RKK PT Galaxy
RKK PT Galaxy
RKK PT Galaxy
DAFTAR ISI
PT. GALAXY INTRANUSA yang bergerak di bidang Jasa Konstruksi berkomitmen dan
peduli terhadap Keselamatan Konstruksi khusus dalam pencapaian penanganan isu
keselamatan konstruksi dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Peduli dalam mempromosikan pemahaman akan kebutuhan keselamatan konstruksi
dan membudayakan keselamatan konstruksi dalam seluruh kegiatan pelaksanaan
konstruksi
2. Peduli dalam melakukan sosialisasi tentang keselamatan konstruksi terhadap seluruh
tenaga kerja maupun masyarakat didalam lingkungan kerja konstruksi
3. Peduli dalam melaksanakan implementasi sesuai rencana keselamatan konstruksi
bedasarkan perundang-undangan yang berlaku dalam keselamatan konstruksi
nasional.
4. Mencegah kecelakaan, kebakaran, sakit akibat kerja, keamanan dan pencemaran
lingkungan
5. Memantau dan mengevaluasi terhadap kinerja keselamatan konstruksi serta
melakukan perbaikan secara berkelanjutan
SYARIFUDIN
Direktur
A2 Komitmen Keselamatan Konstruksi
Nama : SYARIFUDIN
Jabatan : Direktur
Bertindak untuk Dan atas nama : PT. GALAXY INTRANUSA
SYARIFUDIN
Direktur
B3. Standard dan Peraturan Perundangan
Daftar Peraturan Perundang-Undangan dan Persyaratan K3 yang wajib dipunyai dan dipenuhi dalam
melaksanakan proyek Pekerjaan Diatas Tersebut.
a) Undang-undang (UU)
Undang-undang yang mengatur tentang K3 adalah undang-undang tentang pekerja,
keselamatan kerja dan kesehatan. Undang-undang ini menjelaskan tentang apa yang
dimaksud dengan tempat kerja, kewajiban pimpinan tempat kerja, hak dan kewajiban
pekerja.
b) Peraturan Pemerintah (PP)
Peraturan pemerintah yang mengatur tentang aspek K3 adalah Peraturan Pemerintah tentang
keselamatan kerja terhadap radiasi dan izin pemakaian zat radioaktif dan atau sumber radiasi
lainnya serta pengangkutan zat radioaktif.
c) Keputusan Presiden (Kepres)
Keputusan presiden yang mengatur aspek K3 adalah Keputusan Presiden tentang penyakit
yang timbul karena hubungan kerja.
d) Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Kementrian Tenaga Kerja (Kepmenaker).
Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Depnaker di rumah sakit pada umumnya
menyangkut tentang syarat-syarat keselamatan kerja misalnya syarat-syarat K3 dalam
pemakaian lift, listrik, pemasangan alat pemadan api ringan (APAR), Konstruksi bangunan,
instalasi penyalur petir dan lain-lain.
e) Peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan (Permenkes)
Peraturan yang dikeluarkan oleh Kementrian Kesehatan tentang aspek K3 di rumah sakit,
lebih terkait dengan aspek kesehatan kerja daripada keselamatan kerja. Hal tersebut sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi Kementrian Kesehatan.
f) Peraturan yang dikeluarkan oleh Kementrian lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan
K3 di fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu Peraturan dari Kementrian lain adalah yang terkait
dengan aspek radiasi.
Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebar luasnya bahaya akibat suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi,
suara dan getaran
Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik psikis,
keracunan, infeksi atau penularan
Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik
Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
Membuat tanda-tanda sign di lokasi proyek agar pekerja selalu waspada
Menciptakan keserasian antara pekerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja
Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau
barang
Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang
Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya
agar kecelakaan tidak menjadi bertambah tinggi.
Kewajiban melakukan pemeriksaan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan
fisik pekerja yang baru diterima bekerja maupun yang akan dipindahkan ke tempat
kerja baru sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepada pekerja, serta
pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Kewajiban menunjukan dan menjelaskan kepada setiap pekerja baru tentang :
Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul di tempat kerjanya.
