaca, potensi asal lingkungan konseli.
Kalimat yang diucapkan : ”apakah anda/kamu nyaman dengan keadaan
ruang yang seperti ini?”
b. Kegiatan dalam kaitan denagn kelonggaran kehadiaran.
Kalimat yang diucapkan seperti: “ apakah saat ini anda/kamu tidak ada
kegiatan yang mendesak?”
3. Transisi
Pembicaraan
a. Alih topik
b. Informasi harapan keberhasilan
c. Pengembangan topik
(Cara perpindahan topik sebagai berikut: Menggunakan kalimat “
jembatan’’ misalnya : “ setelah kita membicarakan ......(isi topik netral),
barangkali ad a sesuatu hal yang perlu kita bicarakan bersama dalam
pertemuan ini ’’. Mengembangkan sebagian isi topik netral, misalnya: “ itu
tadi hobimu dibidang musik, lalu bagaimana dengan prestasi dalam kelas?
’’) menyilahkan memilih tempat duduk
3 Proses Inti
a. Identifikasi masalah (Assesmen konseli dan lingkungan dengan teknik
dasar komunikasi) :
• Memimpin (leading)
• Fokus
• Konfrontasi
• Menjernihkan (Clarifying)
• Memudahkan (facilitating)
• Mengambil Inisiatif
• Menyimpulkan
b. Penerapan teknik Gestalt ( Teknik Kursi Kosong)
1. Tahap pertama (The Begining Phase)
 Melakukan rapport. Konselor menerima konseli dalam hubungan yang
hangat, intim, bersifat pribadi, penuh pemahaman dan menghindari hal -
hal yang akan mengancam konseli.
 Membangun hubungan dialogis. Konselor membangun hubungan yang
baik dengan konseling sehingga membuat komunikasi antara konseli dan
konselor berjalan dengan baik
 Assesmen pengalaman, kepribadian dan permasalahan umum konseli.
Mengumpulkan data, pengalaman konseli dan keseluruhan gambaran
kepribadian konseli melalui pendekatan fenomenologis.
 Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan konseli. Mengidentifikasi
dan mengklarifikasi kebutuhan-kebutuhan konseli dan tema-tema masalah
yang akan muncul.
 Membuat prioritas permasalahan yang akan diatasi. Konselor membuat
prioritas pada masalah yang dihadapi konseli dan membuat kesimpulan
diagnosis pada konseli.
 Bekerjasama dengan konseli untuk membuat rencana konseling. Konselor
dan konseli mempertimbangkan isu-isu yang memiliki perbedaan
potensial antara konselor dan konseli yang akan mempengaruhi proses
konseling. Konselor dan konseli bersama-sama membuat rancanganproses
konseling ke depan.
2. Tahap Kedua (Clearing The Ground)
 Assesmen terhadap pengalaman konseli secara mendalam. Konselor menggali
pengalaman dan masalah yang dialami konseli secara lebih detail dan
mendalam.
 Mendukung ekspresi konseli dalam proses katarsis. Konselor mendorong
konseli untuk menunjukkan ekspresinya lebih kuat dalam proses katarsis.
 Memperluas pilihan-pilihan perilaku baru bagi konseli. Konselor melakukan
eksperimentasi perilaku baru pada konseli dan memperluas pilihan-pilihan
yang bisa diambil oleh konseli
3. Tahap Ketiga (The Existentian Encounter)
 Implementasi teknik Empty Chair/Kursi kosong. Konseli mulai dapat
menemukan krisis-krisis yang sebelumnya telah dieksplorasi dan mulai
melakukan proses empty chair yaitu bermain peran sebagai topdogmaupun
underdog.
 menghadapi hal-hal yang tidak diketahui. Konselor membantu konseli
membentuk kembali pola-pola hidup dalam bimbingan pemahaman baru dan
pandangan baru
 menumbuhkan kesadaran konseli. Konselor membantu konseli untuk
memiliki kembali bagian pada diri konseli yang sebelumnya hilang atau
bahkan tidak diakui oleh konseli.
 mengambil keputusan untuk berani menghadapi ketidak pastian hidup.
Konseli mulai bisa mengambil keputusan dan berani menghadapi
ketidakpastian dalam hidup dan kecemasan yang kemudan menghasilkan
makna-makna baru dalam hidup konseli.
4. Tahap Keempat (Integration)
 membentuk rasa tanggungjawab untuk menghadapi hidup. Konseli menerima
tanggungjawab untuk melanjutkan hidup.
 menerima kecemasan dan ketidakpastian. Konseli mampu menghadapi
ketidakpastian dalam hidup dan kecemasan yang sebelumnya menjadi hal
yang menuktkan bagi konseli.
 membangun rasa untuk melakukan kontak relasi dengan lingkungan. Konseli
membangun hubungan dengan lingkungan di luar dirinya.
5. Tahap kelima (Ending)
 membahas kembali isu-isu yang ada. Konselor dan konseli membahas
kembali isu-isu yang muncul dalam proses konseling.
 membuat kesimpulan terhadap keseluruhan proses konseling. Konseli
membuat kesimpulan semua proses yang sudah sialami dalam proses
konseling.
 merayakan apa yang sudah tercapai dan menerima yang belum tercapai.
Konselor dan konseli bersama-sama merayakan apa yang sudah klien capai
melalui proses konseling dan menerima apa saja yang belum dapat dicapai
oleh klien dalam proses konseling.
 membuat antisipasi terhadap krisis kepercayaan diri di masa depan. Konselor
dan konseli bersama-sama membuat kesepakatan terhadap apa yang akan
dilakukan konseli apabila krisis atau permasalahan yang baru saja
terselesaikan.
 membiarkan konseli melanjutkan kehidupannya. Konselor melepaskan
intervensinya terhadap konseli sehingga konseli dapat melanjutkan kembali
hidupnya.

