Pembentukan Akhlakul Karimah Melalui Kegiatan Keagamaan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 108

COVER

PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH


MELALUI KEGIATAN KEAGAMAAN DI PANTI ASUHAN
“MANDHANI SIWI” PKU MUHAMMADIYAH PURBALINGGA
KECAMATAN PURBALINGGA KIDUL
KABUPATEN PURBALINGGA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Purwokerto


untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I)

Oleh:
ASIH RESTIYANI
NIM. 1223301101

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2016
MOTTO

‫الصبر يعين على ك ّل عمل‬


Kesabaran itu akan menolong segala pekerjaan

"Orang yang pintar bukanlah orang yang merasa pintar, akan tetapi ia adalah orang

yang merasa bodoh, dengan begitu ia tak akan pernah berhenti untuk terus belajar"
PERSEMBAHAN

Alhamdulillah

Teruntuk Allah SWT, dengan segala nikmat dan ridho-Nya skripsi ini mampu

terselesaikan. Skripsi ini saya persembahkan untuk:

Kedua orang tua tercinta Ayahanda Durohman dan Ibunda Nur Ma‟rifah yang sangat

banyak memberikan bantuan moril, material, arahan, dan selalu mendoakan

keberhasilan dan keselamatan selama menempuh pendidikan.


PEMBENTUKAN AKHLAKUL KARIMAH MELALUI KEGIATAN
KEAGAMAAN DI PANTI ASUHAN “MANDHANI SIWI” PKU
MUHAMMADIYAH PURBALINGGA KECAMATAN PURBALINGGA
KIDUL KABUPATEN PURBALINGGA

Asih Restiyani
NIM: 1223301101
Program Studi Pendidikan Agama Islam
Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

ABSTRAK
Pokok bahasan dalam skripsi ini adalah bagaima akhlak anak-anak di Panti
Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga, apa saja yang
dilakukan pengurus panti asuhan dalam membentuk akhlak anak. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang
pembentukan akhlakul karimah melalui kegiatan keagamaan di Panti Asuhan
“Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga Kecamatan Purbalingga Kidul
Kabupaten Purbalingga.
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan atau filed research dimana
peneliti terjun langsung kelapangan untuk memperoleh data dan informasi terkait
dengan penelitian yang dilakukan. Penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif
dengan tujuan untuk menggambarkan suatu proses yang terjadi di lapangan,
sedangkan pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kualitatif yaitu pola pikir
yang terbentuk dari fakta-fakta yang khusus dari kenyataan yang ada kemudian
disimpulkan secara umum. Teknik pengumpulan data yang digunakan: observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis datanya menggunakan
model Miles and Huberman, yang terdiri dari: Reduksi data (Data Reduction),
Penyajian Data (Data Display), dan Verifikasi (Conclusion Drawing). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pembentukan akhlakul karimah melalui kegiatan
keagamaan meliputi mengaji diniyah (BTA, tajwid, fiqih, akhlak, tauhid, kewanitaan,
tadarus Al-Qur‟an), shalat berjama‟ah, tafsir Al-Qur‟an, hafalan juz „amma, kultum,
bimbingan (bimbingan langsung dan bimbingan tidak langsung), shalat tahajud,
puasa senin dan kamis, pengajian (HPT).

Kata Kunci : Akhlakul Karimah


KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat,

rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Pembentukan

Akhlakul Karimah Melalui Kegiatan Keagamaan di Panti Asuhan “Mandhani Siwi”

PKU Muhammadiyah Kecamatan Purbalingga Kidul kabupaten Purbalingga ”

dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak

mengalami kendala, namun berkat bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai

pihak dan berkah dari Allah SWT sehingga kendala-kendala yang dihadapi tersebut

dapat diatasi. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Kholid Mawardi, S.Ag., M.Hum., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

2. Dr. Fauzi, M.Ag., Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Dr. Rohmat, M.Ag., M.Pd., Wakil Dekan II Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan.

4. Drs.Yuslam, M.Pd., Wakil Dekan III Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

5. Dr. Suparjo, M.A., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan.

6. Dr. H. Moh. Roqib, M.Ag., Selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan

membimbing peneliti dalam penyelesaian skipsi ini.

7. Drs. Atabik, M.Ag., Penasihat Akademik PAI-D angkatan 2012 IAIN

Purwokerto.

8. Segenap Dosen dan Staf Administrasi IAIN Purwokerto.


9. Bpk. Suparna selaku ketua Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah

Purbalingga.

10. Untuk orang tuaku tercinta Ayahanda Durohman dan Ibunda Nur Ma‟rifah dan

kaka serta adik-adikku tersayang (Fatmawati, Ahmad Ibnu Mas‟ud, Yuliana

Zulaechah Laeli), dan mas Ali Sofyan yang telah memberiku semangat dan

sangat banyak memberikan bantuan moril, material, arahan, dan selalu

mendoakan keberhasilan dan keselamatan selama menempuh pendidikan.

11. Rekan-rekan Mahasiswa PAI D yang telah banyak memberikan masukan kepada

penulis baik selama dalam mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan

skripsi ini.

12. Sahabat Seperjuangan (Rizka Isnawati Fajrin, Puput Sri Utami, Apit Maesaroh,

Putri Riyan Cahya Sari, Zaenu Rahmawati).

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih banyak

terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan

kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Purwokerto, 10 Juni 2016

Penulis,

Asih Restiyani
NIM. 1223301101
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................................... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ....................................................................... iv

HALAMAN MOTO ....................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Definisi Oprasional .................................................................... 6

C. Rumusan Masalah ..................................................................... 9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 9

E. Kajian Pustaka ........................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan ................................................................ 17

BAB II LANDASAN TEORI

A. Akhlakul Karimah .................................................................... 19

1. Pengertian Akhlakul Karimah ........................................... 19

2. Dasar Akhlakul Karimah ................................................... 22


3. Macam-Macam Akhlak ..................................................... 23

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan

Akhlak .............................................................................. 35

B. Panti Asuhan ............................................................................. 38

C. Kegiatan Keagamaan ............................................................... 40

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian....................................... 43

B. Subjek dan Objek Penelitian...................................................... 44

C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 45

D. Teknik Analisis Data ................................................................. 47

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Panti Asuhan “Mandhani Siwi” ................. 51

1. Latar Belakang Berdirinya Panti Asuhan “Mandhani

Siwi” ................................................................................... 51

2. Letak Geografis ................................................................. 53

3. Azas Dan Tujuan ............................................................... 54

4. Visi Dan Misi ..................................................................... 55

5. Struktur Organisasi ............................................................ 56

6. Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus ............................... 57

7. Proses Pelayanan Anak Asuh ........................................... 60

8. Keadaan Pengasuh dan Anak Asuh ................................... 63

9. Sarana Dan Prasarana ......................................................... 67

10. Sumber Dana ..................................................................... 71


B. Kegiatan Keagamaan Dalam Pembentukan Akhlakul

Karimah Di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU

Muhammadiyah ....................................................................... 72

C. Faktor Pendukung dan Penghambat ........................................ 82

D. Hasil Analisis .......................................................................... 84

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 89

B. Saran .......................................................................................... 90

C. Penutup ...................................................................................... 91

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keadaan Pengasuh Panti Asuhan “Mardhani Siwi” ........................ 65

Tabel 2 Keadaan Anak Asuh Panti Asuhan “Mardhani Siwi” Menurut

Status ............................................................................................... 66

Tabel 3 Keadaan Anak Asuh Panti Asuhan “Mardhani Siwi” Menurut

Tingkat Pendidikannya ................................................................... 67


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Penelitian

Lampiran 2 Pedoman Wawancara dan Dokumentasi

Lampiran 3 Hasil Wawancara

Lampiran 4 Foto-foto Kegiatan

Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup


BAB I

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah proses untuk saling memberikan ilmu

pengetahuan, tidak hanya mentransfer ilmu tetapi juga memberikan bimbingan

dan didikan kepada peserta didik. Pendidikan juga merupakan salah satu

kebutuhan dalam rangka mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia

baik dalam perkembangan profesional maupun perkembangan keterampilan agar

manusia mampu menghadapi tantangan zaman yang semakin sulit sehingga

membutuhkan persiapan yang maksimal.

Pendidikan Agama dan pendidikan akhlak selalu berkaitan, tidaklah

berlebihan bila dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam

adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Pendidikan

Islam adalah “Bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar

ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam”.1 Bila disingkat,

Pendidikan Islam ialah bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim

semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan tertinggi pendidikan Islam yaitu

pembentukan akhlak karimah.

Tujuan pendidikan Islam antara lain dalam rangka menjadikan manusia

utama dan bijaksana, menjadi warga negara yang baik, menjadi orang dewasa

yang bertanggung jawab, hidup sejahtera, bahagia dan seterusnya. Oleh

1
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam,(Bandung: PT REMAJA ROSDA
KARYA, 2002), hlm. 37.
karenanya, tujuan pendidikan selalu dikaitkan dengan yang lebih luas yaitu

tujuan hidup manusia, kemudian dihubungkan dengan tujuan filosofi, tujuan

ekonomi, politik dan sosial budaya bangsa itu sendiri.

Ibnu Qayyim menuturkan : “keseluruhan isi agama Islam merupakan

akhlak. Jadi barang siapa yang akhlaknya lebih luhur daripada dirimu, berarti ia

memiliki derajat agama yang lebih tinggi daripada dirimu”.

Dari hadits di atas dijelaskan diantara hal yang paling mulia bagi

manusia sesudah iman dan ibadah kepada Allah ialah akhlak yang mulia

(Akhlakul Karimah). Dengan akhlak mulia terciptalah kemanusiaan manusia dan

perbedaannya dengan hewan.2

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam perlu adanya kerjasama

dari berbagai pihak, diantaranya keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai

lembaga yang bertanggung jawab terhadap pendidikan agar lahirlah generasi

muda yang Islami dan berwawasan luas. Dengan pembentukan dan pendidikan

akhlak diharapkan anak tidak hanya memahami teori tentang pendidikan agama

Islam saja, namun mampu merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan akhlak merupakan sub/bagian pokok dari materi pendidikan

agama, karena sesungguhnya agama adalah akhlak, sehingga kehadiran rasul

Muhammad ke muka bumipun dalam rangka menyempurnakan akhlak manusia

yang ketika itu sudah mencapai titik nadir.3 Pendidikan akhlak juga sangat

penting untuk merangkai permasalahan akhlak dan melahirkan manusia yang

2
Sudirman Teba, Manusia Malaikat, (Yogyakarta: Cangkir Gending, 2005), hlm. 67.
3
Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur‟an, (Yogyakarta: Teras, 2010),
hlm. 96.
baik. Penekanan pendidikan akhlak dalam Pendidikan Islam adalah jelas. Ini

karena Pendidikan Islam antara lain bertujuan membangun dan melahirkan insan

secara seimbang demi merealisasikan fungsi manusia.

Akhlak berperan memberikan panduan kepada manusia agar mampu

menilai dan menentukan suatu perbuatan untuk selanjutnya menetapkan bahwa

perbuatan atau tindakan tersebut baik atau buruk, akhlak membersihkan diri dari

perbuatan dosa dan maksiat sehingga melahirkan perbuatan terpuji yang pada

akhirnya akan dapat membedakan antara akhlak terpuji dan akhlak tercela serta

dapat membentengi diri dari perbuatan tercela yang akan membawa kepada

kejahatan dan kemaksiatan.

Menurut Ismail Thaib “Akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti

baik dan buruk atau menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia

kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia kepada

lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan

mereka dan menunjukkan jalan untuk melaksanakan apa yang harus diperbuat”.4

Panti Asuhan “Mandhani Siwi” merupakan amal usaha majlis PKU

Muhammadiyah kabupaten Purbalingga yang berdiri sejak tanggal 15 Desember

1960 dan telah terdaftar pada Departmen Sosial RI No. 927/Y/PSSM/ 1979

tanggal 20 Juli 1979. Panti Asuhan "Mandhani Siwi" adalah Panti Asuhan tertua

dan terbesar di Purbalingga bahkan tebesar di Karsidenan Banyumas. Sebagai

organisasi yang bisa disebut berumur, pastinya dalam mengelola dana

masyarakat, Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga

4
Ismail Thaib, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV. Karya Mulia, 1992), hlm. 5.
seyogyanya mampu menyediakan informasi terkait laporan pertanggung

jawaban yang utuh dan benar.

Tapi pada kenyataanya, mendidik anak-anak yatim memiliki tantangan

tersendiri. Ada banyak pelajaran hati yang dapat kita petik di dalamnya.

Berbagai pengalaman menunjukkan bagaimana beratnya mengasuh mereka.

Namun disinilah kemuliaan yang sedang ditunjukkan oleh Islam. Kendati berat,

kita dituntut untuk senatiasa berbuat baik kepada mereka, bahkan dituntut untuk

menunjukkan kasih sayang kepada mereka.

Secara umum setiap anak yang dilahirkan telah membawa fitrah

beragama dan kemudian selanjutnya bergantung pada pendidikan yang

diperolehnya. Apabila mereka mendapatkan pendidikan yang baik, maka mereka

cenderung menjadi orang yang baik dan taat beragaman. Akan tetapi sebaliknya,

bila benih agama tidak dipupuk dan dibina dengan baik maka benih itu tidak bisa

tumbuh dengan baik pula, sehingga potensi-potensi yang dimiliki itu merupakan

modal awal yang perlu dikembangkan, diarahkan dan dibina sesuai dengan nilai-

nilai ajaran Islam sehingga kepribadian yang dimiliki bisa sesuai dengan ajaran

agama Islam.

Pada hakekatnya dilapangan, usaha-usaha pembentukan akhlak melalui

berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus

dikembangkan, dan pembentukan ini ternyata membawa hasil berupa

terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah

dan Rasul-Nya, hormat kepada Ibu-Bapak, sayang kepada sesama makhluk

Tuhan.
Dengan itu perlu diadakan pembentukan dan pendidikan terutama

pendidikan akhlak atau moral di lingkungan Panti Asuhan agar anak –anak dapat

lebih potensial dan bertanggungjawab secara nyata dalam mengamalkan

ilmunya, baik secara individu, anggota masyarakat, hamba Allah, dan tentunya

sebagai warga negara. Di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” ini memiliki latar

belakang keluarga yang berbeda-beda, ada yang memiliki satu orang tua (yatim)

dan ada yang tidak memiliki orang tua (yatim piatu) tetapi sebagian besar

mereka masih memiliki orang tua yang lengkap. Mereka kurang mendapatkan

perhatian dan kasih sayang penuh dari kedua orang tuanya. Selain itu juga,

dalam masalah pendidikan anak kurang diperhatikan terutama mengenai

pendidikan informalnya dan khususnya mengenai pendidikan akhlak. Di Panti

Asuhan “Mandhani Siwi” sendiri, anak-anak yang diasuh di dalamnya memiliki

latar belakang yang berbeda-beda. Kebanyakan dari mereka bukan anak yatim

atau piatu, mereka memiliki orang tua yang lengkap. Banyak orang tua yang

menitipkan anaknya di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” ini karena anak-anak

mereka memiliki akhlak yang kurang baik. Hal itulah yang membedakan Panti

Asuhan “Mandhani Siwi” dengan panti asuhan yang lain. Nantinya anak-anak

akan mendapatkan bimbingan melalui kegiatan keagamaan yaitu melalui

kegiatan Pengajian Ibadah (HPT), Bahasa Arab, Tafsir Al-Qur‟an tentang

Akidah, Akhlak, dan Muamalah, mengikuti kajian Al-Qur‟an di Masjid Agung

Darussalam, kegiatan pendalaman Al-Islam, melakukan shalat tahajud (Qiyamul

Lail), puasa senin kamis.


Berpijak dari uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh

mengenai pembentukan akhlakul karimah anak yatim dipanti asuhan “Mandhani

Siwi”. sebagaimana misi yang diemban pada lembaga pendidikan tersebut

adalah memberikan pelayanan pendidikan terhadap anak asuh, baik formal

maupun non formal, memberikan kebutuhan dasar kepada anak dan

menumbuhkan sikap tanggung jawab. Dengan itu mendorong penulis untuk

mengangkat permasalahan tersebut menjadi skripsi dengan judul :

“Pembentukan Akhlakul Karimah Melalui Kegiatan Keagamaan Di Panti

Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga Kecamatan

Purbalingga Kidul Kabupaten Purbalingga”.

B. Definisi Operasional

1. Pembentukan Akhlakul Karimah

Pembentukan adalah proses, perbuatan cara membentuk atau usaha

yang terarah kepada tujuan tertentu guna membimbing faktor pembawa

hingga faktor terwujud dalam suatu aktifitas rohani/jasmani.5 Pembentukan

akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha

pendidikan, latihan, usaha keras dan pembinaan (muktasabah), bukan terjadi

dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia termasuk

di dalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani,

dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat.

