Skripsi Prayoga
Skripsi Prayoga
Skripsi Prayoga
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan
PRAYOGA
1218081
Judul Tugas akhir : Gambaran Pola Makan Pada Pasien Gastritis Berdasarkan
Karakteristik di Wlayah Kerja Puskesmas Cikadu
Kabupaten Cianjur
Nama Mahasiswa : Prayoga
NPM : 1218081
Program Studi : S1 Keperawatan
Menyetujui :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
ii
PENGESAHAN
Tugas Akhir ini telah dipertahankan dan telah diperbaiki sesuai dengan masukan
Dewan Penguji Tugas Akhir Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali
Pada Tanggal Februari 2020
Mengesahkan :
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Penguji,
Mengetahui :
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali,
iii
PERNYATAAN
Prayoga
iv
KATA PENGANTAR
v
Semoga atas segala amal dan kebaikannya, yang bersangkutan
mendapatkan kebahagiaan dari ALLAh SWT, dan dibalas dengan kebaikan yang
berlipat ganda. Aamiin Yaa Robbal’alamin
Akhirnya penulis berharap semoga penyusunan skripsi ini dapat
bermanfaat dan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun,
vi
vii
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................3
1.3 Rumusan Masalah........................................................................3
1.4 Tujuan Penulisan..........................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian.......................................................................4
ix
3.6 Teknik Pengumpulan Data dan Prosedur Penelitian..................23
3.7 Pengolahan dan Analisa Data....................................................24
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................25
3.9 Etika Penelitian .........................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Table 4.2 Distribusi Hasil Pola Makan (Waktu Makan) Pada Pasien
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Cikadu...............................29
Table 4.3 Distribusi Hasil Pola Makan (Jenis Makanan) Pada Pasien
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Cikadu...............................29
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Badan penelitian kesehatan dunia WHO mengadakan tinjauan terhadap
beberapa negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian
gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%,
Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1
juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia
Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi
gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai
sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat
yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap
sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah
penyakit yang dapat menyusahkan kita. Perisentase dari angka kejadian
gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%.(Kurnia, Rahmi:2011).
Berdasarkan angka Kematian kasar sepuluh penyakit utama penyebab
kematian menurut golongan sebab akibat di rumah sakit di Indonesia tahun
2007 dan 2008 adalah penyakit saluran cerna dengan posisi kelima,
sedangkan angka morbiditas termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit
terbanyak pada pasien rawat jalan dirumah sakit tahun 2007 dengan posisi
keempat dan tahun 2008 pada posisi ketiga (Departemen Kesehatan RI,2009).
Berdasarkan sepuluh penyakit terbanyak di rumah sakit di Indonesia tahun
2010 adalah gastritis dengan posisi kelima pada pasien rawat inap dan posisi
keenam pada pasien rawat jalan dengan kasus tertinggi pada perempuan
(Kemenkes RI,2011).
Dari hasil penelitian di dapatkan jumlah penderita gastritis antar pria
dan wanita, ternyata lebih banyak menyerang wanita dan dapat menyerang
sejak usia dewasa muda hingga usia lanjut. Di inggris 6-20%, menderita
gastritis pada uia 55 tahun degan privalensi 22% insiden total untuk semua
umur pada tahun 1988 adalah 16 kasus/1000 pada kelompok umur 45-64
tahun. Insiden sepanjang usia untuk gastritis adalah 10%(Harun riyanto,
2008).
Dari hasil penelitian dapat dilihat, bahwa pola makan pada pasien yang
mengalami gastritis ada sebanyak Hasil penelitian menunjukkan gastritis
terjadi pada usia 14-15 tahun dengan frekuensi 39 orang (65%) berusia 14
tahun dan 21 orang (35%) berusia 15 tahun. Frekuensi jenis kelamin 22 orang
(36,7%) laki-laki dan 38 orang (68,3%) perempuan. Pola makan
menunjukkan 57 responden (95%) kurang baik dan 3 responden (5%)
memiliki pola makan yang baik dengan sub kategori jenis makanan 56 orang
(93,3%) jenis makanan kurang baik, dan 4 orang (6,7%) jenis makanan baik,
frekuensi makan 59 orang (98,3%) kurang baik dan 1 orang (1,7%) frekuensi
makan baik, jadwal makan 54 orang (90%) tidak teratur dan 6 orang (10%)
jadwal makan yang teratur, dan porsi makan 31 orang (51,7%) baik dan 29
orang (48,3%) kurang baik. (Hosana, 2017)
Angka kejadian gastritis dari hasil penelitian yang dilakukan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tercatat, Jakarta mencapai 50%,
Denpasar 46%, Palembang 35,3%, Bandung 32,5%, Aceh 31,7%, dan
Pontianak 31,2%. (Kemenkes RI, Profil Kesehatan Indonesia, 2009). Di
provinsi Jawa Barat angka kejadian penderita gastritis mencapai 31,2%, dan
dinas kesehatan Kabupaten Cianjur pada tahun 2018 penyakit gastritis
(10,14%),
Berdasarkan study pendahuluan di Puskesmas Cikadu, di dapatkan data
angka kejadian penyakit gastritis tercatat, di tahun 2016 sebanyak 35,5%,
tahun 2017 41,5% dan di tahun 2018 45,2%, adapun data kejadian penyakit
Gastritis pada bulan Januari – Agustus 2019, terdapat 50 Kasus Gastritis.