Pengaman dan perlindungan alat-alat yang ada dalam area tempat kerjanya
Alat-alat perlindungan diri bagi pekerja yang bersangkutan
Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
Kewajiban melaporkan setiap kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja.
Kewajiban menempatkan semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan pada
tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca oleh pekerja.
Kewajiban memasang semua gambar keselamatan kerja yang diharuskan dan semua
bahan pembinaan lainnya pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan dibaca.
Kewajiban menyediakan alat perlindungan diri secara cuma-cuma disertai petunjuk-
petunjuk yang diperlukan pada pekerja dan juga bagi setiap orang yang memasuki
tempat kerja tersebut.
e. Undang-undang RI No. 25 Tahun 1991 Tentang Ketenagakerjaan Dalam peraturan ini diatur
bahwa setiap pekerja berhak memperoleh perlindungan atas :
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Moral dan kesusilaan
Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
4
Laporan Audit SMK3
sasaran;
korektif;
perusahaan;
Peraturan pemerintah RI No. 11 Tahun 1975 Tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi
Dalam peraturan ini diatur nilai ambang batas yang diizinkan. Selanjutnya ketentuan nilai
ambang batas yang diizinkan, diatur lebih lanjut oleh instansi yang berwenang.
Pengaturan mengenai petugas dan ahli proteksi radiasi, pemeriksaan kesehatan calon pekerja dan
pekerja radiasi, kartu kesehatan, pertukaran tugas pekerjaan, ketentuan-ketentuan kerja dengan
zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya, pembagian daerah kerja dan pengelolaan limbah
radioaktif, kecelakaan dan ketentuan pidana. Rangkuman isi peraturan sebagai berikut :
a. Instalasi atom harus mempunyai petugas dan ahli proteksi radiasi dimana petugas proteksi
mempunyai tugas menyusun pedoman dan instruksi kerja, sedangkan ahli proteksi
mempunyai tugas mengawasi ditaatinya peraturan keselamatan kerja terhadap radiasi.
b. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada pekerja radiasi adalah:
calon pekerja radiasi
berkala setiap satu tahun
pekerja radiasi yang akan putus hubungan kerja.
c. Pekerja radiasi wajib mempunyai kartu kesehatan dan petugas proteksi radiasi wajib
mencatat dalam kartu khusus banyaknya dosis pajanan radiasi yang diterima masing-masing
pekerja.
d. Apabila pekerja menerima dosis radiasi melebihi nilai ambang batas yang diizinkan, maka
pekerja tersebut harus dipindahkan tempat kerjanya ketempat lain yang tidak terpajan
radiasi.
e. Perlu adanya pembagian daerah kerja sesuai dengan tingkat bahaya radiasi dan pengelolaan
limbah radioaktif.
f. Perlu ada tindakan dan pengamanan untuk keadan darurat apabila terjadi kecelakaan radiasi.
g. Pelanggaran ketentuan ini diancam pidana denda Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah)
Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1975 Tentang Izin pemakaian Zat Radioaktif atau
sumber Radiasi lainnya Dalam peraturan ini diatur tentang pemakaian zat radioaktif dan atau
sumber radiasi lainnya, syarat dan cara memperoleh izin, kewajiban dan tanggung jawab
pemegang izin serta pemeriksaan dan ketentuan pidana.
3. KEPUTUSAN PRESIDEN
Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul karena Hubungan
Kerja. Dalam peraturan ini diatur hak pekerja kalau menderita penyakit yang timbul karena
hubungan kerja, pekerja tersebut mempunyai hak untuk mendapat jaminan kecelakaan kerja baik
pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir (paling lama 3
tahun sejak hubungan kerja berakhir)
c. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.02/Men /1980 tentang
Pemeriksaan Kesehatan Kerja dalam Penyelenggaraan keselamatan Kerja. Dalam peraturan
ini diatur tentang pemeriksaan kesehatan pekerja dalam penyelenggaran keselamatan kerja,
dimana ada 3 jenis pemeriksaan yaitu pemeriksaan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala
dan pemeriksaan khusus.