4 Acceptance (Penerimaan)
Digunakan konselor untuk menunjukan minat dan pemahaman terhadap hal-hal
yang dikemukakan konseli.
1. Verbal bentuk pendek :
a) Oh.....ya,
b) Lalu/kemudian,
c) Ya....ya....
d) Hemm.....hemm....
2. Verbal bentuk Panjang :
a) Saya memahami.....
b) Saya menghayati....
c) Saya dapat merasakan.....
d) Saya dapat mengerti...
3. Non Verbal
a) Anggukan kepala,
b) Posisi duduk condong
kedepan c) Perubahan mimik,
d) Memelihara kontak mata
(Catatan: Penerimaan bukan berarti mensetujui, cerita apapun yang disampaikan
konseli diterima namun bukan berarti setuju. Konselor menerima tanpa menilai
sesuai dengan asas konseli tidak pernah salah ( KTSP ). Konselor
bertanggungjawab untuk memperbaiki konseli atau bisa disebut dengan
memberikan dorongan minimal pada konseli.)
5 Pembuatan Keputusan
 Penetapan tujuan konseling
 Penetapan strategi pencapaian tujuan konseling
 Penetapan komitmen diri dari tujuan konseling
6 Terminasi Tindak Lanjut
Pemantapan diri dan peneguhan kepada konseli bahwa konseli siap
mengakhiri proses konseling.
 Konselor bersama konseli membuat kesimpulan mengenai hasil proses
konseling.
 Menyusun rencana tindak lanjut yang akan dilakukan berdasarkan
kesepakatan yang telah terbangun dari proses konseling.
 Mengevaluasi jalannya proses dan hasil konseling (penilaian segera).
 Membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.
 Penentuan kegiatan tindak lanjut
11. Rencana Evaluasi :
 Konselor menilai kesungguhan konseli dalam proses konseling
dengan teknik yang digunakan konseling berhasil jika tingkat
kesungguhan konseli dalam pelibatan konseling tinggi yang
ditandai dengan respons yang verbal dan non-verbal.
 Konselor menilai kemampuan konseli dalam melakukan
pembicaraan keakraban dengan teknik observasi.
 Tujuan tercapai jika konseli dapat mereduksi gejala-gejala dari
permasalahan yang dialami.
 Melakukan pengamatan secara berkala terhadap perubahan
konseli lewat kesehariannya disekolah dan memantau tugas-
tugasnya.
 Melakukan follow up langsung (bertanya) kepada konseli dan
juga melalui chat WA pribadi.

