KDK Pak Suharsono III

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

Daftar isi

Bab I pendahuluan
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

Bab II pendahuluan
A. Teori etika keperawatan
B. Kode etik keperawatam
C. Prinsip Etik Keperawatan (Justice / Keadilan)
D. Contoh Kasus
E.Penyelesaian Kasus

Bab III penutup


Kesumpulan
A. Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang


Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan,
yang ikut berperan dalam upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan,
yang dilaksanakan pada berbagai sarana pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit
maupun di komunitas. Keperawatan merupakan salah satu komponen profesi yang
dianggap sebagai kunci keberhasilan asuhan kesehatan di rumah sakit, karena
selain jumlahnya yang paling besar jika dibandingkan dengan profesi lain, juga
karena selama duapuluh empat jam perawat harus selalu berada di smaping klien.
Sebagai seorang profesional, perawat bertanggung jawab dan mengemban
tanggung gugat untuk membuat keputusan dan mengambil langkah-langkah tentang
asuhan keperawatan yang diberikan.
Agar perawat dapat melakukan tugasnya dengan baik, setiap perawat harus
memahami dan mampu menerapakan pelayanan keperawatan sesuai dengan
filosofi yang dianut. Pada dasarnya dalam pelayanan keperawatan yang berkualitas
ada tiga pokok penting, antara lain: pendekatan sikap berkaitan dengan kepedulian
pada klien, upaya untuk melayani dengan tindakan terbaik, serta tujuan untuk
memuaskan klien yang berorientasi pada standar pelayanan. Pelayanan dapat
dikatakan berkualitas apabila dapat memnuhi hak-hak klien yang telah disepakati
oleh komunitas profesi itu sendiri, dan pemenuhan hak-hak klien sangat bergantung
pada kompetensi profesional tenaga keperawatannya. Perawat dapat dikatakan
profesioanl apabila telah memiliki kompetensi yang diharapkan, yaitu kompetensi
intelektual, interpersonal, dan tehnikal, serta berlandaskan pada etika profesi.
Oleh karena itu seorang profesional harus memiliki orientasi pelayanan, standar
praktik, dan kode etik untuk melindungi masyarakat, serta memajukan profesinya.
B.     Rumusan Masalah
1.    Bagaimana teori etika keperawatan?
2.    Bagaimana kode etik keperawatan?
3.    Apa itu Prinsip Etika Keperawatan Justice / Keadilan?
4.    Bagaimana contoh kasus pada Prinsip Etika Keperawatan Justice / Keadilan?
5.    Bagaimana pengambilan keputusan etis?

C.    Tujuan
1.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami teori etika keperawatan.
2.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kode etik keperawatan.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami prinsip etika keperawatan Justice /
Keadilan.
4.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami contoh kasus dalamn prinsip etika
keperawatan Justice / Keadilan.
5.      Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengambilan keputusan etis.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Teori Etika Keperawatan