Pemeriksaan sebelum kerja
1. Pemeriksaan sebelum kerja adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter sebelum seorang pekerja diterima untuk bekerja (pre employment)
2. Tujuan agar pekerja berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya,
tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai pekerja lainnya dan
cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukannya sehingga keselamatan dan
kesehatan yang bersangkutan serta pekerja lainnya juga dapat terjamin.
3. Pemeriksaan kesehatan kerja meliputi pemeriksaan fisik lengkap, kesegaran
jasmani, rontgen paru-paru dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang
dianggap perlu sesuai dengan hazard di tempat kerja.
4. Penyusunan pedoman pemeriksaan kesehatan sebelum kerja merupakan
kewajiban pimpinan dan dokter perusahaan untuk menjamin penempatan pekerja
sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Pemeriksaan Khusus
1. Pemeriksaan kesehatan khusus adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
oleh dokter perusahaan secara khusus terhadap pekerja tertentu
2. Tujuan untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap
pekerja atau golongan-golongan pekerja tertentu
3. Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap :
Pekerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukan
perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu.
Pekerja yang berusia di atas 40 tahun atau pekerja cacat, serta pekerja
muda usia yang melakukan pekerjaan tertentu
Pekerja yang diduga terpajan dengan hazard khusus yang menimbulkan
gangguan kesehatan, juga perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai
kebutuhan
Jika ditemukan keluhan pekerja atau atas pengamatan pengawas
keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes
dan Keselamatan Kerja dan instansi terkait lainnya atau atas pendapat
umum di masyarakat.
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-04/Men/1980 tentang Syarat-
syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan (APAR) Peraturan ini
menjelaskan jenis kebakaran dan jenis alat pemadam api ringan serta bagaimana pemasangan
dan pemeliharaan alat pemadam api ringan. Pemasangan alat pemadam api ringan (APAR)
Ditempatkan posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan
Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari lantai tepat di atas APAR
tersebut.
Jarak antara APAR satu dengan yang lainnya tidak melebihi 15 meter kecuali
ditetapkan lain oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja
Tabung APAR sebaiknya warna merah dan tidak boleh ada lubang-lubang atau cacat
karena karat
Tabung APAR harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding dengan
penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya ditempatkan dalam lemari
atau box. Apabila box tersebut dikunci maka bagian depannya harus diberi kaca aman
dengan tebal maximum 2 mm.
Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan Setiap APAR harus diperiksa 2 (dua) kali dalam
setahun yaitu pemeriksaan dalam jangka 6 bulan dan pemeriksaan dalam jangka 12 bulan,
selain itu setiap tabung APAR perlu dilakukan percobaan secara berkala dengan jangka
waktu tidak melebihi 5 tahun guna melihat kekuatan tabung.
Pelanggaran aturan ini diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan
atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).
Peraturan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi No. Per-01/Men/1981 tentang kewajiban
melaporkan penyakit akibat kerja. Dalam peraturan ini diuraikan jenis-jenis penyakit akibat
kerja, dimana ada 30 jenis. Dari 30 jenis penyakit tersebut salah satunya adalah penyakit-
penyakit infeksi atau parasit yang didapat dalam suatu pekerjaan kesehatan dan laboratorium.
Batas waktu kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja adalah 2 x 24 jam. Dalam peraturan ini
diuraikan juga tentang kewajiban pimpinan untuk melakukan tindakan preventif agar penyakit
akibat kerja tidak terulang lagi serta kewajiban untuk menyediakan alat pelindung diri.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI no. Per-03/ Men/1982 Tentang Pelayanan
Kesehatan Kerja. Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa merupakan kewajiban pimpinan untuk
memberikan pelayanan kesehatan kerja kepada pekerja, dapat diselenggarakan sendiri atau
mengadakan ikatan kerjasama dengan pelayanan kesehatan kerja lain. Tugas pokok Pelayanan
Kesehatan Kerja meliputi :
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan kesehatan
khusus.