5
Sastra Praja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum, (Surabaya: Usana Offset Printing,
1981), hlm. 366.
Proses pembentukan yang dilakukan pengasuh/ustadz untuk

mengembangkan atau membimbing potensi yang ada ke arah lebih baik

yang sesuai dengan tujuan hidup, yaitu berupa ajaran yang bersumber pada

Wahyu Allah yang meliputi keyakinan, pikiran, akhlak dan amal dengan

orientasi pahala dan dosa sehingga ajaran-ajaran agama Islam yang meliputi

akidah, ibadah dan akhlak tersebut dapat pembentukan akhlakul karimah

anak asuh melalui kegiatan keagamaan di Panti Asuhan “Mandhani Siwi”

PKU Muhammadiyah Purbalingga.

Akhlak karimah (mahmudah) adalah segala tingkah laku yang terpuji

(yang baik) yang biasa juga dinamakan “fadilah” (kelebihan). Imam al-

Ghozali menggunakan juga perkataan “mun‟jiat” yang berarti segala sesuatu

yang memberikan kemenangan atau kejayaan.6 Proses yang dilakukan dalam

membentuk Akhlakul Karimah melalui beberapa kegiatan keagamaan yang

ada di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga,

misalnya melalui kegiatan mengaji diniyah, dalam mengaji diniyah itu

terdapat beberapa pelajaran seperti (BTA, tajwid, fiqih, akhlak, tauhid,

kewanitaan, tadarus Al-Qur‟an), shalat berjama‟ah, tafsir Al-Qu‟an, hafalan

juz‟amma, kultum, bimbingan (bimbingan langsung dan bimbingan tidak

langsung), shalat tahajud, puasa senin dan kamis, dan pengajian (HPT).

2. Panti Asuhan

Panti asuhan adalah salah satu lembaga yang menyelenggarakan

kesejahteraan sosial panti asuhan adalah lembaga yang dapat menggantikan

6
Hamzah Ya‟qub, Etika Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1983), hlm. 95.
fungsi keluarga dalam mendidik, merawat dan mengasuh anak, seperti

terpenuhi kebutuhan fisik, mental, maupun sosialnya sehingga anak dapat

berkembang kepribadiannya. Panti adalah rumah, tempat (kediaman),

sedangkan asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak

yatim/yatim piatu dan sebagainya.7

Jadi yang dimaksud panti asuhan dalam penelitian ini yaitu tempat

untuk memelihara, mengasuh serta membina dan memberikan pelayanan yang

didasarkan pada profesi kesejahteraan sosial kepada anak yatim/terlantar

dengan cara membantu dan membimbing ke arah perkembangan pribadi

yang wajar sesuai dengan ajaran Agama Islam.

3. Kegiatan Keagamaan

Kata keagamaan merupakan istilah yang mengalami imbuhan dari

kata dasar “agama” yang mendapat awalan “ke-“ dan “-an” yang

menunjukkan kata sifat yaitu bersifat keagamaan. Kegiatan keagamaan

adalah segala perbuatan, perkataan, lahir batin seseorang atau individu yang

didasarkan pada nilai-nilai atau norma-norma yang berpangkal pada ajaran-

ajaran agama, yang telah menjadi kebiasaan hidup sehari-hari. Kegiatan

adalah suatu aktivitas atau tindakan yang dilakukan dengan sungguh-

sungguh.8 Keagamaan adalah yang berkaitan dengan agama.9 Adapun dalam

penelitian ini, yang dimaksud dengan kegiatan keagamaan adalah aktivitas

7
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi Kedua
(Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm. 134.
8
Tanti Yuniar, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Agung Media Mulia, 2010), hlm.
218.
9
Ibid, hlm. 15.
atau tindakan seseorang yang dilakukan dengan hal-hal yang didasarkan atas

nilai-nilai keagamaan dalam hal ini adalah islam.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan pembentukan Akhlakul Karimah di Panti Asuhan “Mandhani Siwi”

yaitu proses, cara membentuk atau usaha yang terarah dengan tujuan tertentu

untuk mewujudkan suatu aktifitas rohani/jasmani yang dilakukan Panti Asuhan

“Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga sebagai lembaga yang

dapat menggantikan fungsi keluarga dalam mendidik, merawat dan mengasuh

anak sehingga anak dapat berkembang kepribadiannya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah di atas maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Panti Asuhan “Mandhani

Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga dalam membentuk akhlakul karimah

melalui kegiatan keagamaan?”

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

untuk mengetahui bagaimana pembentukan akhlakul karimah melalui

kegiatan keagamaan di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU

Muhammadiyah Purbalingga.
2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

teoritis maupun praktis :

a. Manfaat Teoritis

Untuk menambah wawasan keilmuan dan pengetahuan konkrit tentang

akhlak dan pembentukan akhlakul karimah pada anak didik.

b. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran bagi Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU

Muhammadiyah Purbalingga.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan kepada

semua lembaga-lembaga pendidikan untuk lebih memberikan

perhatian pada pelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya

tentang akhlakul karimah.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan penulis dan sebagai bahan rujukan bagi mereka yang

ingin membahas topik yang berkaitan dengan masalah ini.

4) Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan sumbangan

pemikiran dalam rangka turut serta mempersiapkan generasi yang

memiliki pribadi yang berpola pikir Islam, berakhlakul karimah

serta berguna bagi agama nusa dan bangsa.


E. Kajian Pustaka

1. Kerangka Teori

a. Pembentukan Akhlakul Karimah

1) Pengertian Akhlak

Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal

dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "khuluqun" ( ‫) خلق‬

yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku

atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian

dengan perkataan "khalqun" ( ‫ ) خلق‬yang berarti kejadian, serta erat

hubungannya dengan "khaliq" ( ‫ ) خالق‬yang berarti pencipta dan

"makhluq" ( ‫ ) مخلوق‬yang berarti yang diciptakan.10

Definisi akhlak di atas muncul sebagai mediator yang

menjembatani komunikasi antara khaliq (pencipta) dengan

makhluq (yang diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian

disebut sebagai hablum min Allah. Dari produk hablum min Allah

yang verbal biasanya lahirlah pola hubungan antar sesama manusia

yang disebut dengan hablum min annas (pola hubungan antar

sesama makhluk).11

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah

sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam

jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa

10
Zahruddin AR, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm. 1.
11
Ibid, hlm. 2.
perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau perbuatan buruk,

disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.

Secara terminologi definisi akhlak menurut imam Al-

Ghozali (Ihya Ulumuddin, III, tt: 52)12 adalah:

‫بسهولة االفعال تصدر عنها راسخة النفس في ىيئة عن عبارة الخلق‬

‫وروية فكر الى حاجة غير ويسرمن‬.


"Akhlak ialah ibarat (sifat atau keadaan) dari pelaku yang

konstan (tetap) dan tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam

perbuatan-perbuatan dengan mudah dan wajar, tanpa memerlukan

pemikiran dan pertimbangan".

Jadi pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah

kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi

kepribadian hingga dari situ timbulah berbagai macam perbuatan

dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa

memerlukan pikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan

yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran.

Maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang

lahir kelakuan yang buruk, maka disebut budi pekerti yang tercela.

2) Tujuan Pembentukan Akhlak

Islam adalah agama rahmat bagi umat manusia. Ia datang

dengan membawa kebenaran dari Allah SWT dan dengan tujuan

12
Abdul Kholik, dkk, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer,
(Yogyakarta: Pustaka Pelaja Offset, 1999), hlm. 87.
ingin menyelamatkan dan memberikan kebahagiaan hidup kepada

manusia dimanapun mereka berada. Agama Islam mengajarkan

kebaikan, kebaktian, mencegah manusia dari tindakan onar dan

maksiat. Sebelum merumuskan tujuan pembentukan akhlak,

terlebih dahulu harus kita ketahui mangenai tujuan pendidikan

Islam dan tujuan pendidikan akhlak. Muhamad Al-Munir

menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah :

a) Tercapainya manusia seutuhnya

b) Tercapainya kebahagiaan dunia dan akherat

c) Menumbuhkan kesadaran manusia mengabdi dan takut kepada

Allah.13

Menurut Muhamad Al-Athiyah Al-Abrasy, tujuan utama

dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti

yang sanggup menghasilkan orang–orang yang bermoral, laki-laki

maupun perempuan, jiwa yang bersih, kemauan yang keras, cita-

cita yang benar dan akhlak yang tinggi, tahu arti kewajiban dan

pelaksanaannya, menghormati hak asasi manusia, tau membedakan

baik dan buruk, memilih suatu fadilah karena ia cinta pada fadilah,

menghindari suatu perbuatan yang tercela, karena ia tercela, dan

mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.14

13
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 74-75.
14
Muhamad Al-Athiyah Al-Abrasy, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. Bustomi A.
Ghoni dan Jauhar Bahri, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), hlm. 108.
Sedangkan tujuan pendidikan moral dan akhlak dalam

Islam ialah untuk membentuk orang-orang berakhlak baik, keras

kemauan, sopan dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah

laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, beradab, ikhlas,

jujur, dan suci.15

Dari beberapa keterangan di atas, dapat ditarik rumusan

mengenai tujuan pendidikan akhlak, yaitu membentuk akhlakul

karimah. Sedangkan pembentukan akhlak sendiri itu sebagai sarana

dalam mencapai tujuan pendidikan akhlak agar menciptakan

manusia yang berakhlakul karimah.

b. Materi Pembentukan Akhlak

Akhlak atau budi pekerti yang mulia adalah jalan untuk

memperoleh kebahagiaan dunia dan di akhirat kelak serta mengangkat

derajat manusia ke tempat mulia sedangkan akhlak yang buruk adalah

racun yang berbahaya serta merupakan sumber keburukan yang akan

menjauhkan manusia dari rahmat Allah SWT. sekaligus merupakan

penyakit hati dan jiwa yang akan memusnahkan arti hidup yang

sebenarnya.

Menurut Hamzah Ya‟qub dan Barnawie Umary, materi-materi

pembentukan akhlak dibagi menjadi dua kategori, pertama, materi

akhlak mahmudah yang meliputi: al-amanah (dapat dipercaya), ash-

shidqah (benar atau jujur), al-wafa‟ (menepati janji), al-„adalah (adil),

15
Ibid, hlm. 109.
al-iffah (memelihara kesucian hati), al-haya‟ (malu). Al ikhlas (tulus),

as-shobru (sabar), ar-rahmah (kasih sayang), al-afwu (pema‟af), al-

iqtisshad (sederhana), al-khusyu‟ (ketenangan), as-sukha (memberi), at-

tawadhu‟ (rendah hati), as-syukur (syukur), at-tawakkal (berserah diri),

as-saja‟ah (pemberani).

Kedua, materi akhlak madzmumah (tercela) yang meliputi :

khianat, dusta, melanggar janji, dzalim, bertutur kata yang kotor,

mengadu domba, hasut, tama‟, pemarah, riya‟, kikir, takabur, keluh

kesah, kufur nikmat, menggunjing, mengumpat, mencela, pemboros,

menyakiti tetangga, berlebih-lebihan dan membunuh. Sedangkan

Muhammad Daud Ali mengatakan bahwa secara garis besar, materi

pembentukan akhlak terbagi dalam dua bagian, pertama adalah akhlak

terhadap Allah atau khalik (pencipta), dan kedua adalah akhlak terhadap

makhluk semua ciptaan Allah.16

2. Kajian Riset Relevan

Dalam hal ini, peneliti penemukan beberapa penelitian yang juga

pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya, diantaranya :

a. Skripsi Umti Lailatul Arbiyah17 dengan judul, “Pembentukan Karakter

Siswa SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto Tahun Pelajaran

2012/1013”. Skripsi tersebut menitiberatkan pada pendidikan karakter

di SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto yang dikendalikan dalam


16
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000), hlm. 352.
17
Umti Lailatul Arbiyah, Pembentukan Karakter Siswa SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto
Tahun Pelajaran 2012/1013, Skripsi, Fakultas Tarbiyah STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri), Purwokerto, 2013.
kegiatan pendidikan sekolah yang sasarannya adalah seluruh komponen

yang ada di sekolah, hasil penelitian menunjukan bahwa usaha

pembentukan karakter dilakukan dengan pengintegrasian kedalam

pembelajaran dengan menyisipkan nilai karakter. Strategi pembentukan

karakter dilakukan dengan keteladanan, pembiasaan, kegiatan spontan,

penciptaan sesuatu kondusif dan penanaman kedisiplinan. Perbedaan

skripsi milik penulis lebih memfokuskan bagaimana pembentukan

akhlakul karimah dalam kegiatan keagamaan, sedangkan skripsi milik

Umti memfokuskan kepada strategi yang digunakan sekolah dalam

proses pembentukan karakter.

b. Skripsi Zeftii Izza Erlina18 yang berjudul, “Peran Guru PAI dalam

Membentuk Peserta Didik yang Berakhlakul Karimah di SMK Al-Huda

Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2011”. Skripsi ini

membahas tentang peran guru PAI dalam membentuk peserta didik

yang berakhlakul karimah dan bagaimana pelaksanaannya disekolah

serta faktor pendukung dan faktor penghambat. Hasil penelitian

menunjukan bahwa peran guru PAI dalam usaha membentuk akhlak

meliputi guru sebagai: pembimbing untuk membimbing peserta didik

dengan baik, inspirator, teladan yang baik bagi siswa dengan cara

berpakaian sopan, kebiasaan, motivator, fasilitator, dan evaluator.

Faktor pendukukng dalam pembentukan akhlak dengan adanya

18
Zeftii Izza Erlina, Peran Guru PAI dalam Membentuk Peserta Didik yang Berakhlakul
Karimah di SMK Al-Huda Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun 2011, Skripsi, Fakultas
Tarbiyah STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri), Purwokerto, 2011.
kerjasama yang baik antara guru, orang tua, dan lingkungan. Yang

membedakan skripsi penulis yaitu dengan skripsi milik Zeftii lebih

menekankan kepada peran guru PAI dalam membentuk Peserta Didik

yang Berakhlakul Karimah sedangkan di skripsi penulis lebih

memfokuskan bagaimana pembentukan akhlakul karimah dalam

kegiatan keagamaan.

c. Skripsi Muhammad Fadhli19 yang berjudul, “Peranan Pendidikan

Agama Islam dalam Pembentukan Akhlakul Karimah Siswa di MTs

Muhammadiyah Pekuncen Tahun Pelajaran 2010/2011”. Hasil

penelitian menyatakan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam

yang meliputi mata pelajaran Akidah Akhlak, Fikih, Al-Qur‟an Hadits,

dan Sejaran Kebudayaan Islam, mempunyai pengaruh baik secara

langsung maupun tidak langsung terhadap akhlak siswa. Perbedaannya

dengan skripsi penulis yaitu skripsi Fadli lebih menekankan terhadap

pembentukan akhlakul karimah dalam mata pelajaran PAI.

F. Sistematika Penulisan

Tujuan sistematika penulisan skripsi adalah untuk memudahkan pembaca

dalam mempelajari dan memahami skripsi ini. Dalam penulisan skripsi, penulis

membagi ke dalam beberapa bab dengan sistematika sebagai berikut :

19
Muhammad Fadhli, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Akhlakul
Karimah Siswa di MTs Muhammadiyah Pekuncen Tahun Pelajaran 2010/2011, Skripsi, Fakultas
Tarbiyah STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri), Purwokerto, 2011.
Bagian awal berisi tentang legalitas formal penelitian, daftar isi, dan

daftar table. Bagian isi berisi tentang :

BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, definisi

operasional, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka dan

sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Landasan Teori, Yang berisi (A) Akhlakul Karimah meliputi

Pengertian Akhlakul Karimah, Dasar Akhlakul Karimah, Macam-Macam

Akhlak, dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak. (B)

Panti Asuhan. (C) Kegiatan Keagamaan.

BAB III : Metode Penelitian, berisi tentang : Jenis dan Lokasi Penelitian,

Subjek dan Objek Penelitian, Metode Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.

BAB IV : Pembahasan Hasil Penelitian, berisi tentang : (A) Gambaran

Umum Panti Asuhan “Mandhani Siwi”, yang meliputi Latar Belakang

Berdirinya Panti Asuhan “Mandhani Siwi”, Letak Geografis, Azas dan Tujuan,

Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Kondisi dan Kegiatan Panti Asuhan

“Mandhani Siwi”, Proses Pelayanan Anak Asuh, Keadaan Pengasuh dan Anak

Asuh, Sarana dan Prasarana, Sumber Dana. (B) Pelaksanaan Pembentukan

Akhlakul Karimah Melalui Kegiatan Keagamaan di Panti Asuhan “Mandhani

Siwi”. (C) Faktor Pendukung dan Penghambat (D) Hasil Analisis.