terdapa setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan,
sehingga peneliti tertarik membuat judul penelitian Gambaran Pola Makan
Pada Pasien Gastritis Berdasarkan Karakteristik di Puskesmas Cikadu
Kabupaten Cianjur
6
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit.
Dengan demikian, pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai
suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Pola
makan yang sehat selalu mengacu kepada gizi yang seimbang yaitu
terpenuhinya semua zat gizi sesuai dengan kebutuhan. Terdapat enam
unsur gizi yang harus dipenuhi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin,
mineral dan air. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan zat gizi makro
sebagai sumber energi, sedangkan vitamin dan mineral merupakan zat gizi
mikro sebagai pengatur kelancaran metabolisme tubuh.
Kebutuhan zat gizi tubuh hanya dapat terpenuhi dengan pola makan
yang bervariasi dan beragam, sebab tidak ada satupun bahan makanan
yang mengandung makronutrien dan mikronutrien yang lengakap, maka
semakin bervariasi dan semakin lengkap jenis makanan yang kita peroleh
maka semakin lengkaplah perolehan zat gizi untuk mewujudkan kesehatan
yang optimal. Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan
gambaran mengenai asupan makanan, jenis makanan, jadwal makan dan
jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari (Persagi, 2006).
Iritasi lambung
Perdarahan
Nyeri Hypovolemik
Gambar 2.1
Patofisiologis Gastritis
Ganguan Pencernaan
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber : Uripi (2002) dalam Wahyu, Dewi (2015) dan Dwigint (2015)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pola Makan
Jenis Makanan
Frekuensi Makan
Jadwal Makan
Asupan Makanan
Gastritis
Karakteristik Pasien
Gastritis
21
3.3 Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain. Definisi lain mengatakan bahwa variable adalah sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh
satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo
2010)
Variabel adalah ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota
suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain .
variable penelitian ini hanya terdiri dari satu variable dimana pada penelitian
ini hanya mendeskripsikan Gambaran Pola Makan Pada Pasien Berdasarkan
Karakteristik pada pasien Gastritis di Puskesmas Cikadu Kabupaten Cianjur.
Pola Makan Pola makan adalah Menghitung skor dari Lembar Frekuensi makan Ordinal
cara atau perilaku pertanyaan kuesioner 1. Frekuensi makan ≥2kali
yang ditempuh Frekuensi makan dalam sehari (baik)= skor ≥
seseorang atau (makanan utama dan mean (mean= 11.67)
sekelompok orang makanan selingan) 2. Frekuensi makan <2kali
dalam memilih, dengan sehari (kurang) jika nilai
menggunakan menggunanakan kurang dari mean
bahan makanan jawaban multipelchoice (mean=11,67)
dalam
mengkonsumsi
pangan setiap hari
yang meliputi jenis
makanan, Menghitung skor dari Waktu makan
ketepatan waktu pertanyaan 1. Teratur = skor ≥ median
makan, dan Waktu makan 2. tidak teratur= skor <
frekuensi makan Dengan menggunakan median (median= 3.00)
yang berdasarkan jawabanmultipelcoice
pada faktor- faktor
sosial, budaya Menghitung skor dari Jenis makanan
dimana mereka pertanyaan
hidup.