Pembinaan dan Pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap pekerja
Pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan saniter
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan pekerja
Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat kerja
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Pendidikan kesehatan untuk pekerja dan latihan untuk petugas P3K
Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan APD
yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di tempat kerja
Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
Pembinaan dan pengawasan terhadap pekerja yang mempunyai kelainan tertentu dalam
kesehatannya
Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja no. Per-02/Men/1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran
Otomatik Peraturan ini mengatur perencanaan, pemasangan, pemeliharaan dan pengujian
alarm kebakaran otomatik. Untuk pemasangan diperlukan akte pengesahan, selain buku akte
pengesahan diperlukan juga buku catatan yang ditempatkan di ruangan panel indicator. Buku
catatan tersebut dipergunakan untuk mencatat semua peristiwa alarm, latihan, penggunaan
alarm dan pengujiannya. Yang dimaksud dengan instalasi alarm kebakaran otomatik adalah
system atau rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detector panas, detector asap,
detector nyala api dan titik panggil secara manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang
pada system alarm kebakaran. Oleh karena itu dalam peraturan ini juga diatur system deteksi
panas, system deteksi asap dan system detector api (flame detector).
Pemeliharaan dan pengujian berkala instalasi alarm kebakaran otomatik dilakukan secara
mingguan, bulanan dan tahunan.
Pemeliharaan dan pengujian mingguan meliputi membunyikan alarm secara simulasi,
memeriksa kerja lonceng, memeriksa tegangan dan keadaan baterai, memeriksa seluruh
system alarm dan mencatat hasil pemeliharaan serta pengujian dan dicatat di buku
catatan.
Pemeliharaan dan pengujian bulanan antara lain meliputi: uji coba kebakaran simulasi,
memeriksa lampu-lampu indicator, fasilitas penyediaan sumber tenaga darurat,
mencoba dengan kondisi gangguan terhadap system, memeriksa kondisi dan
kebersihan panel indicator dan mencatat hasil pemeliharaan dan pengujian dalam buku
catatan.
Pemeliharaan dan pengujian tahunan meliputi: memeriksa tegangan instalasi,
memeriksa kondisi dan kebersihan seluruh detector, menguji sekurang-kurangnya 20 %
detector dari setiap kelompok instalasi sehingga selambat-lambatnya dalam waktu 5
(lima) tahun, seluruh detektor sudah diuji.
Sejalan dengan hal tersebut maka dalam peraturan ini diatur mengenai penerima (air
terminal), penghantar turunan, pembumian, menara, bangunan yang mempunyai antena,
cerobong yang lebih tinggi dari 10 meter, pemeriksaan pengujian, pengesahan. Oleh karena
itu instalasi penyalur petir harus direncanakan, dibuat, dipasang dan dipelihara sesuai dengan
peraturan ini. Gambar rencana instalasi penyalur petir harus mendapat pengesahan dan
sertifikat dari Menteri atau pejabat yang ditunjuknya.
g. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja (SMK3)
Dalam peraturan ini dijelaskan mengenai tujuan dan sasaran system manajemen K3,
penerapan system manajemen K3, audit system manajemen K3, mekanisme pelaksanaan
audit dan sertifikasi K3. Dalam lampiran peraturan tersebut diuraikan mengenai Pedoman
Penerapan Sistem Manajemen K3 Yang terdiri dari :
Komitmen dan kebijakan
Kepemimpinan dan Komitmen menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat
menentukan keputusan perusahaan.
Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap
K3 sehingga penerapan SMK3 berhasil diterapkan dan dikembangkan
Setiap pekerja dan orang lain yang berada di tempat kerja harus berperan serta dalam
menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.
Tinjauan Awal Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Initial Review)
Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pimpinan dan atau pengurus yang
memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan
K3, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara
menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasional.