BAB V : Penutup merupakan bab yang berisi tentang kesimpulan, Saran,

dan Penutup. Kemudian pada bagian akhir skripsi ini dicantumkan Daftar

Pustaka, Lampiran-Lampiran dan Daftar Riwayat Hidup Penulis.


BAB II

BAB II LANDASAN TEORI

A. Akhlakul Karimah

1. Pengertian Akhlakul Karimah

Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari

bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "khuluqun" ( ‫ ) خلق‬yang menurut

logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat

tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalqun"

( ‫ ) خلق‬yang berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan "khaliq" ( ‫) خالق‬

yang berarti pencipta dan "makhluq" ( ‫ ) مخلوق‬yang berarti yang

diciptakan.20 Akhlak terpuji disebut pula dengan akhlaq karimah (akhlak

mulia), atau makarim al-akhlaq (akhlak mulia), atau al-akhlaq al-munjiyat

(akhlak yang menyelamatkan pelakunya).21

Definisi akhlak di atas muncul sebagai mediator yang menjembatani

komunikasi antara khaliq (pencipta) dengan makhluq (yang diciptakan)

secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablum min Allah.

Biasanya lahirlah pola hubungan antar sesama manusia yang disebut dengan

hablum min annas (pola hubungan antar sesama makhluk).22

Adapun pengertian akhlak secara terminologi (istilah) terdapat

beberapa pendapat yang dikutip oleh Rahmad Djatnika dalam bukunya “

System Etika Islam” sebagai berikut:


20
Zahruddin AR, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm. 1.
21
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 87.
22
Ibid, hlm. 2.
a. Menurut Ibnu Maskawaih akhlak itu adalah keadaan gerak jiwa

seseorang yang mendorong kearah melakukan perbuatan tanpa

membutuhkan pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu.

b. Al-Ghazali dalam bukunya Ihya „Ulumuddin mengatakan bahwa akhlak

adalah sifat yang tetap padajiwa seseorang yang dari padanya timbul

perbuatan-perbuatan yang mudah dengan tidak membutuhkan pikiran

atau pertimbangan.

c. Ahmad Amim dalam bukunya Al-Akhlaq mengatakan bahwa akhlak

ialah membiasakan kehendak.23

Dari beberapa pengertian di atas dijelaskan bahwa akhlak adalah

sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong melakukan perbuatan

secara berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan tanpa memerlukan

pemikiran atau pertimbangan terlebih dahulu.

Jadi pada hakekatnya akhlak atau khuliq itu adalah kondisi atau sifat

yang telah meresap dalam jiwa manusia dan menjadi kepribadian, sehingga

dari situlah timbul berbagai macam perbuatan dengan cara sepontan dan

mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.

Berikut ini dikemukakan beberapa penjelasan tentang pengertian

akhlak terpuji, menurut Al-Ghazali, akhlak terpuji merupakan sumber

ketaatan dan kedekatan kepada Allah SWT. Sehingga mempelajari dan

mengamalkannya merupakan kewajiban individual setiap muslim.

23
Rahmad Djantika, System Etika Islam, (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 1992), hlm. 26-27.
Keutamaan akhlak terpuji disebutkan dalam banyak hadits.

Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dzarr dari Nabi

Muhammad SAW.:

:‫يااباذر االادلك على خصلتين ىمااخف على الظهرواثقل ف المي زان؟ قال‬
‫ عليك بحسن اخلق وطول الصمت فوالذ ي نفسي‬:‫ قال‬. ‫بلى يارسول اهلل‬
)‫ (رواه البيهقى‬.‫بيده ماعمل اخال ءق بمثلهما‬
Artinya:

“Wahai Abu Dzarr! „maukah aku tunjukkan dua hal yang sangat ringan di

punggung, tetapi sangat berat ditimbangan (pada hari kiamat kelak)?‟ Abu

Dzarr menjawab, „Tentu, wahai Rasulullah‟. Beliau melanjutkan,

„Hendaklah kamu melakukan akhlak terpuji dan banyak diam. Demi Allah

yang tanganku berada di genggaman-Nya, tidak ada makhlauk lain yang

dapat bersolek dengan kedua hal tersebut‟.” (H.R. Al-Baihaqi)

Jadi pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah kondisi

atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga

dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan

mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran. Apabila dari

kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan

syariat dan akal pikiran. Maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan

sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebut budi

pekerti yang tercela.


2. Dasar Akhlakul Karimah

Dalam Islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan bahwa sifat

seseorang itu baik atau buruk adalah Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Segala sesuatu

yangbaik menurut Al-Qur‟an dan As-Sunnah, itulah yang baik intuk dijadikan

pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, segala sesuatu yang buruk

menurut Al-Qur‟an dan As-Sunnah, berarti tidak baik dan harus dijauhi.24

Sumber akhlak atau pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan

kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah al-Qur'an dan sunnah

Rasulullah SAW.25 Barnawie Umary menambahkan bahwa dasar akhlak

adalah al-Qur'an dan al-Hadits serta hasil pemikiran para hukaman dan

filosof.26 Kedua dasar itulah yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam

secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan

mana yang buruk. Dalam al-Qur'an diterangkan dasar akhlak pada surat al-

Qalam ayat 4.

)٤ :‫ ﴾(القلم‬.‫﴿ وانك لعلى خلق عظيم‬


Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang

agung.” (QS. Al-Qalam : 4).

Dasar akhlak dalam Hadits Nabi SAW salah satunya adalah :

‫ انمابعثت ال تم صا لح‬:‫ قال رسو ل اهلل عليو و سلم‬:‫عن ابى ىر يرة قال‬
)‫ (رواه احمد‬.‫االخال ق‬

24
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 20.
25
Hamzah Ya‟kub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), (Bandung:
CV Diponegoro, 1993), hlm. 49.
26
Barnawie Umary, Materia Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1995), hlm. 1.
Dari Abi Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda : sesungguhnya aku

diutus untuk memperbaiki akhlak (HR Ahmad).

Jadi jelaslah bahwa al-Qur'an dan al-Hadits pedoman hidup yang

menjadi asas bagi setiap muslim, mata teranglah keduanya merupakan

sumber akhlak dalam Islam. firman Allah dan sunnah Nabi adalah ajaran

yang paling mulia dari segala ajaran maupun hasil renungan dan ciptaan

manusia, hingga telah terjadi keyakinan (aqidah) Islam bahwa akal dan

naluri manusia harus tunduk kriteria mana perbuatan yang baik dan jahat,

mana yang halal dan mana yang haram.

3. Macam-Macam Akhlakul karimah

Dalam menentukan macam-macam akhlak terpuji, para pakar

muslim umumnya merujuk pada ketentuan Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Dalam

sebuah riwayat dari Aisyah dikatakan bahwa akhlak terpuji ada sepuluh,

yaitu jujur, berani di jalan Allah SWT, memberi kepada pengemis,

membalas kebaikan orang lain, silahturahmi, menunaikan amanat,

memuliakan tetangga, memuliakan tamu, dan malu (perawi tidak

menyebutkan yang kesepuluh).

Selanjutnya, uraian akhlak terpuji berikut ini akan dijelaskan

berdasarkan pembagian berikut: (1) akhlak kepada Allah SWT; (2) akhlak

terhadap diri sendiri; (3) akhlak terhadap keluarga; (4) akhlak terhadap

masyarakat; (5) akhlak terhadap lingkungan.

a. Akhlak Terhadap Allah SWT

Diantara akhlak kepada Allaah SWT adalah sebagai berikut:

1) Menauhidkan Allah SWT


Definisi tauhid adalah pengakuan bahwa Allah SWT. Satu-

satunya yang memiliki sifat rububiyyah dan uluhiyyah, serta

kesempurnaan nama dan sifat. Untuk mewujudkan anak asuh

berakhlak yang baik dan menjadi anak yang shaleh dan shalehah

diperlukan proses salah satunya yaitu melalui kegiatan keagamaan

seperti mengaji diniyah yang didalamnya terdapat pelajaran tentang

tauhid, dari sini anak diharapkan memiliki pribadi yang baik dan

selalu bertaqwa kepada Allah dan Rasulnya. Tauhid dapat dibagi

kedalam tiga bagian.

a) Tauhid rububiyyah, yaitu meyakini bahwa Allah lah satu satunya

Tuhan yang menciptakan alam ini, yang memilikinya, yang

mengatur perjalanannya, yang menghidup dan mematikan, yang

menurunkan rezeki kepada mahluk, yang berkuasa mendatangkan

manfaat dan menimpakan mudarat, yang mengabulkan doa dan

permintaan hamba ketika mereka terdesak, yang berkuasa

melaksanakan apa yang dikehendakinya, yang memberi dan

mencegah, diangan-Nya seggala kebaikan dan bagi-Nya

penciptaan dan juga segala urusan.

b) Tauhid uluhiyyah,yaitu mengimani Allah SWT. Sebagai satu

satunya AL-Ma,bud (yang disembah).

c) Tauhid Asma dan Sifat.

2) Berbaik sangka (Husnu zhann)


Berbaik sangka terhadap keputusan Allah SWT merupakan

salah satu akhlak terpuji kepada-Nya. Diantara ciri akhlak terpuju

ini adalah ketaatan yang sungguh-sungguh kepada-Nya.

3) Zikrullah

Mengingat Allah (zikrullah) adalah asas dari setiap ibadah

kepada Allah SWT karena merupakan pertanda hubungan antara

hamba dan pencipta pada setiap saat dan tepat. Diriwayatkan dai

Aisyah bahwa Rasulullah SAW senantiasa mengingat Allah SWT

pada sepanjang hidupnya (H.R. Muslim). Zikrullah merupakan

aktivitas yang paling baik dan paling mulia bagi Allah SWT.

Berkaitan dengan perintah berzikir ini, Allah SWT

berfirman:

)٢٥١ :‫ (البقرة‬.‫فاذكروني اذكركم واشكروالى والتكفرون‬


Artinya: “Maka ingatlah kamu kepada-Ku, Aku pun akan ingat

kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingakar

kepada-Ku.”

4) Tawakal

Hakikat tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada

Allah „Azza wa Jalla, membersihkannya dari ikhtiyar yang keliru,

dan tetap menapaki kawasan-kawasan hukum dan ketentuan.

Dengan demikian, hamba pecaya dengan bagian Allah SWT untuk

nya. Apa yang telah diturunkan Allah SWT untuknya, ia pasti akan
memperolehnya. Sebaliknya, apa yang tidak ditentukan Allah SWT

untuknya, ia pun yakin pasti tidak akan memperolehnya.27

Tawakal mempunyai hubungan yang sangat erat dengan

pemahaman manusia akan takdir, ridha, ikhtiar, sabar, dan do‟a.

Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah

SWT untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah

kemudharatan, baik menyangkut urusan dunia maupun urusan

akhirat.

Allah SWT berfirman:

)۱٥٥ :‫ (العم ران‬.‫فا ذاعزمت فتوكل على اهلل ان اهلل يحب المتو كلين‬...
Artinya: “...kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad

maka bertawakallah kepada Allah.sungguh Allah mencintai orang-

orang yang bertawakal.” (Q.S. Ali-Imran (3): 159).

b. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Untuk mewujudkan anak asuh yang memiliki akhlak yang baik

yaitu dengan melalui proses kegiatan keagamaan yang ada di panti

asuhan salah satunya dengan melakukan puasa senin dan kamis, dengan

adanya puasa senin dan kamis yang dilakukan anak asuh diharapkan

anak asuh dapat memiliki sikap sabar serta lebih taat terhadap perintah

Allah. Diantara akhlak terpuji terhadap diri sendiri adalah sebagai

berikut:

27
Rosihon, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,2010). hlm. 89-92.
1) Sabar

Menurut penuturan Abu Thalib Al-Makky (w. 386/996),

sabar adalah menahan diri dari dorongan hawa nafsu demi

mengapai keridhaan Tuhannya dan mengantinya dengan

bersungguh-sungguh menjalani cobaan-cobaan Allah SWT

terhadapnya. Sabar dapat didefinisikan pula dengan tahan

menderita dan menerima cobaan dengan hati ridha serta

menyerahkan diri kepada Allah SWT setelah berusaha. Selain itu,

sabar bukan hanya bersabar terhadap ujian dan musibah, tetapi juga

dalam hal ketaatan kepada Allah SWT yaitu menjalankan perintah-

Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Sabar dalam pandangan Al-Ghazali merupakan tangga dan

jalan yang dilintasi oleh orang-orang yang hendak menuju Allah

SWT. Ciri utama sabar, menurut Al-Muhasibi adalah tidak mengadu

kepada siapa pun ketika mendapatkan musibah dari Allah SWT.

Sabar terbagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.

a) Sabar dari maksiat, artinya bersabar diri untuk tidak

melakukan perbuatan yang dilarang agama.

b) Sabar karena taat kepada Allah SWT., artinya sabar untuk

tetap melaksanakan peritah Allah SWT dan menjauhi

larangan-Nya dengan senantiasa meningkatkan ketakwaan

kepada-Nya.

c) Sabar karena musibah, artinya sabar ketika ditimpa musibah

dan ujian, serta cobaan dari Allah SWT.


2) Syukur

Syukur merupakan sikap seseorang untuk tidak

menggunakan nikmat yang diberikan kepada Allah SWT dalam

melakukan maksiat kepada-Nya. Bentuk syukur ini ditandai dengan

keyakinan hati bahwa nikmat yang diperoleh berasal dari Allah

SWT, buakn selain-Nya.

Apabila kita sudah mensyukuri karunia Allah SWT itu

berarti kita telah bersyukur kepada-Nya sebagai penciptanya.

Bertambah banyak kita bersyukur, bertambah banyak pula nikmat

yang akan kita terima.28

3) Menunaikan Amanah

Pengertian amanah menurut bahasa adalah kesetiaan,

ketulusan hati, kepercayaan, atau kejujuran, kebaikan dan khianat.

Amanah adalah suatu sifat dan sikap prribadi yang setia, tulus hati

dan jujur dalam melaksanakan suatu yang dipercayakan kepadanya,

berupa harta benda, rahasia, ataupun tugas dan kewajiban.

Pelaksanaan amanat dengan baik bisa disebut al-amin yang berarti

dapat dipercaya, jujur, setia, aman.

4) Benar atau Jujur

Benar dalam perkataan adalah mengatakan keadaan yang

sebenarnya, tidak mengada-ngada, dan tidak pula

menyembunyikan. Benar dalam perbuatan adalah mengerjakan

sesuatu sesuai dengan petunjuk agama.

28
Ibid, hal. 94-98.
Di antara ciri benar atau jujur menurut Al-Muhasiby adalah

mengharapkan imbalan dari makhluk, dan benar dalam ucapan.apa

yang diturunkan Al-Muhasiby sejalan dengan apa yang dikatakan Al-

Ghazali. Ia menegaskan bahwa benar atau jujur yang sempurna adalah

hendaknya seseorang menghilangkan sifat riya‟ dari dirinya sehingga

bagi dirinya tidak ada perbedaan antara orang yang memuji dan

mencelanya.29

5) Menepati Janji (al-wafa‟)

Dalam Islam, janji merupakan hutang. Utang harus dibayar

(ditepati). Kalau kita mengadakan suatu perjanjian pada hari

tertentu, kita harus menunaikannya tepat pada waktunya. Janji

mengandung tanggung jawab. Apabila kita tidak penuhi atau tidak

kita tunaikan, dalam pandangan Allah SWT kita termasuk dalam

orang yang berdosa. Adapun dalam pandanga manusia, mungkin

kita tidak dipercaya lagi, dianggap remeh, dan sebagainya.

6) Memelihara kesucian diri

Memelihara kesucian diri (al-iffah) adalah menjaga diri dari

segala tuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan. Upaya

memelihara kesucian diri hendaknya dilakukan setiap hari agar diri

tetap berada dalam suatu kesucian. Hal ini dapat dilakukan mulai

dari memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana dan

angan-angan yang buruk.

29
Ibid, hal. 100-104.
Kesucian diri terbagi kedalam beberapa bagian:

a) Kesucian panca indra

b) Kesucian jasad

c) Kesucian dari makanan harta orang lain

d) Kesucian lisan

c. Akhlak Terhadap Keluarga

Untuk mewujudkan anak asuh berakhlak yang baik dan menjadi anak

yang shaleh dan shalehah diperlukan usaha dan kerja keras pengasuh

yaitu dengan melalui psoses. Salah satunya dengan melalui beberapa

kegiatan keagamaan yaitu akhlak, disini anak akan dibimbing dan

diajarkan bagaimana berbakti kepada orang tua dengan baik dan

bersikap baik terhadap saudara. Diantara akhlak terpuji terhadap

keluarga adalah sebagai berikut:

1) Berbakti kepada orang tua

Berbakti kepada orangtua merupakan faktor utama

diterimanya do‟a seseorang, juga merupakan amal shaleh paling

utama yang dilakukan oleh seorang muslim. Banyak sekali ayat Al-

Qur‟an ataupun hadits yang menjelaskan keutamaan berbuat baik

kepada kedua orangtua.