Palangka Raya, Oktober 2022


Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru BK

Nama Nama
NIP NIP
VERBATIM PENDEKATAN CLIENT CENTERED

Konseli/Konselor Dialog Teknik


Konseli (mengetuk pintu)
Permisi. Selamat pagi, Ibu Ana
Konselor (berdiri& menyambut konseli) Opening (Pembukaan)
Iya selamat pagi nak Agnes.
Silahkan masuk nak
Konseli Baik Ibu, terimakasih.
Konselor (mempersilahkan konseli untuk
duduk)
Silahkan duduk nak.
Nak Agnes pagi ini bagaimana
kabarnya?
Konseli (konseli duduk)
Hmmm sedikit kecewa Bu..
Sebetulnya saya sudah
seminggu yang lalu ingin
menemui Ibu, tetapi baru kali
ini saya dapat berjumpa dengan
Structuring
Ibu. Dan hari ini saya dapat
(Pembatasan)
menghadap Ibu dari jam 8.00
Time limit (Pembatasan
sampai jam 8.45, karena jam waktu)
8.50 nanti saya ada acara di
Laboratorium Bu
Konselor (konselor duduk)
Kalau demikian, marilah kita
manfaatkan waktu selama 45
menit ini dengan sebaik-
baiknya.
Baiklah pertemuan kita ini akan
sangat bermanfaaat apabila nak
Agnes terbuka mengungkapkan
berbagai masalah yang di
rasakan. Partisipasi nak Agnes
untuk menyelesaikan masalah
akan sangat membantu untuk
keluar dari masalah yang nak
Agnes alami.
Nah, persoalan apa sebenarnya
yang sedang nak Agnes rasakan
?
Konseli Saya merasa kecewa pada diri
sendiri Bu, Saya tidak dapat
membagi waktu antara belajar
dan bermain. Saya kecanduan
game online yang membuat
nilai saya menurun drastisi Bu.
Saya takut kepada orangtua
karena tidak memenuhi
harapan mereka untuk
menggantikan usaha bisnis ayah
saya di masa depan....
Konselor Hmm baiklah, lanjutkan nak Acceptance
Konseli Saya anak satusatunya yang
kelak menjadi tumpuan
keluarga di bidang bisnis Bu.
Orangtua merasa yakin saya
akan berhasil karena tahun
pertama saya telah
memperlihatkan prestasi
terbaik saya namun pada
semester dua ini prestasi saya
menurun Bu.
Konselor pada intinya nak Agnes merasa
tidak yakin pada prestasi di Clarification
semester dua, lalu nak Agnes
merasa kecewa menghadapi
kenyataan tersebut???
Konseli Iya Bu..
Saya juga cemas sewaktu
menghadapi ujian dan takut
akan kegagalan Bu. Karena saya
tidak ada belajar dan
menghabiskan waktu hanya
untuk bermain game online Bu.
Konselor Sepertinya Anda merasa Reflection of Feeling
kecewa terhadap diri Anda (Pemantulkan perasaan)
sendiri
Konseli Hmmm Iya buu.....
Saat jam pelajaran maupun
ujian saya juga tidak dapat
berkonsentrasi Bu. Apa yang
saya pelajari selama ini menjadi
hilang semua Bu
Konselor Singkat kata kecemasan nak
Agnes mengganggu konsentrasi
dalam belajar dan ujian Clarification
sehingga apa yang nak Agnes
telah pelajari selama ini
menjadi hilang semua???
Konseli Iya Bu, saya mengerjakan ujian
dengan sangat hati-hati takut
salah dan sulit berkonsentrasi
sehingga tidak selesai Rejection (Penolakan)
mengerjakan seluruh soal. (penolakan secara
Bagaimana jika saya berhenti terang-terangan/langsu
sekolah saja Bu? Saya malu bu ng)
Konselor Jangan, jangan di lakukan
rencana itu, karena akibatnya
akan merugikan nak Agnes dan
orang tua nak Agnes.
Jadi perasaan cemas dan sikap
negatif nak Agnes lah yang
melumpuhkan potensi nak
Agnes
Konseli Saya kecewa dan benci sekali
dengan diri saya sendiri Bu.
Saya sedih sekali Ibu
Konselor (konselor mengelus punggung Acceptance
konseli)
Saya dapat memahami apa
yang nak Agnes rasakan....
Konselor Berarti disini nak Agnes belum
memahami dan menerima diri
nak Agnes sendiri...
Konseli (konseli nampak murung)
Jadi jalan keluarnya bagaimana
Bu Ana?
Hmmm nampaknya Ibu selalu
memojokkan saya.....
Konselor Begini nak Agnes, jalan
keluarnya ada pada nak Agnes
sendiri. Bila persepsi dan sikap
positif nak Agnes berkembang,
maka potensinya pun
berkembang.
Prestasi nak Agnes pada
semester satu sebenarnya baik,
bukan? Berbagai perbaikan
prestasi dapat terjadi bila nak
Agnes mau merubah diri sendiri
Konseli (konseli kembali bersemangat)
Jadi Bu Ana menantang saya
untuk berubah???
Konselor (konselor tersenyum sambil
menggenggam tangan konseli)
Bukan saya, nak Agnes lah yang
harus menantang diri nak Agnes
sendiri untuk berkembang.
Siapkah nak Agnes
membuktikan kepada Ibu
bahwa nak Agnes dapat
berubah menjadi lebih baik
lagi???
Konseli (konseli menjawab dengan
penuh semangat)
Baik, saya siap Ibu...
Saya akan membuktikan bahwa Reassurance
saya bisa berkembang menjadi (Penguatan/Dukungan)
lebih baik dan membuktikan Prediction Reassurance
kepada Bu Ana dan kedua (Penguatan prediksi)
orangtua saya
Konselor (tersenyum bahagia)
Luar biasa semangat nak Agnes.
Ibu bangga sekali memiliki anak
didik yang memiliki semangat
tinggi seperti nak Agnes
Konseli Terimakasih Bu
Ibu bisa sajaaa. Saya jadi
malu.......
Konselor Sama-sama nak Sisil
Baikalah nak Agnes sekarang
waktu telah menunjukkan pukul
08.45 sesuai kesepakatan kita
diawal pertemuan tadi bahwa
pertemuan ini hanya sampai
pukul 08,45, maka marilah kita
akhiri pertemuan ini Termination
Konseli Baiklah Bu, Saya ingin pamit (Pengakhiran)
kembali ke kelas lagi Bu.
Sekali lagi terimakasih Bu Ana
(konseli berdiri dan berjalan
menuju pintu keluar)
Konselor (konselor berdiri dan menemani
konseli untuk keluar dari
ruangan BK)
Baik nak Sisil. Silahkan
Konseli (konseli bersalaman dengan
konselor & meninggalkan
ruangan BK)
Permisi Bu. Terimakasih Bu Ana
Konselor (bersalaman dengan konseli &
tersenyum bahagia)
Sama-sama nak....

Anda mungkin juga menyukai