Perencanaan
Perencanaan Identifikasi Bahaya Penilaian dan Pengendalian Risiko
Peraturan Perundangan dan persyaratan lainnya
Tujuan dan sasaran (SMART)
Penetapan tujuan dan sasaran kebijakan K3 harus dikonsultasikan dengan wakil
pekerja, Ahli K3, P2K3 dan pihak lain yang terkait.
Tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan ditinjau ulang kembali secara teratur sesuai
dengan perkembangan
Indikator Kinerja
Dalam menetapkan tujuan dan sasaran kebijakan K3 perusahaan harus menggunakan
indikator kinerja yang dapat diukur sebagai dasar penilaian keinerja K3 yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3
Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang sedang berlangsung
Penerapan
1. Jaminan Kemampuan
2. Sumber daya manusia sarana dan dana
3. Integrasi
4. Tanggung jawab dan tanggung gugat
5. Konsultasi, motivasi dan kesadaran
6. Pelatihan dan kompetensi kerja
7. Kegiatan pendukung
Komunikasi 2 arah, mengkomunikasikan hasil audit K3, identifikasi dan menerima informasi
K3 yang terkait dari luar perusahaan dan menjamin informasi terkait disampaikan kepada
pihak yang membutuhkan.
Pelaporan
Insiden
Ketidaksesuaian
Kinerja K3
Identifikasi sumber bahaya
Pelaporan untuk memenuhi regulasi
Pendokumentasian
Pengendalian dokumen
1. Sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di perusahaan
2. Ditinjau ulang secara berkala, jika perlu direvisi
3. Sebelum diterbitkan harus disetujui oleh personil berwenang
4. Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu
5. Semua dokumen yang usang harus segera disingkirkan
6. Mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami
7. Pencatatan dan manajemen informasi
8. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko
9. Identifikasi sumber bahaya
10. Penilaian risiko
11. Tindakan Pengendalian
12. Perancangan (design) dan rekayasa
13. Pengendalian administrative
14. Tinjauan ulang kontrak
15. Pembelian
16. Prosedur menghadapi keadaan darurat atau bencana
17. Prosedur menghadapi Insiden
18. Prosedur rencana pemulihan keadaan darurat.
19. Pengukuran dan Evaluasi
20. Inspeksi dan pengujian
21. Audit Sistem Manajemen K3
22. Tindakan Perbaikan dan pencegahan
23. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen
24. Evaluasi terhadap penerapan kebijakan K3
25. Tujuan, sasaran dan kinerja K3
26. Hasil temuan audit system manajemen K3
27. Evaluasi efektifitas penerapan system manajemen K3 dan kebutuhan untuk
mengubah system manajemen K3 sesuai dengan :
Perubahan peraturan perundangan
Tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar
Perubahan produk dan kegiatan perusahaan
Perubahan struktur organisasi perusahaan
d. Keputusan Dirjen PPM & PLP No. 00.06.64.44 tanggal 18 Februari 1993
tentang Persyaratan dan Petunjuk Teknis Tata Cara Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit
Peraturan ini merupakan Petunjuk Teknis dari Permenkes No.986/1992 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Dalam peraturan ini dijelaskan tentang persyaratan
Kesehatan Lingkungan ruang dan bangunan serta fasilitas sanitasi Rumah Sakit, Persyaratan
Kesehatan Konstruksi Ruangan di Rumah Sakit, Kualifikasi Tenaga di Bidang Kesehatan
Lingkungan yang bekerja di rumah sakit dan petunjuk Teknis Tata cara Pelaksanaan
Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.
h. Surat Keputusan Bersama Dirjen YanMed (Depkes) dengan Dirjen Binawas (Depnaker)
SKB No.147A/Yanmed/Insmed/II/92-Kep 44/BW/92
tentang Pelaksanaan Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Berbagai Peralatan Berat
Non Medik di Lingkungan Rumah Sakit. Pembinaan K3 meliputi pesawat uap, bejana tekan,
pesawat angkat atau crane, lift, instalasi deteksi pemadam kebakaran, instalasi listrik dan
penangkal petir, pesawat pembangkit tenaga listrik.