Salah satu keutamaan berbuat baik kepada kedua orangtua,

disamping melaksanakan ketaatan atas peintah Allah SWT adalah

menghapus dosa-dosa besar.30

30
Ibid...hal.104-107.
2) Bersikap baik kepada saudara

Agama Islam memerintahkan untuk berbuat baik kepada

sanak saudara atau kaum kerabat sesudah menunaikan kewajiban

kepada Allah SWT dan ibu bapak. Hidup rukun dan damai dengan

saudara dapat tercapai apabila hubungan tetap terjalin dengan saling

pengertian dan tolong-menolong. Apabila mereka memerlukan

pertolongan yang bersifat benda, bantulah dengan benda. Apabila

mereka mengalami kegoncangan jiwa atau kegelisahan, cobalah

menghibur atau menasehatinya. Sebab bantuan itu tidak hanya

berwujud uang (benda), tetapi juga bantuan moril.

Hubungan persaudaraan lebih berkesan dan lebih dekat

apabila masing-masing pihak saling menghargai atau saling

bersikap baik. Kalau kita ditakdirkan Allah SWT mempunyai

kelebihan rezeki sedekahkanlah sebagian kepada saudara atau karib

kerabat kita.

d. Akhlak Terhadap Masyarakat

Untuk mewujudkan anak asuh memiliki akhlak yang baik

diperlukan proses dan kerja keras pengurus salah satunya yaitu dengan

adanya kegiatan pengajian (HPT), disini mereka bisa berdiskusi dengan

masyarakat sekitar serta adanya pendekatan persaudaraan yang lebih

baik. Karena dengan adanya pengajian (HPT) anak dapat bersosialisasi

dan bisa saling menghargai dengan masyarakat secara baik. Diantara

akhlak terpuji terhadap masyarakat adalah sebagai berikut:


1) Berbuat baik kepada tetangga

Tetangga adalah orang yang dekat dengan kita. Dekat

bukan karena pertalian darah atau pertalian persaudaraan. Bahkan

mungkin tidak seagama dengan kita. Dekat disii adalah orang yang

tinggal berdekatan dengan rumah kita. Ada atsar yang menunjukan

bahwa tetangga adalah empat puluh rumah (yang berada disekitar

umah) dari setiap penjurumata angin. Dengan demikian, tidak

diragukan lagi bahwa yang berdekatan lagi bahwa yang berdekatan

dengan rumahmu adalah tetangga.

Para ulama membagi tetangga menjadi tiga macam, yaitu:

yang pertama, tetangga muslim yang masih mempunyai hubungan

kekeluargaan. Tetangga semacam ini mempunyai tiga hak, yaitu

sebagai tetangga, hak Islam, dan hak kekerabatan. Kedua, tetangga

muslim saja, tetapi bukan kerabat. Tetangga semacam ini

mempunyai dua hak, yaitu sebagai tetangga dan hak muslim.

Ketiga, tetangga kafir walaupun kerabat. Tetangga semacam ini

hanya mempunyai satu hak, yaitu hak tetangga saja.

2) Suka menolong orang lain

Dalam hidup ini jarang sekali ada oang yang tidak

memerlukan pertolongan orang lain. Ada kalanya karena sengsara

dalam hidup, ada kalanya karena penderitaan batin atau

kegelisahan jiwa, ada kalanya karena sedih mendapat berbagai

musibah. Oleh sebab itu,belum tentu orang kaya dan orang yang

mempunyai kedudukan tidak memerlukan pertolongan oang lain.


Orang mukmin apabila melihat orang lain tertimpa

kesusahan akan tergerak hatinya untuk menolong mereka sesuai

dengan kemampuannya. Apabila tidak ada bantuan berupa benda,

kita dapat membantu orang tersebut dengan nasihat atau kata-kata

yang dapat menghibur hatinya. Bahkan sewaktu-waktu bantuan

jasa lebih diharapkan daripada bantuan-bantuan lainnya.

e. Akhlak Terhadap Lingkungan

Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur‟an terhadap

lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.

Kekhalifahan menuntut adanya intraksi manusia dengan sesamanya dan

manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,

pemeliharaan, seta pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan

penciptaannya.31 Untuk mewujudkan anak asuh yang memiliki akhlak

yang baik maka diperlukan proses yang dilakukan oleh pengasuh yaitu

dengan cara bimbingan, anak asuh di beri bimbingan atau cara dalam

melakukan kultum agar nantinya anak terbiasa ketika mereka di mintai

untuk mengisi ceramah atau kultum di masjid atau lingkungan lain.

Dalam pandangan akhlak Islam, seseorang tidak dibenarkan

mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar,

karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada makhluk untuk

mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk

menghormati proses-poses yang sedang berjalan dan terhadap semua

31
Ibid...hal.112-114.
proses yang sedang terjadi. Hal ini mengantarkan manusia bertanggung

jawab sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain,

“Setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan

pada diri manusia sendiri.”32

Bahwa semuannya adalah milik Allah SWT., mengantarkan

manusia pada kesadaran bahwa apa pun yang berada di dalam

genggaman tangannya, tidak lain kecuali amanat yang harus

dipertanggungjawabkan. “Setiap jengkal tanah yang terhampar dibumi,

setiap angin sepoi yang berembus di udara, dan setiap tetes hujan yang

tercurah dari langit akan dimintakan pertanggungjawaban manusia

menyangkut pemeliharaan dan pemanfaatan.” Demikian kandungan

penjelasan Nabi Muhammad SAW. Tentang firman-Nya dalam Al-

Qur‟an surat At-Takatsur (102): 8 yang berbunyi:

)٨ :‫ (التكاثر‬.‫ثم لتسئلن يومئذعن النعيم‬


Artinya: “kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu

tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu)” (Q.S. At-Takatsur

102: 8)

Dengan demikian, bukan saja dituntut agar tidak angkuh

terhadap sumber daya yang dimilikinya, tetapi juga dituntut untuk

memerhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki oleh pemilik (Tuhan)

menyangkut apa yang berada di sekitar manusia.


32
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 114-115.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Pada prinsipnya faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

akhlak ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor internal

Yaitu keadaaan peserta didik itu sendiri, yang meliputi latar

belakang kognitif (pemahaman ajaran agama, kecerdasan), latar

belakang afektif (motivasi, minat, sikap, bakat, konsep diri dan

kemandirian).33

Pengetahuan agama seseorang akan mempengaruhi

pembentukan akhlak, karena ia dalam pergaulan sehari-hari tidak dapat

terlepas dari ajaran agama. Selain kecerdasan yang dimiliki, peserta

didik juga harus mempunyai konsep diri yang matang. Konsep diri

dapat diartikan gambaran mental seorang terhadap dirinya sendiri,

pandangan terhadap diri, penilaian terhadap diri, serta usaha untuk

menyempurnakan dan mempertahankan diri.34 Dengan adanya konsep

diri yang baik, anak tidak akan mudah terpengaruh dengan pergaulan

bebas, mampu membedakan antara yang baik dan buruk, benar dan

salah.

Selain konsep diri yang matang, faktor internal juga dipengaruhi

oleh minat, motivasi dan kemandirian belajar. Minat adalah suatu

33
Muntholi'ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunungjati, 2002),
hlm. 8.
34
Ibid, hlm. 27.
harapan, dorongan untuk mencapai sesuatu atau membebaskan diri dari

suatu perangsang yang tidak menyenangkan.35 Sedangkan motivasi

adalah menciptakan kondisi yang sedemikian rupa, sehingga anak mau

melakukan apa yang dapat dilakukannya. Dalam pendidikan motivasi

berfungsi sebagai pendorong kemampuan, usaha, keinginan,

menentukan arah dan menyeleksi tingkah laku pendidikan.

b. Faktor eksternal

Yaitu yang berasal dari luar peserta didik, yang meliputi

pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan lingkungan

masyarakat.

Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam

terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor

lingkungan. Selama ini dikenal adanya tiga lingkungan pendidikan,

yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. 36 Merupakan

faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan perilaku atau akhlak

remaja, dimana perkembangannya sangat dipengaruhi faktor

lingkungan, di antaranya adalah:

1) Lingkungan keluarga (orang tua)

Orang tua merupakan penanggung jawab pertama dan yang

utama terhadap pembinaan akhlak dan kepribadian seorang anak.

35
Abdul Mujib, et.al., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 117.
36
Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2001), hlm. 21.
Orang tua dapat membina dan membentuk akhlak dan kepribadian

anak melalui sikap dan cara hidup yang diberikan orang tua yang

secara tidak langsung merupakan pendidikan bagi sang anak.

Dalam hal ini perhatian yang cukup dan kasih sayang dari orang

tua tidak dapat dipisahkan dari upaya membentuk akhlak dan

kepribadian seseorang.

2) Lingkungan sekolah (pendidik)

Pendidik di sekolah mempunyai andil cukup besar dalam

upaya pembentukan akhlak dan kepribadian anak yaitu melalui

pembinaan dan pembelajaran pendidikan agama Islam kepada

siswa. Pendidik harus dapat memperbaiki akhlak dan kepribadian

siswa yang sudah terlanjur rusak dalam keluarga, selain juga

memberikan pembentukan kepada siswa. Disamping itu,

kepribadian, sikap, dan cara hidup, bahkan sampai cara berpakaian,

bergaul dan berbicara yang dilakukan oleh seorang pendidik juga

mempunyai hubungan yang signifikan dengan proses pendidikan

dan pembentukan moralitas siswa yang sedang berlangsung.

3) Lingkungan masyarakat (lingkungan sosial)

Lingkungan masyarakat tidak dapat diabaikan dalam upaya

membentuk dan membina akhlak serta kepribadian seseorang.

Seorang anak yang tinggal dalam lingkungan yang baik, maka ia


juga akan tumbuh menjadi individu yang baik. Sebaliknya, apabila

orang tersebut tinggal dalam lingkungan yang rusak akhlaknya,

maka tentu ia juga akan ikut terpengaruh dengan hal-hal yang

kurang baik pula. Lingkungan pertama dan utama pembentukan

dan pendidikan akhlak adalah keluarga yang pertama-tama

mengajarkan kepada anak pengetahuan akan Allah, pengalaman

tentang pergaulan manusia dan kewajiban mengembangkan

tanggung jawab terhadap diri sendiri dan terhadap orang lain adalah

orang tua. Tetapi lingkungan sekolah dan masyarakat juga ikut andil

dan berpengaruh terhadap terciptanya akhlak mulia bagi anak.

B. Panti Asuhan

Panti sosial asuhan anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial

pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak

terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam

memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga

memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan

kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi

penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam

bidang pembangunan nasional.37

37
Departemen Sosial Republik Indonesia, Acuan Umum Pelayanan Sosial Anak di Panti
Sosial Asuhan Anak, (Jakata: Departemen Sosial RI, 2004), hlm. 4.
Maka majlis PKU (Pembina Kesejahteraan Umat) saat itu mendirikan

Panti Asuhan "Mandhani Siwi" ini dengan para perintis seperti yang telah

disebutkan diatas. Titik awal berdirinya panti ini adalah dimulai dengan adanya

program dari PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Purbalingga waktu itu

tahun 1953, yang mengadakan perekrutan anak-anak yang kurang mampu

(terlantar), untuk dititipkan kepada orang-orang yang mampu. Dari sinilah awal

mula dibentuknya Panti Asuhan "Mandhani Siwi" PKU Muhammadiyah

Purbalingga yang secara resmi berdiri tahun 1960.38

Santoso memberikan pengertian sebuah panti asuhan sebagai suatu

lembaga yang sangat terkenal untuk membentuk perkembangan anak-anak yang

tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal bersama dengan keluarga.

Anak-anak panti asuhan diasuh oleh pengasuh yang menggantikan peran orang

tua dalam mengasuh, menjaga dan memberikan bimbingan kepada anak agar

anak menjadi manusia dewasa yang berguna dan bertanggung jawab atas dirinya

dan terhadap masyarakat di kemudian hari.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa panti asuhan

merupakan salah satu lembaga perlindungan anak yang berfungsi memberikan

perlindungan terhadap hak anak-anak sebagai wakil orang tua dalam memenuhi

kebutuhan mental dan sosial pada anak asuh agar mereka memiliki kesempatan

untuk mengembangkan diri sampai mencapai tingkat kedewasaan yang matang

38
Wawancara dengan Bp. Suparna selaku pimpinan Panti Asuhan "Mandhani Siwi" PKU
Muhammadiyah Purbalingga tanggal 15 Desember 2015
serta mampu melaksanakan perannya sebagai individu dan warga negara

didalam kehidupan bermasyarakat.

Salah satu lembaga yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial adalah

panti asuhan yaitu lembaga yang dapat menggantikan fungsi keluarga dalam

mendidik, merawat dan mengasuh anak, seperti terpenuhi kebutuhan fisik,

mental, maupun sosialnya sehingga anak dapat berkembang kepribadiannya.

Panti adalah rumah, tempat (kediaman), sedangkan asuhan adalah rumah tempat

memelihara dan merawat anak yatim/yatim piatu dan sebagainya.39

Jadi yang dimaksud panti asuhan dalam penelitian ini yaitu tempat untuk

memelihara, mengasuh serta membina anak yatim atau anak-anak yang berada di

panti asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga. Panti Asuhan

ini bertujuan "Memberikan pelayanan yang didasarkan pada profesi kesejahteraan

sosial kepada anak yatim/ terlantar dengan cara membantu dan membimbing ke

arah perkembangan pribadi yang wajar sesuai dengan ajaran Agama Islam.

C. Kegiatan Keagamaan

1. Pengertian Kegiatan Keagamaan

Kata keagamaan merupakan istilah yang mengalami imbuhan dari

kata dasar “agama” yang mendapat awalan “ke-“ dan “-an” yang

menunjukkan kata sifat yaitu bersifat keagamaan dengan pengertian sebagai

berikut :
39
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi Kedua
(Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm. 134.
a. Agama adalah teks atau kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran yang

menjadi tuntunan hidup bagi para penganutnya.40

b. Agama adalah dustur atau undang-undang Ilahi yang didatangkan Allah

untuk menjadi pedoman hidup dalam kehidupan di alam dunia untuk

mencapai kebahagiaan akhirat.41

c. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata agama berarti suatu sistem,

prinsip kepercayaan terhadap Tuhan dengan ajaran kebaktian dan

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.42

2. Tujuan Kegiatan Keagamaan

Setelah diketahui apa yang dimaksud dengan kegiatan keagamaan, maka

tujuan yang hendak dicapai adalah :

a. Meningkatkan intensitas dakwah islamiyah kepada siswa dalam rangka

membangun siswa sebagai generasi muda yang religius, sebagai

implementasi Islam adalah rahmatanlilalamin

b. Membangun kesadaran siswa bahwa kegiatan keagamaan akan

memotivasi sikap beragama yang baik dan kontinyu

c. Membangun pribadi siswa yang terbiasa dalam melaksanakan ibadah

40
Harun Nasution, Islam di Tinjau Dari Berbagai Aspek Jilid I, (Jakarta: UI Press, 1979),
hlm. 9.
41
Muhaimin, Problematika Agama Dalam Kehidupan Manusia, (Jakarta: Kalam Mulia,
1989), hlm. 139.
42
Lotus Life, (Online) http://sujata-net.blogspot.com/2009/01/pengertian-agama.html.
Diakses tanggal 27 juni 2016.
d. Menciptakan generasi dengan tingkat kecerdasan spiritual (SQ) yang

baik, sehingga akan melahirkan generasi yang menjunjung tinggi etika,

moral dan nilai-nilai religious.43

e. Meningkatkan kemampuan siswa, beraspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik

f. Pengembangan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi

menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif

g. Dapat mengetahui, mengenang serta membedakan hubungan satu

pelajaran dengan pelajaran lainnya.