1. Jenis makanan yang
Jenis makanan dengan mengiritasi= skor < mean
menggunakan jawaban (mean=19.80)
multiperlchoice
2. Jenis makanan yang tidak
mengiritasi = skor ≥ mean
(mean=19.80)
Karakterstik Karakteristik Quesioner Lembar 1. Jenis Kelamin Nominal
Pasien pasien gastritis Ceklist 2. Usia
berdasarkan jenis 3. Jenis Pekerjaan
kelamin, Usia dan
Pekerjaan di
Puskesmas Cikadu
Kabupaten Cianjur
3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmojo, 2012). Sampel terdiri
dari bagian populasi yang terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling.cara pemilihan sampel yang diambil
dengan menggunakan total sampling Sampel penelitian ini adalah pasien
yang menderita penyakit gastritis pada bulan juli sejumlah 50 pasien di
Puskesmas Cikadu Kabupaten Cianjur
3.5.3 Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah total sampling. Total sampling merupakan teknik pengambilan
sampel secara keseluruhan. (Suharsimi, 2010)
Sampel yang diambil yaitu seluruh seluruh pasien yang terjangkit
gastritis di bulan juli sejumlah 50 pasien
29
b. Waktu Makan
Table 4.2
Distribusi Hasil Pola Makan (Waktu Makan) Pada Pasien
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Cikadu
Frekuensi
No Waktu Makan
Jumlah (n) Persentase (%)
1 Teratur 15 30.0 %
2 Tidak Teratur 35 70,0 %
Total 50 100 %
c. Jenis Makanan
Table 4.3
Distribusi Hasil Pola Makan (Jenis Makanan) Pada Pasien
Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Cikadu
Frekuensi
No Jenis Makan
Jumlah (n) Persentase (%)
1 Mengirtasi 27 54,0%
2 Tidak Mengiritasi 23 52,0%
Total 50 100%
b. Karakteristik Usia
Table 4.5
Distribusi Hasil Gambaran Pola Makan Pada Pasien Gastritis
Berdasarkan Karakteristik Usia
Frekuensi
No Usia
Jumlah (n) Persentase (%)
1 19 -30 23 46,0 %
2 31- 45 10 20,0 %
3 46 - 65 17 34,0 %
Total 50 100 %
Frekuensi
No Jenis Pekerjaan
Jumlah (n) Persentase (%)
1 PNS 8 16,0 %
2 Swasta 30 60,0 %
3 TNI/Polri 3 6,0 %
4 Tidak Bekerja 9 18,0%
Total 50 100 %
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pola Makan Pada Pasien Gastritis di Wilayah Kerja Puskemas
Cikadu
1. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah suatu kejadian yang berkelanjutan atau
kejadian yang berulang. Menurut Okviani (2011), Frekuensi makan
adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif maupun
kuantitatif.
Dilihat dari hasil distribusi frekuesnis responden berdasarkan
frekunsi makan di wilayah Puskesmas Cikadu Kabupaten Cianjur
didapatkan bahwa dari 50 responden yang diteliti, jumlah responden
yang memiliki frekunsi makan < 2 kali sehari sejumlah 24 dengan
persentase 52,0 %.
Frekuensi makan juga dapat diartikan sebagai seberapa seringnya
seseorang melakukan kegiatan makan dalam sehari baik makan utama
maupun makan selingan. Frekuensi makan merupakan jumlah waktu
makan dalam sehari meliputi makanan lengkap (full meat) dan makan
selingan (snack). biasanya diberikan tiga kali sehari (makan pagi,
makan siang dan makan malam), sedangkan makanan selingan biasa
diberikan antara makan pagi dan makan siang dan antara makan siang
dan makan malam. Frekuensi makan yang dapat memicu munculnya
kejadian maag adalah frekuensi makan kurang dari frekuensi yang
dianjurkan yaitu makan tiga kali sehari. Secara alamiah makanan
diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut
sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan
jenis makanan. Jika rata-rata umumnya lambung kosong antara 3-4
jam. Maka jadwal makan ini pun harus menyesuaikan dengan
kosongnya lambung. Pada umumnya setiap orang melakukan kegiatan
makan makanan utama 3 kali dalam sehari yaitu makan pagi, makan
siang, dan makan malam atau sore. Hasil penelitian ini dikarenakan
frekuensi makan seseorang tidak langsung dapat menyebabkan
terjadiya gastritis, akan tetapi bergantung pada factor-faktor lainnya,
seperti kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi
responden,infeksi heliobacter pylori, maupun stress. Bahan makanan
yang tersedia, serta untuk mendapatkannya dan harga bahan makanan
yang cukup terjangkau oleh responden membuat sebagian besar
responden memiliki frekuesni makan yang baik (≥2 kali sehari)
(Pasaribu, 2014).
2. Waktu Makan
Setiap fungsi tubuh mempunyai irama biologis (cicdian rytme)
yang jam kerjannya tetap dan sistematis dalam siklus 24 jam per hari.
Meskipun system pencernaan sendiri memiliki 3 siklus yang secara
simultan aktif, namun pada waktu waktu tertentu masing masing silus
akan lebih insetif dibandingkan siklus siklus lainnya. Jika aktiivitas
salah satu siklus tehambat, aktivitas berikutnta juga ikutt terhambat.
Hambatan ini besar pengaruhnya terhadap proses metabolism. Dalam
kondisi normal, konsentrasi asam dan aktivitas enzim pada lambing
akan meningkat dann mecapai puncaknya makasimal setiap 4 jam
setelah aan dan kemudian menurun pada jam berikutnya (Soehardi,
2004). Factor diet dan sekresi cairan asam lambung merupakan
penyebab timbulnya gastritis, jeda antara waktu makan merupakan
penentu pengisisan dan pengososngan lambung. Jeda waktu makan
yang baik yaitu berkisar antara 4-5 jam. Bila seseorang telat makan
sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak
dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta
menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium (Abata, 2014).