1 Induksi Keselamatan Konstruksi (Safety Induction Petugas K3/Ahli Setiap Satu minggu sekali
K3 selama masa pelaksanaan
2 Pertemuan pagi hari (safety morning) Petugas K3/Ahli Setiap Satu minggu sekali
K3 selama masa pelaksanaan
3 Pertemuan Kelompok Kerja (toolbox meeting) Petugas K3/Ahli Setiap Satu minggu sekali
K3 selama masa pelaksanaan
4 Rapat Keselamatan Konstruksi (construction safety Petugas K3/Ahli Setiap Dua minggu sekali
meeting) K3 selama masa pelaksanaan
C.1.SUMBER DAYA
/KEDARURATAN
PT. GALAXY INTRANUSA
Lampiran 4
DIAGRAM ALIR KEADAAN DARURAT
BAHAYA KEBAKARAN DI PROYEK
KEBAKARAN
Catatan :
KECELAKAAN
Ya
Catatan :
HSE Supervisor berkewajiban untuk mendata nama rumah sakit terdekat dengan lokasi
proyek beserta nomor telephonenya.
C.2.Kompetensi
No. Dok :
STANDARD OF OPERATING Tgl. Terbit :
PROCEDURE (SOP) No. Revisi :
Hal :
PENINGKATAN KOMPETENSI KARYAWAN
1. TUJUAN
Memberikan panduan dalam kegiatan peningkatan kompetensi pegawai pada PT. GALAXY INTRANUSA
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini dilaksanakan dalam lingkup kegiatan kompetensi pegawai pada PT. GALAXY INTRANUSA, meliputi :
Usulan program peningkatan kompetensi pegawai, Pembentukan tim, Penentuan peserta, Pelaksanaan kegiatan
peningkatan Komptensi Karyawan.
3. REFERENSI
a. Pedoman Mutu
b. Prosedur Penerimaan Karyawan
6. FORM
a. Daftar peserta program peningkatan kompetensi pegawai
b. Daftar hadir peserta
c. Jadwal kegiatan
d. Form evaluasi
7. INSTRUKSI KERJA
-
8. REKAMAN MUTU
a. Daftar peserta program peningkatan kompetensi pegawai
b. Daftar hadir peserta
c. Jadwal kegiatan
d. Evaluasi pelaksanaan kegiatan
No. Dok : EHS 05
STANDARD OF OPERATING Tgl. Terbit : 1 September 2016
PROCEDURE (SOP) No. Revisi : 00
Hal : 2/2
PENINGKATAN KOMPETENSI KARYAWAN
Diagram Alir Dokumen Keterangan
Mulai
Surat Edaran
Tim Peningkatan Pagawai 5 6 Identitas pendaftar lengkap
Mempublikasikan peningkatan
kompetensi pegawai
1. Formulir
Pendaftaran 7 Dilaksanakan sesuai jadwal dan tepat
Tim Peningkatan Pagawai 6 2. Daftar Rekapitulasi waktu
Terima pendaftaran
1. Daftar hadir 8 Sertifikat/Piagam dll. digandakan untuk
2. Naskah pelatihan diserahkan ke subbag kepegawaian dan
Tim Peningkatan Pagawai 7 3. ID Card keuangan, dan arsip pegawai ybs sebagai
Melaksanakan peningkatan bahan portofolio yang
kompetensi pegawai (diklat, dll.) diperbaharui/diinput pada data pribadi
Dokumentasi, pegawai dan pada Form Kompetensi
Sertifikat/Piagam Personil, paling lambat 1 minggu setelah
Tim Peningkatan Pagawai 8 Laporan Pelaksanaan & kegiatan
Membuat Laporan Pelaksanaan dan pertanggungjawaban
pertanggungjawaban keuangan Keuangan, Form Kompetensi
Selesai
C.3. Kepedulian
1. TUJUAN
Memberikan pedoman untuk penyebarluasan atau mengkomunikasikan
informasi- infomasi lingkungan hidup, keselamatan dan kesehatan kerja kepada
pihak internal dan eksternal perusahaan secara efektif.