43
Sofyan Abdullah dan Ade Nandang, (Online)
http://mtsnleuwisarikabtsm.blogspot.com/2009/01/program-kerja-keagamaan-0809_12.html.
Diakses tanggal 14 juli 2016.
BAB III

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif. Adapun

penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif analisis, yaitu memaparkan

secara mendalam dengan apa adanya secara objektif sesuai dengan data yang

dikumpulkan. Peneliti tidak perlu melakukan pengolahan melalui perhitungan

sistematis sebab data telah memiliki makna apa adanya. Menurut jenisnya

penelitian ini adalah penelitian lapangan (Filed Reseach), yakni untuk

memperkuat data secara teoritis untuk memperoleh informasi pada responden

yang terkait dengan judul sehingga diperoleh data yang valid dan dapat

dipertanggung jawabkan.44

Penelititan kualitatif menurut Lexy J. Moleong adalah :

Penelitian yang bermaksud yang memahami fenomena tentang apa


yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.45

44
Syaifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 8.
45
Lexyi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), Cet. XI, hlm. 6.
Pertimbangan menggunakan kualitatif, karena bermaksud meneliti

secara mendalam, menyajikan data secara akurat, dan menggambarkan

kondisi sebenarnya secara jelas. Kemudian jika dilihat dari sifatnya penelitian

ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat menggambarkan atau

deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan bagaimana cara

membentuk akhlakul karimah anak asuh melalui kegiatan keagamaan di panti

Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga.

2. Lokasi Penelitian

Panti Asuhan “Mandhani Siwi” merupakan Amal Usaha

Muhammadiyah (AUM) yang dibawah mejelis Pembinaan Kesejahteraan

Umat (PKU) Muhammadiyah kabupaten Purbalingga yang berdiri sejak

tanggal 15 Desember 1960 dan telah terdaftar pada Departmen Sosial RI No.

927/Y/PSSM/ 1979 tanggal 20 Juli 1979. Terletak di Jl. Wiramenggala No.

176 Panambongan, Purbalingga, Telp. No. (0281) 894953.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Menurut Lofland yang dikutip Lexy Moleong bahwa “sumber data

utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, dan selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lainya” .46 Adapun yang menjadi

46
Ibid, hlm. 157.
informan dalam penelitian ini adalah Ketua, Pengasuh dan Bendahara Panti

Asuhan "Mandhani Siwi" PKU Muhammadiyah Purbalingga.

2. Objek Penelitian

Obyek penelitian yang menjadi titik fokus peneliti adalah

pembentukan akhlakul karimah dalam kegiatan keagamaan di Panti Asuhan

"Mandhani Siwi" PKU Muhammadiyah Purbalingga.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data sering disebut dengan metode penelitian.

Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data.47 Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk pengumpulan

data adalah sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode pengamatan dan pencatatan suatu

obyek dengan sistematika fenomena yang diselidiki.48 Metode observasi

adalah teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila

dibandingkan dengan teknik yang lain. Teknik ini tidak terbatas pada orang

tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.49

47
Surhasim Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2002), hlm. 136.
48
Sukandar Rumidi, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti Pemula,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Pres, 2002), hlm. 69.
49
Sugiyono, METODE PENELITIAN PENDIDIKAN Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 203.
Pola kerja peneliti untuk mendapatkan data melalui observasi yaitu

dengan mengamati bagaiamana pengasuh dalam melakukan pembentukan

akhlakul karimah melalui kegiatan keagamaan di Panti Asuhan “Mandhani

Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga.

2. Metode Wawancara

Metode wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian

berlangsung secara lisan diantara dua orang atau lebih bertatap mka

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-

keterangan. Tujuan dari wawancara itu sendiri adalah untuk mengumpulkan

informasi dan bukan untuk merubah ataupun mempengaruhi pendapat

responden.50

Agar peneliti mendapatkan data-data secara sistematis dan lengkap,

dalam wawancara ini peneliti akan menggunakan pedoman wawancara yang

sudah dipersiapkan sebelumnya dan menggunakan teknik wawancara bebas

terpimpin. Peneliti mengembangkan wawancara dengan subjek penelitian

tanpa terkait sepenuhnya dengan pedoman wawancarai tetapi bersifat

fleksibel sesuai dengan kebutuhan, di lokasi penelitian nanti dalam

mewawancarai, peneliti bisa melakukan pengembangan pertanyaan

wawancara agar peneliti memperoleh data yang lebih dalam dan valid.

50
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2007), hlm. 83-86.
Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi dari

subjek penelitian ditunjukan kepada Bapak Suparna selaku Ketua sekaligus

Pengasuh Inti Panti Asuhan "Mandhani Siwi" PKU Muhammadiyah

Purbalingga.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode mencari atau pengumpulan yang

bersumber datanya berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya. Teknik dokumentasi ini

dimaksudkan untuk melengkapi data dari hasil wawancara dan observasi,

dokumentasi untuk dimaksud ialah berbentuk surat-surat, gambar/foto atau

catatan-catatan lain yang berhubungan dengan fokus penelitian.51

Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh dokumen – dokumen

atau data-data berupa catatan atau buku lainnya yang mendukung, baik

mengenai struktur organisasi, sarana prasarana, serta keadaan lingkungan di

Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Purbalingga.

D. Teknik Analisis Data

Metode analisis data adalah usaha dalam memberikan interpretasi terhadap

data yang masuk kemudian disusun dalam sebuah teori atau kalimat tertentu atau

salah satu langkah penting dalam angka memperoleh temuan temuan. Analisa data

adalah sebuah proses yang dilakukan melalui pencatatan, penyusunan,

51
Ahmad Tanzah, Pengantar Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 183.
pengolahan, dan penafsiran serta menghubungkan makna data yang ada kaitannya

dengan penelitian.52

Dalam teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik deskriptif yang dilakukan dengan cara (1) reduksi data atau

penyederhanaan (data reduction), paparan/ sajian data (data display), dan konklusi

(kesimpulan).

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, tranformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan lapangan.53 Sebagaimana kita ketahui, reduksi data terjadi

secara kontinu melalaui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan secara

kualitatif. Faktanya bahkan “sebelum” data secara aktual dikumpulkan.

Reduksi data antisipasi terjadi sebagaimana diputuskan oleh peneliti (sering

tanpa kesadaran penuh) yang mana kerangka konseptual, situs, pertanyaan

penelitian, pendekatan pengumpulan data untuk dipilih. Sebagaimana

pengumpulan data berproses, terdapat beberapa episode berikutnya dari

reduksi data (membuat rangkuman, pengodean, membuat tematema, membuat

gugus-gugus, membuat pemisahan-pemisahan, menulis memo-memo). Dan

reduksi data/penstransformasian proses terus-menerus setelah kerja lapangan,

hingga laporan akhir lengkap.

52
Nana Sudjana, Awal Kusumah, Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi, (Bandung: Sinar
Baru Algesindo, 2000), hlm. 89.
53
Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005), hlm. 98.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang

akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh

karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala

sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru

itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.54

Dari data-data yang peneliti dapatkan dari lapangan, data tersebut akan

direduksi dan disederhanakan atau dipilah-pilah mana data yang berguna dan

mana yang tidak diperlukan sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan

diverifikasikan.

2. Display Data (Penyajian Data)

Penyajian data merupakan proses menyajikan sekumpulan informasi

yang tersusun sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif

(berbentuk catatan lapangan).

3. Konklusi (kesimpulan)

Kesimpulan merupakan hasil pemikiran yang terlintas kembali selama

penulis meneliti dengan melakukan tinjauan ulang pada catatan lapangan

untuk lebih menguji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya.

Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu konfigurasi

gemini. Kesimpulan juga diverifikasi sebagaimana peneliti memproses selama

54
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 249.
proses penelitian berlangsung. Verifikasi tersebut mungkin seringkas

“pemikiran kedua” yang berlalu dengan cepat lewat fikiran peneliti selama

menulis dengan suatu tamasya pendek kembali ke catatan lapangan atau

verifikasi tersebut mungkin melalui dan dilakukan secara teliti dengan

argumentasi yang panjang tinjauan diantara kolega untuk mengembangkan

“konsensus antar subyek”, atau dengan usaha untuk membuat replikasi suatu

temuan dalam rangkaian data yang lain. Secara singkat, makna muncul dari

data yang telah teruji kepercayaannya, kekuatannya, konfirmabilitasnya yaitu

validitasnya. Dengan cara lain kita berhenti dengan cerita-cerita menarik

tentang kebenaran yang tidak diketahui dan bermanfaat.


BAB IV

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah

1. Latar Belakang Berdirinya Panti Asuhan "Mandhani Siwi"

Panti Asuhan "Mandhani Siwi" PKU Muhammadiyah Purbalingga

adalah merupakan Amal Usaha Muhamadiyah (AUM) yang berdiri sejak

tanggal 15 Desember 1960 dan telah terdaftar pada Departemen Sosial RI

No. 927/Y/PSSM/1979 tanggal 20 Juni 1979. Dengan para pendirinya Ach.

Matori Kartosudirjo (alm), Abdulah Siradz (alm), H. Sobari (alm), Sodik

Ap. (alm), Hadi Siswoyo (alm), Sadeli (alm), Sastro Sukarto (alm) dan

Chambali.

Berdirinya Panti Asuhan ini dilatarbelakangi oleh kondisi

masyarakat, dimana pada saat itu banyak anak-anak terlantar dan masih

membutuhkan bantuan, juga pada saat itu belum adanya suatu lembaga atau

organisasi yang menangani khusus anak yatim dan anak-anak terlantar.

Disamping itu pendirian Panti Asuhan ini semata-mata untuk melaksanakan

perintah Allah SWT yang tercantum dalam Al Qur‟an Surat Al Ma‟un.

Maka Majelis PKU (Pembina Kesejahteraan Umat) saat itu mendirikan

Panti Asuhan "Mandhani Siwi" ini dengan para perintis seperti yang telah

disebutkan diatas.

Titik awal berdirinya panti ini adalah dimulai dengan adanya

program Pimpinan Daerah Muhammadiyah Purbalingga waktu itu tahun


1953, yang mengadakan perekrutan anak-anak yang kurang mampu

(terlantar), untuk dititpkan kepada orang-orang yang mampu. Dari sinilah

awal mula dibentuknya Panti Asuhan "Mandhani Siwi" PKU

Muhammadiyah Purbalingga yang secara resmi berdiri tahun 1960.55

Pada saat itu Panti Asuhan "Mandhani Siwi" belum mempunyai

tempat yang tetap dan tempatnya masih berpindah-pindah dari satu rumah

pengurus ke rumah yang lain. Pertama bertempat di pusat Kota, yaitu di

sebelah selatan alun-alun, yang sekarang menjadi lokasi SMA

Muhammadiyah Purbalingga, kemudian pindah ke Purbalingga Wetan,

setelah itu pindah ke Kelurahan Kalikabong dan terakhir pindah di rumah

Bapak H. Sobari sebelum akhirnya mempunyai gedung sendiri.

Sebenarnya pada waktu itu Pimpinan Daerah Muhammadiyah

(PDM) Purbalingga sudah mempunyai dana untuk pembangunan gedung

Panti Asuhan tesebut. Namun, pada tahun 1963 Panti Asuhan mendapatkan

bantuan dari Departemen Sosial RI berupa pembangunan gedung induk,

yang didirikan diatas lokasi tanah milik PDM Purbalingga tersebut.

Kemudian sekarang menjadi lokasi Panti Asuhan "Mandhani Siwi" PKU

Muhammadiyah Purbalingga. Sampai sekarang secara bertahap pihak Panti

Asuhan "Mandhani Siwi" sudah membangun sarana dan prasarana seperti :

Bangunan Dapur, Kamar Mandi, Masjid, Rumah Pengasuh, serta diadakan

pembenahan pengelolanya.

55
Dokomentasi dikutip pada tanggal 1 April 2016.
Saat ini Panti Asuhan "Mandhani Siwi" mempunyai anak asuh 43

orang terdiri dari 17 putra dan 26 putri. Sedangkan sejak berdirinya tahun

1960 sampai 2016 Panti Asuhan "Mandhani Siwi" telah berhasil

mendidik/mengasuh sebanyak 325 orang alumni dengan perincian sebagai

berikut :

80 orang = 25% = Pegawai Negeri

103 orang = 32% = Karyawan Swasta

41 orang = 12% = Wiraswasta

67 orang = 21% = Buruh

34 orang = 10% = Tidak Diketahui

Mengenai para pengasuh yang pernah mengelola Panti Asuhan

"Mandhani Siwi" dari pertama berdiri 1960 sampai sekarang adalah sebagai

berikut :

a. Tahun 1960-1967 dipimpin oleh Bapak A.M. Karto Sudirjo (alm).

b. Tahun 1967-1969 dipimpin oleh Bapak Muslim Homjowi.

c. Tahun 1969-1977 dipimpin oleh Bapak Imam HS.

d. Tahun 1977-1981 dipimpin oleh Bapak Suwarno.

e. Tahun 1981-sekarang dipimpin oleh Bapak Suparna.

2. Letak Geografis

Panti Asuhan "Mandhani Siwi" PKU Muhammadiyah Purbalingga

terletak di daerah Kabupaten Purbalinggga yaitu di Kelurahan Penambongan

tepatnya di jalan Wiramenggala No. 176 Penambongan Purbalingga 53314

telp. (0281) 894953. Sedangkan jarak Panti Asuhan "Mandhani Siwi"


dengan Kabupaten ± 1 Km terletak di sebelah selatan kantor Bupati

(Kabupaten) Purbalingga. Sehingga transportasi untuk menuju ke lokasi

Panti Asuhan sangat mudah.

Panti Asuhan ini terletak di tempat yang cukup strategis disamping

mudah dijangkau tetapi lokasi Panti Asuhan "Mandhani Siwi" ini sudah

masuk pinggiran kota, sehingga suasana tidak terganggu dengan keramaian

kota dan keadaan yang demikian ini dapat mendukung aktivitas yang

dilakukan oleh lembaga (Panti Asuhan) tersebut. Untuk lebih jelasnya batas-

batas Panti Asuhan dapat disebutkan sebagai berikut56 :

a. Sebelah Selatan dibatasi oleh perumahan penduduk dan jalan yang

menuju ke pasar Purbalingga.

b. Sebelah Barat dibatasi oleh perumahan penduduk dan Stadion Goentoer

Darjono.

c. Sebelah Timur dibatasi oleh perumahan penduduk dan jalan raya

menuju pusat kota Kabupaten.

d. Sebelah Utara dibatasi oleh Sungai Gringsing.

3. Azas dan Tujuan Panti Asuhan “Mandhani Siwi”

a. Azas

Azas atau landasan didirikannya Panti Asuhan "Mandhani Siwi" PKU

Muhammadiyah Purbalingga adalah :

1) Landasan Idiil

a) Al Qur‟an dan As Sunnah

b) Pancasila

56
Wawancara dengan Suwarno, Sekretaris Panti Asuhan "Mandhani Siwi" PKU
Muhammadiyah Purbalingga pada tanggal 1 April 2016.
2) Landasan Konstitusional

a) UUD 1945

b) AD dan ART Muhammadiyah

c) Keputusan Mukatamar Muhammadiyah ke-40 di Surabaya

d) UU No. 6 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kesejahteraan

Sosial.

e) UU No. 4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.

3) Landasan Operasional

Keputusan Mukernas Majelis PKU ke-VI di Jakarta.

b. Tujuan

Adapun tujuan didirikannya Panti Asuhan “Mandhani Siwi”

PKU Muhammadiyah adalah memberikan pelayanan yang didasarkan

pada profesi pekerjaan sosial kepada anak yatim/terlantar dengan cara

membantu dan membimbing kearah perkembangan pribadi yang wajar

sesuai dengan ajaran agama Islam serta kemampuan ketrampilan kerja

sehingga mereka menjadi muslim yang dapat hidup layak dan penuh

tanggung jawab baik terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat.

4. Visi dan Misi

a. Visi :

“Menuju Panti Asuhan Yang Mandiri, Profesional, dan Berakhlak

Mulia”.
b. Misi :

Memberikan Pelayanan Pendidikan terhadap anak asuh, baik formal

maupun non formal, memberikan kebutuhan dasar kepada anak asuh

dan menumbuhkan sikap tanggung jawab.

5. Struktur Organisasi Panti Asuhan “Mandhani Siwi”

Menjadi suatu prinsip organisasi atau lembaga bahwa semakin

banyak dan meluasnya anggota yang sedia berkerja sama maka semakin

terasa perlunya diadakan pembagian daerah tugas, agar nantinya tidak

terjadi tumpang tindih dan kekaburan dalam pelaksanaan tugas. Dalam hal

ini, tata kerja atau struktur organisasi yang ada di dalam Panti Asuhan

“Mandhani Siwi” adalah sebagai berikut57 :

Gambar 3. Struktur Organisasi PA “Mandhani Siwi”

57
Dikutip dari Dokumen Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga
tanggal 15 April 2016.
6. Tugas Dan Tanggung Jawab Pengurus

Tugas dan tanggung jawab masing-masing pengurus Panti Asuhan

“Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga sebagai berikut :

a. Pimpinan Daerah Majelis Pembina Kesejahteraan Umat

Majelis Pembina Kesejahteraan Umat yang dientuk di tingkat

Pusat, Wilayah dan Daerah serta di tingkat Cabang mempunyai tugas

dan lapangan pekerjaan sebagai berikut :

1) Menanam kesadaran dan kewajiban tolong menolong dalam

kebajikan dan takwa serta menggerakkan anggota untuk beramal

dalam bidang tersebut sebagai rangkaian usaha untuk mencapai

tujuan persarikatan.