Dalam literatur keperawatan dikatakan bahwa etika dimunculkan sebagai
moralitas, pengakuan kewenangan, kepatuhan dan peraturan, etika sosial, loyal
pada rekan kerja, serta bertanggung jawab dan mempunyai sifat kemanusiaan.
Untuk menjadi seorang profesional yang mampu berpartisipasi secara aktif dalam
dimensi etik praktik keperawatan, perawat harus secara terus-menerus
mengembangkan suatu perasaan yang kuat tentang identitas moral mereka,
mencari dukungan dari sumber profesional yang ada, serta mengembangkan
kemampuan dalam bidang etik.
Etika keperawatan sebagai tuntutan bagi profesi perawat bersumber dari
pernyataan Florence Nightingale dalam ikrarnya (Nightingale Pledge), yang berbunyi
sebagai berikut.
“Saya sungguh-sungguh berjanji pada Tuhan dan demi keberadaan majelis ini,
untuk menjalani hidup saya dalam kesucian dan melaksanakan profesi saya dengan
setia”
“Saya akan pantang melakukan apapun yang merugikan atau mencelakakan, dan
tidak akan mengambil atau dengan sengaja memberikan obat yang berbahaya”
“Dengan segala upaya, saya akan mengangkat standar profesi saya dan akan
menjaga kepercayaan semua hal yang bersifat pribadi, yang diberikan untuk saya
jaga, dan semua affair keluarga yang saya ketahui dalam praktik panggilan saya”
Selanjutnya pernyataan tersebut dianggap sebagai ikrar profesi keperawatan
pada masyarakat. Perawat mengemban identitas profesional dengan berikrar untuk
mengerti, menerjemahkan dan memperluas pohon pengetahuan, mengkritik dan
mengatur diri dengan disiplin yang sama, serta membudayakan sikap dan tingkah
laku terpuji-yang kemudian dijadikan sebagai acuan.
Teori etika mencakup bentuk pengetahuan yang kompleks, secara umum ada
dua teori penting yang harus dipahami tentang etika, yaitu Utilitarianism dan
Deontologi.
1.      Teori Utilitarianism
Sumijatun (2009), utilitarianism merupakan salah satu teori spesifik dari teleologi
yang lebih mencerminkan pada pengambilan keputusan yang terbaik dari sejumlah
pilihan atau tindakan yang dianggap oleh sebagian besar orang baik. Selain itu juga
dilihat ketepatan dan kuatnya alasan mengapa pilihan atau tindakan tersebut
dilakukan. Sedangkan Teleologi sendiri pada umumnya lebih banyak melihat pada
konsekuensi kegiatan yang dapat dinyatakan benar dan salah. Dalam Huda M.,
2008, dikatakan bahwa etika teleologi mengukur baik buruknya suatu tindakan itu,
atau berdasarkan tujuan yang mau dicapai dengan tindakan itu, atau berdasarkan
akibat yang ditimbulkannya baik dan berguna. Oleh karena itu etika teleologi juga
diidentikkan dengan teori utillitarian, yakni baik buruknya sesuatu berdasarkan sifat
berguna atau tidaknya.
Utulitarianism adalah posisi orientasi komunitas yang berfokus pada konsekuensi
dan lebih mempunyai hal-hal yang baik dalam jumlah besar dan mendatangkan
kebahagiaan untuk banyak orang serta mempunyai konsekuensi kerugian yang
sedikit atau minimal. Kesenangan seseorang sangat diperhatikan,
mempertimbangkan tindakan yang alami, dan dihubungkan dengan prinsip-prinsip
tanpa memikirkan posisi seseorang atau konsekuensi dari suatu tindakan.
2.      Teori Deontologi
Deon berasal dari kata Yunani yang artinya adalah kewajiban yang akan
dilakukan, tidak mengukur baik buruknya suatu perbuatan/tindakan berdasarkan
hasil/dampaknya, melainkan berdasarkan maksud pelaku dalam melaksanakan
perbuatan tersebut. Pendekatan deontologi berfokus pada kegiatan atau ukuran
moral, pengambilan keputusan dengan pendekatan deontologi akan selalu menjaga
pada ukuran itu sendiri. Keputusan diambil dengan mempertimbangkan keadaan
pada saat itu dan dibandingkan dengan dampaknya apabila keputusan tesebut
diambil.

B.     Kode Etik Keperawatan


Kode etik dari bahasa Latin codex yang berarti himpunan, kode etik adalah usaha
meghimpun apa yang tersebar serta menghimpun norma-norma yang disepakati dan
ditetapkan oleh dan untuk anggota profesi tertentu.
Kode etik bertujuan untuk memberikan alasan/dasar terhadap keputusan yang
menyangkut masalah etika dengan menggunakan model-model moralitas yang
konsekuen dan absolut. Landasan utama dalam kode etik adalah prinsip
penghargaan terhadap orang lain yang diikuti dengan prinsip otonomi yang
menempatkan klien sebagai fokus dari keputusan yang rasional.
Kode etik keperawatan dari berbagai sumber yaitu:
1.      Kode Etik International Council of Nurses
Tanggung jawab dasar bagi seorang perawat terbagi menjadi empat, yaitu
meningkatakan kesehatan, mencegah penyakit, memperbaiki kesehatan, dan
mengurangi penderitaan.
Kebutuhan terhadap keperawatan bersifat universal. Perawat memberikan
pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, komunitas, serta mengoordinasi
pelayanan mereka dengan kelompok yang terkait.
a.    Perawat dan Individu
1)      Tanggung jawab utama perawat adalah pada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.
2)      Perawat dalam memberikan perawatan, meningkatkan kondisi di mana kebiasaan
dan kepercayaan individu bersangkutan dihargai.
3)      Perawat menjaga kerahasiaan informasi pribadi serta menggunakan pertimbangan
dalam membagi informasi tertentu.
b.      Perawat dan Praktik
1)        Perawat memiliki tanggung jawab pribadi pada praktik keperawatan dan dalam
mempertahankan kompetensi dengan terus belajar. Perawat mempertahankan
standar asuhan keperawatan tertinggi yang mungkin dalam realita situasi tertentu.
2)        Perawat menggunakan pertimbangan dalam hubungannya dengan kompetensi
individual ketika menerima dan mengalihkan tanggung jawab.
3)        Ketika bertindak dalam kapasitas profesional, seorang perawat harus selalu
mempertahankan standar perilaku pribadi yang merefleksikan kemampuan dalam
profesinya.
c.       Perawat dan Masyarakat
Perawat dan anggota masyarakat lainnya membagi tanggung jawab untuk
mengadakan dan mendukung tindakan dalam memenuhi kebutuhan sosial dan
kesehatan penduduk.
d.      Perawat dan Sejawat
Perawat mendukung hubungan kooperatif dengan rekan sekerja dalam
keperawatan dan dari bidang lain. Perawat mengambil tindakan yang diperlukan
untuk melindungi individu ketika perawatannya terancam oleh rekan sekerja atau
orang lain.
e.       Perawat dan Profesi
1)      Perawat memainkan peran utama dalam menetapkan dan mengimplementasikan
standar yang diharapkan dalam praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan.
2)      Perawat turut aktif dalam pengembangan inti pengetahuan profesional.
3)      Perawat bertindak dalam organisasi profesi, berpartisipasi dalam menetapkan serta
mempertahankan kondisi kerja sosial dan ekonomi yang wajar dalam keperawatan.