2. RUANG LINGKUP
Prosedur ini berlaku untuk seluruh fasilitas operasi PT. GALAXY
INTRANUSAdan semua pihak yang bekerja di area tersebut. Hal-hal yang
diatur dalam prosedur ini adalah cara untuk menyebarluaskan informasi-
informasi terkait dengan lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan
kepada pihak internal maupun eksternal Perusahaan.
3. DEFINISI
Informasi K3, yaitu informasi tentang lingkungan, keselamatan dan
kesehatan kerja yang meliputi:
o Peraturan perundangan K3 Indonesia dan Internasional
o Standar Nasional Indonesia dan Internasional
o Kebijakan terpadu dan EHS Management System Manual PT.
GALAXY INTRANUSA
o Kondisi bahaya, laporan inspeksi dan laporan & hasil investigasi
kecelakaan kerja
o Laporan internal / eksternal audit dan hasil rapat tinjauan ulang manajemen
o Prosedur dan instruksi kerja K3
o Risalah rapat bulanan / khusus P2K3, pelatihan-pelatihan K3
o Tanda-tanda, peringatan bahaya dan tanda / peringatan K3 lainnya
o Dan informasi-informasi lainnya yang terkait dengan K3
Internal Perusahaan, yaitu semua karyawan (karyawan bulanan, harian
tetap, harian borongan maupun harian musiman) yang terkait dengan
kegiatan operasi PT. GALAXY INTRANUSA
Eksternal Perusahaan, yaitu semua pihak-pihak yang terkait baik
langsung maupun tidak langsung dengan operasi PT. GALAXY
INTRANUSA, seperti dalam penyediaan pasokan barang/ material maupun
jasa ( supplier / pemasok barang, kontraktor / sub kontraktor, dll.),
termasuk tamu-tamu yang akan berkunjung ke lingkungan operasi PT.
GALAXY INTRANUSA. maupun penyediaan informasi K3 kepada-
kepada instansi-instansi pemerintah yang terkait dan berwenang.
Konsultasi K3, adalah usaha atau kegiatan untuk mendapatkan solusi dari
masalah yang dihadapai dan peluang untuk perbaikan penerapan,
pengembangan dan pemeliharaan sistem manajemen K3
4. REFERENSI
Permenaker No.05/MEN/1996, SMK3, elemen 3.1.4. dan 3.2.1.
ISO 14001:2004, Environmental Management System, klausul 4.4.3
OHSAS 18001:1999, OHS Management System, klausul 4.4.3
EHS Management System Manual PT. GALAXY INTRANUSA
5. PROSEDUR
5.1. Tanggung Jawab
EHS Department bertanggung jawab untuk senantiasa berkoordinasi baik
secara internal maupun eksternal perusahaan (Kementerian Lingkungan
Hidup, Depnaker Propinsi / Kab. / Kodya., Bapedalda Propinsi / Kabupaten
/ Kotamadya, Depkes, Pemda dan instansi / institusi lain terkait berkaitan
dengan aspek K3) yang bertujuan untuk memastikan bahwa peraturan dan
perundangan, standar, dan informasi K3 lainnya senantiasa up to date /
terbaru dan dikomunikasikan / diinformasikan pada departemen terkait di
dalam lingkungan operasi PT. GALAXY INTRANUSA.
Procurement Department bertanggung jawab untuk menginformasikan
ketentuan- ketentuan K3 PT. GALAXY INTRANUSA. kepada supplier /
pemasok dan kontraktor / sub kontraktor yang akan memasok barang atau
jasa / bekerja dilingkungan operasi PT. GALAXY INTRANUSA.
Kepala Departemen / Safety Management Representatif / Environment
Management Representatif Dept. bertanggung jawab untuk menyediakaan
sarana-sarana dan penyebarluasan informasi-informasi K3 kepada seluruh
karyawan yang ada di Departemennya.