2) Memimpin dan membantu cabang dalam usaha tersebut.

3) Membantu dan mengkoordinir kegiatan anggota dan masyarakat

yang bergerak dalam bidang tersebut sesuai dengan Tujuan

Muhammadiyah.

4) Menyelenggarakan pendidikan untuk :

a) Membentuk petugas / tenaga pertolongan yang berjiwa Islam.

b) Mempertebal rasa keagamaan dan kesadaran akan ke-

Muhammadiyahan kepada petugas / tenaga pertolongan.

c) Mempertinggi mutu dan kecerdasan para anggota petugas /

tenaga pertolongan.

5) Menyelenggarakan usaha-usaha pertolongan sebagai percontohan.


Dengan demikian PDM Majelis Pembina Kesehateraan Umat

(Daerah Purbalingga) yang berkedudukan sebagai Penanggung Jawab

Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga.

b. Ketua Panti Asuhan

Karena Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah

Purbalingga mempunyai tugas mengasuh, membimbing, menyalurkan,

serta membina anak asuh di dalam panti, maka tugas dari Kepala Panti

Asuhan adalah mengkoordinir semua staf yang ada, dalam menjalankan

dan melaksanakan tugasnya masing-masing.

c. Sekretaris

1) Menyelenggarakan kearsipan.

2) Menyelenggarakan pengetikan dan pengadaan.

3) Menyelenggarakan dokumentasi dan statistik.

4) Menyelenggarakan urusan rumah tangga.

5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Panti Asuhan.

d. Bendahara

1) Mengkordinir pemasukan dan pengeluaran uang.

2) Membantu penggalian sumber dana.

3) Mengelola adiministrasi keuangan.

e. Unit Perencanaan dan Pemeliharaan

1) Menyelenggarakan asrama.

2) Merancang bangunan / fasilitas Panti Asuhan.

3) Memenuhi kebutuhan anak asuh.


4) Mengusahakan perlengkapan Panti Asuhan.

5) Mengadakan penerimaan dan pendaftaran anak asuh.

6) Mengadakan identifikasi dan pendataan anak asuh.

7) Mengadakan seleksi calon anak asuh.

8) Mengadakan observasi terhadap anak asuh.

9) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Panti Asuhan.

f. Unit Pembinaan

1) Menyelenggarakan perlindungan dan asuhan kepada anak asuh di

Panti Asuhan.

2) Memberikan bimbingan mental dan spiritual.

3) Menyelenggarakan pengawasan kesehatan.

4) Menyelenggarakan pendidikan bagi anak asuh.

5) Menyeleksi kasus-kasus anak.

6) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Panti Asuhan.

g. Unit Usaha

1) Meningkatkan penggalian sumber dana, baik dari dalam

(perkebunan, peternakan, dan perikanan) maupun dari luar

(donatur).

2) Menyelenggarakan keterampilan bagi anak asuh.

3) Menyelenggarakan kesenian bagi anak asuh.

4) Menyelenggarakan koperasi bagi anak asuh.

5) Melaksanakan tugas lain diberikan oleh Kepala Panti Asuhan.


h. Unit Penyaluran dan Binjut

1) Mengadakan hubungan masyarakat.

2) Mengadakan konsultasi kepada instansi, Lembaga dan Masyarakat.

3) Mengusahakan penempatan kerja.

4) Mengadakan pencatatan alumni Panti asuhan.

5) Menyelenggarakan atau mengusahakan bantuan peralatan kerja.

6) Mengadakan reuni alumni anak asuh.

7) Melaksanakan tugas yang diberikan oleh Kepala Panti Asuhan.

7. Proses Pelayanan Anak Asuh

a. Tahap Awal

1) Calon anak asuh mengisi daftar isi yang disediakan oleh panti

2) Memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh pihak panti, meliputi:

a) Anak terlantar

b) Umur 6-13 tahun

c) Mengajukan permohonan melalui pimpinan cabang/ranting

Muhammadiyah setempat

d) Surat keterangan dari kepala desa

e) Tidak mendeita cacat

f) Surat tentang kesediaan orang tua (wali) untuk menerima

kembali anak asuh tersebut bila telah dinyatakan cukup

mendapatkan pelayanan di panti.


b. Tahap Pembinaan

1) Pembinaan fisik dan kesehatan

Hal ini dilakukan untuk mencapai kondisi fisik anak asuh yang

sebaik-baiknya untuk itu yang dilakukan oleh panti adalah:

a) Peraturan menu sedemikian rupa menurut setandar kesehatan

b) Memberikan pertolongan pengobatan sedini mungkin kepada

anak yang mengalami gejala sakit

c) Pemeriksaan secara rutin melalui berat badan dan gizi

2) Pembinaan Mental

Kegiatan ini dilakukan bertujuan agar anak asuh memiliki

pengetahuan keIslaman dan kemuhammadiyahan yang memadai

sehingga menjadi muslim yang dapat mengamalkan dan

mengembangkan ajaran Islam di tengah-tengah masyarakat.

3) Pendidikan Formal/Sekolah

Setiap anak asuh mendapatkan pelayanan pendidikan fomal dari

SD sampai SLTA.

4) Bimbingan Ketrampilan

Tujuan diberikan latihan ketrampilan yaitu agar anak asuh kelak

apabila sudah selesai masa asuhnya, dapat memperoleh

ketrampilan. Hal itu dilakukan agar terbuka kemungkinan yang

lebih besar untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya, secara layak

sehingga nantinya tidak lagi tergantung kepada orang lain.


5) Pembinaan Latihan Kerja

Sebagai sarana latihan dan memersiapkan agar anak asuh dapat

hidup mandiri tanpa ketergantungan dengan orang lain maka di

dalam panti asuhan diadakan kegiatan yang bersifat ekonomi

produktif, yaitu perkebunan dan perikanan.

6) Pembinaan Kesenian

Pembinaan kesenian dilaksanakan untuk melatih agar anak dapat

mengenal kesenian dan untuk mengembangkan serta menyalurkan

bakat mereka dibanding kesenian.

7) Kegiatan Kemasyarakatan

Menyadari bahwa anak asuh juga akan kembali ke tengah-tengah

masyarakat, maka untuk menciptakan fungsi sosial dan tanggung

jawab sosial bagi anak asuh, diadakan kegiatan yang besifat

kemasyarakatan, yaitu:

a) Mengadakan/meningkatkan keja bakti.

b) Mengikuti kegiatan remaja yang diselengarakan oleh karang

taruna.

c) Mengadakan kamling bersama anggota masyarakat.

d) Beberapa anak asuh sebagai tenaga pelajar TPA (Taman

Pendidikan Al-Qur‟an).

c. Tahap Terminasi

Tahap terminasi adalah batas akhir anak asuh mendapatkan pelayanan

kesejahteraan sosial di dalam panti, yaitu mana kala anak asuh telah:
1) Menyelesaikan pendidikan formal sampai SLTA berijazah

2) Dipandang memiliki kemampuan untuk hidup mandiri di dalam

masyarakat

3) Tahap Bimbingan Lanjut

Usaha pembinaan lebih lanjut setelah anak asuh dikembalikan ke

dalam masyarakat, dimaksudkan agar anak tersebut tidak kembali kepada

kondisi terlantar, tetapi tetap diarahkan kepada kehidupan yang lebih baik.

Untuk mencapai ke arah tersebut, hal-hal yang perlu dilaksanakan yaitu:

a. Mengadakan kontak langsung dengan alumni anak asuh yang biasanya

mereka dapat bertemu pada saat-saat libur, hari raya idul fitri, reuni

alumni. Pada saat itu dapat diadakan pembinaan lebih lanjut.

b. Mengadakan hubungan secara tidak langsung, cara ini ditempuh

melalui surat menyurat, pemberian informasi yang dalam hal ini adalah

pembinaan yang bersifat pemberian motivasi agar alumni anak asuh

terus mengembangkan usahanya sehingga benar-benar bisa mandiri.58

8. Keadaan Pengasuh dan Anak Asuh

a. Keadaan Pengasuh

Sebagaimana kita ketahui bahwa Panti Asuhan didirikan

merupakan salah satu usaha untuk kesejahteraan anak dan merupakan

lembaga sebagai pengganti fungsi keluarga, agar anak asuh dapat

terpenuhi kebutuhannya baik kebutuhan fisik, mental dan sosialnya.

Sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi

58
Wawancara dengan Suparna, Kepala Panti Asuhan “Mandhani Siwi” pada tanggal 27 Mei
2016 .
perkembangan kepribadiannya sesuai dengan tuntuan ajaran agama

Islam. Oleh karena itu fungsi pengasuh adalah sebagai pengganti orang

tua bagi anak-anak yang berada di panti asuhan tersebut untuk

memenuhi kebutuhan mereka.

Panti Asuhan ini merupakan amal usaha Majelis PKU

Muhammadiyah yang statusnya swasta murni. Oleh karena itu, para

pengasuh bekerja bukan sebagai Pegawai Negeri Sipil, tetapi selama

mereka masih mampu dan sanggup mengasuh anak-anak asuh, mereka

tetap bisa bekerja di panti asuhan tersebut.

Jumlah pengasuh di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU

Muhammadiyah adalah 7 orang. Dari ketujuh pengasuh tersebut,

terdapat 2 pengasuh yang tetap tinggal di lokasi panti yaitu Bpk.

Suparna sebagai ketua Panti Asuhan sekaligus pengasuh tetap dan Ibu

Nawangsri. Dengan demikian tugas dan tanggung jawab lebih berat

dibanding dengan yang lainnya. Karena bertanggung jawab penuh

terhadap anak asuh, baik dalam mendidik dan membimbing, dalam hal

pengawasan juga sebagai konsultan bagi anak asuh kapanpun

waktunya, dan tentunya masih banyak hal lagi tentang pelayanan dan

pembinaannya kepada anak asuh.59

Adapun keadaan para pengasuh menurut lamanya bertugas

dapat dilihat pada tabel berikut :

59
Wawancara dengan Suparna, Kepala Panti Asuhan “Mandhani Siwi” pada tanggal 1 April
2016.
Tabel 1
KEADAAN PENGASUH PANTI ASUHAN “MANDHANI SIWI”
MENURUT LAMANYA BERTUGAS
No. Nama Umur Pendidikan
1 Suparna 50 PGA 6 Tahun
2 Nawangsri, S.Pd., M.Pd 45 S2
3 Suwarno, A.Ma 50 D3
4 Suwarno 40 SMEA
5 Immawan Moch. Ghufron 24 S1
6 Dyah Retno A, S.Hum 23 S1
7 Slamet Bachtiar, S.Pd 54 S1

Dengan demikian masa kerja para pengasuh di Panti Asuhan

“Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga, bersifat permanen

dalam arti tidak dibatasi masa kontrak, yaitu selama mereka mampu dan

mau untuk tetap bekerja di Panti Asuhan tersebut. Sedangkan yang

bersifat periodik dalam hal ini adalah penanggung jawab Panti yaitu

PDM Majelis PKU yang dipilih setiap 5 tahun sekali mengikuti

Muktamar Muhammadiyah.

b. Keadaan Anak Asuh

Mengenai jumlah anak asuh di Panti Asuhan “Mandhani Siwi”

saat ini (2016) berjumlah 43 anak, terdiri dari 17 anak laki-laki dan 26

anak perempuan. Dari 43 anak asuh tersebut terdiri dari berbagai status

yaitu :

1) Yatim Piatu : Anak yang tidak memiliki orang tua

2) Yatim/Piatu : Anak yang memiliki orang tua tidak lengkap


3) Terlantar : Anak yang memiliki orang tua lengkap, namun

mengalami keterlantaran.60

Anak terlantar ini dibagi menjadi dua macam, yaitu :

1) Anak terlantar yang masih mempunyai kedua orang tua, namun

tidak mampu untuk mengurus dan memberikan kebutuhan yang

bersifat jasmaniah atau rohaniah secara layak disebabkan kesulitan

ekonomi.

2) Anak terlantar yang masih mempunyai kedua orang tua serta

mampu memberikan pelayanan yang bersifat jasmaniah dan materi,

namun kurang mampu memberikan pemenuhan kebutuhan yang

sifatnya rohaniah, seperti : Kurang memberikan kasih sayang dan

perhatian kepada anak disebabkan kesibukan pekerjaan dan lain

sebagainya.

Adapun jumlah anak asuh menurut statusnya dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 2
KEADAAN ANAK ASUH PANTI ASUHAN “MANDHANI SIWI”
MENURUT STATUSNYA PADA TAHUN 2016

No. Status Anak Asuh Laki-Laki Perempuan Jumlah


1 Yatim Piatu 1 1 2
2 Yatim/Piatu 4 2 6
3 Terlantar 11 24 35

60
Wawancara dengan Suparna, Kepala Panti Asuhan “Mandhani Siwi” pada tanggal 10 April
2016.
Panti Asuhan “Mandhani Siwi” selalu memberikan kebutuhan

jasmaniah dan rohaniah kepada anak asuhnya, juga menyekolahkan

anak asuh ke pendidikan formal dari tingkat SD sampai SMA. Berikut

ini keadaan anak asuh menurut tingkat pendidikannya.61

Tabel 3
KEADAAN ANAK ASUH
PANTI ASUHAN “MANDHANI SIWI” PKU MUHAMMADIYAH
MENURUT TINGKAT PENDIDIKANNYA
Tahun 2015/2016
No. Tingkat Pendidikan Kelas Lk Pr Jumlah
1 SD I s/d VI 1 1 2 Anak
2 SMP VII s/d IX 9 8 17 Anak
3 SMA/SMK X s/d XII 7 17 24 Anak
Jumlah 43 Anak

9. Sarana dan Prasarana

Dalam rangka memberikan pelayanan terhadap anak asuh, Panti

Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhamadiyah Purbalingga mempunyai

sarana dan prasarana sebagai berikut :

a. Sarana

1) Tanah pekarangan : 10.560 m2

2) Asrama Putra : 156 m2

3) Asrama Putri : 240 m2

4) Kantor : 20 m2

5) Aula : 150 m2

6) Dapur dan Ruang Makan : 120 m2

61
Dokumentasi, dikutip pada tanggal 18 April 2016
7) Ruang Pengasuh : 15 m2

8) Ruang Tamu : 18 m2

9) Garasi dan Dapur : 20 m2

10) Kamar Mandi dan WC : 25 m2

11) Masjid : 132 m2

b. Prasarana

1) Peralatan Kantor

a) Mesin tulis/ketik : 2 Buah

b) Laptop : 1 Buah

c) Meja dan Kursi Tamu : 3 set

d) Almari Arsip : 1 Buah

e) Kalkulator : 1 Buah

f) Map Ordener : 10 Buah

2) Peralatan Asrama

a) Dipan Susun : 7 Buah

b) Dipan Enkel Besi : 30 Buah

c) Kasur/Bantal/Sprey : 60 Buah

d) Almari Pakaian Plastik : 22 Buah

e) Almari Kayu : 22 Buah

f) Rak Sepatu : 6 Buah

g) Bifet : 2 Buah

h) Timbangan Badan : 1 Buah

i) Jam dinding : 5 Buah


3) Peralatan Pendidikan

a) Rak Buku : 4 Buah

b) Meja Belajar : 10 Buah

c) Kursi : 75 Buah

d) Papan Tulis : 1 Buah

e) Orgen : 1 Buah

f) Wareless : 1 Buah

g) Sound system : 1 unit

h) Tustel : 1 Buah

4) Peralatan Olahraga dan Komunikasi

a) Meja Pimpong : 1 Buah

b) Bed Pimpong : 4 Buah

c) Bed tendang : 1 Buah

d) TV Berwarna : 3 Buah

e) Radio Tape : 1 Buah

f) Majalah : Langganan

g) Surat Kabar : Langganan

h) Telephone : 1 Buah

5) Peralatan Kesenian

a) Orgen : 1 Buah

b) Gamelan Gendingan : Lengkap

c) Gitar Listrik : 1 Buah

d) Gitar Bass : 1 Buah

e) Drum : 1 Set
6) Peralatan Perkebunan

a) Cangkul : 6 Buah

b) Golok : 3 Buah

c) Sabit : 2 Buah

d) Tenk : 1 Buah

e) Cungkir : 1 Buah

f) Kudi : 1 Buah

7) Peralatan Dapur dan Makan

a) Kompor Gas : 1 Buah

b) Wajan : 2 Buah

c) Priuk : 5 Buah

d) Kuali : 1 Buah

e) Kulkas : 1 Buah

f) Poci : 1 Buah

g) Termos : 3 Buah

h) Magicjar : 1 Buah

i) Almari Makan : 1 Buah

j) Meja Makan : 4 Buah

k) Piring Makan : 15 Lusin

l) Bangku Makan Panjang : 4 Buah

m) Mangkuk : 6 Lusin

n) Gelas : 5 Lusin

o) Sendok : 5 Lusin
8) Peralatan Transportasi

a) Sepeda Motor : 1 Unit

b) Sepeda : 1 Unit

c) Mobil : 1 Unit

9) Inventaris Pakaian : 50 Stel Jas Hitam

10. Sumber Dana

Masalah dana/pembiayaan satu hal yang sangat vital sekali dalam

menentukan jalannya suatu organisasi. Oleh karena itu, sangat penting

sekali untuk dipikirkan dan diusahakan masalah pendanaan ini. Tanpa

adanya dana, program-program yang ada tidak akan berjalan sebagaimana

mestinya.