C.    Prinsip Etik Keperawatan (Justice / Keadilan)


Prinsip keadilan berkaitan dengan kewajiban perawat untuk dapat berlaku adil
pada semua orang yaitu tidak memihak atau berat sebelah. Persepsi keadilan bagi
perawat dan klien sering berbeda, terutama yang terkait dengan pemberian
pelayanan. Perawat akan mendahulukan klien yang situasi dan kondisinya
memerlukan penanganan segera dan menunda melayani klien lain yang
kebutuhannya termasuk di bawah prioritas. Tidak seluruh klien dapat memahami
situasi ini, sehingga akan menimbulkan rasa kurang nyaman bagi klien yang merasa
dirinya kurang diperhatikan oleh perawat.
Prinsip keadilan ini menyatakan bahwa mereka yang sederajat harus
diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat harus diperlakukan tidak
sederajat sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini berarti bahwa kebutuhan kesehatan
dari mereka yang sederajat harus menerima sumber pelayanan kesehatan dalam
jumlah sebanding. Ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar,
maka menurut prinsip ini ia harus mendapatkan sumber kesehatan yang besar
pula.Keadilan berbicara tentang kejujuran dan pendistribusian barang dan jasa
secara merata. Fokus hukum adalah perlindungan masyarakat, sedangkan fokus
hukum kesehatan adalah perlindungan konsumen.
Hal setiap orang untuk diperlakukan sama merupakan suatu prinsip moral untuk
berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu disini mendapatkan tindakan yang
sama yang mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidup
seseorang. Prinsip dari keadilan menurut Beauchamp dan Childress adalah mereka
yang sederajat harus diperlakukan sederajat sedangkan mereka yang tidak
sederajat diperlakukan secara tidak sederajat. Ketika seseorang mempunyai
kebutuhan yang besar, maka menurut prinsip ini harus mendapatkan sumber-
sumber yang besar pula. Sebagai contoh: tindakan yang dilakukan seorang perawat
yang ada di ruangan VIP harus sama dan sesuai dengan yang ada di bangsal.
Tindakan yang sama tidak selalu identik, maksudnya setiap pasien diberikan
kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidupnya. Prinsip justice dilihat dari
alokasi sumber-sumber yang tersedia, tidak berarti harus sama dalam jumlah dan
jenis., tetapi dapat diartikan bahwa setiap individu mempunyai kesempatan yang
sama dalam mendapatkannya sesuai dengan kebutuhan pasien. Prinsip keadilan
dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung
prinsip-prinsip moral, legal dan kemampuan. Nilai ini direfleksikan dalam praktek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
D.      Contoh Kasus
1.         Salah seorang perawat yang ditugaskan untuk menangani pasien yang kurang
mampu dan berada pada ruangan kelas III. Perawat ini awalnya merawat pasien
tersebut ini dengan baik. Namun, suatu hari keluarga dari perawat ini dirawat di
rumah sakit yang sama juga tapi di ruang VIP. Setiap hari perawat ini selalu
berkunjung ke ruangan keluarganya tersebut sampai-sampai melupakan seorang
pasien yang ada di kelas III yang sudah menjadi tanggung jawab sepenuhnya untuk
perawat itu. Ketika ditanya kenapa perawat itu sering berkunjung ke ruangan pasien
yang merupakan keluarganya, perawat itu menjawab karena yang dirawat itu
tantenya. Jadi dia harus setiap saat mengecek keadaan tantenya itu dan melupakan
tanggung jawabnya yang terdahulu yaitu pasien di ruangan kelas III. Tentu saja ini
melanggar prinsip etik keperawatan justice / keadilan karena perawat itu sudah
membeda-bedakan perawatan pada kelurarganya dan pasien yang sudah menjadi
tanggung jawabnya dimana dia lebih sering mengecek keadaan tantenya tersebut
dan melupakan pasien yang berada di ruangan kelas III tersebut.
2.         Suatu hari Tn. Arif berobat ke rumah sakit karena anaknya demam tinggi dan
muntah-muntah dengan hanya mengandalkan kartu miskin yang diterima dari
kelurahan setempat. Pada saat yang bersamaan, ada juga seorang anggota dewan
yang berobat ke rumah sakit tersebut dengan keluhan sakit di bagian kepala.
Perawat ini kemudian hanya melayani anggota dewan tersebut terlebih dahulu tanpa
melihat pasien yang datang lebih awal yang parah. Ketika Tn. Arif bertanya apakah
anaknya bisa di tolong, perawat itu menjawab, “Maaf pak, bapak duduk di ruang
tunggu saja dulu. Saya akan menangani pasien ini dulu. Bapak biar nanti
belakangan.” Kasus ini jelas sangat melanggar prinsip etik keperawatan justice /
keadilan karena membeda-bedakan mana yang miskin dan mana yang kaya.
Perawat seperti ini patut diberikan sanksi yang setimpal.