Dilihat dari hasil distribusi frekuesnsi responden berdasarkan
waktu pada responden di wilayah kerja Puskesmas Cikadu dari 50
responden yang ditiliti jumlah presponden yang memiliki waktu makan
Waktu makan teratur jumlah 15 persentase 30,0%, dan waktu makan
tidak teratur sejumlah 35 peresntase 70,0%.
Hal ini dikarnakan aktifitas yang tinggi menyebabkan makan
tidak teratur (sayogo, 2007). Hal ini juga sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Nasution (2015) mengatakan bahwa terdapat
hubungan bermakna antara jadwal makan dengan kejadian sindrom
dyspepsia . waktu akan mahasiswa yang tidak teratur dikarnakan
makan pagi dan siang disatukan karena terlambat bangun atau kondisi
keungan yang kurang baik (Mulia, 2010). Namun dari hasil
ketidakteraturan waktu makannya dikarnakan sulit untuk mengatur dan
meagi atau meyempatkan waktu makan disela kesibukan.
4.2.2 Karakteristik
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelamin
Berdasarkan hasil table 4.4, distribusi hasil gambaran pola
makan pada pasien gastritis berdasarkan karakteristik jenis kelamin
dengan jumlah responden 50, sebagian besar adalah perempuan 26
persentase 52,0 %.
Dari diagram distribusi frekuensi responden menurut jenis
kelamin menunjukan responden perempuan paling banyak.
Gastritis lebih banyak diderita perempuan, karena kaum
perempuan lebih perduli dan perhatian pada berat badan dan
penampilan, sehingga perempuan berusaha menurunkan berat
badan dengan jalan mengatur frekuensi, jumlah dan jenis makanan
yang dikonsumsi sebisa mungkin agar tidak menjadi gemuk. Hal
ini sependapat dengan teori yang mengatakan bahwa penderita
gastritis lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki (Riyanto,
2011)
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Berdasarkan hasil table 4.5, distribusi hasil gambaran pola
makan pada pasien gastritis berdasarkan karakteristik usia dengan
jumlah responden 50. sebagian besar jumlah usia 19-30 tahun jumlah
23 orang persentase 46,0%. Ini berarti gastritis lebih banyak diderita
pada usia dewasa muda. Sependapat dengan teori bahwa gastritis
menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut ( Riyanto, 2008).
Pada usia tersebut semua responden masih berstatus mahasiswa sering
tidak terkontrol dalam asupan makannya disebabkan antara lain oleh
karena kesibukan dan sudah adanya ketertarikan pada lawan jenis
sehingga pada usia tersebut berusaha maksimal mungkin untuk
melangsingkan tubuh dengan mengurangi makan. Yang perlu dipahami
bahwa pada usia ini sebenarnya sangat diperlukan adanya pemenuhan
semua zat gizi karena tumbuh kembang yang belum maksimal.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahassan pada BAB sebelumnya makan
peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran hasil pola makan pada pasien gastritis di wilayah kerja
Puskesmas Cikadu dengan jumlah responden 50 sebagian besar untuk
frekuensi makan < 2 kali sehari sejumlah 24 dengan persentase 52,0 %,
waktu makan tidak teratur sejumlah 35 peresntase 70,0%, dan jenis
makan mengiritasi jumlah 27 persentase 54,0%.
2. Gambaran hasil karakteristik pasien di wilayah kerja Puskesmas Cikadu
dengan jumlah responden 50 sebagian besar berdasarkan jenis kelamin
jumlah perempuan 26 persentase 52,0 %, jumlah usia 19-30 tahun jumlah
23 orang persentase 46,0 %, dan jenis pekerjaan Didapatkan swasta
sejumlah 30 dengan persentase 60,0%.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Puskesmas
Bagi petugas kesehatan agar khususnya perawat lebih meningkatkan
lagi dalam memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien yang terkena
gastritis
5.2.2 Bagi Responden
Disarankan kepada responden agar aktif dalam mendapatkan
informasi tentang penyakit gastritis, dan untuk mengkomsumsi makanan
yang bergizi dengan jumlah makanan yang cukup, jenis makanan yang
bervariasi, porsi makan sering dan sesuai dengan kebutuhan tubuh.
5.2.3 Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan factor lain yang
menyebabkan kejadian dari penyakit gastritis, perlu aanya penelitian
lanjut dengan sempel yang yang lebih besar
37
DAFTAR PUSTAKA
Boediman, Drajat. 2009. Sehat Bersama Gizi. Jakarta:Sagung Seto. Brunner &
Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta: EGC.