Dalam hal ini, Panti Asuhan “Mandhani Siwi” sebagai panti asuhan

yang memang berstatus swasta, tentunya dalam penggalian dana ini

memang benar-benar dari usaha sendiri, artinya pihak Panti Asuhan

(Pengurus dan Pengasuh) yang mengusahakan dana tersebut.62 Adapun

sumber dana Panti Asuhan ini diperoleh dari :

a. Donatur Tetap masyarakat

b. Sumbangan Masyarakat

c. Penerimaan Zakat

d. Pemerintah Kabupaten Purbalingga

e. BAZNAS Kabupaten Purbalingga

f. Yayasan K.o.o.K

62
Wawancara dengan Suwarno, A.Md, Bendahara Panti Asuhan “Mandhani Siwi” pada
tanggal 16 April 2016.
g. Yayasan Dharmais Jakarta

h. Hasil Swadaya Panti Asuhan

B. Kegiatan Keagamaan dalam Pembetukan Akhlakul Karimah di Panti

Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah

Kegiatan keagamaan yang ada di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU

Muhammadiyah Purbalingga dalam pembentukan akhlakul karimah adalah

sebagai berikut:

1. Mengaji Diniyah

Mengaji diniyah dilaksanakan setelah shalat ashar yang dibagi

menjadi dua kelas. Pertama yaitu kelas satu (kelas kecil) diikuti anak asuh

yang pendidikan formalnya mulai dari kelas satu SD/MI sampai dengan

kelas 2 SLTP/MTs, dan kelas dua (kelas besar) diikuti anak asuh yang

pendidikan formalnya mulai kelas tiga SLTP/MTs sampai pada tingkat

SLTA/SMA dan sejenisnya.63

Pengasuh atau ustadz dalam menyampaikan materi sering

menggunakan metode ceramah. Buku yang digunakan dalam mengajar yaitu

kitab bahasa Arab. Penetapan kitab sebagai buku ajar di kelas 1 dan 2 sudah

menyesuaikan pada kondisi dan pengetahuan agama Islam anak asuh dalam

belajar. Dalam prosesnya ustadz membacakan materi kemudian

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, selanjutnya baru dijelaskan

dengan terperinci. Dalam menyampaikan materi, ustadz memberikan

63
Wawancara dengan Bapak Suparna sekaligus kepala panti asuhan, tanggal 27 Mei 2016.
kesempatan bertanya anak asuh yang belum jelas dengan materi yang

disampaikan.

Diakhir kegitan mengaji, ustadz menunjuk beberapa anak asuh untuk

membaca dan menjelaskan kembali materi yang telah disampaikannya. Ini

dilakukan sebagai bentuk evaluasi dari materi yang telah disampaikan.

Sebagai tindak lanjut, ustadz melakukan pengayaan bagi anak asuh yang

telah menguasainya dan remidi bagi mereka yang memerlukannya.

Dalam kegiatan mengaji, anak asuh memperoleh banyak materi

pendidikan agama Islam. Materi dalam kegiatan mengaji adalah sebagai

berikut:

a. BTA (Baca Tulis Al-Qur‟an)

BTA atau baca tulis Al-Qur‟an merupakan materi pelajaran

dasar untuk belajar Al-Qur‟an yang digunakan untuk tahap

pembelajaran awal anak. BTA adalah materi yang lebih

mengkhususkan pada baca dan penulisan Al-Qur‟an.

Proses belajar mengajar BTA dilakukan secara bersama pada

kelas masing-masing. Sikap dan perilaku yang mencerminkan

pembentukan akhlakul karimah anak asuh yaitu dengan adanya sikap

percaya diri, Metode yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah

metode demonstrasi, yaitu ustadz menulis dipapan tulis kemudian anak

asuh praktek menulis di buku masing-masing, dan ustadz berceramah

untuk menjelaskannya. Tindakan lanjut (evaluasi) yang dilakukan


adalah dengan hasil praktik menulis dan anak asuh mempraktekan

bagaimana membaca Al-Qur‟an.

b. Tajwid

Ilmu tajwid adalah ilmu yang membahas tata cara membaca Al-

Qur‟an. Ilmu tajwid bertujuan untuk memberikan tuntunan bagaimana

cara mngucapkan ayat yang tepat, sehingga lafal dan maknanya

terpelihara. Dalam mempelajari ilmu tajwid anak asuh diharapkan

memiliki sikap teliti.

Dalam proses pembelajaran, strategi yang digunakan adalah

belajar bersama-sama, dimana ustadz menerangkan hukum bacaan

tajwid kemudian memberikan contoh bagaimana cara membacanya.

Selanjutnya anak asuh menirukan dan mempraktekan langsung dalam

membaca Al-Qur‟an.

Setelah mempelajari ilmu tajwid diharapkan anak asuh

mengenal dan mengamalkannya untuk menghindari kesalahan dalam

membaca ayat suci Al-Quran dan melafazkannya dengan baik dan

benar sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan terdengar indah dan

sempurna.

c. Fiqih

Ilmu fiqih adalah ilmu yang memuat, membicarakan, membahas

dan menjelaskan tentang hukum-hukum Islam yang bersumber pada Al-

Qur‟an dan dalil-dalil syar‟i yang lain yang berhubungan dengan segala

tindakan manusia baik ucapan maupun perbuatan. Tujuan dari


pembelajaran ilmu fiqih adalah agar anak asuh mengetahui hukum-

hukum Islam yang berhubungan dengan kehidupan manusia dalam

bidang ibadah maupun muamalah baik yang wajib, sunah, mubah,

makruh atau haram.

Buku yang dipergunakan adalah HPT (Himpunan Putusan Tarjih)

dengan materi antara lain meliputi tata cara ibadah yang baik dan benar,

hikmah dan hukum-hukum dalam menjalankan ibadah dan hukum-

hukum Islam lainnya seperti taharah, shalat, puasa, zakat, dan haji.

Metode yang digunakan dalam materi ini adalah ceramah

interaktif. Pertama ustadz memberikan penjelasan mengenai materi

kemudian anak asuh melakukan praktek sehingga materi yang

disampaikan akan lebih dipahami. Manfaat dari kegiatan ini untuk

menghindari kesalahan dalam beribadah kepada Allah SWT.

d. Akhlak

Tugas pertama Nabi Muhammad SAW adalah memperbaiki

akhlak manusia yang saat itu semua menjurus akhlak Jahiliyah. Ilmu

akhlak adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku manusia

agar mempunyai adab dan sopan santun dalam pergaulan baik

pergaulan sesama manusia, maupun dengan Sang Pencipta.

Materi akhlak yang disampaikan kepada anak asuh adalah

meliputi sopan santun, akhlak kepada orang tua, amal shaleh, hubungan

antar keluaga, saudara, teman, tetangga (masyarakat), sifat baik dan

buruk, dan tentang akhlak dalam kehidupan sehari-hari.


Metode yang digunakan adalah ceramah. Ustadz memberikan

penjelasan menganai materi yang sedang dibahas sambil memberikan

nasihat-nasihat kepada anak asuh. Seringkali ustadz menceritakan

tentang kisah-kisah keteladanan Nabi Muhammad SAW dan para

sahabatnya.

e. Tauhid

Materi tauhid adalah materi yang wajib bagi anak asuh untuk

mengetahui tentang Allah SWT. Materi ini akan membahas tentang

pengokohan keyakinan agama yang dilandasi dalil-dalil aqli maupun

naqli, sehingga dapat menghilangkan segala keraguan. Anak asuh akan

memiliki kepercayaan yang kuat tentang agama Islam dan tetap meng-

Esakan Allah SWT.

Materi dalam tauhid akan membahas mengenai rukun Islam,

rukun iman, dan masalah-masalah lain tentang tauhid. Media

pembelajaran menggunakan kitab yang sudah ditentukan. Metode yang

digunakan adalah berceramah dengan memberikan penanaman-

penanaman masalah keagamaan kepada anak asuh. Dalam proses

mengajar ustadz mengkaji materi kitab yang sedang dipelajari

kemudian menjelaskan isinya.

f. Kewanitaan

Banyak di antara muslimah saat ini yang tidak mengetahui

tentang masalah kewanitaan. Padahal ini adalah masalah yang sangat

kompleks dan sangat erat kaitannya dengan ibadah-ibadah yang mereka


lakukan. Seperti kapan harus berhenti sholat dan kapan harus

melakukannya. Materi kewanitaan sangat penting karena sebagian besar

anak asuh di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” adalah anak putri. Materi

ini akan diberikan kepada anak kelas dua dengan pertimbangan anak

asuh sudah lebih dewasa dan pada umur-umur mereka sudah wajib

memahami masalah kewanitaan.

Dalam materi kewanitaan ini, anak asuh mendapatkan

pengetahuan tentang kebersihan badan, haid, nifas, istihadzah, hamil,

kewajiban seorang muslim, pendidikan perempuan baligh, nikah dan

masalah-masalah perempuan lainnya. Sedangkan metode yang

digunakan dalam materi ini adalah ceramah interaktif. Dalam prosesnya

ustadz mengkaji dan menjelaskan isi kitab (materi pembelajaran), anak

asuh juga bisa berdialog ataupun bertanya seputar masalah kewanitaan.

Tujuan dari materi kewanitaan adalah agar anak asuh

memperoleh pengetahuan yang luas mengenai kewanitaan. Karena yang

paling mengerti dan memahami wanita adalah wanita itu sendiri. Oleh

karena itu anak asuh diharapkan bisa menjaga dan merawat dirinya agar

menjadi wanita muslimah sejati yang menghargai diri dan jiwanya yang

nantinya akan meningkatkan kualitas ibadah mereka.

g. Tadarus (Tartil Al-Qur‟an)

Tadarus (tartil Al-Qur‟an) adalah salah satu kegiatan mengaji di

Panti Asuhan “Mandhani Siwi” yang merupakan kegiatan membaca

Al-Qur‟an dengan tartil. Makna membaca dengan tartil adalah dengan


perlahan-lahan, sambil memperhatikan huruf-huruf dan barisnya. Model

pembelajarannya adalah ustadz membaca satu ayat kemudian diikuti

oleh anak asuh bersama-sama. Kemudian ustadz meminta anak asuh

untuk mengulang kembali hafalan yang telah ditugaskan. Bahan ajar

yang digunakan dalam materi ini adalah Al-Qur‟an dan juz ‟amma.

Materi ini penting untuk melatih kebiasaan yang bertujuan

supaya anak asuh terbiasa membaca Al-Qur‟an. Kebiasan tersebut akan

mengenalkan anak agar selalu hidup bersama Alquran yang tentunya

akan sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka dimasa datang.

2. Shalat Berjama‟ah

Shalat berjama‟ah adalah shalat yang dikerjakan secara bersama-

sama oleh dua orang atau lebih. Dalam pelaksanaannya pengasuh sebagai

imam sementara anak asuh menjadi makmum. Di Panti Asuhan “Mandhani

Siwi” mewajibkan anak asuhnya mengerjakan shalat berjama‟ah dimasjid

Darul islam sebagai rutinitas keagamaan harian. Shalat berjama‟ah

dilaksanakan pada setiap shalat subuh, asar, maghrib, dan isya. Sedangkan

shalat duhur tidak termasuk karena pada waktu tersebut anak asuh masih

belajar di sekolah.

Tujuan dari kegiatan shalat berjama‟ah diharapkan anak asuh

nantinya akan terbiasa shalat berjama‟ah tepat waktu dalam kehidupan

sehari-hari. Selain mengandung nilai ibadah dengan pahala yang besar juga

menambah kedisiplinan dan ketaatan anak asuh.


3. Tafsir Al-Qur‟an

Tafsir Al-Qur‟an adalah ilmu pengetahuan untuk memahami Al-

Qur‟an yang berfungsi menjelaskan tentang arti dan kandungan Al-Qur‟an.

Kegiatan ini dilakukan setiap ba‟da asar. Untuk anak SMP pengajaran Tafsir

Al-Qur‟an dilakukan setiap hari, sedangkan untuk anak SMA dilakukan

seminggu hanya tiga kali yaitu pada hari senin sampai hari rabu.

4. Hafalan Juz „Amma

Juz „Amma adalah juz ke-30 dalam kitab suci Al-Qur‟an yang

terdapat 37 surat. Menghafal juz „amma diwajibkan pada setiap anak asuh

yang dilakukan setiap hari yaitu ba‟da subuh. Juz „Amma dipilih karena

berisi surat-surat pendek dan merupakan surat yang paling sering dibaca dan

didengar anak asuh. Kegiatan ini diawali dengan membaca dan menghafal

secara bersama-sama, kemudian setiap anak diwajibkan menyetorkan

hafalannya kepada ustadz yang mengajar.

5. Kultum

Kultum atau kuliah tujuh menit merupakan salah satu kegiatan

keagamaan di Panti Asuhan “Mandhani Siwi”. Kultum dilakukan setelah

shalat maghrib sampai menjelang shalat isa. Setiap hari terdapat satu anak

asuh yang menjadi pengisi kultum sesuai dengan gilirannya. Bagi anak asuh

yang akan mengisi kultum menyiapkan materi sendiri dengan tema yang

disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.


6. Melaksanakan Shalat Tahajud

Shalat tahajud adalah shalat sunnah yang dikerjakan dimalam hari

setelah seseorang bangun dari tidur. Ibadah ini termasuk sunnah mu‟akad

yaitu sunnah yang dikuatkan dengan syara‟. Waktu paling mustajab untuk

melakukan shalat tahajud adalah sepertiga malam. Dimana para malaikat

turun ke bumi dan Allah mengabulkan setiap do‟a hamban-Nya.

Di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” rutin melakukan shalat tahajud

setiap pukul 03.00 pagi di Masjid Darul Islam agar anak-anak terbiasa

bangun untuk shalat ditengah malam.

7. Melakukan Puasa Senin dan Kamis

Puasa adalah amalan yang sangat utama, puasa senin dan kamis

memiliki keistimewaan tersendiri, karena pada hari itu Rasulullah

Muhammad SAW menganjurkan umatnya untuk melaksanakan puasa

sunnah pada hari-hari itu. Puasa senin dan kamis adalah puasa yang paling

sering dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Anak-anak di Panti Asuhan ini dilatih agar mereka terbiasa

melakukan puasa senin dan kamis, selain itu juga agar anak terbiasa untuk

hidup prihatin dalam kesehariannya. Ustadz menjelaskan kepada anak asuh

bahwa puasa senin kamis itu memiliki banyak keistimewaan dan manfaat

tersendiri diantaranya adalah bermanfaat bagi kesehatan jasmani,

menanamkan kedekatan diri pada Allah SWT, menjadi penolong pada hari

kiamat, terhindar dari siksa api neraka dan lain sebagainya.


8. Pengajian Ibadah (HPT)

Pengajian Ibadah HPT (Himpunan Putusan Tarjih) Muhammadiyah

memalui lembaga Majelis atau Lajnah Tarjihnya dalam usaha yang

menyangkut ibadah dan mu‟amalah bersumber kepada Al-Qur‟an dan Al-

Sunnah. Sedangkan Ijtihad hanyalah merupakan jalan untuk mengeluarkan

hukum dari dua sumber tersebut. Motif Lajnah Tarjih menggunakan Al-

Qur‟an dan Al-Sunnah sebagai sumber hukum yang mutlak adalah untuk

tegaknya aqidah Islamiyah yang murni, bersih dari gejala-gejala

kemusrikan, bid‟ah dan khurafat. Juga untuk tegaknya ibadah yang

dituntunkan oleh Rasulullah SAW.

Di Panti Asuhan ini anak-anak nantinya belajar untuk mendalami

tentang ibadah dan mu‟amalah yang ada di Muhammadiyah melalui

Himpunan Putusan Tarjih (HPT).

9. Bimbingan

Dalam upaya pembentukan akhlakul karimah di Panti Asuhan

“Mandhani Siwi”, pengurus juga melakukan kegiatan bimbingan kepada

anak asuh yaitu sebagai berikut:

a. Bimbingan langsung

Bimbingan secara langsung berupa pengajian yang

diselenggarakan oleh pihak panti asuhan tersebut setiap 1 bulan sekali.