E.       Penyelesaian Kasus


1.         Untuk kasus yang pertama, pelanggaran yang telah dilakukan oleh perawat
tersebut adalah membeda-bedakan mana keluarganya dan mana yang bukan.
Sudah jelas bahwa dia melanggar prinsip etik keperawatan. Seperti yang kita tahu
sendiri bahwa pada prinsip etika keperawatan justice / keadilan adalah dimana
perawat tidak membeda-bedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang
lainnya meskipun itu temannya atau keluarganya sekalipun. Dalam prinsip etika
keperawatan justice / keadilan diperlukan perlakuan tindakan yang adil dan sama
bagi setiap pasien yang ada pada ruang lingkup rumah sakit itu sendiri. Artinya
setiaop individu itu memiliki kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan hidupnya.
Untuk perawatnya sendiri yang melanggar prinsip etika keperawat jenis ini bisa
dikenai hukuman atau sanksi sehubungan telah disahkannya Undang-Undang
Keperawatan.
2.         Untuk kasus yang kedua, masih sama seperti kasus pertama yakni dimana perawat
membeda-bedakan pasien yang satu dengan yang lainnya. Tapi dalam kasus kedua
ini, bisa dikatakan sudah sangat kelewatan. Karena perawat pada kasus kedua ini
memilih-milih pasien yang bisa membayar dengan lebih biaya pengobatannya
daripada pasien yang hanya mengandalkan kartu miskin untuk biaya
pengobatannya. Tentu saja perawat tersebut menginginkan tunjangannya agar
bertambah. Perbuatan perawat yang satu ini juga melanggar prinsip etik
keperawatan justice / keadilan, karena sudah memilij-milih pasien yang ekonominya
tinggi daripada yang ekonominya rendah. Disamping itu, pasien yang seharusnya
segera ditangani malah dibiarkan hanya karena ingin mendapatkan bayaran lebih
dari seorang anggiota dewan yang hanya mengeluh sakit kepala saja.
Intinya, kita sebagai seorang perawat janganlah membeda-bedakan pasien dari
segi apapun baik itu teman, keluarga, maupun anggota dewan dan lainnya. Kita
harus mengutamakan yang menjadi prioritas. Apalagi untuk pasien yang keluhannya
sangat memprihatinkan daripada pasien yang hanya mengeluh sakit kepala.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan
interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan
antara mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian,
upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan
menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi
permasalah klien. Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik,
perawat dituntut dapat mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri
perawat dan tidak bertentang dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan
keputusan yang tepat diharapkan tidak ada pihak yang dirugikan sehingga semua
merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan dapat dipertahankan. Perawat harus
berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara
bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan
suatu dilema etik. Disamping itu, perawat juga harus bersikap adil pada semua
pasien yang ada di rumah sakit. Karena setiap individu memiliki hak untuk
mendapatkan tindakan yang sama.

B.     Saran
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya
mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat
atau bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).
Dalam setiap melakukan tindakan perawat dituntut untuk dapat bertindak secara
mandiri maupun secara kolaborasi. Namun, tetap ingat akan etika-etika keperawatan
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Sumijatun. 2011. Membudayakan Etik dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Setyawan, Dody. 2012. Etik, Dilema Etik Dan Contoh Kasus Dilema Etik.
http://nersdody.blogspot.com/2012/03/etik-dilema-etik-dan-contoh-
kasus.html (diakses pada tanggal 20 November 2014, pukul 20.00 WITA)
Efendi. Ferry. Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas, Teori, dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Handy. 2013. Makalah Etika dan Hukum. Online tersedia :
http://pvhandyexp.wordpress.com/…/…/makalah-etika-dan-hukum/ (diakses pada
tanggal 20 November 2014 pukul 19.30 WITA)

Anda mungkin juga menyukai