5.2. Komunikasi
5.3. Konsultasi K3
Prosedur ini memberikan pedoman dalam menghadapi keadaan darurat, menyelamatkan tenaga
kerja, asset perusahaan dan lingkungan kerja.
2. Ruang Lingkup
Prosedur ini berlaku bagi pelaksanaan kesiagaan dan ketanggapan darurat penanganan kebakaran,
penanganan kecelakaan kerja atau darurat medis (PPPK).
3. Uraian Umum
3.1. Keadaan darurat adalah suatu kondisi dimana terjadi kebakaran, kecelakaan kerja, darurat
medis dan kejadian lain yang memerlukan penanganan segera dan terpadu.
3.2. Kebakaran adalah kobaran api yang membesar yang tidak terkendali yang dapat
menimbulkan kerugian pada manusia, barang dan lingkungan.
3.3. Darurat medis adalah situasi yang mengancam jiwa seseorang dan perlu penanganan yang
serius. Pada umumnya keadaan ini disebabkan karena keletihan, pingsan, sakit, keracunan dan
lain-lain.
3.4. Emergency plan harus disiapkan untuk kondisi darurat yang mungkin terjadi dan mencakup :
3.4.1. Identifikasi potensial kecelakaan dan kejadian darurat.
3.4.2. Identifikasi personel yang melakukan penanggulangan selama kejadian darurat.
3.4.3. Kewajiban semua personel selama kejadian darurat.
3.4.4. Tanggung jawab, wewenang dan tugas-tugas personel dengan tanggung jawab khusus
selama kejadian darurat (seperti pemadaman kebakaran, P3K dan sebagainya).
3.4.5. Proses evakuasi.
3.4.6. Identifikasi dan lokasi material berbahaya dan tindakan darurat yang dipersyaratkan.
3.4.7. Hubungan dengan jasa pihak eksternal terkait dengan kejadian darurat.
3.4.8. Komunikasi dengan badan pemerintah.
3.4.9. Komunikasi dengan publik.
3.4.10. Pengamanan catatan dan perlatan penting.
3.4.11. Informasi yang dibutuhkan selama kejadian darurat seperti denah lokasi perusahaan/proyek, data
material berbahaya, instruksi kerja dan nomor telepon penting.
3.5. Peralatan darurat untuk penanggulangan jika terjadi kondisi darurat yang harus ada dilokasi kerja (bila
dapat diterapkan) harus disesuaikan dengan aktivitas potensi kondisi darurat, diuji kelayakannya dalam
waktu yang terancana diantaranya :
3.6. Setiap lokasi kegiatan kerja perusahaan harus menentukan tempat yang aman (assembly point) yang
berfungsi sebagai tempat berkumpul selama kegiatan evakuasi. Khusus untuk area project, disesuaikan
dengan customer dan kondisi lapangan.
E.1 Pemantauan dan evaluasi
Hal-hal yang harus dilaporkan dalam laporan evaluasi dan kinerja K3 adalah :
• Rekapitulasi kecelakaan kerja dengan mengacu pada pelaporan dan penyelidikan
kecelakaan yang sudah dibuat.
• Occupational Injury/Illness (Cidera/Sakit Akibat Kerja)
• Fatality (Meninggal Dunia)
• Loss Work Day / Loss Time Injury (Hilang Hari Kerja)
• Restricted Work Day (Kerja Terbatas)
• Medical Treatment (Perawatan Kesehatan)
• First Aid (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
Fire Accident (Kebakaran)
Traffic Accident (Kecelakaan lalu lintas)
Environmental Accident (Kecelakaan Lingkungan)
Property Damage Accident (Kecelakaan peralatan atau mesin)
Near miss (Hampir celaka)
Man Hour (Jam kerja)
Km Driven (Kilometer mengemudi – untuk kendaraan perusahaan)
Manajemen Rencana Keselamatan Konstruksi (RKK) akan terus diperbarui demi efektivitas
pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi secara berkesinambungan.
SYARIFUDIN
Direktur