Dalam pengajian tersebut anak dibimbing dalam hal keagamaan dan

syari‟at Islam.
b. Bimbingan tidak langsung

Bimbingan tidak langsung tidak ditentukan waktunya.

Bimbingan ini dilakukan ketika ada anak asuh yang memerlukan

bantuan atau solusi untuk memecahkan suatu masalah, baik masalah

pribadi ataupun masalah dalam kesulitan belajar. Peran pengasuh disini

akan menjadi sangat penting karena dapat memberikan jalan keluar dari

masalah yang dihadapi anak asuh juga dapat memberikan nasehat-

nasehat yang baik bagi anak asuh. Bimbingan tidak langsung juga

diadakan ketika ada anak asuh yang melanggar aturan panti asuhan

maupun melanggar aturan lainnya.

C. Faktor Pendukung dan Penghambat

Dalam mengupayakan pembentukan akhlakul karimah anak asuh, Panti

Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga ini dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Diantaranya faktor-faktor tersebut

ada yang menjadi pendukung dan ada yang menjadi penghambat.

1. Faktor Pendukung

Adapun faktor-faktor yang mendukung dalam membentuk akhlakul

karimah anak asuh sesuai dengan apa yang penulis dapatkan dari hasil

observasi yang dilakukan di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU

Muhammadiyah Purbalingga, antara lain:

a. Adanya asrama yang memadai sebagai tempat utama dalam

melaksanakan suatu kegiatan khususnya dalam membina anak asuh.


b. Adanya ustad/pengasuh dan pengurus yang kompeten sebagai tenaga

pendidik dalam mendidik anak asuh.

c. Adanya anak asuh yang memiliki minat yang tinggi dalam pembinaan

sebagai objek melaksanakan proses pembentukan.

d. Mengenai pembentukan akhlakul karimah ada tinjauan khusus dari

pihak yayasan dan pengurus mengenai perkembangan tingkah laku anak

asuh.

2. Faktor Penghambat

Di samping ada hal-hal yang mendukung dalam membentuk

akhlakul karimah anak asuh, ada juga yang menjadi faktor penghambat

antara lain:

1) Kurangnya tenaga-tenaga yang spesifik, misal kurangnya tenaga

psikologi karena anak terkadang memiliki permasalahan-permasalahan

yang terkadang membuat anak menjadi frustasi.

2) Minimnya ustadz/pengasuh sebagai tenaga pendidik sekaligus sebagai

pengawas bagi anak asuh, sebagai media utama dalam membina akhlak

anak asuh.

3) Kurangnya kesempurnaan kerjasama antar pengurus dalam mengelola

dan memperhatikan anak asuh di panti asuhan.

4) Waktu dan jadwal kegiatan pembinaan anak asuh yang ada di Panti

Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah Purbalingga belum

tertata rapi.64

64
Wawancara dengan Suparna, Kepala Panti Asuhan “Mandhani Siwi” pada tanggal 28 Mei
2016.
D. Hasil Analisis

Untuk mewujudkan anak asuh berakhlak yang baik dan menjadi anak

yang shaleh dan shalehah diperlukan upaya dan kerja keras pengurus Panti

Asuhan “Mandhani Siwi”. Dalam hal ini pengurus mempunyai tanggung jawab

dan peran utama mendidik anak asuh agar tercapai tujuan yang diharapkan.

Tujuan dilaksanakannya pembentukan Akhlakul karimah melalui kegiatan

keagamaan di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengembangkan dan membentuk mental anak-anak di Panti Asuhan

menjadi generasi yang berakhlakul karimah, cerdas dan trampil.

2. Agar anak memiliki pribadi yang baik dan selalu taqwa kepada Allah dan

Rasulnya.

Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa ada banyak sifat-sifat terpuji

yang ditanamkan di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” sebagai salah satu

pembentukan akhlakul karimah bagi anak. Sikap dan perilaku yang

mencerminkan akhlakul karimah anak asuh dapat terlihat pada aktififtas yang

dilakukan oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini hal-hal yang

terkait dengan pembentukan sifat terpuji yaitu:

1. Menauhidkan Allah SWT

Menauhidkan Allah SWT merupakan salah satu bentuk akhlakul

karimah kepada Allah SWT. Kegiatan keagamaan yang dapat membentuk

sikap untuk menauhidkan Allah adalah kegiatan shalat berjama‟ah, tafsir Al-

Qur‟an, dan pada kegiatan mengaji juga secara khusus ada materi tentang

tauhid.
2. Disiplin

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

dipercaya termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung

jawabnya. Pembentukan sikap disiplin dilakukan Pengurus Panti Asuhan

“Mandhani Siwi” dengan mengadakan pembiasaan shalat berjama‟ah.

Shalat berjama‟ah dilaksanakan pada setiap shalat subuh, asar, maghrib, dan

isya. Anak asuh sudah terbiasa mengikuti shalat berjama‟ah tanpa tertinggal

takbiratul ihram imam, banyak juga anak asuh yang sudah hadir di masjid

sebelum adzan dikumandangkan.

Bukan hanya kegiatan shalat berjama‟ah saja nanum kegiatan-

kegiatan keagamaan lainya juga berpengaruh dalam melatih kedisiplinan

karena kegiatan tersebut sudah terjadwal di Panti Asuhan “Mandhani Siwi”.

3. Jujur

Jujur merupakan sikap seseorang ketika berhadapan dengan sesuatu

atau pun fenomena tertentu dan menceritakan kejadian tersebut tanpa ada

perubahan/modifikasi sedikit pun atau benar-benar sesuai dengan realita

yang terjadi. Sikap jujur merupakan apa yang keluar dari dalam hati nurani

setiap manusia dan bukan merupakan apa yang keluar dari hasil pemikiran

yang melibatkan otak dan hawa nafsu.

Pembentukan akhlakul karimah anak asuh untuk memiliki sifat jujur

diterapkan pada kegiatan keagamaan hafalan juz „amma. Panti Asuhan

“Mandhani Siwi” di wajibkan setoran hafalan juz ‟amma setiap hari setelah
shalat subuh berja‟maah. Anak asuh bersikap jujur ketika belum bisa

menghapal dan harus mengulang lagi hafalannya.

Pada pengajian diniyah juga terlihat kejujuran anak asuh ketika tidak

memahami apa yang belum jelas dari keterangkan ustadz, mereka mengakui

dan memberikan pertanyaan kepada ustadz.

4. Sabar

Sabar berasal dari kata “sobaro-yasbiru” yang artinya menahan. Dan

menurut istilah, sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan

menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan

menahan anggota badan dari berbuat dosa dan sebagainya. Itulah pengertian

sabar yang harus kita tanamkan dalam diri kita.

Sikap sabar ditunjukan pada saat anak-anak Panti Asuhan

“Mandhani Siwi” mengikuti kegiatan hafalan juz „amma. Mereka harus

bersabar untuk mendapatkan giliran maju dan setoran kepada ustadz. Sikap

sabar juga terlihat saat anak asuh menunggu imam shalat berjama‟ah dan

saat pengajian diniyah setelah shalat ashar.

5. Malu

Malu adalah akhlak (perangai) yang mendorong seseorang untuk

meninggalkan perbuatan-perbuatan yang buruk dan tercela, sehingga

mampu menghalangi seseorang dari melakukan dosa dan maksiat serta

mencegah sikap melalaikan hak orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari Panti Asuhan “Mandhani Siwi‟

mewajibkan anak asuhnya berpakaian menutup aurat termasuk dalam semua


kegiatan keagamaan. Dengan adanya kewajiban tersebut akan terbentuk

sikap malu pada diri anak asuh. Sikap malu juga terbentuk melalu kebiasaan

mereka ketika mengikuti kegiatan keagamaan. Mereka akan malu ketika

datang terlambat saat mengaji, kurang menguasai materi kultum, dan

lainnya.

6. Percaya diri

Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan

dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya

menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas

keputusan atau pendapatnya. Sedangkan kepercayaan diri adalah sikap

positif seorang induvidu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan

penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau

situasi yang dihadapinya.

Ada beberapa kegiatan keagamaan yang dapat membentuk sikap

percaya diri anak asuh. Pertama, pada kegiatan shalat berjama‟ah, anak asuh

putra mendapatkan giliran untuk melakukan adzan dan iqamah. Kedua, anak

asuh diberikan kesempatan untuk menyampaikan kultumya dengan tema

yang ditentukan sendiri. Ketiga, saat hafalan juz „amma yang mewajibkan

anak asuh untuk menyetorkan hafalannya di depan ustadz. Dari kegiatan-

kegiatan tersebut jelas akan terbentuk akhlakul karimah yaitu sikap percaya

diri.
7. Teliti

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teliti diartikan dengan cemat,

seksama, dan hati-hati, sedangkan cermat diartikan dengan seksama, teliti,

berhati-hati dalam mengerjakan sesuatu.

Ada beberapa kegiatan keagamaan yang dapat membentuk sikap

teliti anak asuh, yaitu melalui kegiatan mengaji diniyah. Dalam kegiatan

tersebut mereka mempelajari tajwid, dengan sikap teliti maka ketika anak

asuh membaca Al-Qur‟an mereka bisa teliti terhadap bacaan tajwidnya.


BAB V

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan pembahasan dan analisis mulai dari bab I sampai

dengan bab IV, guna menjawab pokok permasalahan dalam penelitian yang

dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Pembentukan akhlakul karimah yang dilakukan pengasuh terhadap anak

asuh melalui kegiatan keagamaan di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU

Muhammadiyah purbalingga meliputi mengaji diniyah, dalam mengaji diniyah

itu terdapat beberapa pelajaran seperti (BTA, tajwid, fiqih, akhlak, tauhid,

kewanitaan, tadarus Al-Qur‟an), shalat berjama‟ah, tafsir Al-Qu‟an, hafalan

juz‟amma, kultum, bimbingan (bimbingan langsung dan bimbingan tidak

langsung), shalat tahajud, puasa senin dan kamis, dan pengajian (HPT).

Pembentukan akhlakul karimah di Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU

Muhammadiyah purbalingga menurut peneliti sudah baik karena pembentukan

akhlak tersebut dilakukan secara terus-menerus guna menciptakan output yang

baik yaitu anak asuh yang berakhlakul karimah dan tetap melaksanakan kegiatan-

kegiatan keagamaan seperti yang telah dilakukan di panti asuhan.

Sikap dan perilaku yang mencerminkan akhlakul karimah anak asuh

dapat terlihat pada aktifitas yang dilakukan oleh anak anak dalam kehidupan

sehari-hari yaitu menauhidkan Allah SWT, disiplin, jujur, sabar, malu dan

percaya diri.
B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti dapat memberikan

saran-saran yang dapat membantu tercapainya hasil secara optimal, dan adapun

saran-saran tersebut antara lain:

1. Ketua Panti Asuhan “Mandhani Siwi” PKU Muhammadiyah purbalingga

a. Dalam pembinaan akhlakul karimah, hendaknya ketua panti asuhan

memberikan sanksi yang tegas terhadap peraturan dan kegiatan yang

sudah ada. Hal tersebut agar menumbuhkan kesadaran anak asuh yang

berawal dari keterpaksaan.

b. Agar selalu mengusahakan kelengkapan fasilitas/saran untuk menunjang

kegiatan-kegiatan yang ada di panti.

c. Melakukan penertiban administrasi yang ada di Panti Asuhan “Mandhani

Siwi” PKU Muhammadiyah purbalingga

2. Pengasuh/Ustad

a. Para pengasuh hendaknya selalu memberikan teladan tentang akhlak yang

baik, dan secara bersama-sama melakukan peningkatan dalam pembinaan

akhlakul karimah siswa, sehingga siswa mau meneladani dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Ustad/pengasuh hendaknya juga dapat meningkatkan pengetahuannya

dalam hal agama, agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

c. Ustad/pengasuh hendaknya memberika perhatian khusus kepada anak

asuh.
3. Anak Asuh

a. Sebagai anak asuh, hendaknya selalu mematuhi peraturan yang ada di

panti asuhan dan berpartisipasi pada kegiatan yang ada di panti asuhan

selama kegiatan tersebut baik.

b. Kebiasaan-kebiasaan dalam mengamalkan kegiatan agama Islam

hendaknya selalu ditingkatkan agar tetap terbina selamanya.

C. Penutup

Dengan mengucapkan puji dan syukur, alhamdulillah penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan lancar, hal ini tidak lain

berkat rahmat, taufik, dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis,

shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad

SAW.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini

masih banyak terdapat kekurangan, hal ini tidak lain karena keterbatasan dan

pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, sangat diharapkan adanya

kitik dan saran yang konstruktif dari berbagai pihak demi perbaikan dan

kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Kepada semua pihak yang secara langsung maupu tidak langsung telah

membantu kelancaran penulisan skripsi ini baik berupa material maupun

spiritual, penulis mengucapkan banyak terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia.

AR, Zahruddin, dan Sinaga, Hasanuddin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

Arbiyah, Umti Lailatul. 2013. Pembentukan Karakter Siswa SMP Muhammadiyah 3


Purwokerto Tahun Pelajaran 2012/1013. Skripsi, Fakultas Tarbiyah STAIN
(Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri), Purwokerto.

Arikunto, Surhasim. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta.

AS, Asmaran. 1992. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers.

Athiyah Al-Abrasy, Muhamad. 1970. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, Terj. A.


Ghoni, Bustomi dan Bahri, Jauhar. Jakarta: Bulan Bintang.

Azwar, Syaifudin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bisri. 2009. Akhlak. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen


Agama Republik Indonesia.

Daud Ali, Muhammad. 2000. Pendidikan Agama Islami. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

Departemen Agama RI. Al-Qur'an dan Terjemahnya.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Sosial Republik Indonesia. 2004. Acuan Umum Pelayanan Sosial Anak
di Panti Sosial Asuhan Anak. Jakata: Departemen Sosial RI.

Djatnika, Rahmat. 1992. System Etika Islam. Jakarta: Pustaka Panji Mas.

Erlina, Zeftii Izza. 2011. Peran Guru PAI dalam Membentuk Peserta Didik yang
Berakhlakul Karimah di SMK Al-Huda Kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes Tahun 2011, Skripsi, Fakultas Tarbiyah STAIN (Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri), Purwokerto.

J. Moleong, Lexyi. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatiz. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Juwariyah. 2010. Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur‟an. Yogyakarta:


Teras.
Kholik, Abdul, dkk. 1999. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan
Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offest.

Lotus Life, (Online) http://sujata-net.blogspot.com/2009/01/pengertian-agama.html.


Diakses tanggal 27 juni 2016.

Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT


Ma‟arif.

Muhaimin. Problematika Agama Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: Kalam Mulia.


1989.

Muhammad Fadhli. 2011. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan


Akhlakul Karimah Siswa di MTs Muhammadiyah Pekuncen Tahun Pelajaran
2010/2011. Skripsi, Fakultas Tarbiyah STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri), Purwokerto.

Mujib, Abdul, et.al. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Muntholi'ah. 2002. Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI. Semarang:


Gunungjati.

Nana Sudjana, Awal Kusumah. 2000. Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi.


Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Narbuko, Cholid dan Achmadi, Abu. 2007. Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2007.

Nasution, Harun. Islam di Tinjau Dari Berbagai Aspek Jilid I. Jakarta: UI Press.
1979.

Nata, Abuddin. 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Praja, Sastra. 1981. Kamus Istilah Pendidikan dan Umum. Surabaya: Usana Offset
Printing.

Rumidi, Sukandar. 2002. Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti


Pemula. Yogyakarta: Gajah Mada University Pres.

Sofyan Abdullah dan Ade Nandang, (Online)


http://mtsnleuwisarikabtsm.blogspot.com/2009/01/program-kerja keagamaan-
0809_12.html. Diakses tanggal 14 juli 2016.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supandi, Irfan. 2008. Keajaiban Mengasuh Anak Yatim. Surakarta: Ziyad.

Tafsir, Ahmad. 2002. Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam. Bandung: PT


Remaja Rosda Karya.

Tanzah, Ahmad. 2009. Pengantar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Teras.

Teba, Sudirman. 2005. Manusia Malaikat. Yogyakarta: Cangkir Gending.

Thaib, Ismail. 1992. Akhlak Tasawuf. Jakarta: CV. Karya Mulia.

Toha, Chabib, dkk. 1999. Metodologi Pembelajaran Agama. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar Offest.

Umary, Barnawie. 1995. Materia Akhlak. Solo: Ramadhani.

Ya‟kub, Hamzah. 1993. Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu


Pengantar), Bandung: CV Diponegoro.

_____________. 1983. Etika Islam. Bandung: CV. Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai